You are on page 1of 12

i.hukum.bdg@gmail.

com

MATERI KULIAH
SEJARAH HUKUM PIDANA

BERLAKUNYA HUKUM PIDANA

ASAS-ASAS HUKUM PIDANA


D
D

ASPEK-ASPEK TINDAK PIDANA


D
D
D

DR.C. Uyun Saepul Uyun.S.H.,M.H.,CH.,CHt.,MMH.,CEF.CP


SEJARAH HUKUM PIDANA INDONESIA

Dlm UU No 1 thn 1946


Hukum adat  1642 : Indonesia mengandung :
Pidana dikuasai Belanda  1942 : Jepang 1. Kriminalisasi
Dipengaruhi  Diciptakan Menduduki Penetapan suatu
oleh agama “BATAVIASE Indonesia perbuatan yg tdk
islam. STATUTEN / STATUTA  Digantinya WvNI dipidana menjadi
BATAVIA” sbg KUHP menjadi WvS Voor dipidana.
bangsa eropa Indonesia & 2. Dekriminalisasi :
 1872 : Ditetapkannya berlangsung hingga Yg awalnya memiliki
KUHP bagi penduduk sesudah sifat pidana dihilangkan
asli ditetapkan tgl 1- terbentuknya RIS sama sekali sifat pidana
01-1873 [sifat KUHP  Diberlakukannya UU terhadap perbuatan
pada asasnya sama No 1 thn 1946 tsb.
dg Code Penal] sebagaimana adanya 3. Depenalisasi :
negara Perancis UU No 73 thn 1958 Semula perbuatan tsb
 1918 : diberlakukan utk meniadakan dipidana, ancamannya
WvSNI mencabut dan keganjilan terhadap 2 dihilangkan dg
mengakhiri KUHP jenis KUHP penuntutan melalui
sebelumnyan & hukum perdata / adm
berlaku KUHP bagi
semua gol penduduk
Indonesia
opi.hukum.bdg@gmail.com
.hukum.bdg@gmail.com

“Nullum Delictum, Nulla Poena, UNTUK MENGETAHUI :


 Apakah perbuatan yg dilakukan pada
Sine Praevia lege Poenali” / asas waktu itu telah dilarang / tdk
legalitas.  Apakah plk dpt dimintakan
1. Teori Perbuatan fisik / Jasmaniah (de
“suatu perbuatan tidak dapat pertanggungjawaban / tdk-Psl 44
KUHP leer van de lichamelijke daad)
dipidana, kecuali berdasarkan  Menentukan Usia Pelaku-Psl 45 KUHP 2. Teori alat / bekerjanya alat yg
ketentuan peraturan perundang-  Batas waktu mengajukan pengaduan digunakan (de leer van het
undangan pidana yang telah ada.” [sejak yg mengadu mengetahui instrument)
adanya kejahatan] -Psl 74 KUHP 3. Teori Akibat (de leer van het gevolg)
 Daduwarsa [dimulai sesudah 4. Teori waktu yg jamak / (de leer van
perbuatan dilakukan] -Psl 79 KUHP
 Diketahuinya dilakukan tindak pidana
de meervoudige tijd), Teori ini
Sebagai Azas Fundamental
Azas Legalitas [dlm hal tertangkap tangan] - Psl 1 menyatakan bahwa terjadinya delik
Tiada suatu perbuatan dapat butir 19 KUHP pada saat gabungan antara 3 waktu
dipidana kecuali atas kekuatan tersebut.
aturan pidana dalam perundang- TEMPUS DELICTI
WAKTU TERJADINYA TINDAK
undangan yang telah ada sebelum PIDANA
LOCUS DELICTI
perbuatan dilakukan TEMPAT
UNTUK MENGETAHUI :
TERJADINYA TINDAK PIDANA
 Kejaksanaan / Pengadilan mana yg
Pasal 1 ayat 1 KUHP berwenang menangani perkara

A. MENURUT WAKTU
Azas Tritorial Azas Personalitas / Azas Perlindungan / Azas Universal
Asas wilayah - Tindak Pidana
yang terjadi di wilayah Nasional Aktif Nasional Pasif Disandarkan pada kepentingan
Indonesia Berdasarkan Kewarganegaraan Berdasarkan Kewarganegaraan hukum dari seluruh dunia

“Aturan Pidana dlm UU “Peraturan Indonesia “Peraturan Hukum Pidana “Peraturan Hukum Pidana
Indonesia berlaku bagi berlaku bagi setiap WNI, Indonesia berlaku terhadap Indonesia berlaku terhadap
setiap orang yang yang melakukan tindak Tindak Pidana yang tindak pidana baik itu
melakukan sesuatu tindak Pidana baik didalam menyerang kepentingan dilakukan di dlm negeri /
pidana di wilayah negeri maupun Luar Hukum Negara Indo, baik yg diluar negeri, baik y g
Indonesia” Negeri” dilakukan WNI / Bkn, yg dilakukan WNI/WNA”
• Kejahatan Keamanan dilakukan di luar Indonesia”
Yg dilindungi merupakan
negara • Kejahatan thdp keamanan kepentingan Internasional
• Tindak Pidana yg Negara & Martabat Presiden [Azas Penyelenggaraan
menurut UU Indonesia • Kejahatan ttg materai/ merk hukum dunia / ketertiban
dianggap sebagai yg dikeluarkan Pemerintah dunia (Welterechtspflege)]
kejahatan yang di negeri Ind
tempat tindak pidana • Pemalsuan surat
dilakukan itu diancam hutang/sertifikat hutang/
dengan pidana nenam mehari/ daerah
• Kejahatan Jabatan
• Kejahatan Pelayaran
B. MENURUT TEMPAT ngopi.hukum.bdg@gmail.com
"keine strafe ohne schuld" / "geen straf zonder schuld" / "nulla poena sine culpa".
Artinya,
Seseorang yang diakui sebagai subjek hukum harus mempunyai kesalahan untuk dapat dipidana
Syarat PertanggungJawaban Pidana

J.E.JONKERS MOELJATNO SATOCHID KARTANEGARA


1. Kemungkinan Utk Menentukan 1. Harus adanya kemampuan 1. Keadaan Jiwa Seseorang yg sedemikian
Kehendaknya terhadap suatu untuk membeda2kan antara rupa (normal) sehingga ia bebas /
perbuatan perbuatan yg baik & buruk, yg mempunyai kehendaknya terhadap
2. Mengetahui Maksud yang sesuai Hukum & yg Melawan peruatan yang ia (akan) lakukan.
sesungguhnya daripada perbuatan Hukum. 2. Keadaan jiwa orang itu yg sedemikian
itu 2. Harus ada kemampuan untuk rupa, sehingga ia mempunyai kemampuan
3. Keinsyafan bahwa hal itu dilarang menentukan kehendaknya utk dpt mengerti terhadap nilai
dlm masyarakat. menurut keinsyafan ttg baik / perbuatannya beserta akibatnya.
buruknya perbuatan tadi. 3. Keadaan jiwa org itu sedemikian rupa
sehingga ua mampu menyadari,
menginsyafi perbuatan yg dilakukannya itu
D. Simons perbuatan tercela, kelakukan yg tdk
Menyatakan Ciri2 Fsikis yg normal & dibenarkan oleh hukum masyarakat
abnormal. maupun tata susila

i.hukum.bdg@gmail.com
UNTUK MENENTUKAN ADANYA KESALAHAN,
SUBJEK HUKUM HARUS MEMENUHI BEBERAPA
UNSUR :

1. ADANYA KEMAMPUAN BERTANGGUNG JAWAB


PADA SI PELAKU.
2. PERBUATANNYA TERSEBUT BERUPA
KESENGAJAAN (DOLUS) ATAU KEALPAAN
(CULPA);
3. TIDAK ADANYA ALASAN PENGHAPUS
KESALAHAN ATAU TIDAK ADANYA ALASAN
PEMAAF.
PERATURAN YANG LEBIH TINGGI MENGESAMPINGKAN PERATURAN YANG
LEBIH RENDAH [Lex Superior Derogat Lex Inferiori ]

PERATURAN YANG BARU MENGESAMPINGKAN PERATURAN YANG


peraturan
TERDAHULU YANG MENGATUR PERMASALAHAN YANG SAMA [Lex Posterior
perundang Derogat Legi Priori ]

undangan
PERATURAN YANG KHUSUS MENGESAMPINGKAN PERATURAN YANG UMUM
hukum [ Lex Spesialis Derogat Legi Generalis]
hukum

pidana

hukum
ngopi.hukum.bdg@gmail.com

SUBJEK & OBJEK HUKUM


SUBJEK HUKUM :

1. Manusia / Orang [Natuurlijke Persoon]


2. Badan Hukum [ Recht Person ]
Orang dalam bentuk badan hukum / orang diciptakan hukum secara fiksi
(persona ficta), yg dapat melakukan tindakan hukum seperti manusia
Karakteristik Badan Hukum :
3. Memiliki harta kekayaan terpisah
4. Mempunyai tujuan tertentu
5. Mempunyai kepentingan sendiri (hak & kewajiban terpisah dari hak dan
kewajiban anggotanya secara pribadi)
6. Adanya organisasi yang teratur, mempunyai sifat continue (hak dan
kewajiban tetap ada walaupun berganti)
JENIS HUKUM PIDANA DI BAGI MENJADI 2 BAGIAN :

• HUKUM PIDANA UMUM ( IUS COMMUNE ) MEMUAT ATURAN HUKUM


PIDANA YANG BERLAKU BAGI SETIAP ORANG DAM TIDAK MEMBEDA -
BEDAKAN KUALITAS PRIBADI SUBJEK HUKUM TERTENTU. SETIAP
WARGA NEGARA HARUS TUNDUK PADA HUKUM PIDANA UMUM.
CONTOH : KUHP.

• HUKUM PIDANA KHUSUS ( IUS SPECIALE ) MEMUAT ATURAN HUKUM


PIDANA YANG BERLAKU BAGI SUBJEK HUKUM / ORANG TERTENTU /
BERKENAN DENGAN JENIS - JENIS PERBUATAN TERTENTU. Contoh :
HUKUM PIDANA YANG DIMUAT DALAM BAB XXVIII BUKU II KUHP
TENTANG KEJAHATAN JABATAN YANG HANYA DIPERUNTUKAN DAN
BERLAKU BAGI ORANG - ORANG WARGA PENDUDUK NEGARA YANG
BERKUALITAS SEBAGAI PEGAWAI NEGERI.
HUKUM PIDANA MILITER YANG HANYA BERLAKU BAGI SUBJEK
HUKUM ANGGOTA TNI.
OBJEK HUKUM

ATURAN-ATURAN HUKUM PIDANA YANG BERLAKU DI


SUATU NEGARA. ILMU TENTANG ATURAN-ATURAN PIDANA
POSITIF YANG BERLAKU DI SUATU NEGARA

VAN HATTUM DAN VAN BEMMELEN MEMBERI CAKUPAN MENGENAI


ATURAN / KETENTUAN PIDANA MELIPUTI :
 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA,
 SELURUH UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA YANG TERTULIS,
UMUM MAUPUN KHUSUS,
 PERUNDANG-UNDANGAN YANG DIKODIFIKASI ATAUPUN TIDAK
DIKODIFIKASI. KETENTUAN / ATURAN PIDANA DI SINI TIDAK HANYA
DALAM PENGERTIAN FORMAL TETAPI JUGA DALAM PENGERTIAN
MATERIIL
Thank
You

You might also like