Professional Documents
Culture Documents
edema serebral
peningkatan TIK
- Suhu meningkat
Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d kerusakan neurovaskular (cedera pusat pernapasan di otak).
7. Resti perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan tingkat kesadaran
Bersihan jalan nafas tidak Status pernapasan: jalan napas Manajemen jalan napas
efektif b.d kerusakan paten
neurovaskular (cedera pusat
pernapasan di otak). Aktivitas
Indikator:
Membuka jalan nafas dengan
Tidak ada demam cara dagu diangkat atau rahang
Batasan karakteristik:
ditinggikan.
Tidak adanya batuk Tidak ada cemas
Memposisikan pasien agar
Bunyi nafas yang Tidak ada hambatan jalan mendapatkan ventilasi yang
menguntungkan napas maksimal.
Memeriksa bronchodilators
dengan tepat.
Memberikan perawatan
ultrasonic.
Indikator: Aktivitas:
Faktor resiko:
Fungsi saraf dalam rentang tersebut.
Trauma kepala
Kontrol pusat motorik konsultasikan dengan dokter
Tumor otak untuk menentukan posisi kepala dan
Fungsi motorik/sensori monitor respon pasien terhadap
Gangguan jaringan otak saraf otak (krnil) posisi kepalanya
Fungsi motorik/sensori hindari fleksi leher atau fleksi
saraf otak spinal panggul/ lutut yang berlebihan
Fungsi saraf otonom beri dan monitor efek diuretic
Tekanan dalam cranial dan kortikosteroid
BAB III
KASUS
Vulnus Ekskoriosom
No. RM : 091134
a. Airway
e. Breathing
f. Circulation
- Nadi : 60x/menit
- TD : 100/60 mmHg
- Klien pucat
- Akral dingin
g. Disability
- GCS 14
- Kesadaran pasien somnolen yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor lambat, mudah
tertidur, namun kesadaran pulih bila dibangunkan, mampu memberi jawaban verbal
h. Exposure
- Suhu 370C
- Terdapat luka lecet di tangan kanan (siku= 2x1x0,5) dan tangan kiri, dan terdapat luka lecet dikaki
kanan.
Mengubah peralatan
pemasukan oksigen yang lain untuk
kenyamanan
Aktivitas:
Menginisiasi dan
mempertahankan tanda-tanda dan
gejala-gejala hiphothermia hipertemia
Mengambil tekanan ujung dan
radial dengan serentak dan catat
perbedaannya
Memantau Neurologik
Aktivitas:
Pantau karakteristik
bicara:fluensi, kehadiran aphasis atau
kesulitan mengemukakan kata
Meningkatkan pemantauan
frekuensi neurologic
Mempertahankan control
hiperventilasi, jika diperintahkan
Mempertahankan tekanan
sistemik arteri dalam tempat yang
spesifik
Memberikan pharmakologikal
untuk mempertahankan daerah yang
spesifik
Nn. S (19 tahun) masuk IGD RS Dr. Rsidin Padang pada tanggal 4 April 2012 pukul 19.30 WIB dalam
keadaan tidak sadarkan diri setelah mengalami kecelakaan mobil. Klien berbonceng dengan adiknya dan
klien yang mengemudikan motor. Klien jatuh dari motor dalam posisi tertelungkup, dada terhempas
kejalan. Terdapat luka lecet dikedua tangan dan kaki kanan.
Klien baru pertama kali masuk RS dan baru pertama kali mengalami kecelakaan. Klien tidak ada riwayat
hipertensi, DM, penyakit jantung, dan penyakit lainnya.
c. Riwayat Keluarga
Keluarga klien tidak ada riwayat kecelakaan, penyakit genetik, hipertensi, DM, penyakit jantung, dan
penyakit lainnya.
Tidak ada pembengkakan dan luka dikepala, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, reflek cahaya
(+), pupil isokhor, tidak ada gangguan panca indera, tidak ada pendarahan pada panca indera, leher
simetris, tidak ada peningkatan JVP.
2. Pemeriksaan dada
Paru-paru
Inspeksi : simetris, tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan, tidak ada tarikan dinding dada
Jantung
Kanan atas: SIC II RSB, kiri atas: SIC II LSB, kanan bawah: SIC IV RSB, kiri
bawah: SIC V medial 2 MCS
3. Pemeriksaan abdomen
4. Pemeriksaan ekstremitas
Adanya luka lecet dikedua tangan dan kaki kanan, akral dingin.
Gambar :
Batasi jumlah
pengunjung/pembezuk.
Data subjektif:
Cuci tangan sebelum dan
Keluarga klien sesudah melakukan perawatan pada
mengatakan saat klien jatuh
pasien.
dari motor klien terhempas
kejalan Gunakan sarung tangan sebagai
pengaman yang umum.
WOC kasus
Kecelakaan luka di
ekstremitas
Cidera kepala
Ekstra kranial
hipoksia
O2 ke otak
kesadaran
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
Pada teoritis, menurut berat ringannya berdasarkan GCS (Glosgow Coma Scale), klien termasuk dalam
Cedera Kepala ringan (kelompok risiko rendah), yaitu:
Pada kasus, tanda dan gejala yang ditemukan pada klien yaitu:
- GCS klien 4
- ada hematom
kemungkinan klien menderita kerusakan pada lobus temporalis yaitu lobus yang mengolah kejadian
yang baru saja terjadi menjadi dan mengingatnya sebagai memori jangka panjang. Lobus temporalis juga
memahami suara dan gambaran, menyimpan memori dan mengingatnya kembali serta menghasilkan
jalur emosional. Hal ini terlihat dari klien yang tidak mampu mengingat kembali kejadian kecelakaan.
Selain itu, klien juga mengalami penurunan kesadaran saat dibawa ke RS. Namun tidak ada ditemukan
luka, bengkak, maupun tanda-tanda cidera pada kulit kepala klien. Kemungkinan klien ada memar /
laserasi cerebral (komosio) di otaknya. Ada deformitas di tangan kiri Komosio cerebral setelah cedera
kepala adalah hilangnya fungsi neurologik sementara tanpa kerusakan struktur. Umumnya meliputi
sebuah periode tidak sadarkan diri . Jika jaringan otak di lobus frontal terkena, pasien dapat
menunjukkan perilaku irasional yang aneh, dimana keterlibatan lobus temporal dapat menimbulkan
amnesia atau disorientasi. Komosio cerebral ini merupakan memar pada permukaan otak yang terdiri
dari area hemoragi kecil-kecil yang tersebar, gejala bersifat neorologis fokal, dapat berlangsung 2-3 hari
setelah cedera dan menimbulkan disfungsi luas akibat dari peningkatan edema serebral. Pada scan
tomografi terlihat masa dan menimbulkan perubahan TIK dengan jelas.
Seperti yang kita ketahui, gangguan otak bisa terjadi disertai dengan adanya penurunan kesadaran,
fraktur tengkorak, atau bengkak pada kulit kepala. Akan tetapi, tidak jarang, bisa juga terjadi tanpa
kelainan fisik yang tampak dari luar. Ada tidaknya kelainan otak ini harus dipastikan.
Adapun pemeriksaan yang paling sering dilakukan untuk memeriksa kelainan otak adalah CT scan.
Berbeda dengan foto rontgen biasa, pemeriksaan yang juga menggunakan sinar-X ini bertujuan melihat
bagian otak secara melintang. Dari hasil pemeriksaan CT scan, bisa didapatkan informasi tentang
bagaimana keadaan otak. Hasil fotonya bisa menggambarkan apakah ada hematoma (perdarahan),
udema (bengkak) otak, ataupun kontusio (memar) otak. Khusus untuk hematoma, pada tingkat tertentu,
biasanya akan dilakukan operasi untuk mengeluarkan darah hematom yang tertimbun.
4.2 Perencanaan
Semua perencanaan keperawatan yang dituangkan pada kasus mengacu ke teoritis. Setiap tindakan
yang dilakukan berdasarkan rencana tindakan keperawatan.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d kerusakan neurovaskular (cedera pusat pernapasan di otak).
8. Resti perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan tingkat kesadaran, mual,
muntah.
Hal ini dikarenakan klien tidak ada gangguan pada pernapasan, baik itu gangguan jalan napas maupun
pola napas. Klien tidak ada sumbatan jalan napas, tidak ada sekret dijalan napas, tidak ada suara napas
tambahan (gurgling), napas tidak sesak, tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan, dan tidak ada
pernapasan cuping hidung. Sehingga pada perencanaan, diagnosa tersebut tidak diangkat.
4.3 Implementasi
Implementasi keperawatan yang dilaksanakan dari tanggal 4 April 2012 sesuai dengan rencana tindakan
keperawatan, yaitu:
Diagnosa primer
Diagnosa sekunder
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang
terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala.
Kerusakan pada lapisan otak paling atas (korteks serebri biasanya akan mempengaruhi kemampuan
berfikir, emosi dan perilaku seseorang. Daerah tertentu pada korteks serebri biasanya
bertanggungjawab atas perilaku tertentu, lokasi yang pasti dan beratnya cedera menentukan jenis
kelainan yang terjadi.
Manifestasi Klinis yang ditemukan adalah gangguan kesadaran, konfusi, perubahan TTV, sakit kepala,
vertigo, kejang, pucat, mual dan muntah, pusing kepala, terdapat hematoma, dan lain-lain.
Berdasarkan kajian teoritis yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat ditegakkan diagnosa
keperawatan pada klien dengan cedera kepala, sebagai berikut:
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d kerusakan neurovaskular (cedera pusat pernapasan di otak).
Dianosa tersebut tidak selalu semuanya dapat ditegakkan, hal ini sesuai dengan kondisi klien saat itu.
5.2 Saran
Penanganan pada klien dengan cedera kepala sangat ditekankan agar tidak terjadi kerusakan otak
sekunder. Dalam hal ini perawat harus bertindak dengan cepat dan tepat sesuai dengan standar asuhan
keperawatan.