Professional Documents
Culture Documents
HEMM For Customer
HEMM For Customer
Trakindo Utama
Training Center. Department
Published by:
Training Center. Dept
PT. Trakindo Utama
Jl. Raya Narogong Km.18 Cileungsi
Kab Bogor
Indonesia
Heavy Equipment Maintenance Management
Daftar Isi
Halaman
I. Pendahuluan …………………………………………………………… 2
II. Menejemen Alat Berat …………………………………………………………… 3
III. Menejemen Perawatan …………………………………………………………… 29
I
Heavy Equipment Maintenance Management
II
Heavy Equipment Maintenance Management
III
Heavy Equipment Maintenance Management
IV
Heavy Equipment Maintenance Management
1
Heavy Equipment Maintenance Management
I Pendahuluan
Focus,
Keuntungan apabila,
Produksi dengan
Biaya
Gambar 1
Heavy equipment Maintenance Management (HEMM) adalah bagian dari heavy equipment
management. Secara harfiah HEMM bisa diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi
menejemen perawatan alat berat.
Alasan kenapa kita harus mengelola alat berat yang dimiliki selalu berpusat pada satu
alasan pokok yaitu bagaimana kita bisa mendapatkan keuntungan yang sebesar besarnya
dari pengoperasian alat berat yang kita miliki.
Terdapat dua hal mendasar yang menentukan apakah keuntungan atau kerugian yang akan
didapat oleh pemilik alat berat. Dua hal tersebut adalah
Produksi
Biaya kepemilikan dan biaya pengoperasian
Apabila jumlah nominal hasil produksi lebih besar dari biaya maka selisih yang didapat bisa
dikatakan sebagai margin atau selisih yang disebut sebagai profit atau keuntungan.
Semakin besar selisih yang didapat maka artinya semakin besar keuntungan yang
diperoleh. Apabila yang terjadi adalah sebaliknya dimana secara nominal biaya lebih besar
dibandingkan dengan nominal produksi maka selisih yang ada bisa dikategorikan sebagai
kerugian.
Dari paparan diatas maka tentu saja pengelolaan terhadap alat berat yang dimiliki dilakukan
selalu diarahkan agar pemilik alat berat bisa memperoleh produksi yang semaksimal
mungkin dengan biaya yang seoptimum mungkin.
2
Heavy Equipment Maintenance Management
Gambar 2
Untuk bisa memperoleh keuntungan yang diharapkan tentu saja pemilik alat berat harus
melakukan menejemen terhadap unit yang mereka miliki. Serangkaian aktivitas dan proses
menejemen tersebut hendaknya selalu berpedoman pada tiga strategi pokok yang menjiwai
seluruh proses menejemen yang dilakukan.
Rancang dan operasikan alat agar selalu konsisten memenuhi target produksi dan
dengan biaya yang seoptimum mungkin. Ini adalah marupakan strategi dasar bagi
semua kegiatan produksi. Dalam hal menejemen alat berat memenuhi target
produksi mengandung pengertian bahwa pemilik alat harus selalu membuat rencana
produksi yang realistis sesuai dengan kapasitas produksi alat tersebut, medan kerja
serta kondisi lingkungan sekitar yang dihadapi. Menjaga kondisi alat berat agar
selalu tetap prima juga merupakan usaha yang harus terus dilaksanakan secara
konsisten. Sedangkan yang dimaksud dengan penggunaan biaya seoptimal mungkin
adalah suatu usaha memperoleh manfaat yang semaksimal mungkin dari semua
biaya yang timbul dari pengoperasian alat yang digunakan. Pemilik alat berat jangan
terjebak untuk menekan biaya operasi secara membabi buta, harus dipertimbangkan
juga akibat yang akan timbul dari pengurangan biaya tersebut. Apabila kerugian
yang timbul akibat penekanan biaya tersebut tidak sebanding dengan keuntungan
yang diperoleh maka hendaknya usaha pengurangan biaya tadi harus dikaji ulang
kembali. Secara eksplisit maka usaha untuk megeluarkan biaya seoptimal mungkin
adalah proses mengelola resiko (risk management).
Ketahui kinerja alat sesungguhnya mengandung pengertian untuk selalu memonitor
kondisi alat berat yang sedang dioperasikan. Dengan kondisi yang selalu termonitor
maka pemilik bisa dengan segera mendeteksi adanya kerusakan sedini mungkin
3
Heavy Equipment Maintenance Management
sebelum kerusakan tadi menjadi parah. Informasi tersebut sangat penting karena
dengan deteksi dini maka akan banyak sekali biaya yang bisa dihemat, selain itu
pemilik dapat memiliki keleluasaan untuk menentukan langkah apa yang akan
diambil.
Optimalisasi kinerja alat dapat dilakukan apabila dua strategi sebelumnya diatas
sudah dilakukan. Strategi selanjutnya untuk bisa meningkatkan keuntungan adalah
dengan melakukan terobosan terobosan baru berdasarkan data dan pengalaman
sebelumnya. Optimalisasi kinerja alat merupakan proses menemukan metoda agar
kinerja alat dapat lebih ditingkatkan dengan tingkat resiko yang tetap dapat
dikendalikan.
Tahapnya,
o Pemilihan
o Pembelian
o Pengoperasian
o Perawatan
o Peremajaan
Gambar 3
Untuk merumuskan tiga strategi dasar tadi menjadi proses menejemen yang bisa
direalisasikan maka terdapat lima langkah menejemen yang harus dilakukan, kelima hal
tersebut adalah:
4
Heavy Equipment Maintenance Management
Menejemen Pemilihan
Ruang Lingkup:
Gambar 4
Apabila mendapat suatu pekerjaan yang membutuhkan alat berat maka langkah yang
berikut dilakukan tentunya adalah memilih alat berat seperti apa yang akan digunakan.
Ruang lingkup permasalahan yang harus dipikirkan pada saat proses pemilihan tercakup
dalam tiga hal pokok, yaitu:
Metoda kerja yang sesuai dengan kondisi lapangan. Artinya adalah bahwa kondisi
medan dan lingkunganlah yang menentukan metoda kerja apa yang akan dipilih.
Kondisi medan kerja seperti jenis batuan, tekstur dan kontur tanah, ketinggian
dari permukaan laut, cuaca, suhu lingkungan dll. Berdasarkan informasi tadi maka
bisa ditentukan metoda apa yang paling cocok dilakukan.
Target produksi. Setelah menentukan metoda operasi yang akan dilakukan maka
tentunya bisa dihitung perkiraan produksi yang diharapkan dapat diperoleh per
satuan waktu tertentu.
Sesuaikan jenis, kemampuan, kelengkapan serta jumlah alat. Dari metoda operasi
dan target produksi yang sudah ditentukan sebelumnya tersebut maka selanjutnya
dapat dipilih jenis alat berat apa yang cocok. Perlu dipikirkan juga alat kerja
tambahan (attachment) apa saja yang mungkin perlu dipasang serta jumlah alat
beratnya itu sendiri.
5
Heavy Equipment Maintenance Management
Menejemen Pemilihan
Pertimbangan,
Spesifikasi
Produktivitas, waktu &
biaya
Fleet Match
Job Study
Demo
Studi Banding
Gambar 5
Dalam menentukan pilihan alat berat yang akan dimiliki tentunya ada pertimbangan yang
harus difikirkan sebelum menjatuhkan pilihan. Pertimbangan ini akan menentukan brand
apa yang akan dijadikan sebagai pilihan.
Pertimbangan yang pertama adalah spesifikasi dari alat berat tersebut. Spesifikasi ini
juga menyangkut features yang dimiliki oleh alat berat tersebut. Penentuan
spesifikasi tentunya harus disesuaikan dengan target produksi, kondisi medan kerja,
faktor keselamatan kerja, peraturan dari pemerintah dsb.
Produktifitas, waktu dan biaya menjadi penting karena berkaitan langsung dengan
keandalan dan ketahanan kerja alat berat. Semakin andal alat tersebut artinya
adalah produktifitas yang tinggi dan ketahanan terhadap gangguan yang timbul
sehingga alat berat tersebut jarang rusak yang artinya biaya yang minimum untuk
perbaikan.
Fleet match, atau kesesuaian armada artinya adalah konfigurasi armada alat berat
yang sesuai. Baik segi jumlah maupun kapasitas kerja. Sebagai contoh secara ideal
maka unit OHT 789 akan match dengan loading tool 5130. Sedangkan jumlah OHT
yang sesuai tergantung dari jarak satu siklus kerja dan perjalanan dari OHT tersebut.
Job study dan demo perlu dilakukan apabila hasil perhitungan teoritis memerlukan
pembuktian yang lebih kuat.
Sebagai pertimbangan terakhir mungkin juga dilakukan perbandingan antara dua
atau lebih unit yang memiliki jenis dan spesifikasi yang sama tapi dari brand yang
berlainan.
Berdasarkan pertimbangan pertimbangan tersebut akan didapat alat berat yang tepat.
6
Heavy Equipment Maintenance Management
Menejemen Pemilihan
Tujuan
Alat yang dipilih dapat memenuhi target
produksi secara konsisten,effisien &
berkesinambungan
Gambar 6
Sebagai tujuan akhir dari menejemen pemilihan tersebut tentunya adalah calon pemilik alat
berat akan memiliki unit yang memberikan keuntungan optimum karena alat berat yang
dipilih mampu memenuhi target produksi secara konsisten, efisien dan bekesinambungan.
7
Heavy Equipment Maintenance Management
Menejemen Pembelian
Ruang Lingkup:
Gambar 7
Setelah menentukan pilihan terhadap unit yang akan dioperasikan maka tahap berikutnya
adalah melakukan serangkaian kalkulasi finansial untuk menentukan metoda finansial apa
yang paling efisien.
Perhitungan yang dilakukan bisa merujuk pada analisa investasi alat (Equipment
Investment Analysis,EIA) yang memasukan faktor-faktor biaya dan pendapatan yang akan
muncul sepanjang pengoperasian alat berat.
Dari analisa itu akhirnya dapat ditentukan metoda apa yang paling sesuai dengan
kemampuan perusahaan dalam membiayai pembelian. Selain dengan pembayaran tunai
maka salah satu anak perusahaan dari PT. Tiara Marga Trakindo yaitu PT. Chandra Sakti
Utama Leasing (CSUL) bisa menjadi alternatif dalam pembelian alat berat secara leasing.
Selanjutnya tidak ketinggalan tentunya harus dipikirkan juga bagaimana mekanisme kontrol
biaya apabila nanti alat berat tersebut sudah dimiliki dan dioperasikan. Hal ini cukup
penting untuk melihat apakah skema analisa investasi yang sebelumnya dihitung bisa
diterapkan pada operasi kerja sesungguhnya.
8
Heavy Equipment Maintenance Management
Menejemen Pembelian
Pertimbangan
Produktivitas
Kemampuan Kesiapan Alat
Biaya
Harga Jual Alat Bekas
Keuangan
Dukungan Dealer
Gambar 8
Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa EIA akan memberikan perkiraan akurat
mengenai skema pemasukan dan pengeluaran yang akan timbul selama pengoperasian alat.
Analisa EIA telah memasukan faktor-faktor produktivitas, kemampuan kesiapan alat, biaya
(harga awal, perawatan, perbaikan dan rekondisi), harga jual alat bekas dan faktor
kemampuan keuangan perusahaan.
Selanjutnya walaupun tidak masuk kedalam perhitunga EIA ada satu faktor lagi yang harus
diperhatikan yaitu dukungan purna jual dari alat berat tersebut.
Dukungan perna jual yang baik sangat diperlukan untuk memastikan agar alat yang dimiliki
bisa meghasilkan keuntungan yang diharapkan.
Dengan pengalamannya yang cukup panjang serta didukung oleh jaringan kantor cabang
yang ada di seluruh pelosok negeri maka PT. Trakindo Utama selalu berusaha memberikan
layanan purna jual yang terbaik untuk para pelanggannya. Tidak hanya di sektor
penyediaan suku cadang, penjualan dan perbaikan, PT. Trakindo Utama juga selalu
membuka pintu selebar lebarnya bagi para pelanggan untuk membantu mengatasi semua
permasalahan yang timbul berkenaan dengan pengoperasian alat berat.
9
Heavy Equipment Maintenance Management
Menejemen Pembelian
Tujuan
Alat yang dibeli dapat memberikan keuntungan
finansial secara konsisten sepanjang usia
pemakaiannya
10
Gambar 9
Tujuan dari semua proses analisa diatas tentunya adalah agar alat yang dibeli dapat
memberikan keuntungan finansial yang konsisten sepanjang usia pemakaiannya.
10
Heavy Equipment Maintenance Management
Harga
Beli
Biaya Operasi
Biaya tidak Produktif
Harga jual Alat Bekas
Kesiapan Alat
Produktivitas
Potensi Keuntungan
11
Gambar 10
Dari analisa yang telah dilakukan akan terlihat bahwa untuk mendapatkan keuntungan yang
optimum dari pengoperasian alat para calon pemilik alat berat hendaknya jangan terpaku
pada harga dari alat berat tersebut. Hasil analisa akan memperihatkan bahwa selain dari
harga alat masih banyak faktor lain yang berpengaruh, seperti: biaya pengoperasian, biaya
tidak produktif dll.
Kesalahan yang umumnya dilakukan oleh para calon pemilik alat berat adalah terlalu
menitik beratkan pada biaya awal yang harus dikeluarkan atau harga belinya. Hal itu terjadi
dengan pertimbangan bahwa semakin murah harga alatnya maka makin besar potensi
keuntungan yang akan didapat. Dengan cara pendang seperti itu maka bisa diibaratkan kita
sedang melihat gunung es di lautan, yang terlihat adalah puncak gunung es yang ada di
permukaan laut. Puncak gunung es tersebut adalah harga beli alat baru. Dibawah gunung
es tersebut sebenarnya terdapat massa es yang jauh lebih besar dari massa es yang
kelihatan di permukaan. Massa es di bawah permukaan laut itu bisa diibaratkan sebagai
faktor-faktor lain yang memiliki pengaruh lebih besar terhadap potensi keuntungan yang
akan didapat.
11
Heavy Equipment Maintenance Management
Survey
Faktor yg mempengaruhi
Keuntungan
12
Gambar 11
Menurut survey yang pernah dilakukan oleh Caterpillar. Co terdapat lima faktor yang
mempengaruhi keuntungan yang akan didapat. Keliha factor tersebut adalah:
Harga unit
Harga jual alat bekas
Biaya operasi
Kesiapan alat
Produktifitas
Dari survey tersebut juga dilakukan penelitian mengenai besarnya pengaruh dari masing-
masing faktor tadi terhadap potensi keuntungan.
Apabila terjadi perubahan kuantitaif sebesar satu persen dari masing-masing factor diatas
ternyata hasilnya cukup mengejutkan, seperti tampak pada gambar diatas.
Perubahan sebesar satu persen terhadap harga beli unit baru ternyata hanya akan
memberikan pengaruh sebesar antara 0,5% sampai 0,9% terhadap potensi keuntungan
yang akan didapat.
Dari survey yang didapat terlihat bahwa faktor yang memberikan pengaruh paling besar
terhadap keuntungan adalah kesiapan alat dan produktivitas.
12
Heavy Equipment Maintenance Management
Strategy
Gambar 12
Kesimpulan yang bisa ditarik dari hasil penelitian tersebut lebih menguatkan teori gunung
es yang sebelumnya telah disinggung yaitu bahwa para calon pemilik alat berat jangan
terpaku pada harga pembelian unit saja.
Survey tersebut juga memberikan gambaran skala prioritas faktor-faktor manakah yang
harus kita perbaiki untuk meningkatkan keuntungan.
13
Heavy Equipment Maintenance Management
Menejemen Pengoperasian
Ruang Lingkup
14
Gambar 13
Selanjutnya dengan asumsi bahwa unit yang dibeli sudah sampai ditempat kerja maka
langkah selanjutnya adalah bagaimana melakukan menejemen pengoperasian yang baik.
Ruang lingkup menejemen pengoperasian ini sebenarnya sebagian telah dipikirkan saat
melakukan pemilihan alat berat. Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana
merealisasikan rencana kerja tersebut dengan selalu melakukan penyesuaian-penyesuaian
dengan perubahan yang terjadi. Perubahan tersebut misalnya adalah kondisi lingkungan
kerja yang selalu dinamis dan berkembang, faktor keselamatan dan terget produksi yang
ingin dicapai untuk satu periode tertentu.
Dengan pemahaman mengenai faktor yang mempengaruhi besarnya potensi keuntungan
yang akan didapat seperti yang sudah dijelaskan diatas maka faktor kesiapan alat akan
menjadi hal yang sangat penting. Dari sini hendaknya mulai difahami juga bahwa tidak
mungkin didapat tingkat kesiapan alat yang tinggi tanpa adanya proses perawatan yang
baik terhadap alat berat yang dioperasikan. Ini berarti bahwa harus terjalin pengertian yang
baik antara bagian produksi yang bertanggung jawab untuk masalah menejemen
pengoperasian dengan bagian perawatan yang bertanggung jawab untuk merawat alat
berat tersebut.
14
Heavy Equipment Maintenance Management
Menejemen Pengoperasian
Pertimbangan
Kondisi kesiapan alat
Metoda kerja
Keterampilan operator
Cycle time
Komunikasi
Kontrol
15
Gambar 14
Dalam malakukan menejemen pengoperasian alat berat terdapat faktor-faktor yang selalu
secara konsisten harus dipertimbangkan. Faktor-faktor tersebut adalah:
Kondisi kesiapan alat. Untuk dapat merealisasikan semua rencana berkenaan dengan
pengoperasian alat berat maka faktor kondisi dari alat tersebut akan sangat
berpengaruh. Unit yang kondisinya tidak siap 100% tentunya tidak mungkin akan
dapat menghasilkan kinerja 100% juga. Karena itu setiap operator harus memiliki
kemampuan untuk bisa selalu memonitor kondisi unit yang dikendarainya. Selain itu
kemampuan para teknisi juga harus diperhatikan agar dapat mengembalikan kondisi
unit ke kondisi terbaiknya apabila terjadi penurunan unjuk kerja.
Metoda kerja. Hendaknya selalu menyesuaikan dengan kondisi dinamis dari medan
yang dihadapi.
Ketrampilan operator. Hal ini tidak bisa ditawar lagi tentunya. Ketrampilan operator
sangat berpengaruh terhadap produktivitas yang dihasilkan.
Cycle time, waktu siklus yang dimaksud disini adalah waktu yang dibutuhkan oleh
alat berat untuk melakukan serangkain proses pada saat bekerja. Waktu siklus
antara lain dipengaruhi oleh: medan kerja, jarak yang harus ditempuh atau material
kerja yang dihadapi. Perubahan waktu siklus juga akan sangat mempengaruhi
komposisi dan jumlah alat yang bekerja di satu lokasi.
Komunikasi antar para operator dilapangan, para operator dengan pengawas dan
bagian perawatan juga harus menjadi bahan pertimbangan. Tanpa komunikasi yang
baik maka tidak akan didapat kerjasama kelompok yang baik. Dalam suatu armada
alat berat maka hasil yang diperoleh selalu merupakan hasil kerja sebuah kelompok.
Setelah semuanya bisa didapat yang berikutnya tidak boleh dilewatkan adalah
bagaimana mengontrol semua proses pengoperasian yang sedang terjadi di
lapangan. Sistem kontrol yang baik akan bisa menjaga konsistensi hasil kerja dan
kekompakan kerjasama tim.
15
Heavy Equipment Maintenance Management
Menejemen Pengoperasian
Tujuan
Optimalisasi Produktivitas untuk mencapai
Target Produksi dengan Total Biaya seoptimal
mungkin
16
Gambar 15
Tujuan dari menejemen pengoperasian adalah mengoptimalkan produktivitas tiap alat berat
yang dioperasikan agar selalu dapat memenuhi target produksi dengan biaya yang
seoptimal mungkin.
16
Heavy Equipment Maintenance Management
Menejemen Perawatan
Ruang Lingkup
17
Gambar 16
Pada penjelasan sebelumnya telah ditekankan bahwa kesiapan alat dan produktivitas yang
tinggi tidak akan mungkin didapat tanpa melakukan proses perawatan yang semestinya.
Sehingga ruang lingkup pemikiran yang berkaitan dengan menejemen perawatan adalah
bagaimana melakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk menjaga alat berat yang
dimiliki selalu berada dalam kondisi terbaiknya, meminimalkan atau bahkan menghilangkan
berhentinya unit karena kerusakan mendadak.
Apabila hal tersebut bisa terlaksana maka tentunya potensi keuntungan yang akan didapat
akan meningkat.
17
Heavy Equipment Maintenance Management
Menejemen Perawatan
Pertimbangan
Biaya
Waktu terbuang karena unit tidak bisa
beroperasi (Down Time)
Strategi perawatan
Perencanaan
Pelaksanaan pekerjaan
Komunikasi
18
Gambar 17
Untuk melakukan proses perawatan yang cerdas maka terdapat beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan, hal-hal tersebut adalah:
Biaya yang timbul akibat malakukan proses perawatan adalah hal yang tidak bisa
dihindari. Yang harus dihindari adalah melakukan penekanan biaya perawatan tanpa
melakukan pengkajian mendalam sebelumnya. Sebagai contoh sederhana adalah
penggunaan oli yang tidak sesuai spesifikasi tentunya akan menghasilkan
penghematan yang signifikan. Tetapi penggunaan oli tersebut akan meningkatkan
resiko timbulnya kerusakan yang justru nantinya akan membutuhkan biaya yang
lebih besar untuk memperbaikinya.
Faktor biaya tidak semata mata mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan untuk
melakukan perawatan, tapi juga kerugian yang timbul karena unit tidak bekerja.
Karena itu hendaknya selalu dipikirkan cara bagaimana melakukan perawatan
dengan waktu yang sesingkat mungkin dengan tanpa mengurangi kualitas hasil
pekerjaannya dan tanpa menimbulkan biaya tambahan.
Strategi perawatan adalah langkah proaktif yang dilakukan agar proses perawatan
yang dilakukan bisa secara konsisten mencapai tujuannya. Strategi yang baik adalah
strategi yang secara berkesinambungan selalu mencari terobosan baru dalam
melakukan proses perawatan untuk meningkatkan hasil akhir. Jangkauan dari
strategi yang dicanangkan haruslah memiliki rentang waktu yang panjang.
Perencanaan adalah proses penjadwalan dan proses mempersiapkan semua sumber
daya yang diperlukan untuk melakukan perawatan secara effisien.
Pelaksanaan pekerjaan perawatan dilaksanakan oleh tenaga teknisi. Kualitas dari
pekerjaan adalah faktor yang harus secara konsisten dijaga dan terus ditingkatkan.
Komunikasi juga merupakan hal yang harus dipertimbangkan, seperti juga
pengoperasian alat berat maka proses perawatan adalah suatu kerja kelompok.
Komunikasi harus terjalin baik antara para teknisi juga antara para teknisi dan
kelompok perencana dan kelompok penentu strategi.
18
Heavy Equipment Maintenance Management
Menejemen Perawatan
Pertimbangan
Perawatan Perbaikan
Sederhana Rumit
Alat bantu … murah Alat bantu … mahal
Waktu … minim Waktu … lebih lama
Biaya … murah Biaya … mahal
Resiko rendah Resiko tinggi
19
Gambar 18
Perawatan yang dilakukan juga bertujuan untuk mendeteksi dan mencegah timbulnya
kerusakan. Secara teknis tentunya pelaksanaan perawatan jauh lebih mudah dan murah
dibandingkan proses perbaikan. Dengan alasan itulah maka proses inspeksi juga
dikategorikan sebagai bagian dari kegiatan perawatan.
19
Heavy Equipment Maintenance Management
Menejemen Perawatan
Tujuan
20
Gambar 19
Tujuan dari suatu proses perawatan secara lebih terinci adalah untuk:
20
Heavy Equipment Maintenance Management
Biaya
Biaya Operasi
Operasi
Biaya
Perawatan
Biaya Perbaikan
Biaya Bahan Bakar
Biaya GET
Biaya Ban/ Undercarriage
Biaya Down Time
Biaya Sukucadang
Rendahnya harga jual alat bekas
21
Gambar 20
Fenomena gunung es juga rupanya terjadi pada proses perawatan. Ditemukan banyak
kasus dimana pemilik alat melakukan penekanan biaya yang cukup besar pada komponen
biaya untuk perawatan berkala. Hal ini terjadi karena komponen biaya perawatan adalah
komponen yang paling sering muncul dikarenakan frekwensi-nya yang cukup sering
dilakukan. Seperti melihat puncak gunung es maka pemilik alat tersebut dengan segera
melakukan penekanan biaya pada komponen biaya yang paling sering terlihat tanpa
memikirkan resiko yang ditimbulkannya. Padahal seperti bagian gunung es yang ada
dibawah permukaan laut komponen biaya pengoperasian yang lain yang nominal biayanya
lebih tinggi malah tidak terlihat. Sebagai contoh bisa diambil komponen undercarriage
memiliki porsi hampir mencapai 60% dari total biaya pengoperasian dari sebuah unit
berpenggerak rantai.
21
Heavy Equipment Maintenance Management
Inefficiency
Optimum Total Annual Hours
Production
8760 Hours
Machine Operation
Schedule of Operation
22
Gambar 21
Gambar diatas memberikan ilustrasi mengenai distribusi alokasi waktu yang digunakan
pada suatu alat berat.
Total jam se lama satu tahun adalah sebanaya 8760 jam. Setelah dikurangi oleh hari libur
dan hari raya maka waktu yang tersisa bisa dinyatakan sebagai jam kerja perusahaan yang
mengoperasikan alat berat tersebut. Dari jam kerja perusahaan ada waktu dimana alat
berat harus berhenti beroperasi agar pada unit tersebut bisa dilakukan perawatan yang
terencana seperti preventive maintenance. Siasanya adalah waktu yang dijadwalkan agar
alat tadi bisa beroperasi. Tetapi kenyatannya seringkali unit tidak bisa seratus persen
bekerja untuk memenuhi jadwal operasinya dikarenakan terjadi kerusakan tidak terencana
yang mengakibatkan alat tidak bisa bekerja. Apabila misalnya saja kerusakan tadi bisa
dihilangkan sehingga alat bisa bekerja sepenuhnya sepanjang waktu kerja yang dijadwalkan
dan waktu perawatan bisa dilakukan di luar jam kerja perusahaan maka dikatakan
mechanical availability dari alat berat tersebut adalah 100%.
Setelah dikurangi waktu untuk memperbaiki kerusakan mendadak tadi ternyata secara
umum alat tidak bisa dioperasikan sepanjang sisa waktu tersebut. Hal ini dikarenakan
timbulnya delay, faktor keterlambatan pada saat alat berat akan beroperasi, ataupun alat
tidak bsia bekeja dikarenakan harus menunggu cuaca membaik.
Sisa waktu yang ada baru bisa digunakan untuk alat bekerja secar penuh. Tetapi saat itu
juga ada faktor inefesiensi yang mengurangi hasil akhir dari operasi alat tersebut.
22
Heavy Equipment Maintenance Management
Kesiapan Alat
Mechanical Availability
23
Gambar 22
Dari ilustrasi alokasi waktu yang sudah dijelaskan sebelumnya maka dikenal istilah
‘Mechanical Availability” atau yang dalam bahasa Indonesia bisa diterjemahkan sebagai
kesiapan alat mekanis yang rumusnya adalah seperti tercantum diatas.
Besaran inilah yang biasanya dijadikan acuan dalam menentukan kesiapan suatu alat.
Semakin tinggi kesiapan alat mekanis mengandung arti semakin sedikitnya timbul
kerusakan mendadak yang mengakibatkan alat tidak beroperasi dan/atau semakin
effisiennya penggunaan waktu saat melakukan perawatan alat.
23
Heavy Equipment Maintenance Management
Perawatan VS Kerusakan
Perawatan/ Rusak
Inspeksi
Perawatan/
Rusak
Inspeksi (parah)
25
Gambar 23
Berdasarkan atas penelitian empiris juga ditemukan bahwa agar kesiapan alat mekanis
tinggi dalam artian minimnya terjadi kerusakan mendadak maka kegiatan perawatan dan
inspeksi harus memiliki porsi yang memadai.
Jika sebaliknya, apabila kegiatan perawatan ataupun inspeksi dikurangi baik dari segi
kuantitas maupun kualitas maka penelitian empiris menunjukan bahwa kerusakan
mendadak menjadi semakin sering bahkan cenderung menimbulkan kerusakan yang lebih
parah.
24
Heavy Equipment Maintenance Management
Peremajaan (Penggantian)
Ruang Lingkup & Tujuan
26
Gambar 24
Proses menejemen yang terakhir dalam menejemen alat berat adalah menejemen
peremajaan. Ruang lingkup pemikiran yang harus terliput adalah bagaimana agar alat yang
dioperasikan tetap bisa memberikan keuntungan bagi pemilik alat walaupun usianya sudah
habis atau nilai bukunya sudah nol.
Alat tersebut dapat diremajakan dengan melakukan rekondisi total atau general overhaul
tetapi bila sudah sampai pada suatu nilai tertentu dimana biaya yang timbul ataupun
tuntutan keadaan sudah tidak menguntungkan lagi maka alat tersebut harus di jual atau
bahkan dibesituakan.
25
Heavy Equipment Maintenance Management
Peremajaan (Penggantian)
Pertimbangan
27
Gambar 25
26
Heavy Equipment Maintenance Management
Peremajaan (Penggantian)
Pertimbangan,
Biaya Penyusutan & • Tetap Gunakan
Ganti Baru tinggi Unit lama
Biaya Investasi tinggi • S.d.a
Biaya Perbaikan tinggi • Ganti
Biaya Downtime tinggi • Ganti
Biaya Model Kuno tinggi • Ganti
28
Gambar 26
Bagi pemilik alat maka pertimbangan biaya yang dapat diperhatikan adalah:
Apabila biaya penyusutan masih dirasakan tinggi maka apapun yang terjadi terpaksa
tetap menggunakan alat yang tersedia
Apabila biaya investasi tinggi juga terpaksa menggunakan alat yang ada
Tetapi apabila ternya biaya perbaikan tinggi (diatas 60% harga baru) maka akan
lebih bijaksana apabila membeli alat baru
Biaya alat berhenti beroperasi tinggi juga lebih menguntungkan membeli alat baru.
Biaya alat berhenti ini adalah perhitungan kerugian yang timbul dikarenakan alat
tidak bisa bekerja pada suatu rentang waktu tertentu, misalkan sebuah OHT
pengangkut batu bara tidak dapat beroperasi selama lima jam karena ada masalah
mendadak maka bisa dihitung kerugian yang timbul dengan menghitung tonase batu
bara yang tidak dapat diangkut oleh OHT tersebut selama lima jam.
Biaya model kuno adalah biaya yang ditimbulkan karena alat yang digunakan model
dan spesifikasinya sudah ketinggalan zaman. Sehingga walaupun dia berada dalam
kondisi terbaiknya tetap saja spesifikasinya tidak mampu memenuhi tuntutan
produksi saat ini yang semakin tinggi.
27
Heavy Equipment Maintenance Management
Equipment Management
TRENDS:
Yesterday Today/Tomorrow
Operation vs Operation & Maintenance
maintenance Teamwork
Scheduled Scheduled Maintenance &
Maintenance Indicators
Manufacturer Customized Maintenance for
Benchmarks
29
Gambar 27
Sebagai panutup penjelasan mengenai menejemen alat berat sekarang kita lihat
kecenderungan apa yang timbul di dunia menejemen peralatan menghadapi tantangan yang
semakin berat saat ini dan masa yang akan datang:
Yang pertama adalah adalah bahwa grup operasi dan perawatan harus menjadi
suatu tim yang solid untuk menjawab tantangan yang semakin berat
Perawatan tidak hanya menitik beratkan pada melakukan perawatan yang terencana
tapi juga harus mulai diasah kemampuan untuk menangkap indikasi-indikasi
kerusakan sedini mungkin
Perawatan yang dilakukan tidak lagi bersifat umum tapi harus disesuaikan dengan
kondisi local tempat dimana alat tersebut bekerja
Kemitraan antara delaer dan pengguna yang harus diperkuat. Hal ini harus dilakukan
karena untuk bisa bertahan dalam dunia bisnis yang semakin ketat maka setiap
perusahaan harus memusatkan kekuatan pada bidang bisnis inti yang digeluti.
Sehingga untuk melakukan menejemen pengoperasian maka pihak dealer harus
secara proaktif membantu pemilik unit.
Persaingan dan standar kerja yang bertaraf global
28
Heavy Equipment Maintenance Management
Menejemen Perawatan
30
Gambar 28
Menejemen Perawatan
Tujuan
31
Gambar 29
Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa tujuan menejemen perawatan adalah untuk
mencapai hal-hal seperti tersebut diatas.
29
Heavy Equipment Maintenance Management
Menejemen Perawatan
32
Gambar 30
Untuk melakukan menejemen perawatan maka terdapat 8 elemen yang harus dilaksanakan.
Masing-masing elemen tesebut adalah:
Preventive maintenance
Kontrol kontaminan
Analisa fluida
Memonitor kondisi
Pelatihan
Jadwal perawatan
Menejemen perbaikan
Pencatatan
30
Heavy Equipment Maintenance Management
33
Gambar 31
Elemen yang pertama adalah ‘Preventive Maintenance”. Definisi dari PM adalah perawatan
berkala minimum yang harus dilakukan tepat waktu.
Dikatakan perawatan minimum disini karena aktivitas yang dilakukan merupakan kegiatan
perawatan yang sangat sederhana dan mendasar, sebagai contoh adalah: kegiatan
penggantian oli.
Walaupun sederhana kegiatan PM ini harus dilakukan secara rutin dan tepat waktu, hal ini
disebabkan karena memang dalam rentang waktu yang sudah ditentukan itulah terjadi
penurunan kemampuan dan kualitas barang yang harus dirawat. Sebagai contoh bisa
disebutkan disini bahwa secara umum oli engine akan mengalami penurunan kemapuan
kerja sampai ambang waktu yang diizinkan sampai 250 jam.
31
Heavy Equipment Maintenance Management
PREVENTIVE MAINTENANCE
34
Gambar 32
Untuk memudahkan pemilik alat melakukan PM maka telah dibuat semacam rambu
berbentuk segitiga yang masing-masing sisinya tertulis elemen dari kegiatan PM tersebut.
Masing-masing elem tersebut adalah:
Cairan Caterpillar
Filter Caterpillar
Analisa fluida Caterpillar
Ketiga hal ini apabila bersinergi dan dilakukan tepat waktu sudah cukup untuk dapat
menjamin bahwa alat berat yang dimiliki akan selalu dalam kondisi prima.
32
Heavy Equipment Maintenance Management
PREVENTIVEMAINTENANCE
Buku
petu
P
en n ju
gop kP
e e r
rasia aw
nA a ta
n
35
Gambar 33
Untuk melakukan PM secara benar maka buku “Petunjuk Perawatan dan Pengoperasian
Alat” dapat dijadikan sebagai patokan.
Sedangkan untuk pelaksanaannya akan lebih baik apabila detail pekerjaan PM yang
terdapat dalam buku petunjuk dipindahkan menjadi sebentuk lembar cek list yang lebih
ringkas. Hal tersebut akan sangat membantu teknisi yang mengeksekusi pekerjaan PM
tersebut.
33
Heavy Equipment Maintenance Management
Menejemen Perawatan
36
Gambar 34
Elemen berikutnya dari menejemen perawatan adalah kontrol kontaminasi. Yang menjadi
tujuan dari kegiatan ini adalah memastikan agar semua sistem yang bekerja pada alat berat
terbebas dari kontaminan.
Kontaminan yang timbul secara perlahan-lahan akan mengurangi kinerja dari alat berat
yang bersangkutan. Pengurangan kinerja ini tentu secara perlahan-lahan dan tanpa terasa
juga akan mengurangi keuntungan yang mestinya didapat.
Karena itulah maka kontaminan juga diberi julukan sebagai pencuri diam-diam atau “silent
thief”.
34
Heavy Equipment Maintenance Management
Metals
SYSTEM
Panas Udara
Water
Zat Kimia
37
Gambar 35
Sebelum pembahasan dilakukan lebih jauh lagi maka terlebih dahulu harus kita sepakati
bersama apa yang dimaksud dengan kontaminan.
Kontaminan adalah zat atau senyawa atau kondisi yang tidak dikehendaki berada didalam
system. Keberadaan zat ini di dalam system dapat mengganggu kenerja sistem bahkan
dalam jangka panjang bisa merusak sistem itu sendiri.
Jenis kontaminan secara garis besar bisa digolongkan menjadi dua golongan besar yaitu:
35
Heavy Equipment Maintenance Management
SUMBERKONTAMINAN
O li baruyang
tercem ar
Saat Isi/G anti Oli
Terbentukdengan
sendirinyasaat O li
dipergun akan
38
Gambar 36
Kontaminan bisa bersumber dari lingkungan diluar sistem yang karena satu dan lain hal
masuk ke dalam sistem atau bisa juga kontaminan tersebut timbul dengan sendirinya di
dalam sistem.
Untuk jenis yang pertama disini bisa diberikan contoh adalah oli baru yang tercemar pada
saat penyimpanan atau saat proses pengisian ke dalam sistem.
Sedangkan pada kasus yang kedua terjadi didalam sistem sebagai akibat proses keausan
didalam sistem itu sendiri, misalnya munculnya partike aluminium sebagai akibat proses
keausan pada bantalan (bearing)
36
Heavy Equipment Maintenance Management
10 30 40
S
80
M I C RON
39
Gambar 37
Sebagai gambaran bisa diberikan illustrasi disini mengenai tingkat kebersihan oli pada
system hidrolik yang disyaratkan pada unit-unit alat berat Caterpillar.
Kontrol kontaminasi mensyaratkan dua hal yang harus dipenuhi. Yang pertama adalah
besarnya dimensi maksimum dari partikel yang diizinkan berapada didalam system dengan
satuan micron dan jumlah partikel maksimum yang diizinkan berada didalam system
dinyatakan dengan ppm atau jumlah per milliliter.
Sebagai ilustrasi mengenai besarnya dimensi maksimum yang di izinkan bisa dilihat pada
gambar diatas. Apabila radius rata-rata satu helai rambut manusia adalah sebesar 80
micron maka separuh dari radiusnya itu (40 micron) merupakan ukuran minimum yang bisa
dilihat oleh mata telanjang manusia. Spesifikasi system hidrolik Caterpillar memiliki batas
kotoran yang masuk ke dalam system dalam rentang 10 sampai 30 micron, hal ini ditandai
dengan penggunaan filter hidrolik yang memiliki kerapatan 30 micron. Jadi untuk menjaga
agar system bisa terjaga kinerjanya pemilik alat berat berurusan dengan kotoran yang tidak
bisa dilihat dengan mata telanjang.
Sedangkan untuk jumlah partikel maksimum yang di izinkan pada system hidrolik
Caterpillar menggunakan notasi dengan standard ISO sebesar 21/16. Dimana angka 21
menyatakan jumlah partikel berukuran diatas 5m sebanyak antara 10.000 sampai 20.000
partikel/ml dan angka 16 menyatakan jumlah partikel berukuran diatas 15m sebanyak
antara 320 sampai 640 partikel/ml. Apabila syarat kebersihan oli ini tidak terpenuhi maka
oli tersebut harus disaring kembali menggunakan alat yang disebut kidney loop sampai
tingkat kebersihannya memenuhi persyaratan yang diminta.
Untuk menghitung jumlah partikel PT. Trakindo Utama menggunakan alat PAMAS Particle
Counter. Sebagai ilustrasi tingkat kebersihan yang disyaratkan oleh system hidrolik ini
maka bisa dibayangkan apabila kita memasukan satu sendok makan kopi ke dalam satu
drum oli hidrolik maka bisa dipastikan oli dalam drum tersebut tidak akan memenuhi
standar kebersihan yang diminta.
Program kontrol kontaminasi ini menjadi sangat penting mengingat saat ini sistim hidrolik
Caterpillar menggunakan tekanan yang lebih besar untuk menghasilkan tenaga hidrolik
yang lebih besar pula. Misalnya pada alat excavator 320C tekanan hidrolik yang digunakan
maksimumnya bisa mencapai 5000 psi. Selain itu komponen-komponen yang mendukung
system kerja hidrolik juga semakin presisi untuk meningkatkan effesiensi kerja hidroliknya
37
Heavy Equipment Maintenance Management
Pencegahan
40
Gambar 38
Mengingat betapa pentingnya mengontrol agar kontaminan tidak masuk ke dalam system
maka beberapa langkah pencegahan yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut:
Secara internal PT. Trakindo Utama memiliki standar untuk menilai tingkat kontrol
kontaminasi pada tiap bengkelnya. Rating paling tinggi adalah bengkel dengan rating
kontrol kontaminasi bintang lima yang berarti bengkel yang bersangkutan telah memenuhi
semua syarat dan melakukan semua prosedur untuk selalu mengontrol kontamisi.
38
Heavy Equipment Maintenance Management
Menejemen Perawatan
41
Gambar 39
Elemen selanjutnya adalah analisa fluida atau analisa cairan yang terdapat pada alat berat.
Analisa cairan ini bisa diibaratkan dengan periksa darah manusia yang dilakukan di
laboratorium kesehatan.
Secara teratur dan berkala analisa cairan ini harus dilakukan karena selain dapat
mendeteksi apa saja komponen yang ada didalam cairan (terutama oli) dengan serangkaian
hasil sample yang dianalisa akan didapatkan juga trend, pola atau kecenderungan laju
peningkatan jumlah partikel tertentu yang ada didalam oli.
Trend yang didapat dari hasil analisa ini sangat berguna untuk bisa melakukan langkah
prognostic yaitu langkah pendeteksian gejala kerusakan sebelum masalah tersebut muncul
atau menjadi semakin parah.
39
Heavy Equipment Maintenance Management
F lu id A n a ly s is
C o m m u n ic a tio n
T e c h n ic a l In te rp re ta tio n
42
Gambar 40
40
Heavy Equipment Maintenance Management
Menejemen Perawatan
43
Gambar 41
Elemen memonitor kondisi adalah elemen yang harus paling sering dilakukan bahkan
hendaknya selalu dilakukan setiap saat.
Dengan melakukan monitoring yang terus menerus yang diharapkan adalah pemilik alat
berat bisa mendeteksi sedini mungkin gejala-gejala kerusakan dari unit yang dimilikinya.
Dengan mengetahui sejak awal adanya gejala kerusakan maka pemilik unit dapat segera
melakukan langkah korektif secepatnya sehingga kerusakan yang semakin paran dan unit
rusak mendadak bisa dihindari.
Dalam tiap-tiap unit juga selalu sudah terpasang instrumen-instrumen yang dapat dimonitor
oleh operator saat mengoperasikan alat berat. Sistim monitor EMS. CMS, CAT MS, VIDS,
VIMS sampai Minestar merupakan contoh sistim yang dipasang dengan kegunaan untuk
memonitor dan memberikan peringatan tentang kondisi kerusakan pada alat berat.
Langkah perbaikan sebelum kerusakan menjadi parah atau berhenti mendadak tentu saja
sangat berpengaruh terhadap factor biaya.
Monitoring kondisi juga bahkan bisa digunakan untuk melakukan tindakan rekondisi atau
penggantian sebelum unitnya mengalami kerusakan. Konsep perbaikan/penggantian
sebelum rusak merupakan tindakan proaktif yang telah dilakukan oleh PT. Trakindo Utama
pada kontrak-kontrak perawatan yang selama ini dijalin dengan banyak perusahaan
pertambangan internasional. Program ini biasa disebut dengan program PCR (planned
components replacements).
41
Heavy Equipment Maintenance Management
Condition Monitoring
Jenis Pemeriksaan,
44
Gambar 42
Selain proses monitoring yang dilakukan oleh operator selama unit beroperasi masih
terdapat metoda lain yang bisa dilakukan terutama apabila diperlukan proses penelitian
yang lebih teliti.
Sebagai contoh apabila monitoring yang dilakukan operator menemukan suatu kondisi
abnormal misalnya engine low power maka hal tersebut memerlukan penelitian lebih lanjut.
Pihak produksi dapat meminta pihak perawatan untuk melakukan serangkaian penelitian
yang disebut ‘Technical Analysis’ disingkat TA. Dimulai dengan TA 1 yang sederhana sampai
kalau perlu dilakukan TA 2 yang lebih lengkap pemeriksaannya.
Untuk masing-masing system pihak dealer memiliki prosedur pelaksanaan TA yang lengkap.
42
Heavy Equipment Maintenance Management
C
UST
OMT
RAC
KSE
RVI
CE
P
ROGRAMPE
MERI
KSA
ANBER
KALA
T
ERHADA
PUNDER
CAR
RIA
GE
L
APORANK
ONDIS
IUND
ERC
ARRI
AGE
B
ERISAR
ANTI
NDAKA
N Y
GSEB
AIKN
YA
D
ILA
KUKAN
S
ARANAME
NERAP
KANTR
ACKMANA
GEM
EN
T
G
RATI
S
4
5
Gambar 43
Monitor kondisi juga bisa diterapkan pada komponen rangka bawah atau undercarriage
dengan melakukan prosedur CTS singkatan dari “Custom Track Service”.
CTS ini adalah pelayanan bebas biaya yang diberikan oleh fihak dealer. Dengan melakukan
CTS secara teratur maka program menejemen pada komponen rangka bawah bisa lebih
optimum. Hal ini dikarenakan hasil dari CTS memungkinkan pemilik alat untuk mengetahui
laju keausan dari komponen rangka bawahnya sehingga usia pakai dari tiap komponen
rangka bawah bisa diperkirakan.
Selain itu data-data hasil CTS dapat digunakan juga untuk menentukan langkah apa yang
dapat dilakukan untuk memaksimalkan usia pakai dari komponen rangka bawah.
43
Heavy Equipment Maintenance Management
46
Gambar 44
Monitoring Kondisi yang cukup sering dilakukan juga adalah CHS yang merupakan
singkatan dari “Custom Hydraulic Service”
Sesuai dengan namanya CHS diaplikasikan pada system hidrolic, untuk kegiatan ini dealer
membebankan biaya pada pelanggan.
Dengan melakukan CHS maka pemilik unit bisa mengetahui kondisi system hidrolik pada
unitnya. Dan apabila ditemukan kemunduran kinerja dapat sekaligus juga dicarikan solusi
bagaimana mengatasinya.
44
Heavy Equipment Maintenance Management
Menejemen Perawatan
47
Gambar 45
Elemen yang jangan sampai dilupakan adalah meningkatkan kualitas sumberdaya manusia
yang menjalankan menejemen perawatan ini. Untuk melakukan tiap proses dalam
menejemen perawatan maka dibutuhkan kompetensi yang spesifik untuk masing-masing
proses, apabila ditemukan adanya gap atau celah antara kompetensi yang dibutuhkan
dengan kemampuan sang pelaksana pekerjaan maka saat itulah diperlukan semacam
pelatihan yang bertujuan untuk memperkecil gap tadi atau malah kalau mungkin
menghilangkan gap tersebut.
Secara umum terdapat tiga proses inti yang harus dilakukan pada saat melakukan
menejemen perawatan. Ketiga proses tadi adalah: proses penentuan strategi, proses
perencanaan dan proses pelaksanaan.
Pada proses penentuan strategi kompetensi yang diperlukan adalah kemampuan berfikir
kritis dan kreatif untuk memecahkan masalah dan menemukan terobosan baru dalam
mengoptimalkan pelaksanaan perawatan yang akan dilaksanakan. Fokus dari proses ini
adalah intelejensia dengan cakupan rentang waktu yang jauh ke depan.
Proses perencanaan mencakup proses penjadwalan dan proses menyiapkan semua sumber
daya yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan. Folus dari proses ini adalah bagaimana
mengelola sumber daya yang ada secara effisien. Cakupan rentang waktu yang harus
dilingkupi kurang lebih satu bulan ke depan.
Proses pelaksanaan adalah proses merealisasikan apa yang sudah digariskan pada saat
proses penentuan strategi dengan menggunakan sumber daya dan jadwal yang dilakukan
pada proses pelaksanaan. Proses pelaksanaan harus berfokus hanya pada kualitas
pekerjaan. Dengan kualitas pekerjaan yang sempurna maka akan didapat hasil yang
terjamin pula keandalannya. Cakupan waktu yang perlu dilingkupi cukup pada hari
pelaksanaan proses pekerjaan itu saja.
Selain proses yang terjadi pada menejemen perawatan hendaknya harus diperhatikan juga
pengembangan sumber daya para tenaga operator. Seorang operator bisa diibaratkan
sebagai seorang suami yang menjadikan unit yang dikendarai sebagai seorang istri.
Pengetahuan tentang bagaimana cara menangani unit yang akan dikendarai serta
komampuan mendeteksi kondisi abnormal menjadi kompetensi hal yang harus dikuasai.
Kerjasama antara semua lini yang berkepentingan dengan kondisi alat berat yang prima
menjadi sangat penting. Dari level pimpinan tertinggi sampai pelaksana langsung di
45
Heavy Equipment Maintenance Management
lapangan hendaknya memiliki kesedaran dalam menjaga kondisi alat berat agar selalu
berada dalam kondisi terbaiknya.
Pelatihan
Pem berdayaanSD M
untukm elakukan
peraw atanpadaunit dgn
benar
D ealer bisa
m enyediakan:
Pertem uanatau
sem inar
Pelatihanteknik
Pelatihanoperator
48
Gambar 46
Untuk meningkatkan sumber daya manusia tersebut terdapat berbagai metoda yang dipilih.
Mulai dari pertemuan atau seminar singkat, pelatihan teknis yang intensif sampai pelatihan
bagi operator yang akan memberikan pengetahuan praktis bagi seorang operator untuk
mendeteksi kondisi abnormal yang timbul.
46
Heavy Equipment Maintenance Management
TRAINING(PELATIHAN)
Fasilitasterbesar di
Cileungsi, Jabar
D apat dilakukan
dilapangan
D ipersiapkanbagi
Karyaw an&Pelanggan
SelainPraktikal, M ulti
M ediaProgramjuga
disiapkanuntuk
m em bantuPelatihan
49
Gambar 47
Untuk membantu pelanggan dalam meningkatkan sumber daya manusia nya PT. Trakindo
Utama menyediakan sarana pelatihan bertaraf internasional yang terletak di daerah
Cileungsi Kabupaten Bogor.
Fasilitas tersebut telah banyak dimanfaatkan oleh pelanggan, Boleh dikatakan semua
perusahaan penambangan internasional yang beroperasi di Indonesia pernah
memanfaatkan fasilitas pelatihan tersebut.
47
Heavy Equipment Maintenance Management
Menejemen Perawatan
50
Gambar 48
Jadwal perawatan juga adalah hal mendasar yang sangat penting. Hal ini disebabkan oleh
proses perawatan yang harus dilaksanakan secara disiplin dan tepat waktu. Tanpa proses
penjadwalan maka proses perawatan yang teratur dan berkala mustahil bisa dilaksanakan.
48
Heavy Equipment Maintenance Management
JADWAL PERAWATAN
(MAINTENANCE SCHEDULED)
REFERENSI
51
Gambar 49
Proses membuat jadwal adalah hal yang cukup mudah dilakukan apabila yang ditangani
adalah alat berat yang jumlahnya masih dibawah sepuluh. Untuk kasus tadi maka
pembuatan jadwal dan proses monitornya masih bisa dilakukan secara manual.
Tapi apabila armada alat berat yang ditangani sudah berjumlah puluhan maka penggunaan
cara manual tidak akan memadai lagi. Dalam kasus ini diperlukan bantuan suatu sitem
informasi yang dapat membantu para perencana (planner) dalam melakukan pekerjaannya.
Caterpillar telah membuat beberapa perangkat lunak yang bisa digunakan untuk melakukan
hal tersebut, beberapa diantaranya adalah:
PT. Trakindo Utama telah banyak juga memanfaatkan perangkat tersebut dalam
menejemen perawatan yang dilakukannya pada beberapa proyek kontrak kerjasama
dengan para pelanggan yang mempercayakan proses perawatan armada alat berat nya.
49
Heavy Equipment Maintenance Management
PM
Resources Services Cost/Record
System
Condition
Scheduling Problem
Monitoring
System Management
System
Component Parts
R&I Component Management
Overhaul
52
Gambar 50
Pada ilustrasi diatas dpat dilihat bahwa proses penjadwalan merupakan acuan bagi banyak
proses lainnya.
Secara filosofi satuan-satuan dalam penjadwalan seperti waktu antara tiap proses
perawatan dan jenis perawatan apa yang dilakukan pada saat proses penentuan strategi.
Tetapi penentuan kapan tanggal pelaksanaan tiap pekerjaan perawatan atau pekerjaan
penjadwalannya dilakukan pada proses perencanaan.
Berdasarkan jadwal itulah maka proses pelaksanaan perawatan dan elemen-elemen
menejemen perawatan lainnya dapat dilakukan oleh pagian pelaksana di lapangan.
50
Heavy Equipment Maintenance Management
Menejemen Perawatan
53
Gambar 51
Dalam menejemen perawatan harus juga dimasukan elemen menejemen perbaikan. Hal ini
disebabkan karena sebagus apapun perawatan yang dilakukan tetap saja akan timbul
penurunan kualitas ataupun penurunan kemampuan pada komponen yang berkerja pada
alat yang dioperasikan. Sampai pada nilai penurunan kualitas tertentu maka pada
komponen tersebut haurus dilakukan perbaikan atau rekondisi karena kalau dibiarkan bisa
mengakibatkan kerugian karena tingkat kemampuan produktifitas yang menurun atau bisa
menyebabkan kerusakan yang bertambah parah karena kerusakan tersebut merembet pada
komponen lainnya.
51
Heavy Equipment Maintenance Management
Usia pakai
Beban
Konsumsi
Bahan Bakar
Cairan Pelumas
Biaya Perbaikan
54
Gambar 52
Secara umum pertimbangan kapan kita melakukan perbaikan atau penggantian bisa
merujuk pada beberapa hal, yaitu:
Usia pakai, yang digunakan disini adalah patokan satuan waktu lamanya alat
tersebut bekerja. Untuk mengetahui usia pakai maka pemilik alat bisa merujuk pada
‘service meter unit’ yang terdapat pada alat berat.
Beban, Secara sederhana pertimbangan yang digunakan adalah beban kerja yang
ditanggung oleh unit tersebut. Semakin tinggi beban yang ditanggung maka semakin
pendek juga jarak waktu antar perbaikan pada komponen alat berat tersebut.
Konsumsi bahan bakar atau pelumas. Bahan bakar yang dikonsumsi oleh alat
berkorelasi langsung dengan beban yang ditanggungnya. Karena itu konsumsi bahan
bakar bisa dijadikan sebagai indikator tidak langsung untuk menentukan waktu
perbaikan berdasarkan beban. Pada beberapa engine diesel yang sudah dilengkapi
dengan system kontrol injeksi elektronik pengukuran konsumsi bahan bakar bisa
dengan mudah dilakukan karena modul kontrol elektroniknya menyediakan fasilitas
pengukur jumlah bahan bakar yang dikonsumsi. Sedangkan konsumsi pelumas
secara tidak langsung menunjukan tingkat keausan komponen yang berada di dalam
engine. Semakin besar keausan yang timbul maka akan semakin banyak oli yang
bocor melalui ring piston dan terbakar di ruang bakar.
Biaya perbaikan, pertimbangan yang dilakukan hanya menyandarkan keputusan
pada biaya perbaikan yang harus dibayar. Selama biaya perbaikan masih dirasakan
murah maka yang dilakukan cukup memperbaiki komponen tersebut. Tapi apabila
biaya perbaikan dirasakan sudah mahal maka komponen tadi akan langsung diganti
dengan yang baru.
52
Heavy Equipment Maintenance Management
U s ia P a k a i & B e b a n
S E N S I T IF T E R H A D A P P U T A R A N
KEAUSAN
SEN SITIF TER H A D A P B EB A N
X B EB A N 5 0 %
KEAUSAN
BEBAN 100 %
W A K TU / JA M O P ER A SI X X
55
Gambar 53
Dua grafik diatas menjelaskan mengenai perbedaan karakteristik beban dan pengaruhnya
terhadap waktu perbaikan atau penggantian.
Grafik sebelah kiri menunjukan bahwa aplikasi pada alat tersebut memberikan beban yang
selalu konstan. Sehingga untuk menentukan saat perbaikan bisa menggunakan satuan
waktu yang konstan juga.
Grafik sebelah kanan menunjukan bahwa pada alat tersebut diberikan beban yang
bervariasi. Kurva berwarna merah adalah kurva laju keausan yang diakibatkan oleh beban
sebesar 100%, sedangkan kurva hijau menunjukan laju keausan yang diakibatkan oleh
beban 50%. Dari grafik yang ada bisa dilihat bahwa tingkat keausan yang sama bisa terjadi
pada rentang waktu kerja berbeda. Kerja dengan beban 100% terlihat memiliki rentang
waktu yang lebih pendek dibandingkan beban 50% untuk mencapai tingkat keausan yang
sama.
Seperti diketahui tentu saja konsumsi bahan bakar akan lebih tinggi apabila beban yang
harus ditanggung sebesar 100% dibandingkan dengan besarnya beban yang hanya 50%.
Dengan latar belakang tersebut dan sesuai dengan kondisi kerja alat berat yang sering
bekerja dengan beban bervariasi maka penentuan waktu perbaikan/penggantian
berdasarkan konsumsi bahan bakar manjadi lebih akurat.
53
Heavy Equipment Maintenance Management
56
Gambar 54
Tabel diatas berisi informasi mengenai saat turun mesin masing-masing model engine
Caterpillar dengan berdasar pada jumlah bahan bakar yang dikonsumsinya.
54
Heavy Equipment Maintenance Management
Manajemen Perbaikan
59
Gambar 55
Indikasi kerusakan, adalah proses secara dini bisa mendeteksi kerusakan yang
timbul selama pengoperasian alat berat.
Pemeriksaan khusus, ini adalah proses penyelidian lebih lanjut untuk mengetahui
penyebab kerusakan yang terdeteksi sebelumnya.
Pilihan perbaikan, proses ini dilakukan setelah komponen yang menjadi penyebab
timbulnya masalah telah ditemukan.
55
Heavy Equipment Maintenance Management
Indikasi Kerusakan
Indikasi Kerusakan
Apakah terdeteksi ???
2 Type Indikasi
Terencana
Tidak terencana problem
60
Gambar 56
Elemen indikasi kerusakan berfokus pada proses memonitor kondisi yang sebelumnya telah
pernah dibahas. Semakin baik proses memonitor kondisi dilakukan maka semakin besar
peluang kerusakan akan bisa diketahui sedini mungkin.
Jenis indikasi kerusakan sendiri ada dua jenis yaitu yang terencana dan yang tidak
terencana.
Indikasi yang terencana adalah indikasi yang merujuk pada parameter yang bisa
diperkirakan sebelumnya, misalnya dengan menggunakan parameter konsumsi bahan bakar
dapat di indikasikan pada jumlah akumulatif konsumsi bahan bakar tertentu maka engine
akan mengalami penurunan kinerja.
Sedangkan indikasi kerusakan tidak terencana adalah indikasi kerusakan yang muncul
secara tiba-tiba tanpa pernah diperkirakan sebelumnya. Misalnya secara tiba-tiba
ditemukan penurunan kinerja pada engine dimana seharusnya itu tidak terjadi karena usia
pakai dari engine tersebut belum lama. Apabila hal terjadi maka dikatakan telah ditemukan
suatu indikasi kerusakan yang tidak terencana yang artinya kita menemukan masalah atau
problem.
Tentunya indikasi kerusakan yang tidak terencana ini harus dihindari. Usaha yang harus
dilakukan agar kerusakan yang tidak terencana bisa ditekan seminim mungkin adalah
dengan melakukan perawatan dengan benar.
56
Heavy Equipment Maintenance Management
LEVEL 1 LEVEL 2
BASIC ENGINE
INSPECTION INSPECTION
COOLING
SYSTEM
INSPECTION
ELECTRICAL
SYSTEM
INSPECTION
TRANSMISSION
INSPECTION
HYDRAULIC
SYSTEM
INSPECTION
61
Gambar 57
Setelah ditemukan adanya indikasi kerusakan yang tidak terencana maka tentunya harus
dilakukan pencarian untuk menemukan komponen apa yang menyebabkan timbulnya
masalah ini.
Proses pencarian ini bisa dilakukan secara terstruktur dengan menggunakan prosedur yang
biasa disebut “technical Analysis” disingkat TA. Dimulai dari pemeriksaan visual yang tidak
memerlukan peralatan khusus pencarian bisa ditingkatkan levelnya ke TA 2 yang sudah
menggunakan bantuan alat diagnostik.
57
Heavy Equipment Maintenance Management
62
Gambar 58
58
Heavy Equipment Maintenance Management
Pilihan Perbaikan
Perbaiki sendiri
Diperbaiki oleh PTTU
PEX
Reman
Beli Baru
63
Gambar 59
Terlepas dari segala permasalah yang ada tentunya tetap saja komponen yang rusak harus
diperbaiki. Pemilik alat memiliki banyak alternatif untuk melakuka perbaikan tersebut,
yaitu:
Memperbaiki sendiri, hal ini tidak menjadi masalah sepanjang peralatan kerja serta
pengetahuan dan ketrampilan teknisi yang melakukan perbaikan telah memadai.
Bisa juga komponen yang rusak dikirimkan ke fihak dealer untuk diperbaiki.
Memafaatkan fasilitas part exchange yang disediakan oleh dealer. Dengan
memanfaatkan fasilitas PEX ini pemilik unit cukup menyerahkoan komponen yang
akan diperbaiki dan saat itu juga apabila memang ada persediaan maka pelanggan
akan menerima komponen yang jenisnya sama dan sudah diperbaiki oleh dealer .
Selanjutnya pelanggan dpat lansung memasang komponen tadi pada alat berat yang
rusak. Dengan menggunakan PEX yang jelas akan banyak sekali waktu bisa dihemat.
Reman. Pemanfaatan suku cadang reman hampir sama dengan penggunaan PEX.
Yang membedakan adalah bahwa suku cadang reman adalah suku cadang yang
sudah direkondisi oleh pabrik.
Solusi termudah tapi bukan pilihan yang murah adalah membeli komonen pengganti
baru.
59
Heavy Equipment Maintenance Management
Sukucadang Caterpillar
Terdiri dr 3 Kategori
Dibuat agar dapat bertahan & usianya
panjang
Mempunyai
Phylosophy
khusus
64
Gambar 60
Pemahaman mengenai suku cadang yang terdapat dalam alat berat adalah syarat yang
diperlukan agar bisa melakukan menejemen pernaikan dengan benar.
Berdasarkan usia pakaianya maka suku cadang Caterpillar dibagi menjadi tiga kategori,
yaitu:
Suku cadang level I. Ini adalah suku cadang yang pasti selalu diganti saat dilakukan
turun mesin.
Suku cadang level II. Ini adalah suku cadang yang lebih tahan aus dan untuk
penggantiannya harus berdasarkan hasil inspeksi dan pengukuran.
Suku cadang level III. Suku cadang level ini adalah suku cadang yang semestinya
tidak pernah diganti sepanjang usia alat berat. Apabila ternyata suku cadang level
III ini harus diganti atau diperbaiki maka dapat dipastikan pernah terjadi kerusakan
yang sangat parah pada alat berat tersebut.
Suku cadang Caterpillar yang asli disusun dari material kelas satu pemrosesan yang presisi
karena komponen tersebut dirancang untuk bertahan lama pada medan operasi yang berat.
Tiap suku cadang sudah dirancang oleh pabrik untuk selalu sesuai baik dari segi ukuran
maupun bentuk dengan suku cadang lainnya yang berdekatan.
60
Heavy Equipment Maintenance Management
Sukucadang Level 1
ENGINE
- Piston ring
- Main, rod bearing
- Valve guide
- Turbo bearing
- Turbo seal
65
Gambar 61
Gambar dan daftar diatas menunjukan contoh suku cadang level I pada engine.
Sukucadang Level 2
ENGINE
Keausannya lambat, dapat digunakan
ulang
- Piston
- Liner
- Valve
- Camshaft
66
Gambar 62
Gambar dan daftar diatas menunjukan contoh suku cadang level II pada engine.
61
Heavy Equipment Maintenance Management
Sukucadang Level 3
ENGINE
Usia pakainya panjang
- Block
- Cylinder head
- Crankshaft
- Connecting rod
67
Gambar 63
Gambar dan daftar diatas menunjukan contoh suku cadang level III pada engine.
Menejemen Perawatan
68
Gambar 64
Elemen terakhir dari menejemen perawatan adalah pencatatan. Pencatatan dilakukan baik
sebelum,selama dan sesudah proses pekerjaan perawatan. Data-data yang tercatat akan
sangat berguna pada saat melakukan analisa terhadap menejemen perawatan yang telah
dilakukan. Proses peningkatan yang berkelanutan (continous improvement) mustahil akan
bisa dilakukan tanpa didukung data-data akurat yang didapat dari proses pencatatan.
62
Heavy Equipment Maintenance Management
RECORDK EE PING
(pecatatan)
PENCATATANYGBAIK&
TERTATA
Sistim pencatatan&k ontrol
Ca tatanW aktu&B iaya
Pe ncatatanO rderKerja
COMPUTERSOFTWARE
MCS
69
Gambar 65
Sebagai panduan maka terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam melakukan proses
pencatatan, yaitu:
Sistem pencatatan yang rapi dan adanya mekanisme kontrol yamg memastikan
bahwa pencatatan selalu dilakukan denga konsisten dan akurat.
Catatan harus berisi informasi mengenai waktu dan biaya yang dikonsumsi oleh
proses perawatan, perbaikan ataupun penggantian.
Pencatatan biaya juga harus mencantumkan informasi perintah kerja terutama
apabila tiap pekerjaan yang dilakukan akan ditagihkan ke fihak lain.
Sama seperti pada elemen penjadwalan maka elemen pencatatan ini juga akan lebih efektif
apabila dibantu oleh system informasi yang terintegrasi. Caterpillar menyediakan perangkat
lunak yang sangat bermafaat untuk melakukan hal ini dengan nama Maintenance Control
System disingkat menjadi MCS.
63
Heavy Equipment Maintenance Management
KESIMPULAN
70
Gambar 66
Setelah selesai membahas mengenai ke delapan elemen menejemen perawatan maka bisa
ditarik tiga kesimpulan pokok, yaitu:
Dengan melakukan menejemen perawatan maka biaya yang kita keluarkan adalah
menjadi semacam investasi yang akan kembali dalam bentuk produktivitas alat yang
tinggi. Kerusakan yang tidak perlu bisa dihindarkan yang artinya kita tidak perlu
mengeluarkan biaya ekstra yang tidak perlu.
Menejemen perawatan harus dilandasi oleh komitmen yang kuat dari semua lini
untuk melakukannya. Apabila komitmen sudah dicanangkan maka separuh dari
kesulitan sudah bisa dianggap selesai.
Untuk penggunaan suku cadang maka yang terpenting adalah kedisiplinan untuk
selalu menggunakan suku cadang asli.
64
Heavy Equipment Maintenance Management
Terima kasih
dan
71
Gambar 67
65