Professional Documents
Culture Documents
B Indonesia Bukan Rangkuman DEBAT
B Indonesia Bukan Rangkuman DEBAT
Alur :
1 1 Penyimpul : 1 dan 2 , Interupsi : 1 , 2 dan 3 , Penutup / Pertanyaan : 3
2 2
3 3
2’ 20’’ Setiap Pembicara – 1’’ Penyimpul
Sudut : Sosio, Ekonomi, dan lain-lain (kecuali hokum)
Syarat : Jangan memakai tokoh , dan dilarang mengandung sara.
2) Perilaku menyontek saat Ujian Nasional disebabkan para pelajar takut tidak
lulus ujian
Pro : Hasrat untuk menyontek juga didorong oleh orang tua yang menuntut
anaknya untuk mendapatkan nilai yang tinggi. Jika tidak didukung dengan cara
yang relevan, tuntutan orang tua tersebut bisa berdampak negatif pada anak.
Salah satunya adalah orang tua yang mementingkan hasil daripada proses belajar
pada anak. Hal ini tentunya memberikan tekanan pada anak sehingga menyontek
dianggap sebagai solusi untuk mendapatkan nilai yang tinggi. Tidak ada manusia
yang tidak mencontek dalam mengarungi proses kehidupan ini. Seseorang menjadi
terkenal dengan penemuan-penemuan besarnya bisa terjadi karena proses contek
mencontek.
Kontra :
Selain karena faktor takut tidak lulus ujian, kebiasaan menyontek juga didorong
oleh beberapa factor eksternal atau lingkungan. Salah satu alasan siswa untuk
menyontek adalah kurangnya persiapan belajar mengajar dari pendidik, akibatnya
metode yang digunakan terlalu monoton dan tidak variatif, sehingga siswa merasa
jenuh. Selain itu, kurangnya ketegasan dari guru untuk menindaklanjuti siswa yang
ketahuan menyontek, sehingga siswa menjadi terbiasa dengan budaya menyontek.
Apalagi ditambah dengan kunci jawaban ujian yang beredar, yang tak lain dan tak
bukan diberikan oleh pihak pengajar itu sendiri. Faktor lainnya, terkadang pengajar
mengharapkan jawaban yang terlalu text book sehingga memaksa siswa untuk
menghafal kata demi kata dari buku. Keinginan menyontek juga timbul pada saat
anak melihat temannya yang lain membuat kecurangan. Dilihat dari ilmu psikologi,
anak-anak yang belum matang dalam berpikir cenderung meniru dari apa yang
mereka lihat di lingkungan sekitar. Maka Jika ada teman mereka yang menyontek,
siswa tersebut terdorong untuk menyontek karena berpikir bahwa “untuk apa jujur
saat ujian sementara semua temannya mendapat nilai yang tinggi karena
menyontek”
Hasrat untuk menyontek juga didorong oleh orang tua yang menuntut anaknya
untuk mendapatkan nilai yang tinggi. Jika tidak didukung dengan cara yang relevan,
tuntutan orang tua tersebut bisa berdampak negatif pada anak. Salah satunya
adalah orang tua yang mementingkan hasil daripada proses belajar pada anak. Hal
ini tentunya memberikan tekanan pada anak sehingga menyontek dianggap
sebagai solusi untuk mendapatkan nilai yang tinggi. Tidak ada manusia yang tidak
mencontek dalam mengarungi proses kehidupan ini. Seseorang menjadi terkenal
dengan penemuan-penemuan besarnya bisa terjadi karena proses contek
mencontek.