You are on page 1of 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara yang kaya, besar, dan beragam. Dalam berbahgai
kelebihan yang dimiliki Indonesia tersebut ada kalanya menuai keuntungan ada kalanya
menuai kekhawatiran. Hal tersebut dikarenakan sungguh besarnya bangsa Indonesia sehingga
memunculkan ancaman-ancaman yang terduga maupun yang terduga.

Dalam perjalanan suatu bangsa, sesuatu yang menjadi tujuan bersama adalah
terwujudnya perkembangan bangsa menuju kemajuan yang sesungguhnya. Tentu saja hal
tersebut bukanlah hanya keinginan yang sebatas anggan, perlu adanya suatu tatanan usaha
mengiring dan sebagai tuntunan dalam menjalanklan mobilitas suatu bangasa, supaya selalu
sesuai yang diharapkan dan memiliki dasar yang kuat demi menanggkis segala kemungkinan
yang terjadi.

Waktu demi waktu, perkembangan jaman tidak terbendung. Untuk mengikuti


perkembangan tersebut haruslah memiliki daya untuk setara dengan arus perkemabangan serta
memiliki kekuatan yang kokoh sebagai pertahanan kedaulatan. Dari uraian tersebut
tergambarlah bahwa suatu negara memerlukan adanya suatu prosedural pemikiran yang
mendalam untuk mencapai kemakmuran bangsa. Dan hal tersebut terwujudkan pada Politik
dan Strategi Nasional.

Politik dan Strategi Nasional merupakan suatu tata cara melaksanakan politik/ kebijakan
nasional, yang tentu saja diselenggarakan oleh pemerintah negara untuk mendikte atau sebagai
tuntunan dalam menjalankan kebijakan/ politik suatu negara, dan dalam hal ini menyangkut
akan tuntunan pembangunan nasional dan pertahanan kesatuan bangsa.

Oleh karena itu perlu adanya suatu kajian mendalam akan hal ini, mengingat hal ini
adalah hal yang mendasar dalam perjalanan suatu bangsa. Sehingga perlu adanya perhatian
denganya.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Pengertian Politik Strategi dan Polstranas?


2. Bagaimana Dasar Pemikiran Politik dan Strategi Nasional?
3. Bagaimana Penyusunan Politik dan Strategi Nasional?
4. Bagaimana Stratifikasi Politik Nasional?
5. Bagaimana Politik Pembangunan Nasional dan Sistem Manajemen Nasional?
6. Bagaimana isi RPJMN 2015-2019?

1.3 TUJUAN DAN MANFAAT


Tujuan dari dilakukannya penulisan makalah ini selain sebagai tugas mata kuliah
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut
Teknologi Nasional. Berikut manfaat dari dibuatnya makalah ini yaitu:

1. Untuk mengertahui pengertian Politik Strategi dan Polstranas.


2. Untuk mengertahui Dasar Pemikiran Politik dan Strategi Nasional.
3. Untuk mengertahui Penyusunan Politik dan Strategi Nasional.
4. Untuk mengertahui Stratifikasi Politik Nasional.
5. Untuk mengertahui Politik Pembangunan Nasional dan Sistem Manajemen Nasional.
6. Untuk mengertahui RPJMN 2015-2019.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 PENGERTIAN POLITIK, STRATEGI DAN POLSTRANAS

2.1.1 Pengertian Politik

Kata politik secara etimologis berasal dari bahasa Yunani Politeia yang
akar katanya adalah polis dan teia. Polis, berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri,
yaitu Negara dan teia berarti urusan. Dalam bahasa Indonesia, politik mempunyai makna
kepentingan umum warga Negara suatu Negara.

Dalam bahasa inggris, politics adalah suatu rangkaian asas (prinsip), keadaan, cara,
dan alat yang digunakan untuk mencapai cita-cita atau tujuan tertentu. Sedangkan
policy (yang dalam bahasa indonesia diterjemahkan kebijakan) adalah penggunaan
pertimbangan-pertimbangan yang dianggap menjamin teraksananya suatu usaha, cita-cita
atau tujuan yang dikehendaki. Pengambilan kebijakan biasanya dilakukan oleh seorang
pemimpin yang memiliki otoritas (kekuasaan). Dalam arti kebijaksanaan, titik beratnya
adalah adanya:
 proses pertimbangan
 menjamin terlaksananya suatu usaha
 pencapaian cita-cita/keinginan

Jadi politik adalah tindakan dari suatu kelompok individu mengenai suatu masalah
dari masyarakat atau negara.

Perlu diingat bahwa penentu kebijakan umum, pengaturan, pembagian ataupun


alokasi sumber daya yang ada memerlukan kekuasaan dan wewenang (authority).
Kekuasaan dan wewenang ini memainkan peran yang sangat penting dalam pembinaan
kerja sama dan penyelesaian konflik yang mungkin muncul dalam proses pencapaian
tujuan.

Dengan demikian, politik membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan:

a. Negara
Adalah suatu organisasi dalam satu wilayah yang memiliki kekuasaan tertinggi yang
ditaati oleh rakyatnya. Dapat dikatakan negara merupakan bentuk masyarakat
dan organisasi politik yang paling utama dalam suatu wilayah yang berdaulat.

b. Kekuasaan
Adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang
atau kelompok lain sesuai dengan keinginannya. Yang perlu diperhatikan dalam

3
kekuasaan adalah bagaimana cara memperoleh kekuasaan, bagaimana cara
mempertahankan kekuasaan dan bagaimana kekuasaan itu dijalankan.

c. Pengambilan keputusan
Politik adalah pengambilan keputusan melaui sarana umum, keputusan yang diambil
menyangkut sektor publik dari suatu negara. Yang perlu diperhatikan dalam
pengambilan keputusan politik adalah siapa pengambil keputusan itu dan untuk siapa
keputusan itu dibuat.

d. Kebijakan umum
Adalah suatu kumpulan keputusan yang diambill oleh seseorang atau kelompok politik
dalam memilih tujuan dan cara mencapai tujuan itu.

e. Distribusi atau alokasi sumber daya


Adalah pembagian dan pengalokasian nilai-nilai (values) dalam masyarakat. Nilai
adalah sesuatu yang diinginkan dan penting, nilai harus dibagi secara adil. Politik
membicarakan bagaimana pembagian dan pengalokasian nilai-nilai secara mengikat.

2.1.2 Pengertian Strategi

Strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategia yang artinya the art of the
general atau seni seorang panglima yang biasanya digunakan dalam peperangan. Karl von
Clausewitz (1780-1831) berpendapat bahwa strategi adalah pengetahuan tentang
penggunaan pertempuran untuk memenangkan peperangan, sedangkan perang adalah
kelanjutan dari politik.

Dalam abad modern dan globalisasi ini penggunaan kata strategi tidak lagi terbatas
pada konsep atau seni seorang panglima dalam peperangan, tetapi sudah digunakan secara
luas termasuk dalam ilmu ekonomi maupun olah raga. Dalam pengertian umum, strategi
adalah cara untuk mendapatkan kemenangan atau pencaipan suatu tujuan. Dengan
demikian, strategi tidak hanya menjadi monopoli para jenderal atau bidang militer, tetapi
telah meluas ke berbagai bidang kehidupan.

2.1.3 Politik dan Strategi Nasional (POLSTRANAS)

Politik nasional diartikan sebagai kebijakan umum dan pengambilan kebijakan


untuk mencapai suatu cita-cita dan tujuan nasional. Dengan demikian, definisi politik
nasional adalah asas, haluan, usaha, kebijaksanaan negara tentang pembinaan
(perencanaan, pengembangan, pemeliharaan, dan pengendalian), serta penggunaan
kekuatan nasional untuk mencapai tujuan nasional.

4
Strategi nasional disusun untuk pelaksanaan politik nasional, misalnya strategi
jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Jadi, strategi adalah cara melaksanakan
politik nasional.

2.2 DASAR PEMIKIRAN PENYUSUNAN POLSTRANAS

Penyusunan politik dan strategi nasional perlu memahami pokok-pokok pikiran yang
terkandung dalam sistem manajemen nasional yang berdasarkan ideologi Pancasila, UUD
1945, Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional. Landasan pemikiran dalam manajemen
nasional sangat penting sebagai kerangka acuan dalam penyususan politik strategi nasional,
karena didalamnya terkandung dasar negara, cita-cita nasional dan konsep strategi bangsa
Indonesia.
Untuk mencapai tujuan nasional tersebut, maka dilakukan pembangunan nasional di
segala aspek kehidupan bangsa dengan menggunakan totalitas potensi dan kekuatan nasional.
Dalam pembangunan nasional tersebut Polstranas berfungsi sebagai pedoman yang
memberikan arah haluan (pola umum) dan tata cara pelaksanaanya.

2.2.1 Paradigma Pembangunan Nasional

DALAM KONTEKS KEHIDUPAN


MASYARAKAT UMUM BANGSA-BANGSA BANGSA INDONESIA
Kebutuhan Nilai-nilai Dituangkan dalam falsafah Bagi Bangsa Indonesia
Kebenaran Hakiki (Sebagai Bangsa. (sebagai sarana adalah
hasil perenungan manusia) pengikat Hidup dalam “PANCASILA”(sebagai
Seperti: bermasyarakat) sumber inspirasi)
- Keadilan
- Kemerdekaan
- Kejujuran
- dll
Nilai-nilai INSTRINSIK Diaktualisasikan dalam “PANCASILA” sebagai
(luhur) sebagai pedoman “Ideologi” sebagai dasar Negara dan cita-cita
dalam kehidupan pengikat bangsa dalam Bangsa Indonesia.
berbangsa dan bernegara kehidupan “Bernegara”  “HAM” sebagai dasar
yang berfungsi sebagai Peradaban Manusia
“pengikat” sikap dan  “DEMOKRASI”
orientasi. sebagai Landasan
Kehidupan
Pemerintahan Negara.
Direfleksikan dalam cara Dirumuskan dalam Dikonfigurasikan dalam
pandang Bangsa yang “Wawasan Nusantara “Wawasan Nusantara”
menegara, agar jelas arah setiap bangsa” sesuai:  Sebagai cara pandang
tujuannya sehingga - Ideologinya Bangsa Indonesia

5
tergambar: identitas dan - Sejarahnya terhadap diri dan
integritasnya. - Geografisnya lingkungannya.
- Kulturnya  Sebagai bentuk
IMPLEMENTASI
PANCASILA
Kondisi setiap bangsa Setiap bangsa harus Dirumuskan dalam
selalu dihadapkan pada memiliki “Kondisi “Ketahanan Nasional” bagi
Perubahan Sosial yang Dinamis Bangsanya” Bangsa Indonesia yang
tidak terhindarkan (sebagai (sebagai ketahanan bangsa) meliputi:
dinamika kehidupan sehingga mampu  Aspek TRIGATRA
masyarakat dan bangsa, memelihara: (alamiah)
agar mampu “beradaptasi”) - Identitas  Aspek PANCAGATRA
- Integritas (Sosial)
- Kelangsungan hidup
- Cita-cita Nasionalnya
Proses perubahan menuju Dirumuskan Diwujudkan dalam konsep
kondisi leih baik dalam”POLSTRANAS” pembangunan yang
(dituangkan setiap bangsa untuk: visioner antara lain:
dalamPembangunan  Memperjelas arah  Pembangunan Jangka
Nasional) sebagai tujuan Pembangunan Panjang
Konsekuensi dari Nasional  Program Pembangunan
Dinamika Kehidupan  Mempermudah Nasional
Sosial dalam Berbangsa tercapainya Cita-cita  Sistem Manajemen
dan Bernegara. Nasional. Nasional
 Pola-pola
Pembangunan Nasional

2.3 PENYUSUNAN POLSTRANAS

Dasar penyusunan Politik dan Strategi Nasional adalah bersumber pada Pancasila
sebagai dasar negara, Wawasan Nusantara, Geopolitik yang memberi arah kepada suatu
kegiatan politik serta geografi dengan tuntutan perkembangan negara, geostrategi yang
memberikan arah tentang strategi pembangunan di masa depan yang lebih baik, serta
ketahanan nasional untuk mengembangkan kekuatan nasional menghadapi ancaman,
tantangan, hambatan, dan gangguan.

Politik dan strategi nasional yang telah berlangsung selama ini disusun berdasarkan
sistem kenegaraan menurut UUD 1945. Sejak tahun 1985 telah berkembang pendapat yang
mengatakan bahwa jajaran pemerintah dan lembaga-lembaga yang tersebut dalam UUD 1945
merupakan "suprastruktur politik". Lembaga-lembaga tersebut adalah Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Presiden, Dewan
Pertimbangan Agung (DPA), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dan MA.

6
Sedangkan badan-badan yang ada dalam masyarakat disebut sebagai "infrastruktur
politik," yang mencakup pranata politik yang ada dalam masyarakat, seperti partai politik,
organisasi kemasyarakatan, media massa, kelompok kepentingan (interest group), dan
kelompok penekan (pressure group). Suprastruktur dan infrastruktur politik harus dapat
bekerja sama dan memiliki kekuatan yang seimbang.

Mekanisme penyusunan politik dan strategi nasional di tingkat suprastruktur politik


diatur oleh presiden. Dalam melaksanakyan tugas ini, presiden dibantu oleh berbagai lembaga
tinggi negara lainnya serta dewan-dewan yang merupakan badan koordinasi, seperti Dewan
Stabilitas Ekonomi Nasional, Dewan Pertahanan Keamanan Nasional, Dewan Tenaga Atom,
Dewan Penerbangan dan Antariksa Nasional RI, Dewan Maritim, Dewan Otonomi Daerah,
dan Dewan Stabilitas Politik dan Keamanan.

Selanjutnya, Presiden menyusun program kabinet dan memilih menteri-menteri yang


akan melaksanakan program-program tersebut. Program kabinet dapat dipandang sebagai
dokumentasi resmi yang memulai politik nasional yang digariskan oleh Presiden. Strategi
nasional dilaksanakan oleh para menteri dan dipimpin lembaga pemerintahan non departemen
berdasarkan petunjuk Presiden. Adapun yang dilaksanakan Presiden sesungguhnya
merupakan politik dan strategi nasional yang bersifat pelaksanaan. Di dalamnya, sudah
tercantum program-program yang lebih kongkret yang disebut sasaran nasional.

Proses Politik dan Strategi Nasional pada infrastruktur politik merupakan sasaran yang
akan dicapai oleh rakyat Indonesia. Sesuai dengan kebijakan politik nasional,
penyelenggaraan Negara harus mengambil langkah pembinaan terhadap semua lapisan
masyarakat dengan mencantumkan sasaran sektoralnya.

Melalui pranata-pranata politik, masyarakat ikut berpartisipasi dalam kehidupan


nasional. Dalam era reformasi saat ini masyarakat memiliki peran yang sangat besar dalam
mengontrol jalannya dan strategi nasional yang telah ditetapkan oleh MPR maupun yang
dilaksanakan oleh presiden. Pandangan masyarakat terhadap kebidupan politik, ekonomi,
sosial budaya, maupun bidang Hankam akan selalu berkembang karena:

1) Semakin tingginya kesadaran berrnasyarakat, berbangsa dan ber-negara.


2) Semakin terbukanya akal dan pikiran untuk memperjuangkan haknya.
3) Semakin meningkatnya kemampuan untuk menentukan pilihan dalam pemenuhan
kebutuhan hidup.
4) Semakin meningkatnya kemampuan untuk mengatasi persoalan seiring dengan semakin
tingginya tingkat pendidikan yang ditunjang oleh. kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
5) Semakin kritis dan terbukanya masyarakat terhadap ide baru.

Mekanisme penyusunan politik strategi nasional ditingkat suprastruktur politik diatur


oleh Presiden, dalam hal ini Presiden bukan lagi sebagai mandataris MPR sejak pemilihan

7
Presiden secara langsung oleh rakyat pada tahun 2004. Karena Presiden dipilih langsung oleh
rakyat maka dalam menjalankan pemerintahan berpegang pada visi dan misi Presiden yang
disampaikan pada waktu sidang MPR setelah pelantikan dan pengambilan sumpah dan janji
Presiden/Wakil Presiden. Visi dan misi inilah yang dijadikan politik dan strategi dalam
menjalankan pemerintahan dan melaksanakan pembangumnan selama lima tahun.
Sebelumnya Politik dan Strategi Nasional mengacu kepada GBHN yang dibuat dan ditetapkan
oleh MPR.

2.3.1 Perbedaan Proses Penyusunan Polstranas Sebelum dan Sesudah Amandemen

Politik nasional adalah suatu kebijakan umum dan pengambilan kebijakan untuk
mencapai suatu cita-cita dan tujuan nasional bangsa. Sedangkan strategi nasional adalah
cara melaksanakan politik nasional dalam upaya mencapai sasaran dan tujuan yang
ditetapkan oleh politik nasional. Dapat dikatakan bahwa strategi nasional disusun untuk
mendukung terwujudnya politik nasional.

Landasan pemikiran dalam manajemen nasional dipergunakan sebagai kerangka


acuan dalam penyusunan politik strategi nasional, karena di dalamnya terkandung dasar
negara, cita-cita nasional dan konsep strategi bangsa Indonesia. Proses penyusunan politik
strategi nasional merupakan sasaran yang akan dicapai oleh segenap rakyat Indonesia.

Penyelenggara negara harus mengambil langkah-langkah pembinaan terhadap


seluruh lapisan masyarakat dengan mencantumkan sasaran polstranas pada masing-masing
bidang. Dalam era ini masyarakat memiliki peranan yang sangat besar dalam pengawasan
politik strategi nasional yang dibuat dan dilaksanakan oleh segenap penyelenggara negara,
guna mewujudkan tujuan luhur negara yang telah ditetapkan sebelumnya pada pembukaan
UUD 1945.

Sebelum tahun 2004 Presiden merupakan mandataris MPR. Dipilih dan diangkat
oleh MPR, serta menjadikan GBHN yang dibuat dan ditetapkan oleh MPR sebagai acuan
bagi politik dan strategi nasional. Kebijakan ini kemudian ditiadakan setelah diadakanya
pemilihan langsung oleh rakyat terhadap Presiden dan Wakil Presiden pada tahun 2004.
GBHN yang sebelumnya dipergunakan sebagai acuan penyusunan Polstranas kemudian
digantikan oleh pidato visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden yang disampaikan pada
saat sidang MPR, pidato visi dan misi ini diperdengarkan setelah Presiden dan Wakil
Presiden secara resmi dilantik, diambil sumpah dan janjinya. Menjadi kewajiban mutlak
bagi Presiden dan Wakil Presiden terpilih untuk memenuhi janji yang sebelumnya ia
sampaikan kepada masyarakat. Janji-janji ini lah yang mereka gunakan sebagai dasar
penyusunan visi dan misi (politik dan strategi nasional) dalam tujuannya untuk
membangunan bangsa dan negara selama satu periode pemerintahan.

8
Apabila dalam berjalannya proses pemerintahan tidak sesuai dengan apa yang
sebelumnya mereka janjikan, masyarakat dapat mempertanyakan hal ini kepada
pemerintah dan wujud pertanggungjawaban terakhir adalah mundurnya Presiden dan
Wakil Presiden dari kursi Kepresidenan. Eksekutif negara menjadikan visi dan misi
Presiden sebagai acuan dalam proses penyusunan polstranas. Strategi nasional
dilaksanakan oleh para manteri dan pimpinan lembaga-lembaga negara setingkat menteri
dengan arahan langsung dari Presiden. Polstranas hasil penyusunan Presiden harus memuat
tujuan-tujuan negara yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupa bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.

Mulainya pemerintahan era orde baru diawali ketika presiden Soeharto diangkat
menjadi Presiden oleh MPRS pada tahun 1966 dan diakhiri ketika presiden soeharto
dilengserkan pada tahun 1998. Pada 32 tahun kekuasaannya, presiden Soeharto
menggunakan Garis-garis besar haluan negara(GBHN) sebagai acuan politik dan strategi
nasional yang sebelumnya telah disusun oleh MPR.
GBHN ini menekankan pada program rencana pembangunan lima tahun yang
terbagi menjadi 4 tahap yaitu :
1) Repelita I (1969 – 1974) bertujuan memenuhi kebutuhan dasar dan infrastruktur
dengan penekanan pada bidang pertanian.
2) Repelita II (1974 – 1979) bertujuan meningkatkan pembangunan di pulau-pulau
selain Jawa, Bali dan Madura, di antaranya melalui transmigrasi.
3) Repelita III (1979 – 1984) menekankan bidang industri padat karya untuk
meningkatkan ekspor.
4) Repelita IV (1984 – 1989) bertujuan menciptakan lapangan kerja baru dan
industri.
5) Repelita V (1989 – 1994) menekankan bidang transportasi, komunikasi dan
pendidikan.
Sebagian besar anggota MPR pada masa itu adalah orang-orang pilihan Soeharto
sehingga dapat dipastikan bahwa polstranas pada saat itu adalah polstranas pesanan
Soeharto. Pemerintahan yang dipimpinnya memang sukses dalam memajukan ekonomi
makro, namun ekonomi mikro sangat lemah. Pembangunan cenderung berpusat di
pemerintahan pusat. Pada tahun 1998-1999 Presiden B. J. Habibie merupakan tokoh yang
membawa perubahan bagi bangsa Indonesia menuju era reformasi. Dalam pemerintahan
yang dijalankannya, tonggak reformasi tertanam dengan baik sehingga tidak ada perubahan
pun berlangsung lancar.
Lalu tahun 1999-2001 Abdurrahman Wahid, kemudian tahun 2001-2004 menjabat
Megawati Soekarno Putri sebagai Presiden Republik Indonesia. Masa-masa ini merupakan
masa euphoria reformasi. Indonesia seperti dilahirkan kembali, menjadi sebuah bangsa

9
yang terbebas dari berbagai macam ketidakadilan pemerintah. Reformasi didengungkan di
segala bidang. Selama kurang lebih enam tahun masa reformasi ini polstranas Indonesia
masih mengacu kepada GBHN yang dibuat dan ditetapkan oleh MPR. Pada kurun waktu
ini bangsa Indonesia mengalami perubahan hampir di seluruh aspek kehidupan berbangsa
dan bernegara. Merupakan masa-masa transisi dari orde baru milik Soeharto menuju
pemerintahan yang demokratis di seluruh aspek kehidupan.
Terpilihnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada pemilihan umum secara
langsung tahun 2004 menandai pula perubahan dalam perumusan polstranas. Pada masa
ini polstranas disusun berdasarkan visi dan misi langsung Presiden dalam pidato
kenegaraan di hadapan segenap anggota MPR, DPR dan anggota lembaga tinggi negara
lainnya. Visi dan misi inilah yang dipergunakan sebagai politik strategi nasional dalam
menjalankan pemerintahan dan melaksanakan pembangunan selama lima tahun. Sampai
pada akhirnya terpilih kembali pada tahun 2009.
Periode ini ditandai oleh tiga poin penting, yaitu:
1. Penguatan kedudukan lembaga legislatif dalam penyusunan APBN.
2. Ditiadakannya GBHN sebagai pedoman penyusunan rencana pembangunan nasional.
3. Diperkuatnya otonomi daerah dan desentralisasi pemerintah dalam NKRI.
Sebagai akibat dari ditiadakannya GBHN setelah masa reformasi, pada periode ini
dirumuskan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) sebagai acuan
penerapan Polstranas yang mirip dengan GBHN.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa perbedaan paling mencolok dari pola penyusunan
polstranas antara periode orde baru dan periode reformasi adalah dari asal pembuatannya.
Pada masa orde baru polstranas ditentukan dari GBHN yang telah dibuat oleh MPR.
Sedangkan pada periode reformasi, tepatnya pada saat pemerintahan SBY, polstranas
disusun berdasarkan visi dan misi langsung Presiden.

2.4 STRATIFIKASI POLITIK NASIONAL

1. Tingkat penentu kebijakan puncak


a. Meliputi kebijakan tertinggi yang menyeluruh secara nasional dan mencakup
penentuan undang-undang dasar, penggarisan masalah makropolitik bangsa dan
Negara untuk merumuskan tujuan nasional (national goals) berdasarkan falsafah
Pancasila dan UUD 1945. Hasil-hasilnya berbentuk:
a) Undang-undang yang kekuasaan pembuatannya terletak di tangan presiden
melalui persetujuan DPR (UUD 1945), Pasal 5 ayat (1) atau Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang (Perpu) dalam hal kepentingan yang memaksa.
b) Peraturan pemerintah untuk mengatur pelaksanaan undang-undang yang
wewenang penerbitannya berada di tangan presiden (UUD 1945 Pasal 5 ayat (2)).

10
c) Keputusan atau instruksi presiden, berisi kebijakan-kebijakan penyelenggaraan
pemerintah yang wewenang pengeluarannya berada di tangan presiden dalam
rangka pelaksanaan kebijakan nasional dan perundang-undangan yang berlaku
(UUD 1945 Pasal 4 ayat (1)).
d) Dalam keadaan tertentu dapat pula dikeluarkan Maklumat presiden.

b. Dalam hal dan keadaan yang menyangkut kekuasaan kepala negara seperti tercantum
pada pasal 10 sampai 15 UUD 1945, tingkat penentu kebijakan puncak termasuk
kewenangan Presiden sebagai kepala negara. Bentuk hukum dari kebijakan nasional
yang ditentukan oleh kepala negata dapat berupa dekrit, peraturan atau piagam kepala
negara.

2. Tingkat kebijakan umum


Merupakan tingkat kebijakan dibawah tingkat kebijakan puncak, yang lingkupnya
menyeluruh nasional dan berisi mengenai masalah-masalah makro-strategi guna
mencapai idaman nasional dalam situasi dan kondisi tertentu. Kebijakan ini adalah
penjabaran kebijakan puncak dalam rangka merumuskan strategi administrasi, system,
dan prosedur dalam bidang utama tersebut. Hasil dalam kebijakan ini dirumuskan dalam
bentuk Peraturan Menteri atau Instruksi Menteri dalam bidang pemerintahan yang di
emban olehnya. Selain itu, dalam kondisi tertetu, menteri juga dapat mengeluarkann
Surat Edaran Menteri.

3. Tingkat penentu kebijakan khusus


Kebijakan Khusus merupakan penggarisan terhadap suatu bidang utama (major
area) pemerintahan. Wewenang pengeluaran kebijakan khusus ini terletak di tangan
pemimpin eselon pertama departemen pemerintahan dan pimpinan lembaga-lembaga
nondepartemen. Hasil penentu kebijakan dirumuskan dalam bentuk peraturan,
keputusan, atau instruksi Pimpinan lembaga Non Departemen / Direktur Jenderal. Hasil
penentu dari pimpinan lembaga Non Departemen itu lazimnya merupakan pedoman
pelaksanaan. Di dalam tata laksana pemerintahan, sekjen sebagai pembantu utama
menteri bertugas mempersiapkan dan merumuskan kebijakan umum menteri dan
pimpinan rumah tangga departemen. Selain itu, ada inspektur jenderal dalam
penyelenggaraan pengendalian departemen. Ia juga punya wewenang untuk membantu
mempersiapkan kebijakan umum menteri.

4. Tingkat penentu kebijakan teknis


Kebijakan teknis meliputi kebijakan dalam satu sektor dari bidang utama dalam
bentuk prosedur serta teknik untuk mengimplementasikan rencana, program dan
kegiatan. Kebijakan teknis ini dilakukan oleh kepala daerah, provinsi, dan
kabupaten/kota. Sementara itu dibawah ini terdapat dua macam kekuasaan dalam
pembuatan aturan daerah.

11
a. Wewenang penentuan pelaksanaan kebijakan pemerintah pusat di Daerah terletak
pada Gubernur dalam kedudukannya sebagai wakil pemerintah pusat di daerahnya
masing-masing.
b. Kepala daerah berwenang mengeluarkan kebijakan pemerintah daerah dengan
persetujuan DPRD. Kebijakan tersebut berbentuk Peraturan Daerah (Perda) tingkat I
atau II. Menurut kebijakan yang berlaku sekarang, jabatan gubernur dan bupati atau
walikota dan kepala daerah tingkat I atau II disatukan dalam satu jabatan yang disebut
Gubernur/KepalaDaerah tingkat I, Bupati/Kepala Daerah tingkat II atau
Walikota/Kepala Daerah tingkat II.

2.5 POLITIK PEMBANGUNAN NASIONAL DAN MANAJEMEN NASIONAL

Politik merupakan cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tujuan politik bangsa Indonesia telah tercantum dalam Pembukaan UUD 1945,
yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Tujuan politik bangsa
Indonesia harus dapat dirasakan oleh rakyat Indonesia. Untuk itu, pembangunan di segala
bidang perlu dilakukan. Dengan demikian, politik pembangunan nasional harus berpedoman
pada pembukaan UUD 1945 alinea ke-4.

Politik pembangunan sebagai pedoman dalam pembangunan nasional memerlukan


keterpaduan tata nilai, struktur, dan proses. Keterpaduan tersebut merupakan himpunan usaha
untuk mencapai efisiensi, daya guna, dan hasil guna sebesar mungkin dalam penggunaan
sumber dana dan daya nasional guna mewujudkan tujuan nasional. Karena itu, kita
memerlukan sistem manajemen nasional. Sistem manajemen nasional berfungsi memadukan
penyelenggaraan siklus kegiatan perumusan, pelaksanaan, dan pengendalian
pelaksanaan kebijaksanaan. Sistem manajemen nasional memadukan seluruh upaya manajerial
yang melibatkan pengambilan keputusan berkewenangan dalam rangka penyelenggaraan
kehidupan berbangsa dan bernegara untuk mewujudkan ketertiban sosial, politik, dan
administrasi.

12
2.5.1 Makna Pembangunan Nasional

Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan


masyarakat Indonesia secara berkelanjutan dengan memanfaatkan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global.
Pelaksanaannya mengacu pada kepribadian bangsa dan nilai luhur yang universal untuk
mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri, berkeadilan, sejahtera, maju, serta
kukuh kekuatan moral dan etikanya. Tujuan pembangunan nasional itu sendiri adalah
sebagai usaha untuk meningkatkan kesejahreraan seluruh bangsa Indonesia. Dan
pelaksanaannya bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga merupakan
ranggung jawab seluruh rakyat Indonesia. Maksudnya adalah setiap warga negara
Indonesia harus ikut serta dan berperan dalam melaksanakan pembangunan sesuai dengan
profesi dan kemampuan masing-masing.

Keikursertaan setiap warga negara dalam pembangunan nasional dapat dilakukan


dengan berbagai cara, seperti mengikuti program wajib belajar, membayar pajak,
melestarikan lingkungan hidup, mentaati segala peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku, menjaga ketertiban dan keamanan, dan sebagainya.

Pembangunan nasional mencakup hal-hal yang bersifat lahiriah maupun batiniah


yang selaras, serasi, dan seimbang. Itulah sebabnya pembangunan nasional bertujuan untuk
mewujudkan manusia dan masyarakat Indonesia yang seutuhnya, yakni sejahtera lahir dan
batin. Pembangunan yang bersifat lahiriah dilaksanakan untuk memenuhikebutuhan hajat
hidup fisik manusia, misalnya sandang, pangan, perumahan, pabrik, gedung perkantoran,
pengairan, sarana dan prasarana transportasi dan olahraga, dan sebagainya.

Sedangkan contoh pembangunan yang bersifat batiniah adalah


pembangunan sarana dan prasarana ibadah, pendidikan, rekreasi, hiburan, kesehatan, dan
sebagainya. Untuk mengetahui bagaimana proses pembangunan nasional itu berlangsung,
kita harus memahami manajemen nasional yang te-rangkai dalam sebuah sistem.

2.5.2 Manajemen Nasional

Manajemen nasional pada dasarnya merupakan sebuah sistem, sehingga lebih tepat
jika kita menggunakan istilah “sistem manajemen nasional”. Layaknya sebuah sistem,
pembahasannya bersifat komprehensif-strategis-integral. Orientasinya adalah pada
penemuan dan pengenalan (identifikasi) faktor-faktor strategis secara
menyeluruh dan terpadu. Dengan demikian sistem manajemen nasional dapat menjadi
kerangka dasar, landasan, pedoman dan sarana bagi perkembangan proses

13
pembelajaran (learning process) maupun penyempurnaan fungsi penyelenggaraan
pemerintahan yang bersifat umum maupun pembangunan.

Pada dasarnya sistem manajemen nasional merupakan perpaduan antara tata nilai,
struktur, dan proses untuk mencapai kehematan, daya guna, dan hasil guna sebesar
mungkin dalam menggunakan sumber dana dan daya nasional demi mencapai tujuan
nasional. Proses penyelenggaraan yang serasi dan terpadu meliputi siklus kegiatan
perumusan kebijaksanaan (policy formulation), pelaksanaan kebijaksanaan (policy
implementation), dan penilaian hasil kebijaksanaan (policy evaluation) terhadap berbagai
kebijaksanaan nasional.

Secara lebih sederhana, dapat dikatakan bahwa sebuah sistem sekurang-kurangnya


harus dapat menjelaskan unsur, struktur, proses, rungsi serta lingkungan yang
mempengaruhinya.

Unsur, struktur dan proses

Secara sederhana, unsur-unsur utama sistem manajemen nasional dalam bidang


ketatanegaraan meliputi:

1. Negara sebagai "organisasi kekuasaan" mempunyai hak dan peranan atas pemilikan,
pengaturan, dan pelayanan yang diperlukan dalam mewujudkan cita-cita bangsa,
termasuk usaha produksi dan distribusi barang dan jasa bagi kepentingan masyarakat
umum (public goods and services).
2. Bangsa Indonesia sebagai unsur "Pemilik Negara" berperan dalam menentukan sistem
nilai dan arah/haluan kebijaksanaan negara yang digunakan sebagai landasan dan
pedoman bagi penyelenggaraan fungsi-fungsi negara.
3. Pemerintah sebagai unsur "Manajer atau Penguasa" berperan dalam penyelenggaraan
fungsi-fungsi pemerintahan umum dan pembangunan ke arah cita-cita bangsa dan
kelangsungan serta pertumbuhan negara.
4. Masyarakat adalah unsur "Penunjang dan Pemakai" yang berperan sebagai kontributor,
penerima, dan konsumen bagi berbagai hasil kegiatan penyelenggaraan fungsi
pemerintahan tersebut di atas.

Sejalan dengan pokok pikiran di atas, unsur-unsur utama SISMENNAS tersebut


secara struktural tersusun atas empat tatanan (setting). Yang dilihat dari dalam ke luar
adalah Tata Laksana Pemerintahan (TLP), Tata Administrasi Negara (TAN), Tata Politik
Nasional (TPN), dan Tata Kehidupan Masyarakat (TKM). Tata laksana dan tata
administrasi pemerintahan merupakan tatanan dalam (inner setting) dari sistem manajemen
nasional (SISMENNAS).

Dilihat dari sisi prosesnya, SISMENNAS berpusat pada satu rangkaian pengambilan
keputusan yang berkewenangan, yang terjadi pada tatanan dalam TAN dan TLP. Kata

14
kewenangan di sini mempunyai konotasi bahwa keputusan-keputusan yang diambil adalah
berdasarkan kewenangan yang dimiliki oleh si pemutus berdasarkan hukum.

Karena itu, keputusan-keputusan itu bersifat mengikat dan dapat dipaksakan


(compulsory) dengan sanksi-sanksi atau dengan insentifdan disinsentif tertentu yang
ditujukan kepada seluruh anggota. masyarakat. Karena itu, tatanan daiam (TAN + TLP)
dapat disebut Tatanan Pengambilan Berkewenangan (TPKB).

Penyelenggaraan TPKB mernertukan proses Arus Masuk yang dirnulai dari TKM
melewati TPN. Aspirasi dari TKM dapat berasal dari ralwat, baik secara maupun melalui
organisasi kemasyarakatan, partai politik, kelompok penekan, organisasi kepentingan, dan
pers.

Masukan ini berintikan kepenlingan Rakyat. Rangkaian kegiatan dalam TPKB


menghasilkan berbagai keputusan yang terhimpun dalam proses Arus Keluar yang
selanjutnya disalurkan ke TPN dan TKM. Arus Keluar ini pada dasarnya merupakan
tanggapan pemerintah terhadap berbagai tuntutan, tantangan, serta peluang dari
lingkungannya.

Keluaran tersebut pada umumnya berupa berbagai kebijaksanaan yang lazimnya


dituangkan ke dalam bentuk-bentuk perundangan peraturan yang sesuai dengan
permasalahan dan klasifikasi kebijaksanaan serta instansi yang mengeluarkannya.

Sementara itu, terdapat suatu proses umpan balik sebagai bagian dari siklus kegiatan
fungsionai SISMENNAS yang menghubungkan Arus Keluar dengan Arus Masuk maupun
dengan Tatanan Pengambilan Keputusan Berkewenganan (TPKB). Dengan demikian
secara prosedural SISMENNAS merupakan satu siklus yang berkesinambungan.

2.5.3 Fungsi Sistem Manajemen Nasional

Fungsi di sini dikaitkan dengan pengaruh, efek atau akibat dari terselenggaranya
kegiatan terpadu sebuah organisasi atau sistem dalam rangka pembenahan (adaptasi) dan
penyesuaian (adjustment) dengan tata lingkungannya untuk memelihara kelangsungan
hidup dan mencapai tujuan-tujuannya. Dalam proses melaraskan diri serta pengaruh-
mempengaruhi dengan lingkungan itu, SISMENNAS memiliki fungsi pokok:
“pemasyarakatan politik.” Hal ini berarti bahwa segenap usaha dan kegiatan SISMENNAS
diarahkan pada penjaminan hak dan penertiban kewajiban rakyat. Hak rakyat pada
pokoknya adalah terpenuhinya berbagai kepentingan. Sedangkan kewajiban rakyat
pada pokoknya adalah keikutsertaan dan tanggung jawab atas terbentuknya situasi dan
kondisi kewarganegaraan yang baik, di mana setiap warga negara Indonesia terdorong
untuk setia kepada negara dan taat kepada falsafah serta peraturan dan perundangannya.

Dalam proses Arus Masuk terdapat dua fungsi, yaitu pengenalan kepentingan dan
pemilihan kepemimpinan. Fungsi pengenalan kepentingan adalah untuk menemukan dan
15
mengenali serta merumuskan berbagai permasalahan dan kebutuhan rakyat yang terdapat
pada struktur Tata Kehidupan Masyarakat (TKM). Di dalam Tata Politik Nasional (TPN)
permasalahan dan kebutuhan tersebut diolah dan dijabarkan sebagai kepentingan nasional.

Pemilihan kepemimpinan berfungsi memberikan masukan tentang tersedianya orang-


orang yang berkualitas untuk menempati berbagai kedudukan dan jabatan tertentu dan
menyelenggarakan berbagai tugas dan pekerjaan dalam rangka TPKB.

Pada Tatanan Pengambilan Keputusan Berkewenangan (TPKB), yang merupakan inti


SISMENNAS, fungsi-fungsi yang mentransformasikan kepentingan kemasyarakatan
maupun kebangsaan yang bersifat politis terselenggara ke dalam bentuk-bentuk
administratif untuk memudahkan pelaksanaannya serta meningkatkan daya guna dan
hasil gunanya. Fungsi-fungsi tersebut adalah:
1) Perencanaan sebagai rintisan dan persiapan sebelum pelaksanaan, sesuai kebijaksanaan
yang dirumuskan.
2) Pengendalian sebagai pengarahan, bimbingan, dan koordinasi selama pelaksanaan.
3) Penilaian untuk membandingkan hasil pelaksanaan dengan keinginan setelah
pelaksanaan selesai.

Ketiga fungsi TPKB tersebut merupakan proses pengelolaan lebih lanjut secara
strategis, manajerial dan operasional terhadap berbagai keputusan kebijaksanaan.
Keputusan-keputusan tersebut merupakan hasil dari fungsi-fungsi yang dikemukakan
sebelumnya, yaitu fungsi pengenalan kepentingan dan fungsi pemilihan kepemimpinan
yang ditransformasikan dari masukan politik menjadi tindakan administratif.

Pada aspek arus keluar, SISMENNAS diharapkan menghasilkan:


1) Aturan, norma, patokan, pedoman, dan Iain-lain, yang secara singkat dapat disebut
kebijaksanaan umum (public policies).
2) Penyelenggaraan, penerapan, penegakan, maupun pelaksanaan berbagai kebijaksanaan
nasional yang lazimnya dijabarkan dalam sejumlah program dan kegiatan.
3) Penyelesaian segala macam perselisihan, pelanggaran, dan penyelewengan yang timbul
sehubungan dengan kebijaksanaan umum serta program tersebut dalam rangka
pemeliharaan tertib hukum.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa pada arus keluar SISMENNAS
memiliki tiga fungsi utama berikut: pembuatan aturan (rule making), penerapan aturan
(rule aplication), dan penghakiman aturan (rule adjudication) yang mengandung arti
penyelesaian perselisihan berdasarkan penentuan kebenaran peraruran yang berlaku.

16
2.6 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2015 – 2019

Upaya mewujudkan tujuan negara dilaksanakan melalui proses yang bertahap,


terencana, terpadu dan berkesinambungan. Undang- Undang Nomor 17/ 2007 tentang
RPJPN 2005-2025 menetapkan bahwa visi pembangunan nasional adalah untuk
mewujudkan INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR. Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 adalah tahapan ketiga dari
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang ditetapkan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007. RPJMN adalah pedoman untuk menjaga
konsistensi arah pembangunan nasional dengan tujuan di dalam Konstitusi Undang Undang
Dasar 1945 dan RPJPN 2005–2025. Dengan berpayung kepada UUD 1945 dan Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2007, RPJMN 2015-2019, disusun sebagai penjabaran dari Visi,
Misi, dan Agenda (Nawa Cita) Presiden/ Wakil Presiden, Joko Widodo dan Muhammad
Jusuf Kalla, dengan menggunakan Rancangan Teknokratik yang telah disusun Bappenas dan
berpedoman pada RPJPN 2005-2025.

RPJMN 2015-2019 diarahkan untuk lebih memantapkan pembangunan secara


menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan terhadap pencapaian daya saing
kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya
manusia berkualitas serta kemampuan IPTEK yang terus meningkat.

Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional, bangsa Indonesia dihadapkan


pada tiga masalah pokok, yakni:
(1) merosotnya kewibawaan negara;
(2) melemahnya sendi-sendi perekonomian nasional.
(3) merebaknya intoleransi dan krisis kepribadian bangsa.

Tantangan utama pembangunan dalam rangka meningkatkan wibawa negara dapat


dikelompokkan atas:

1. Peningkatan stabilitas dan keamanan negara.

Tantangan utama stabilitas sosial dan politik adalah memelihara kebhinnekaan


Indonesia agar tetap menjadi faktor yang menginspirasi, memperkaya dan menguatkan
Indonesia dalam mencapai visi pembangunan nasional.

17
Tantangan lainnya, adalah meningkatkan kesadaran kolektif masyarakat akan bahaya
terorisme bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, dan meningkatkan kesiapsiagaan,
baik di antara lembaga- lembaga pemerintah dan juga di tingkat masyarakat. Ancaman
terorisme bersifat laten dan tidak berpola, dan berpotensi mengganggu keamanan
negara dan menciptakan instabilitas sosial dan politik yang dapat menghambat proses
pembangunan nasional.
Di lain sisi, meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap aparatur penegak hukum,
khususnya Polri, juga merupakan tantangan serius yang harus diselesaikan dalam
rangka menciptakan stabilitas keamanan. Kepercayaan merupakan modal penting
dalam membangun kemitraan antara masyarakat dan Polri. Melalui upaya peningkatan
profesionalisme anggotanya dengan fokus pada orientasi pelayanan publik, Polri akan
dapat tumbuh menjadi institusi yang disegani dipercaya oleh masyarakat.
Kekuatan pertahanan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi stabilitas
politik dan keamanan. Semakin kuatnya pertahanan Indonesia ditunjukkan dengan
bertambahnya gelar kekuatan Alutsista di seluruh matra. Dengan adanya peningkatan
tersebut, tantangan yang harus diantisipasi ke depan adalah pemenuhan pemeliharaan
dan perawatan bagi Alutsista tersebut sehingga kesiapan operasional dan tempur dapat
terjamin, serta peningkatan profesionalisme prajurit sebagai elemen utama kekuatan
pertahanan.

2. Pembangunan tata kelola untuk menciptakan birokrasi yang efektif dan efisien.
Kualitas tata kelola pemerintahan belum dapat memberikan kontribusi yang optimal
untuk mendukung keberhasilan pembangunan dan peningkatan daya saing nasional
karena masih dihadapkan pada berbagai tantangan. Oleh karena itu, agar dapat
mendukung keberhasilan pembangunan dan peningkatan daya saing nasional,
tantangan utamanya adalah meningkatkan integritas, akuntabilitas; efektifitas, dan
efisiensi birokrasi dalam menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan, dan
pelayanan publik.
Untuk mempercepat proses tersebut, pemerintah harus proaktif dalam mengembangkan
terobosan dan inovasi pengelolaan pembangunan khususnya mencari solusi yang
optimum bagi kepentingan nasional dengan melibatkan semua unsur pembangunan.

3. Pemberantasan korupsi.
Pemberantasan korupsi masih akan merupakan tantangan serius bagi pembangunan di
Indonesia. Korupsi sangat menghambat efektivitas mobilisasi dan alokasi sumber daya
pembangunan bagi pengentasan kemiskinan dan kelaparan, pembangunan
infrastruktur, sehingga akan sangat menghambat pencapaian pembangunan yang

18
berkelanjutan (sustainable development), pada akhirnya akan memunculkan beragam
dampak buruk bagi masyarakat luas.
Tantangan utama untuk melaksanakan pemberantasan korupsi adalah bagaimana
mengefektifkan penegakan hukum. Hal ini memerlukan perbaikan kualitas dan
integritas aparat penegak hukum, di samping upaya menyempurnaan regulasi dan
peraturan perundangan. Tantangan lain dalam pemberantasan korupsi adalah
bagaimana mengoptimalkan upaya pencegahan tindak pidana korupsi dengan
meningkatkan efektifitas reformasi birokrasi serta lebih meningkatkan kepedulian dan
keikutsertaan masyarakat luas melalui pendidikan antikorupsi bagi masyarakat luas.

Dengan mempertimbangkan masalah pokok bangsa, tantangan pembangunan yang


dihadapi dan capaian pembangunan selama ini, maka visi pembangunan nasional untuk
tahun 2015-2019 adalah: TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT,
MANDIRI, DAN BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG-ROYONG

Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 Misi Pembangunan yaitu:

1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang


kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan
kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan negara
hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara
maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional.
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Untuk menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang


berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam
kebudayaan, dirumuskan sembilan agenda prioritas yang kemudian disebut dengan Nawa
Cita, antara lain :
a) Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa
aman kepada seluruh warga negara.
b) Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang
bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.

19
c) Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa
dalam kerangka negara kesatuan.
d) Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan
hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
e) Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia.
f) Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga
bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
g) Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor- sektor strategis
ekonomi domestik.
h) Melakukan revolusi karakter bangsa.
i) Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
Sesuai dengan visi pembangunan “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri,
dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”, maka pembangunan nasional 2015-
2019 akan diarahkan untuk mencapai sasaran utama yang mencakup :
(1) sasaran makro;
(2) pembangunan manusia dan masyarakat;
(3) sasaran pembangunan sektor unggulan;
(4) sasaran dimensi pemerataan;
(5) sasaran pembangunan wilayah dan antar wilayah
(6) sasaran politik, hukum, pertahanan, dan keamanan.
Sumber daya manusia adalah modal utama dalam pembangunan nasional. Oleh
karena itu kualitas SDM perlu terus ditingkatkan sehingga mampu memberikan daya saing
yang tinggi yang antara lain ditandai dengan meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia
(IPM), Indeks Pembangunan Gender (IPG), dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG), yang
dicapai melalui pengendalian jumlah penduduk, peningkatan taraf pendidikan, dan
peningkatan derajat kesehatan dan gizi masyarakat.
Mengacu pada sasaran utama serta analisis yang hendak dicapai serta
mempertimbangkan lingkungan strategis dan tantangan yang akan dihadapi bangsa
Indonesia, maka arah kebijakan umum pembangunan nasional 2015-2019, yaitu :
(1) meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan;
(2) meningkatkan pengelolaan dan nilai tambah sumber daya alam (SDA) yang
berkelanjutan;
(3) mempercepat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan;

20
(4) meningkatkan kualitas lingkungan hidup, mitigasi bencana alam, dan penanganan
perubahan iklim;
(5) penyiapan landasan pembangunan yang kokoh;
(6) meningkatkan kualitas SDM dan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan;
(7) mengembangkan dan memeratakan pembangunan daerah.

21
BAB III
ANALISA KASUS

3.1 CONTOH KASUS

Ketimpangan Wilayah Hambat Pembangunan

JAKARTA, suaramerdeka.com – Ketimpangan pembangunan antar wilayah


merupakan masalah klasik di Indonesia, dalam 20 tahun terkhir ini, pemerintah memang
telah menyusun pembangunan ekonomi yang diarahkan untuk pencapaian pertumbuhan
ekonomi yang tinggi, salah satunya dengan mengeluarkan kebijakan otonomi daerah yang
diyakini berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi.
Mantan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Marwan
Jafar, mengatakan, program pembangunan ekonomi antar wilayah di Indonesia yang
berjalan sejauh ini masih bertumpu di wilayah pulau Jawa, hal itu terbukti dari tingkat
kontribusi pertumbuhan ekonomi di Pulau Jawa yang mencapai 58 persen.
“Sedangkan pembangunan di luar Jawa masih relatif kecil, maka wajar jika tingkat
pertumbuhan ekonominya masih berada dikisaran 2 persen sampai 7,4 persen, belum lagi
tingkat pengangguran yang masih cukup tinggi dibanding Pulau Jawa. Kondisi itu juga
membuat Indeks Rasio Gini Indonesia semakin menganga yakni mencapai angka 0,42,”
ungkapnya, dalam acara Focus Group Disucussion, di kantor LPP DPP PKB, Jakarta.
Menurutnya, ketimpangan pembangunan antar wilayah itu terjadi karena
pemerintah kurang memperhatikan tercapainya pemerataan hasil pembangunan di seluruh
wilayah sehingga terdapat kecenderungan kebijakan pembangunan yang dirancang untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi justru memperburuk kondisi kesenjangan ekonomi
antar wilayah di Indonesia.
“Akhirnya menimbulkan gap antara wilayah yang memiliki PDRB per kapita
tertinggi dan terendah yang berimplikasi pada peningkatan pertumbuhan ekonomi tidak
merata di seluruh wilayah,” imbuh Ketua Lembaga Pemenangan Pemilu (LPP) DPP PKB
itu.
Lebih jauh, dia menjelaskan, faktor lain yang menyebabkan ketimpangan antar
wilayah masih terjadi adalah masih minimnya infrastruktur di daerah yang mengakibatkan
mobilitas barang dan jasa seperti kegiatan perdagangan dan penyerapan tenaga kerja antar
daerah terhambat.
“Aktivitas perdagangan yang lambat sangat mempengaruhi harga barang karena
melihat demand yang begitu tinggi dari pada supply. Di sisi lain juga, masyarakat yang
memiliki keterampilan tertentu kesulitan memgakses daerah lain yang membutuhkan

22
jasanya karena minimnya infrastruktur itu tadi, ini menyebabkan semakin memperpanjang
panceklik mereka untuk memiliki pendapatan,” urainya.
Melihat kondisi tersebut, Marwan menyarankan agar pemerintah segera melakukan
merealisasikan rencana pembangunan daerah yang sudah dipetakan di dalam Rencana
Pembangan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
“Kebutuhan infrastruktur yang mendesak yang jelas daerah yang berada di kawasan
tertinggal, dan perbatasan. Disana banyak wilayah potensial seperti NTB, Papua,
Kalimantan, tapi tidak terserap karena kendala mobilitas,” terangnya.
Selain itu, pemerintah juga perlu meningkatkan kompetensi masyarakat di wilayah
tersebut agar mampu bersaing dengan masyarakat di daerah lain yang lebih berkembang.
“Perlu dicanangkan target peningkatan masa pendidikan di daerah-daerah
tertinggal dan terpencil, (pengentasan buta aksara dan pengembangan keterampilan bagi
masyarakat yang tidak mampu melanjutkan pendidikan lebih lanjut untuk menjawab
kebutuhan tenaga kerja baik di daerahnya sendiri maupun di daerah lain,” kata dia.

3.2 ANALISA KASUS TERKAIT TEORI

Dari contoh kasus ketimpangan wilayah yang diambil, dapat Kami kaitakan dengan
teori pada bab 2. Berikut Kami paparkan hal-hal yang terkait, yaitu:

1) Pada poin 2.1.1 dipaparkan bahwa politik membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan
distribusi. Distribusi ialah pembagian dan pengalokasian nilai-nilai (value) dalam
masyarakat. Nilai tersebut harus dibagi secara adil. Politik membicarakan bagaimana
pembagian dan pengalokasian nilai secara mengikat.

2) Pada poin 2.1.3 dipaparkan bahwa politik nasional diartikan sebagai kebijakan umum dan
pengambilan kebijakan untuk mencapai suatu cita-cita dan tujuan nasional. Tujuan
politik bangsa Indonesia telah tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Tujuan politik bangsa
Indonesia harus dapat dirasakan oleh rakyat Indonesia. Untuk itu, pembangunan di segala
bidang perlu dilakukan.

3) Pada poin 2.2 dipaparkan bahwa polstranas berfungsi sebagai pedoman yang memberikan
arah haluan (pola umum) dan tata cara pelaksanaanya.

4) Pada poin 2.3 dalam penyusunan polstranas sendiri dikatakan bahwa mekanisme
penyusunan polstranas diatur oleh Presiden dibantu oleh berbagai lembaga tinggi negara
lainnya seperti Dewan otonomi daerah. Dimana otonomi daerah berfungsi untuk

23
mengatur serta mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
daerah tersebut yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

5) Pada poin 2.4 dimana sebagai dasar penyusunan polstranas, geostrategi memberikan arah
tentang strategi pembangunan di masa depan yang lebih baik dan ketahanan nasional
untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi ancaman, tantangan,
hambatan, dan gangguan.

6) Pada poin 2.5.1 dipaparkan bahwa tujuan pembangunan adalah sebagai usaha untuk
meningkatkan kesejahteraan seluruh Bangsa Indonesia. Dengan adanya kasus
ketimpangan wilayah ini, maka kesejahteraan tidak dirasakan masyarakat di semua
wilayah Indonesia. Pembangunan bersifat lahiriah dimana untuk memenuhi kebutuhan
sandang, pangan, papan. Tetapi dalam kasus, ada beberapa daerah yang pembangunannya
belum dirasakan penuh oleh masyarakat.

7) Pada poin 2.5.2 dalam unsur, struktur dan proses dapat dikaitkan dengan kasus yang
diambil, yaitu:

- Negara sebagai “organisasi kekuasaan” mempunyai hak atas pelayanan dalam


mewujudkan cita-cita bangsa. Seperti hal-nya pada kegiatas produksi dan distribusi
barang dan jasa bagi kepentingan masyarakat umum.
- Pemerintah sebagai unsur manajer berperan dalam penyelenggaraan pembangunan.
- Masyarakat sebagai konsumen tidak seluruhnya menerima hasil penyelenggaraan
pemerintahan.
8) Pada poin 2.6 dipaparkan bahwa Agenda Prioritas / NAWA CITA menyebutkan
“Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa
dalam kerangka negara kesatuan.”

9) Pada poin 2.6 dipapar bahwa arah pembangunan nasional 2015-2019 adalah
1. meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan;
2. meningkatkan pengelolaan dan nilai tambah sumber daya alam (SDA) yang
berkelanjutan;
3. mempercepat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan;
4. meningkatkan kualitas lingkungan hidup, mitigasi bencana alam, dan penanganan
perubahan iklim;
5. penyiapan landasan pembangunan yang kokoh;
6. meningkatkan kualitas SDM dan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan;
7. mengembangkan dan memeratakan pembangunan daerah.

24
3.3 SOLUSI

1) Penyebaran prasarana perhubungan. Contohnya pembangunan tol laut.


2) Mendorong transmigrasi dan migrasi spontan. Sehingga terjadi kemerataan penduduk di
seluruh wilayah Indonesia.
3) Pengembangan Pendidikan antar wilayah.
4) Pelaksanaan otonomi daerah. Dimana otonomi daerah berfungsi untuk mengatur serta
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat daerah tersebut yang
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
5) Peran masyarakat dalam pemerataan pembangunan: partisipasi dalam perencanaan
pembangunan, pemberian inisiatif, informasi, saran, dan pertimbangan pendapat dalam
penyusunan strategi dan arah kebijakan pembangunan, keikutsertaan setiap warga negara
dalam pembangunan nasional seperti mengikuti program wajib belajar, membayar pajak,
melestarikan lingkungan hidup, menaati segala peraturan perundang-undangan, menjaga
ketertiban dan lain-lain.
6) Industri Kreatif sebagai usaha yang menekankan pada kreativitas, ide, inovasi, dari
Sumber Daya Manusia dalam menyajikan produk dalam negeri dan dapat membuka pasar
persaingan produk yang inovatif dan dapat bersaing di kancah internasional.
7) Dalam upaya pertahanan nasional, industri kreatif juga memegang peranan penting untuk
ikut berkontribusi terhadap pertahanan nasional Indonesia, yang mana industri kreatif
dapat membantu perekonomian Negara Indonesia, Di karenakan dimensi ekonomi juga
merupakan salah satu ancaman pertahanan yang dapat mengancam atau membahayakan
kedaulatan Negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa. Permasalahan dalam
bidang ekonomi yang dapat mengganggu pertahanan Negara di sebabkan oleh
ketidakadilan dalam distribusi atau pemerataan pembangunan sehinggga tak dapat di
pungkiri akan menimbulkan kesenjangan ekonomi, yang kemungkinan memicu adanya
gejala disintegrasi bangsa. Dan dengan adanya industri kreatif yang akan membatu
meningkatkan ekonomi bangsa kita, yang di harapkan mencegah timbulnya disintegrasi
bangsa, sehinggga pertahanan nasional masih tetap terjaga.

25
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN

Politik Nasional merupakan asas, haluan uasaha dan kebijaksanaan negara dalam
pembinaan dan penggunaan totalitas potensi nasional untuk mencapai tujuan nasional.
Strategi nasional merupakan “tata cara” pelaksanaan politik nasional tersebut.
Untuk mencapai tujuan nasional tersebut, maka dilakukan pembangunan nasional di
segala aspek kehidupan bangsa dengan menggunakan totalitas potensi dan kekuatan nasional.
Dalam pembangunan nasional tersebut Polstranas berfungsi sebagai pedoman yang
memberikan arah haluan (pola umum) dan tata cara pelaksanaanya.
Fungsi Polstranas dalam hal pembangunan nasional adalah untuk selalu
mengupayakan pengawasan dan pengendalian pembangunan nasional supaya sesuai dengan
acuan dasar negara dan nantinya mendapatkan hasil yang sesuai.
Sesuai dengan pengertian Polstranas yang dijelaskan sebelumnya, bahwa Polstranas
hakikatnya adalah perwujudan upaya yang dipikirkan sebagai perilaku penjagaan supaya
perjalanan suatu negara sesuai dengan apa yang dirancang dan diharapkan. Sebagai aktor dari
itu semua, warganegara memiliki peranan yang begitu luarbiasa dalam hal ini. Peran
warganegara dapat dijelaskan dan difungsikan dalam dasar teori yang dikemukakan oleh Ki
Hajar Dewantara (Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani).

4.2 SARAN

Untuk menentukan suatu perjalanan bangsa, perlu adanya suatu pemetaan rencana yang
sesuai dengan harapan dan keinginan seluruh warganegara. Oleh karenanya dibentuk suatu
cara atau prosedural untuk mewujudkan keinginan bangsa yaitu Politik dan strategi nasional.
Hendaknya Polstranas memang benar-benar menggambarkan keinginan warganegara secara
keseluruhan, sehingga muncul kesadaran seluruh warganegara untuk mengupayakan
perwujudanya.

Dari hal ini, tentu saja bahwa Polstranas adalah penting keberadaanya. Namun semua
itu bukan cukup sekedar ada, namun dibutuhkan kesadaran dan peran partisipasi aktif
warganegara untuk bersama-sama mengamalkanya dan mengawal perjalanan Polstranas
dalam perwujudanya demi pembangunan nasional dan pertahanan persatuan bangsa.

26

You might also like