Professional Documents
Culture Documents
PT PERTAMINA (PERSERO) RU VI
BALONGAN – INDRAMAYU
JAWA BARAT
TUGAS KHUSUS :
Evaluasi Kinerja Feed / Effluent Exchanger (12-E-101) pada Atmospheric
Residue Hydrodemetallization Unit / AHU (Unit 12)
Disusun Oleh :
Tugas Khusus :
Evaluasi Kinerja Feed / Effluent Exchanger (12-E-101) pada Atmospheric
Residue Hydrodemetallization Unit / AHU (Unit 12)
Disusun Oleh :
Huzaifah Al’an 2014430013
( ) ( )
NIDN : NIDN :
ABSTRAK
PT. Pertamina saat ini memiliki enam kilang yang tersebar di berbagai
daerah di Indonesia. Kapasitas Produksi pada setiap pengolahan yaitu : RU II
Dumai 170.0, RU III Plaju 133.7, RU IV Cilacap 348.0, RU V Balikpapan 260.0,
RU VI Balongan 125.0, dan RU VII Kasim 10.0 dengan satuan MBPSD (Mega
Barrel per Steam Day). Salah satunya adalah PT. Pertamina (Persero) RU-VI
Balongan yang berlokasi di Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu – Jawa
Barat. PT. Pertamina RU-VI Balongan merupakan unit pengolahan minyak yang
dibangun untuk memenuhi kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) di daerah
Jakarta dan Jawa Barat. Kilang ini dirancang untuk mengolah bahan baku minyak
mentah Duri dan minyak Minas. Bahan baku tersebut diolah sehingga
menghasilkan produk baik berupa BBM maupun non-BBM. Proses Utama pada
pengolahan minyak bumi di PT. Pertamina RU-VI Balongan dapat dipisahkan
menjadi empat seksi, yaitu: Hydro Skimming Complex (HSC) yang terdiri dari
Distilation Treating Unit (DTU) dan Naphta Processing Unit (NPU); Distilation
and Hydrotreating Complex (DHC) yang terdiri dari Atmospheric Residue
Hydrodemetallization Unit (AHU) dan Hydro Treating Unit (HTU); Residue
Catalytic Cracker (RCC) Complex yang terdiri dari Residue Catalytic Cracker Unit
(RCU) dan Light End Unit (LEU); dan Propylene Olefin Complex (POC) yang
terdiri dari Olefin Conversion Unit (OCU) dan Poly Propylene Unit (PPU).
AHU merupakan unit yang berfungsi mengolah residu dari CDU, dengan
tujuan mengurangi impuritas dan pengotor yang tidak diinginkan yang terbawa oleh
residu dari unit CDU sebelum residu tersebut menuju ke Residu Catalytic Cracker
(RCC). Sebab kedua pengotor tersebut dapat mematikan katalis secara permanen.
Dan pada pengolahan minyak di PT. Pertamina RU-VI Balongan tiap unit – unit
disana hampir keseluruhan pengolahan minyak menggunakan furnace sebab
pengolahan minyak membutuhkan suhu yang sangat tinggi. Penggunaan furnace
membutuhkan bahan bakar yang besar, maka selain menggunakan furnace
dibutuhkanlah Heat Exchanger sebagai alat operasi untuk menukar panas dari
fluida dengan fungsi utamanya adalah untuk menaikan dan menurunkan suhu pada
suatu proses maka kerja furnace akan sedikit berkurang sebelum masuk ke reactor.
Hasil tugas khusus yakni, keadaan Heat Exchanger dalam keadaan baik
dengan efisiensi tube rata-rata 86,5 %, nilai Q pada Shell rata-rata 1754579,15
btu/hr, nilai Q pada tube rata-rata 4844305,664 btu/hr, dan nilai Rd (fouling factor)
rata-rata 0,0190 m2hoC/kcal. Dan hasil tadi memberikan kesimpulan bahwa
keadaan Heat Exchanger dalam keadaan baik dan masih layak digunakan.
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt. yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya
sehingga kami dapat melaksanakan kerja praktek di PT. PERTAMINA
(PERSERO) RU VI Balongan dan menyelesaikan laporan kerja praktek ini. Pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas
doa, bimbingan, dan bantuan yang telah diberikan. Ucapan terima kasih ini akan
penulis sampaikan kepada:
1. Ibu Rosnamora H. Selaku Senior Officer BP Refenery Unit VI Balongan
2. R. M. Sri Adhiyanto selaku Lead of Process Engineering PT. PERTAMINA
(PERSERO) RU-VI Balongan.
3. Ibu Farhanah selaku Pembimbing Kerja Praktek di PT PERTAMINA
(PERSERO) RU VI Balongan.
4. Bapak Yanto yang telah memberikan bimbingan, penjelasan, dan kemudahan
dalam pelaksanaan kerja praktek di PT PERTAMINA (PERSERO) RU VI
Balongan.
5. Ibu Nurul Hidayati Fithriyah., ST., M.Sc., PhD. Selaku Ketua Jurusan Teknik
Kimia FT-UMJ.
6. Ibu Ummul Habibah Hasyim, ST., M.Eng. Selaku Koordinator Kerja Praktek
Jurusan Teknik Kimia FT-UMJ.
7. Ibu Ummul Habibah Hasyim, ST., M.Eng. Selaku Dosen Pembimbing Kerja
Praktek Jurusan Teknik Kimia FT-UMJ.
Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan laporan kerja praktek ini
masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan baik dari segi materi maupun
penyajiannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, penulis berharap
semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
2.1.Produk ......................................................................................................... 13
2.2.Bahan Baku dan Bahan Pembantu Produksi ............................................... 16
2.2.1.Bahan Baku Utama (Crude Oil)............................................................ 17
2.2.2.Bahan Baku Penunjang ......................................................................... 20
2.2.3.Bahan Sistem Utilitas............................................................................ 25
2.3.Proses Produksi PT Pertamina (Persero) RU VI ......................................... 26
2.3.1.Crudge Distillation Unit (CDU) ........................................................... 27
2.3.2.Atmospheric Residu Hydrodemetallization (ARHDM / AHU) ........... 27
2.3.3.Residu Catalytic Cracker (RCC)........................................................... 27
2.3.4.Hydrogen Plant (H2 Plant) .................................................................... 28
2.3.5.Light Cycle Oil Hydrotreating Unit (LCO HTU) ................................. 28
iii
2.3.6.Gas Oil Hydrotreating Unit (GO-HTU)............................................... 28
2.3.7.Liquid Petroleum Gas Treater (LPG-Treater) ...................................... 28
2.3.8.Gasoline Treater .................................................................................... 29
2.3.9.Propylene Recovery Unit (PRU) .......................................................... 29
2.3.10.Catalytric Condensation Unit (CCU).................................................. 29
2.3.11.Naptha hydotreater (NHDT) ............................................................... 29
2.3.12.Penex ................................................................................................... 30
2.3.13.Platforming ......................................................................................... 30
BAB III TINJAUAN PABRIK............................................................................31
iv
3.11.Pengelolaan Limbah Pabrik..................................................................... 147
3.11.1. Pengolahan Limbah Cair / Waste Water Treatment (Unit 63) ......... 147
3.11.2. Pengolahan Limbah Gas................................................................... 154
3.11.3. Pengolahan Limbah Padat ................................................................ 154
BAB IV MANAJEMEN PERUSAHAAN ........................................................156
v
BAB VI PENUTUP ............................................................................................192
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
Gambar 4. 1. Struktur Organisasi PT. PERTAMINA (Persero)
RU VI Balongan.............................................................................154
Gambar 5. 1. Diagram alir Atmospheric Residue Hydro Demetallization
(ARHDM)......................................................................................169
Gambar 5. 2. Shell and Tube Heat Exchanger.....................................................177
Gambar 5. 3. Jenis Double Pipe (Pipa Ganda) .................................................... 178
Gambar 5. 4. Koil Pipa ........................................................................................ 178
Gambar 5. 5. Plate and Frame Heat Exchanger .................................................. 179
Gambar 5. 6. Grafik Perbadingan Q shell desain dengan Q shell actual ............ 188
Gambar 5. 7. Grafik Perbadingan Q tube desain dengan Q tube aktual ............. 188
Gambar 5. 8. Grafik Perbadingan Rd desain dengan Rd aktual.......................... 189
Gambar 5. 9. Grafik Perbadingan Efisiensi Desain dan Efisiensi Aktual ........... 190
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
adalah mengolah minyak mentah (crude oil) menjadi produk-produk BBM (Bahan
Bakar Minyak), Non BBM, dan Petrokimia. Refinery Unit VI Balongan mulai
beroperasi sejak tahun 1994. Kilang ini berlokasi di Indramayu (Jawa Barat)
sekitar ± 200 km ke arah timur Jakarta, dengan wilayah operasi di Balongan,
Mundu, dan Salam Darma. Bahan baku yang diolah di Kilang Refinery Unit VI
Balongan adalah minyak mentah Duri dan Minas yang berasal dari Propinsi Riau.
Refinery Unit VI Balongan di rancang untuk mengolah Crude dengan
kapasitas residu yang cukup besar sekitar 62% dari total feed. Refinery Unit VI
Balongan memiliki ciri utama yaitu RCC yang terdiri atas dua alat utama adalah
reaktor dan regenerator. Oleh karena ciri utama tersebut, RU-VI Balongan
mengambil logo berbentuk reaktor dan regenerator. Sebagai kilang yang relatif baru
dan telah menerapkan teknologi terkini, Pertamina Refinery Unit VI juga memiliki
beberapa unit-unit yang menjadi andalan seperti CDU, ARHDM, NPU, H2 Plant,
ROPP, LEU, Platformer, HTU, CCU dan lain-lain. Dengan produk – produk
unggulan seperti Premium, Pertalite, Pertamax, Pertamax Plus, Pertamax Turbo,
Solar, PertaDEX, Avtur, LPG, Propylene.
Refinery Unit VI Balongan di rancang dibangun untuk memenuhi
kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) di daerah Jakarta dan Jawa Barat.
Dengan bahan baku yang di olah berasal dari dalam negeri yang didapat dari
Duri dan Minas dengan komposisi 50 : 50 dari kapasitas produksi di Refinery
Unit VI Balongan 125 MBSD. Teknologi yang dimiliki dari Refinery Unit VI
Balongan dibandingkan dengan Refinery Unit lain ialah adanya plan PENEX di
NPU yang digunakan untuk mengolah light naphta, selain itu adanya unit terbaru
dari pertamina yaitu unit POC dalam mengolah off gas menjadi produk propilen
sebagai produk utamanya dan beberapa produk samping seperti LPG, dan lain-
lain.
Sumber daya manusia yang dipekerjakan di Refinery Unit VI Balongan
terdiri dari dua golongan, yaitu golongan pertama, dipekerjakan pada proses
pendirian Kilang Balongan yang berupa tenaga kerja lokal nonskill sehingga
meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar, sedangkan golongan kedua, yang
dipekerjakan untuk proses pengoperasian, berupa tenaga kerja PT PERTAMINA
(Persero) yang telah berpengalaman dari berbagai kilang minyak di Indonesia.
3
dengan Kasim Marine Terminal (KMT) milik Petrochina, 90 kilometer selatan kota
Sorong.
Kilang Kasim yang berkapasitas produksi sebesar 10.000 BPSD mendapat
pasokan bahan baku berupa crude Walio (60%) dan Salawati (40%) dan
menghasilkan produk antara lain fuel gas (969 BPSD), Premium (1.987 BPSD),
Kerosene (1.831 BPSD), Solar (2.439 BPSD), dan residu sebanyak 3.390
barel/hari.
Ditinjau dari segi teknis dan ekonomis, lokasi ini cukup strategis dengan
adanya faktor pendukung, antara lain:
a. Bahan Baku
Sumber bahan baku yang diolah di PT. PERTAMINA (Persero) RU VI
Balongan adalah:
Minyak mentah Duri, Riau (awalnya 80%, saat ini 50% feed).
Minyak mentah Minas, Dumai (awalnya 20%, saat ini 50% feed).
Gas alam dari Jawa Barat bagian timur sebesar 18 Million Metric Standard
Cubic Feet per Day (MMSCFD).
b. Air
Sumber air yang terdekat terletak di Waduk Salam Darma, Rejasari, kurang
lebih 65 km dari Balongan ke arah Subang. Pengangkutan dilakukan secara
pipanisasi dengan pipa berukuran 24 inci dan kecepatan operasi normal 1.100 m3
serta kecepatan maksimum 1.200m3. Air tersebut berfungsi untuk steam boiler,
heat exchanger (sebagai pendingin) air minum, dan kebutuhan perumahan. Dalam
pemanfaatan air, kilang Balongan ini mengolah kembali air buangan dengan sistem
wasted water treatment, di mana air keluaran di-recycle ke sistem ini. Secara
spesifik tugas unit ini adalah memperbaiki kualitas effluent parameter NH3, fenol,
dan COD (Chemical Oxygen Demand) sesuai dengan persyaratan lingkungan.
c. Transportasi
Lokasi kilang RU VI Balongan berdekatan dengan jalan raya dan lepas
pantai utara yang menghubungkan kota-kota besar sehingga memperlancar
distribusi hasil produksi, terutama untuk daerah Jakarta dan Jawa Barat. Marine
facilities adalah fasilitas yang berada di tengah laut untuk keperluan bongkar muat
crude oil dan produk kilang. Fasilitas ini terdiri dari area putar tangker, SBM,
rambu laut, dan jalur pipa minyak. Fasilitas untuk pembongkaran peralatan dan
produk (propylene) maupun pemuatan propylene dan liquified petroleum gas
(LPG) dilakukan dengan fasilitas yang dinamakan jetty facilities.
12
d. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dipakai di PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
terdiri dari dua golongan, yaitu golongan pertama, dipekerjakan pada proses
pendirian Kilang Balongan yang berupa tenaga kerja lokal nonskill sehingga
meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar, sedangkan golongan kedua, yang
dipekerjakan untuk proses pengoperasian, berupa tenaga kerja PT. PERTAMINA
(Persero) yang telah berpengalaman dari berbagai kilang minyak di Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Produk
PT PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan membagi produk yang
dihasilkan menjadi tiga bagian, yaitu dalam benttuk bahan bakar minyak. Bahan
bakar khusus, dan non bahan bakar minyak. Selain itu prodduk samping dari
minyak bumi limbah senyawa sulfur berupa gas yang akan dibuat padatan sulfur
yang biasanya digunakan pada industri kosmetik.
Produk olahan yang dihasilkan oleh PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan
sebagai berikut :
a. Bahan Bakar Minyak (BBM)
Bahan Bakar Minyak (BBM) adalah produk utama yang dikeluarkan
oleh PT PERTAMINA, seperti :
- Premium
Premium adalah jenis bahan bakar yang paling populer di Indonesia.
premium dipasarkan di Indonesia oleh Pertamina dengan hargarelative
murah karena memperoleh subsidi dari APBN (Angkatan Pendapatan dan
Belanja Negara). Premium merupakan BBM yang memiliki nilai oktan atau
Research Oktan Number (RON) terendah diantara BBM untuk kendaraan
bermotor yang lain.
Angka Oktan Riset : 88 RON
Kandungan Sulfur : 0,05 % m/m
Kandungan Timbal : 0.013 (tanpa timbal), 0,3 (bertimbal) gr/l
Titik didih : 215 (tanpa timbal), 205 (bertimbal) oC
13
14
- Pertamax Plus
Pertamax Plus adalah bahan bakan yang diproduksi khusus oleh
Pertamina yang sudah memenuhi standar performa International World
Wide Fuel Charter (IWWFC). Pada Pertamax Plus memiliki rasio kompresi
sebesar 10,5, dan juga menggunakan teknologi Electronic Fuel Injection
(EFI), Variable Valve Timing Intelligent (VVTI), (VTI), Turbochargers,
dan catalytic converters pada saat produksi. Harga yang dikeluarkan oleh
pertamina cukup mahal dibandingkan premium, karena bahan bakar ini
memiliki oktan yang lebih besar dan kualitas pembakarannya pun lebih
bagus dibandingkan premium.
Angka Oktan Riset : 95 RON
Kandungan Sulfur : 0,05 %m/m
Kandungan Timbal : 0.013 gr/l
Titik didih : 215 oC
- Pertamax
Sama halnya dengan Pertamax Plus, Pertamax adalah bahan bakar
khusus yang diproduksi oleh Pertamina. Perbedaannya adalah pertamax
memiliki nilai kompresi lebih kecil dibandingkan pertamax plus yaitu
sebesar 9,1 – 10,1. Perbedaan lainnya yaitu pada nilai oktan. Nilai oktan
pada pertamax lebih kecil dibandingkan pertamax plus, tetapi lebih besar
dibandingkan premium. Selain itu perbedaannya pada penggunaan
teknologi, pada pertamax hanya menggunakan Electronic Fuel Injection
(EFI) dan catalytic converters.
Angka Oktan Riset : 91 RON
Kandungan Sulfur : 0,05 %m/m
Kandungan Timbal : 0.013 gr/l
Titik didih : 215 oC
- Propylene
Propylene adalah senyawa hidrokarbon yang berbentuk gas pada
suhu dan tekanan normal. Oleh karena itu, untuk mempermudah
penyimpanan dan handling-nya, diberikan tekanan tertentu untuk
mengubahnya ke dalam bentuk cair. (www.pertamina.com, 2012)
Titik beku : -185,2 oC, -301.4 oF
Titik didih : -47,7 oC, -53,9 oF
Vapor pressure : 136,5 psig
Densitas relative : 1,48 (1 atm, 20 oC)
Produksi kilang minyak balongan merupakan alat vital untuk wilayah ibu
kota, karena berjumlah kurang lebih 34 % dari bahan bakar minyak yang dipasarkan
di Jakarta dan sekitarnya.
basic nitrogen
0
pour point C 33 30 18 -6.7 33 21,1
kandungan
Ptb 18 2 21 18 2 3,6 2
NaCl
%
kandungan abu 3 0,014 0,004 0,004 0,03 0,01
berat
19
kandungan %
0,8 0,185 0,112 0,261 0,01 0,16
asphaltenes berat
%
kandungan wax 0,223 15,73 12,57 9,56 29,3
berat
CCR
(Conracson %
10,01 3,112 1,368 1,179 1,46 0,71
Carbon berat
Residue)
MCR (Micro
%
Carbon 7,185 4,4
berat
Residue)
TAN (Total %
1,458 0,123 0,059 0,269 0,4 0,1
Acid Number) berat
0
Flash point C 76,5 30 <0 <0 10 10
Characterization
KUCP 11,9 12,5 12,1 11,8 12 12,6 11,8
factor
Menetralisasi
Cairan Amonia Overhead 11-C-105
HCl
Mencegah
Suction Feed Pump
terjadinya
Anti Foulant (11-P-101 A/B) dan
fouling pada
Unit Desalter
HE
11 Corrosive Mencegah
Overhead 11-C-101
Inhibitor korosi
Suction Feed pump Memisahkan
Demulsifier
and Unit Desalter emulsi
Membantu
Preparasi larutan
Wetting Agent mempercepat
pada 11V-114
Pemisahan
15-B-101, 15-E-104 Mengatasi
15 Kalgen
A/B kesadahan
Injeksi pada air dari
cooling water untuk Sebagai
16 Kurilex 16-E-103 A/B, E- pencegah
104 A/B, E-105 A/B, Korosi
E-111 A/B
21
Oksidasi
18 Katalis 18-A-202, 206 Sodium
Mercaptide
11-V-101, 102, 103,
11 dan 18 Kaustik 106, dan 18-V-102, Mengikat H2S
18-V-104
Aliran Produk 18-V- Sebagai anti
18 Anti Oksidan
102, 18-V-104 oksidant
Preparasi larutan
23 MDEA dilakukan pada 23- Mengikat H2S
V-102
Injeksi pada kolom
RCC (24-C-201) dan
kolom NH3 stripper Mencegah
Anti Foam
(24-C-102) dan foaming
24
aliran masuk 23-C-
101
24-V-302, 24-V-303, Menetralisasi
Soda
dan 24-Z-301 kaustik
(Sumber : PERTAMINA UP-VI Balongan. 2008)
Jenis
Unit Aplikasi Fungsi
katalis/Resin
12/13-R- Mengurangi
12-13 ICR131KAQ
101/102/103 kandungan logam
22 Sulphur Absorber 22-R-102 A/B Absorbsi H2S
Memecah rantai
15-R-
15 Katalis UOP hidrokarbon
101/102/103/104
Panjang
Adsorbsi moisture
Molsieve Pru
19-V-104 A/B dari LPG campuran
ODG-442
C3
19
E-315 Katalis
Menghilangkan
Propylene Metal 19-V-111
kandungan Metal
Treater
Menghilangkan
Alcoa Selecsorb
11 11-V-112 A/B COS dari
COS 1/8"
Propylene
Menjenuhkan
Katalis SHP senyawa diolefin
19 19-R-101 A/B
H14171 menjadi
monoolefin
Adsorbsi moisture
14/21 Rock Salt 14/21-V-101
dari LPG
Hidrogenasi untuk
Hydrogenator 22-R-101 melepas
kandungan sulfur
22
High Temperature
Mengubah CO
Shift Converter 22-R-103
menjadi CO2
type C12-4
24
Katalis dan Resini yang digunakan sebagai bahan baku penunjang dalam proses
juga digunakan bahan tambahan, yaitu:
1. Clay, berfungsi untuk meningkatkan stabilitas warna dari fraksi kero.
2. S-19 Katalis Hidrokarbon, diperlukan pada reaksi penjenuhan olefin dan
penghilangan belerang, halida, nitrogen, dan logam.
Gambar 2. 1. Proses flow diagram PT Pertamina (Persero) RU VI ( Sumber : PERTAMINA UP-VI Balongan. 2008)
27
Keterangan :
: Bahan Bakar Minyak (BBM) : Gasoline
: Residu : Kerosen
: Naptha : Gas
: LPG dan Propelyn
Treated Ahmospheric Residue yang berasal dari unit AHU dan Untreated
Atmospheric residu yang berasal dari unit CDU. (PERTAMINA EXOR-1. 1992)
Unit ini sangat kritikal untuk operasi unit selanjutnya (downstream), yaitu
platfoming dan penex. Hasil Platformer berupa naphtha dengan nilai oktan > 98,
sedangkan hasil Penexmemiliki nilai oktan > 82, sehingga keduanya dapat
dicampur sesuai kebutuhan produk. (PERTAMINA EXOR-1. 1992)
2.3.12. Penex
Tujuan unit penex adalah proses katalitis isomerisasi dari pentane, heksana
dan campuran dari plant Catalytic Condensation Unit (CCU) pada regeneration
proses unit. Reaksi yang terjadi dengan menggunakan H2 pada tekanan atmosfer
dan berlangsung pada fixed bed katalis pada pengoperasian tertentu, sehingga dapat
mengarakan proses isomerisasi dan meminimize proses hydrocracking.
(PERTAMINA EXOR-1. 1992)
2.3.13. Platforming
Unit proses Platforming memproses heavy hydrotreated naphtha yang diterima dari
unit proses NHDT Tujuan unit proses platforming adalah untuk menghasilkan
aromatik dari naphtha dan parafin untuk digunakan sebagai bahan bakar kendaraan
bermotor (motor fuel) karena memiliki angka oktan yang tinggi minimial 98%.
(PERTAMINA EXOR-1. 1992).
BAB III
TINJAUAN PABRIK
31
32
Unit CDU ini juga dirancang untuk mengolah campuran wild naphta dari gas oil
dan Light Cycle Oil (LCO) Hydrotreater. Unit ini beroperasi dengan baik pada
kapasitas antara 50 s/d 100% kapasitas desain dengan faktor on stream 0,91. Untuk
ton
menghitung faktor on stream kapasitas saat 100% adalah 754 /jam, dengan
menggunakan persamaan :
garam klorida yang akan menimbulkan HCl apabila bereaksi dengan uap air pada
kolom distilasi sehingga dapat menyebabkan korosi.
4. Wash water untuk pencuci crude oil pada desalter dipanaskan oleh desalter
effluent water pada heat exchanger (11-E-116), kemudian diinjeksikan ke dalam
minyak mentah di upstream mixing valve pada desalter crude oil charge pump
(11-P-102 A/B) melalui hot preheated train.
5. Mixing valve berguna untuk meningkatkan pencampuran yang homogen antara
air dengan minyak sehingga air dapat menyerap garam pada minyak dengan
baik. Karena pencampuran air dengan minyak dapat menyebabkan emulsi
sehingga terjadi upset (air masuk ke kolom distilasi sehingga kapasitas CDU
turun akibat ekspansi air menjadi uap) maka diberikan demulsifier.
6. Salah satu demulsifier yang digunakan adalah Breaxite 126 yang dibeli dari
pihak luar Pertamina. Kondisi operasi desalter berkisar 150 °C dengan tekanan
8 kg/cm2 sehingga air tetap berwujud cair.Setelah melalui desalter, crude
dipanaskan oleh Middle Pump Around (MPA), intermediate residue, HGO
produk, Bottom Pump Around (BPA) dan hot residue pada exchanger (11-E-
106) sampai (11-E-111) secara berurutan sampai suhu 276 °C.
7. Hot preheater unit ini bertujuan untuk mengurangi beban kerja dari furnace (F-
101).
8. Minyak mentah yang keluar terakhir dari preheater exchanger kemudian
dinaikkan suhunya dengan dilewatkan melalui furnance (11-F-101) dengan
membaginya ke dalam 8 pipa yang melingkar di dinding furnance, sedangkan
api berada ditengah-tengah furnace dan tidak boleh mengenai pipa (pemanasan
secara radiasi) agar tidak merusak pipa, kemudian keluaran furnace digabung
kembali ke dalam 1 pipa.
9. Pemanasan dilakukan sampai suhu feed main fractionator mencapai 359,6 °C.
Hal ini dikarenakan minyak mentah tersebut memiliki tekanan yang masih cukup
untuk menekan terjadinya penguapan dan untuk meningkatkan efisiensi
pemanasan, sehingga flow measurement dan kontrol untuk 8 pass dari crude
charge heater (11-F-101) masih memenuhi syarat sebagaimana mestinya.
34
10. Minyak mentah yang sudah berupa vapor mengalir melalui bagian konveksi dan
radiant heater, kemudian masuk ke flash zone dari main fractionator (11-C-101)
untuk fraksinasi.
11. Kolom distilasi terdiri dari 34 tray dimana feed masuk pada tray nomor 31.
Untuk memanfaatkan dan mengambil panas dari (11-C-101) selain dengan
overhead condensing system dan residu pada bottom juga digunakan tiga pump
around stream. Fungsi dari pump around ini selain sebagai pembantu proses
distilasi pada sesi enriching juga bertujuan untuk mengontrol temperatur menara
bagian atas, tengah, dan bawah.
a) Top pump around stream diambil dari tray nomor 5 dari kolom fractionator
dan dipompakan menggunakan P-104 ke crude preheated train (11-E-104)
untuk memanaskan crude kemudian dikembalikan di top tray.
b) Middle pump around stream diambil dari tray nomor 15 pada kolom
fractionator dan dipompakan ke spliter reboiler (11-E-122) menggunakan
P105. Kemudian dialirkan ke crude preheated train (11-E-106) sebelum
dikembalikan ke tray nomor 12. Sebelum memasuki crude preheated train,
sebagian minyak dipisahkan dan di-strip oleh (11-C-102) untuk
menghasilkan produk LGO.
c) Bottom pump around stream diambil dari tray nomor 25 dari kolom
fractionator dan dipompakan ke stabilizer reboiler (11-E-120) menggunakan
P-106. Kemudian dialirkan ke crude preheated train (11-E-109) sebelum
dikembalikan ke tray nomor 22. Sebelum memasuki crude preheated train,
sebagian minyak dipisahkan dan di-strip oleh (11-C-103) untuk
menghasilkan produk HGO.
12. Selain itu, akibat pengambilan panas menyebabkan suhu side stream tersebut
turun dan digunakan sebagai refluks untuk pengatur temperatur pada tray di
atasnya dan mencegah adanya fraksi berat yang terbawa ke atas.
13. Pada fractionator C-101 juga diambil side streamnya untuk menghasilkan
produk light gas oil dan heavy gas oil. Sebelum diambil sebagai produk LGO
dan HGO, masing-masing side stream dimasukkan ke dalam LGO stripper (C-
102) dan HGO stripper (C-103).
35
14. Jumlah stream yang keluar dari LGO stripper sebanyak 81.930 kg/jam
sedangkan jumlah stream yang keluar dari HGO stripper sebanyak 45.720
kg/jam.
15. Superheated stripping steam ditambahkan ke dalam LGO dan HGO stripper
untuk menurunkan tekanan parsial komponen dalam side stream yang masuk ke
dalam LGO dan HGO stipper sehingga fraksi ringannya dapat terusir dari produk
LGO dan HGO.
16. Overhead stream dari (11-C-101) terdiri dari kerosene dan fraksi ringan yang
selanjutnya mengalir ke overhead kondenser (11-E-114) dan akan
terkondensasi.
17. Aqueous ammonia dan corrosion inhibitor diinjeksikan ke line overhead untuk
mengurangi korosi.
18. Overhead stream dari (11-E-114) sebagian besar terkondensasi, kecuali gas inert
dan sedikit hidrokarbon ringan yang akan terpisah di overhead accumulator (11-
V-102).
19. Pada (11-V-102) terjadi pemisahan 3 fraksi, yaitu fraksi gas, fraksi minyak, dan
fraksi air. Gas yang terkondensasi dilewatkan ke off gas KOdrum (11-V-103)
kemudian ke furnace (11-F-101) untuk bahan bakar furnace.
20. Kondensat dari overhead distilat (fraksi minyak) sebanyak 63.360 kg/jam
dipompakan ke stabilizer unit. Sour kondensat (fraksi air) dari (11-V-102)
dipompakan ke sour water stripper unit.
21. Kondensat overhead distilat (fraksi minyak) ditampung di (11-V-102) dan
dipompakan ke seksi overhead fraksinasi dan stabilizer unit untuk diproses lebih
lanjut.
22. Pada stabilizer terjadi pemisahan fraksi minyak yang lebih berat (campuran
naphta dan kerosene) dengan fraksi gas.
23. Overhead distilat dari (11-V-102) dipanaskan dengan hot kerosene product dan
stabilizer bottom (11-E-118) dan (11-E-119) secara berurutan sampai suhu 184
°C sebelum dialirkan ke stabilizer (11-C-104).
24. Setelah itu dikondensasikan ke stabilizer kondenser (11-E-121) dan dimasukkan
ke stabilizer overhead drum (11-V-104).
36
25. Liquid yang terkondensasi dipompakan kembali ke stabilizer sebagai refluks dan
vapor yang dihasilkan sebanyak 29.800 kg/jam dialirkan ke amine treating
facilities yang dikontrol oleh pressure contol.
26. Stabilizer bottom dipanaskan kembali oleh reboiler (11-E-120). Bottom product
berupa naphta dan kerosene yang sudah stabil dialirkan ke splitter (11-C-105)
dan diatur oleh level control sesudah dipakai memanaskan umpan (11-C-104) di
heat exchanger (11-C-118).
27. Overhead dari (11C-105) dikondensasikan lagi dengan fin fan di splitter
condenser (11-V-123) dan dimasukkan ke splitter overhead drum (11-V-105).
28. Drum ini berguna untuk menampung naphta refluks dan naphta produk.
29. Refluks dikembalikan ke (11-C-105) dan diatur oleh flow control dan naphta
produk dialirkan ke storage setelah didinginkan dengan fin fan (11-E-124) dan
cooling water (11-E-126) sampai suhunya mencapai 31 °C.
30. Produk kerosene yang sudah didinginkan dimasukkan ke dalam clay treater (11-
V-113A/B) untuk menghilangkan pengotor dan bertujuan sebagai stabilisator
warna kerosene, sehingga dihasilkan produk kerosene sebanyak 47.470 kg/jam.
31. Splitter bottom (kerosene produk) dipanaskan lagi dengan mid pump around di
reboiler (11-E-122).
32. Kerosene produk dipompakan ke storage sesudah didinginkan oleh umpan (11-
C-104) di heat exchanger (11-E-118) dan didinginkan lagi di fin fan (11-E125)
dan cooling water (11-E-127).
33. LGO dan HGO dikeluarkan dari (11-C-101) dengan level kontrol sebagai side
streamproduct yang kemudian masuk ke stripper (11-C-102) dan (11-C-103),
dimana fraksi ringannya akan di-stripping oleh steam. Stripping menggunakan
low pressure steam, yang sudah dipanaskan di bagian konveksi (11-F-101)
menjadi superheated steam, sebelum diinjeksi ke stripper.
34. Produk LGO dipompakan dari (11-C-102) dan digunakan sebagai pemanas
crude di preheated train (11-E-101).
35. Produk HGO dipompakan dari (11-P-106) dan digunakan sebagai pemanas
crude di preheated train (11-E-108) dan (11-E-102) secara berurutan.
36. Campuran dari gas oil bisa juga dialirkan ke storage melalui pressure control
setelah didinginkan di gas oil train cooler (11-E-102).
37
37. Residu di-stripping dengan steam di dalam stripping water (11-C-101) dengan
menggunakan superheated stream. Kemudian residu dipompakan dari (11-
C101) untuk digunakan sebagai pemanas crude di preheated train (11-
E111/110/107/105/103) secara berurutan).
38. Normal operasi residu dialirkan ke ARHDM, RCC Unit, dan tangki
penyimpanan.
Gambar 3. 1. Diagram alir proses crude distillation unit (Sumber, PERTAMINA EXOR-1. 1992.)
39
1. Off-gas absorber
Off-gas absorber berfungsi untuk mengolah off-gas yang berasal dari CDU,
AHU, GO-HTU, dan LCO-HTU. Hasilnya digunakan untuk fuel gas system sebagai
bahan bakar kilang dan sebagai umpan gas Hydrogen Plant. Kapasitasnya sebesar
18.522 Nm3/jam.
40
3. Amine regenerator
Amine regenerator berfungsi untuk meregenerasi larutan amine setelah
digunakan dalam kedua absorber di atas dengan kapasitas 100% gas yang keluar.
Hasilnya berupa larutan amine yang miskin sulfur dan siap dipakai
kembali.Kemudian juga disediakan fasilitas make up yang digunakan sebagai
antisipasi hilangnya senyawa MDEA karena terbawa oleh sour gas.
1. Umpan off gas absorber berasal dari off gas CDU (Unit 11), GO-HTU (Unit 14),
LCO-HTU (Unit 21), dan ARHDM (Unit 12/13) dicampur menjadi satu
kemudian dilewatkan ke exchanger (14-E-201) dengan menggunakan air
pendingin, kemudian ditampung di vessel gas KO drum (14-V-101).
2. Umpan yang masuk ke dalam kolom amine absorber (16-C-105) berasal dari off
gas yang merupakan produk dari RCC.
3. Produk atas dari kolom amine absorber yang berupa treated off gas ditampung
di off gas absorber (14-C-210) dan distabilkan di KO drum (16-V107) untuk
digunakan sebagai fuel gas system dan sebagai umpan H2Plant.
4. Produk bawahnya berupa hidrokarbon drain yang dibuang ke flare.
5. Produk bawah dari off gas absorber dicampur dengan produk bawah RCC
unsaturated gas absorber (16-C-105) dan fraksi cair dari RCC unsaturated
treated gas KO drum (16-V-107). Sebagian dari campuran tersebut dialirkan
melalui rich amine filter (23-S-103) dan sebagian lagi melalui bypass untuk
dicampur kembali dan dilewatkan di exchanger (23-E-102).
6. Kondisi aliran disesuaikan dengan regenerator (23-C-101) untuk
mengoperasikan Reboiler dengan menggunakan pemanas LP Steam.
41
V : Vessel
Gambar 3. 2. Diagram alir proses Amine Treatment Unit (ATU) (Sumber, PERTAMINA EXOR-1. 1992.)
43
Proses pada Sour Water Stripper diawali dengan pemisahan air dan minyak
secara fisika berdasarkan specific grafity-nya. Setelah itu dilakukan pemisahan air
secara disika berdasarkan specific grafity-nya. Setelah itu dilakukan pemisahan air
dan gas menggunakan 3 buah stripper dengan pemanas LMP steam yang terdiri dari
NH3 stripper dan H2S stripper pada train 1, serta sour water stripper pada train 2.
Unit ini secara garis besar dibagi menjadi dua seksi yaitu seksi Sour Water Stripper
(SWS)dan seksi Spent Caustic Treating.
6. Selanjutnya air yang telah diolah dari kedua train tersebut disalurkan ke
Effluent Treatment Facility atau diolah kembali ke CDU dan AHU.
7. Gas dari H2S stripper yang mempunyai kandungan H2S yang cukup tinggi
(sour gas) dan gas dari NH3 stripper yang mengandung NH3 cukup tinggi
dibakar di incinerator.
B. Seksi Spent Caustic Treating (Train 3)
1. Seksi ini bertujuan untuk mengoksidasi komponen sulfur dalam larutan spent
caustic yang berasal dari beberapa unit operasi membentuk H2SO4 di
oxidation tower.
2. pH treatedspent caustic (pH-nya lebih rendah daripada spent caustic) diatur
dengan caustic soda atau asam sulfat dari tangki, kemudian disalurkan ke
effluent facility.
3. Seksi ini mempunyai kapasitas 17,7 m3/hari. Ditinjau dari sumber spent
caustic yang diproses seksi ini dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Spent caustic yang rutin (routinous) dan non rutin (intermittent) yang
berasal dari unit-unit:
• LPG Treater Unit (LPGTR)
Komponen sulfur dalam spent caustic dapat berupa S2- atau HS-
.Reaksi-reaksi yang terjadi:
4. Kemudian pH treated spent caustic diatur dengan NaOH atau H2SO4. Saat
initerjadi peningkatan kapasitas unit SWS karena adanya tambahan sour
water dari Naphta Treatment Unit (NTU) atau Kilang Langit Biru Balongan
(KLBB).
Gambar 3. 3. Diagram alir proses Source Water Stripper (Sumber, PERTAMINA EXOR-1. 1992.)
47
4. Seksi Incinerator
Langkah proses :
A. Thermal recovery
1. Pada tahap ini gas asam dibakar di dalam furnace hingga membakar 1/3 H2S,
hidrokarbon dan amonia yang terdapat dalam gas umpan.
2. Senyawa SO2 yang terbentuk dari pembakaran akan bereaksi dengan senyawa
H2S yang tidak terbakar menghasilkan senyawa sulfur.
3. Produk hasil pembakaran didinginkan di waste heat boiler dan thermal
sulphur condenser.
4. Panas yang diterima di waste heat boiler digunakan untuk membangkitkan
steam.
5. Pada tahap sulfur yang dihasilkan sekitar lebih dari 60%.
48
B. Catalytis Recoveries
1. Setelah tahap thermal recovery dilanjutkan dengan tahap catalys recoveries.
Pada catalys recoveries terdapat tiga tahap yang terdiri dari reheater,
catalytic conversion (converter) dan cooling with sulfur condensation.
2. Sulfur yang keluar dari tiap kondenser dialirkan menuju sulphur pit untuk
dilakukan proses deggased. Pada unit ini sulfur yang berasal dari unit Claus
diubah dari fasa cair menjadi fasa padat yang berbentuk serpihan yang
kemudian akan disimpan.
3. Reaksi – reaksi yang terjadi pada proses Claus ini ditulis dalam formula
sebagai berikut :
4. Sulfur yang tersisa dari unit Claus, membakar gas–gas mengandung amoniak
dari unit SWS dan membakar gas dari sulphur pit. Pada sulfur plant terdapat
incinerator yang berfungsi membakar sulfur
(Wheeler Foster, 1993).
Gambar 3. 4. Diagram Alir Proses Sulphur Plant ( Sumber, PERTAMINA EXOR-1. 1992.)
50
Bahan yang digunakan sebagian besar diperoleh dari beberapa Kilang PT.
Pertamina lain yang dikirim dengan menggunakan kapal dan sebagian lain berasal
dari kilang sendiri (hasil pengolahan dari Crude Distillation Unit). Unit NHDT
merupakan proses pemurnian katalitik dengan memakai katalis dan menggunakan
aliran gas H2 murni untuk merubah kembali sulfur organik, O2, dan N2 yang
terdapat dalam fraksi hidrokarbon. Selain itu unit NHDT juga berfungsi untuk
pemurnian dan penghilangan campuran metal organik dan campuran olefin jenuh.
Oleh karena itu, fungsi utama dari NHDT dapat disebut juga sebagai operasi
pembersihan.
Dengan demikian, unit ini sangat kritikal untuk operasi unit selanjutnya
(downstream), yaitu platfomingdan penex. Hasil Platformer berupa naphtha
dengan nilai oktan > 98, sedangkan hasil Penexmemiliki nilai oktan > 82, sehingga
keduanya dapat dicampur sesuai kebutuhan produk. Untuk premium dibutuhkan
51
angka oktan 88, untuk pertamax dibutuhkan angka oktan 92, dan untuk pertamax
plus dibutuhkan angka oktan 95.
Unit NHDT terdiri dari 4 bagian yaitu bagian Oxygen Stripper, Reactor
Section, Naphtha Stripper, dan Naphtha Splitter.
A. Oxygen Stripper
Bagian ini dibuat untuk menghilangkan O2 yang terlarut dalam naphtha.
1. Feed yang berupa Naphtha dari tangki intermediate (42-T-107 A/B/C) dan
naphtha yang berasal dari unit CDU dimasukkan ke dalam oxygen stripper.
2. Feed yang berasal dari tangki harus dilengkapi dengan gas blanketing untuk
mencegah O2 yang terlarut dalam naphtha.
3. Fraksi ringan O2 yang masuk dalam kolom oxygen stripper dihilangkan
dengan menggunakan panas dari steam boiler.
4. Fraksi ringan akan keluar melalui top column dan kemudian diembunkan oleh
fin fan (31-E-103) lalu masuk ke dalam vessel (31-V-101).
5. Pada vessel ini fraksi gas akan dibuang, sedangkan fraksi air akan masuk ke
SWS (Sour Water Stripper), dan fraksi minyak akan dikembalikan ke kolom
sebagai refluks.
6. Refluks ini berfungsi untuk menjaga temperatur dari kolom bagian atas dan
meminimalkan naphtha yang ikut terbawa bersama dengan fraksi ringan yang
keluar dari top column.
7. Naphtha yang telah dihilangkan kandungan oksigennya akan keluar melalui
bottom column dan kemudian dipanaskan terlebih dahulu dengan
menggunakan heat exchanger (31-E-102 A/B), lalu dipompakan dengan
menggunakan charge pump (31-P-101 A/B) menuju heat exchanger (31-E-
104) dan furnace (31-F-101) sebelum masuk ke dalam reaktor (31-R-101).
8. Bila feed disimpan terlalu lama dan kondisi feed reactor yang keluar dari heat
exchanger tidak dibersihkan, maka kandungan O2 dan olefin yang terdapat di
dalam feed dapat menyebabkan terjadinya fouling sehingga efisiensi transfer
panas dapat menurun. Selain itu, keberadaan campuran O2 juga dapat
merugikan operasi dari unit selanjutnya, yaitu unit platformer. Hal itu
52
C. Naphtha Stripper
Naphtha stripper berfungsi untuk menghilangkan H2S, air,
hidrokarbon ringan serta melepas H2 dari keluaran reaktor.
1. Sebelum masuk unit stripping, umpan dipanaskan terlebih dahulu dalam Heat
Exchanger (31-E-107) dengan memanfaatkan bottom product dari naphtha
stripper.
2. Top product kemudian didinginkan dengan menggunakan fin fan (31-E-108)
dan kemudian masuk ke dalam vessel (31-V-102).
3. Fraksi di dalam vessel sebagian akan di refluks. Sedangkan gas yang ada akan
dialirkan ke unit amine treatment dan flare.
53
D. Naphtha Splitter
Naphta splitter digunakan untuk memisahkan sweet naphtha yang
masuk menjadi 2 aliran, yaitu Light Naphthadan Heavy Naphtha.
Pemisahaannya berdasarkan perbedaan spesific gravity dan boiling point.
1. Heavy Naphtha sebagian akan di masukkan ke dalam reboiler (31-F-103)
untuk memanaskan kolom naphtha splitter dan sebagian lagi akan dijadikan
sebagai feed untuk unitplatfoming.
2. Light naphtha akan keluar dari bagian atas kolom dan kemudian menjadi feed
untuk unit Penex.
Gambar 3. 5. Diagram alir Naphtha Hydrotreating Unit ( Sumber, PERTAMINA EXOR-1. 1992.)
55
1. Umpan unit platforming merupakan heavy naphtha yang berasal dari unit
NHDT. Sebelum memasuki reaktor yang dipasang secara seri, umpan terlebih
dahulu dipanaskan.
2. Katalis platformer dari unit CCR kemudian dimasukkan ke dalam reaktor dari
bagian atas. Katalis yang digunakan memiliki inti metal berupa platina dan
inti asam berupa klorida.
3. Di dalam reaktor terjadi reaksi reforming, dimana terjadi penataan ulang
struktur molekul hidrokarbon dengan menggunakan panas dan katalis
sehingga bersifat endotermis.
4. Umpan dimasukkan dari reaktor paling atas, kemudian keluarannya akan
dipanaskan dengan menggunakan charge heater (32-F-101)
5. lalu dimasukkan kembali ke dalam reaktor berikutnya. Pemanasan umpan
terus dilakukan hingga umpan memasuki reaktor yang terakhir.
6. Setelah keluar dari reaktor 3, katalis akan diolah kembali di CCR. Gas
buangan kemudian dimamfaatkan sebagai pembangkit steam.
7. Keluaran umpan sebelum dimasukkan ke dalam separator terlebih dahulu
dimamfaatkan panasnya untuk memanaskan umpan pada heat exchanger (32-
E-101 dan 32-E-102).
56
8. Pada separator fraksi-fraksi gas yang berupa H2, senyawa klorin yang berasal
dari katalis, off gas, dan fraksi LPG dipisahkan dari fraksi naphtha.
9. Gas yang dihasilkan dari hasil reaksi kemudian dialirkan dengan
menggunakan kompresor, sebagian digunakan untuk purgegas katalis.
10. Purge gas katalis berfungsi untuk membersihkan hidrokarbon yang
menempel pada permukaan katalis sebelum dikirim ke unit CCR.
11. Sebagian dari fraksi gas yang tidak terkondensasi akan dicampurkan dengan
gas dari CCR dan debutanizer, lalu akan dialirkan ke net gas
chloridetreatment untuk menghilangkan kandungan klorida yang sangat
berbahaya bila terdapat dalam bentuk gas.
12. Net gas yang berupa hidrogen, off gas, dan LPG kemudian akan digunakan
dalam unit CCR dan Platforming, sebagian akan digunakan sebagai fuel gas.
13. Sebagian gas ada yang dipisahkan menjadi H2 untuk digunakan pada unit
NHDT dan Penex. Gas-gas hidrokarbon yang berupa LPG dan off gas
dikembalikan ke separator (32-V-101).
14. Aliran campuran naphtha dari vessel recovery akan diproses di debutanizer
untuk memisahkan fraksi naphtha dengan fraksi gas yang masih mengandung
LPG.
15. Sumber panas yang digunakan berasal dari heat exchanger dengan
memamfaatkan bottom product.
16. Top product kemudian didinginkan dan dipisahkan antara fraksi gas dan
fraksi air. Fraksi gas ringan akan dikembalikan ke net gas chloride treatment.
17. Fraksi LPG sebagian dikembalikan ke kolom sebagai refluks dan sebagian
lagi diolah menjadi unstabillized LPG yang kemudian akan dikirim ke unit
Penex.
18. Air yang terpisah akan ditreatment pada unit SWS. Bottom product sebagian
digunakan untuk memanaskan umpan dan sebagian lagi didinginkan lalu
disimpan di dalam tangki.
Gambar 3. 6. Diagram alir proses Platforming Process Unit ( Sumber, PERTAMINA EXOR-1. 1992.)
58
CCR Cyle Max mempunyai dua fungsi utama yaitu untuk mensirkulasikan
katalis dan meregenerasi katalis dalam suatu rangkaian kontinyu.
1. Secara garis besar, unit ini dapat dibagi menjadi 4 tahapan yaitu pembakaran
coke, oksiklorinasi, pengeringan, dan reduksi.
2. Setelah melalui 4 tahapan tersebut, kemudian katalis dapat berfungsi kembali
untuk digunakan pada unit platforming.
3. Urutan dan rangkaian proses regenerasi katalis tersebut dikendalikan dengan
menggunakan The Catalyst Regenerator Control System (CRCS).
4. Katalis yang telah direaksikan dalam unit platforming disemprotkan purge
gas untuk membersihkan hidrokarbon yang menempel pada permukaan
katalis.
5. Katalis yang masih panas dan mengandung coke dikirim ke regenerator
melalui hopper lalu dikontakkan dengan udara panas sehingga terjadi reaksi
pembakaran.
Reaksi yang terjadi adalah :
(𝑠) + 𝑂2 → 𝐶𝑂2(𝑔)
6. Coke yang menempel pada katalis akan berubah menjadi gas CO2.
7. Katalis kemudian diklorinasi untuk meningkatkan inti asamnya yang telah
berkurang akibat reaksi platforming.
8. Kandungan air yang terkandung dalam katalis kemudian dikeringkan dengan
menggunakan dryer.
59
Gambar 3. 7. Diagram alir Continious Catalyst Regeneration (CCR) ( Sumber, PERTAMINA EXOR-1. 1992.)
61
oktan dari n-parafin (light naphtha C5,C6, dan C7) Untuk mengurangi kerugian
akibat pemakaian katalis, katalis dapat diganti sebagian saja. Selain itu juga dapat
dilakukan dengan menaikan LHSV, seperti butiran katalis yang kecil. Proses
isomerisasi dan benzene hydrogenasi adalah proses eksotermik, yang menyebabkan
kenaikan temperatur reaktor. Disyaratkan menggunakan sistem dua reaktor untuk
mengatur temperatur tinggi dengan reaktor yang dilengkapi heat exchanger dengan
media pendingin cold feed. Sebagian besar isomerisasi berlangsung dengan
kecepatan tinggi pada reaktor pertama dan sisanya temperatur rendah pada reaktor
yang kedua, untuk menghindari reaksi balik. Sebagai promotor inti asam katalis,
ditambahkan perchloride secara kontinyu yang akan terpecah menjadi hydrogen
chloride (HCl) dalam jumlah yang sangat kecil.
D. Product Stabilizer
Keluaran reaktor disebut product (yaitu Penexate, yang mengandung iso-
dan siklo- parafin) dicampur dengan unstabillized LPG dari Platformer dan
dipisahkan fraksi gas dan fraksi naphtha dengan product stabilizer. Jumlah gas
yang keluar dari reaktor penex lebih kecil daripada di unit Platforming, hal ini
disebabkan oleh pemilihan jenis komposisi katalis yang menghasilkan
hydrocracking dari C5/C6feed yang berubah daripada di reaktor platforming.
F. LPG Stripper
Top product di recycle ke stabilizer receiver untuk mengolah fraksi ringan
dan meminimalkan LPG yang terikut. Bottom product sebagian direfluks dan
sebagian lagi didinginkan menjadi produk LPG.
G. Deisohexanizer
Produk bawah stabilizer yang mengandung komponen berat dimasukkan
dalam kolom untuk di fraksinasi. Metil pentan dan n-heksan yang membuat nilai
oktan rendah ditarik dari kolom untuk direcycle bersama feed. Sedangkan hasil
isomerisasi C5 dan C6yang lainnya menuju bagian atas kolom kemudian
dikondensasikan. Bagian bawah kolom (fraksi C7) yang bernilai oktan tinggi
dialirkan dan digabung dengan produk atas yang telah dikondensasikan dan
disimpan pada tangki. Angka oktannya bernilai > 82. Keberadaan fraksi C5
dikarenakan pertimbangan RVP dalam produk gasoline untuk penyalaan awal
mesin.
Gambar 3. 8. Diagram Alir Proses Penex Unit ( Sumber, PERTAMINA EXOR-1. 1992.)
65
Proses ini terdiri dari beberapa unit, yaitu ARHDM/AHU (Unit 12 dan 13)
dan HTU yang terdiri dari Hydrogen Plant (Unit 22), GO HTU (Unit 14), serta
LCO HTU (Unit 21).
Unit AHU merupakan unit yang mengolah Atmospheric Residue dari Crude
Distillation Unit (CDU) menjadi produk Demetallized Atmospheric Residue
(DMAR) yang disiapkan sebagai umpan (feed) untuk Residue Catalytic Cracker
(RCC). Selain DMAR, juga dihasilkan produk lain seperti off gas, naphtha,
kerosene, dan gas oil.
Unit AHU beroperasi dengan kapasitas 58.000 BPSD (384 m3/jam). Selain
mengolah residu, unit ini juga berfungsi untuk mengurangi pengotor yang tidak
diinginkan seperti sulfur, nitrogen, Micro Carbon Residue (MCR), dan terutama
logam nikel (Ni) dan vanadium (V) yang dibawa oleh residu dari unit CDU. Kedua
logam berat tersebut dapat mematikan katalis secara permanen. Selain
menyingkirkan pengotor, di ARHDM pun terjadi reaksi-reaksi perengkahan
sehingga minyak yang dihasilkan memiliki titik didih dan viskositas yang lebih
rendah.
Mengurangi
Nickel + 5-25
konsumsi
Vanadium ppm
katalis
Unit AHU terdiri dari dua train yang diberi nomor 12 dan 13. Masing-
masing train memiliki tiga buah reaktor yang disusun secara seri, sedangkan
fractionator yang hanya satu digunakan bersama-sama. Pembagian train ini dimulai
dari pompa (12/13-P-101) sampai pada seksi fraksinasi. Hal ini dikarenakan pada
bagian tersebut prosesnya dilakukan dalam tekanan tinggi sehingga perlu dibagi 2
kapasitasnya untuk menghemat biaya konstruksi tangki dan reaktor.
Pada reaktor-reaktor ARHDM terjadi reaksi-reaksi hidrogenisasi dan
perengkahan. Reaksi tersebut terjadi dengan bantuan katalis. Katalis yang
digunakan berbentuk pellet kecil, terbuat dari alumina base yang mengandung
logam aktif seperti cobalt, nikel , dan molybdenum. Tipe katalis yang digunakan di
ARHDM adalah katalis hydrodemetallization, yaitu katalis yang dapat
mentoleransi kandungan logam dalam jumlah besar. Katalis tersebut tidak dapat
diregenerasi dan diganti setiap 15 bulan.
Langkah Proses dari unit ARHDM adalah sebagai berikut :
Unit ARHDM terdiri dari lima seksi, yaitu seksi feed, seksi reaksi, seksi
pendinginan dan pemisahan produk reaktor, seksi recycle gas, dan seksi fraksinasi.
A. Seksi Feed
1. Pada seksi feed terjadi pemanasan awal dan penyaringan kotoran yang
terdapat dalam feed sebelum dialirkan ke dalam feed surge drum.
2. Feed unit ARHDM adalah Atmospheric Residue (AR) yang diperoleh
langsung dari residu CDU (hot AR) atau dari tangki (42-T-104 A/B) (cold
AR) dicampur dan dipanaskan terlebih dahulu.
3. Feed yang telah panas dialirkan masuk ke dalam feed filter untuk disaring
padatannya.
4. Padatan atau solid dapat menyebabkan deposit pada top katalis di reaktor
pertama. Padatan yang tersaring akan terakumulasi pada elemen filter.
67
5. Pada feed filter terdapat 5 filter paralel yang masing-masing terdiri dari 7
pasang elemen filter berukuran 25 mikron. Apabila pressure dropfilter sudah
tinggi, maka harus dilakukan back flushing agar kotoran pada filter dapat
dibersihkan.
6. Back flushing dilakukan dengan cara mengalirkan sebagian DMAR melalui
filter dengan arah yang berlawanan.
7. Feed yang telah difiltrasi dialirkan ke dalam Filtered Feed Surge Drum (12-
V-501) yang di “blanket” dengan nitrogen, kemudian feed dipompa menuju
furnace.
8. Sebelum memasuki furnace, feed dicampur dengan hidrogen (H2) dari seksi
gas di dalam pipa.
9. Di dalam furnace, feed dipanaskan lebih lanjut sebelum dialirkan secara
paralel ke modul 12 dan 13.
B. Seksi Reaksi
1. Feed yang berasal dari furnace terbagi menjadi dua aliran dan masuk ke
dalam reaktor pada modul 12 atau 13.
2. Masing-masing modul memiliki tiga reaktor dengan spesifikasi yang sama
dan disusun pararel. Di dalam ketiga reaktor akan terjadi reaksi hydrotreating
yang sifatnya eksotermis.
3. Untuk mengatur temperatur dan kecepatan reaksi, sebelum memasuki reaktor
kedua dan ketiga diinjeksikan cold quench recycle gas yang berasal dari Cold
High Pressure Separator (CHPS).
4. Effluent yang berasal dari reaktor ketiga dialirkan ke seksi pendinginan dan
pemisahan produk reaktor.
3. Fraksi uap dari HPPS yang mana banyak mengandung H2, NH3, gas ringan
hidrokarbon, dan liquid hidrokarbon lainnya dialirkan menuju Cold High
Pressure Separator (CHPS). Sedangkan fraksi liquid panas yang berasal dari
HPPS dialirkan masuk ke dalam Hot Low Pressure Separator (HLPS).
4. Fraksi uap yang berasal dari HPPS didinginkan pada heat reactor, panas yang
dibawa uap diambil oleh combine feedreactor. Kemudian campuran uap
didinginkan lebih lanjut dalam effluent air cooler. Sebelum memasuki CHPS,
campuran uap diinjeksi dengan polysulfide dan didinginkan oleh finfan.
5. Polysulfide berfungsi sebagai cleaning tube pada finfan. Di dalam CHPS,
akan terjadi pemisahan antara fraksi gas berupa hidrogen, fraksi minyak, dan
fraksi cair.
6. Sebagian fraksi gas hidrogen akan masuk ke dalam Recycle Gas Compressor
dan sebagian lainnya akan dikirim ke unit Hydrogen Membrane Separator
untuk mengalami proses pemurnian akibat adanya minyak dan cairan yang
terbawa oleh gas hidrogen.
7. Fraksi cair akan dialirkan ke unit Sour Water Stripper (SWS). Fraksi minyak
dialirkan dari CHPS ke Cold Low Pressure Separator (CLPS).
8. Di dalam CLPS terjadi pemisahan antara fraksi gas, fraksi cair, dan fraksi
minyak. Fraksi gas (sour gas) dialirkan menuju unit Fuel Gas Treating.
9. Fraksi cairan yang terkumpul dalam bottom drum CLPS dialirkan ke unit
SWS. Sedangkan fraksi minyak dipanaskan terlebih dahulu dengan heat
exchanger sebelum dialirkan masuk ke dalam atmospheric fractionator.
10. Fraksi liquid yang berasal dari bottom HHPS masuk ke dalam HLPS untuk
di-flash antara fraksi uap (flash gas) dan fraksi minyaknya.
11. Fraksi uap yang dihasilkan kaya akan H2, NH3, H2S dan gas hidrokarbon dan
dimanfaatkan sebagai recovery.
12. Fraksi minyak yang berasal dari modul 12 dan 13 di-mixed dan dialirkan
menuju atmospheric fractionator. Sedangkan flash gas yang berasal dari
modul 12 dan 13 didinginkan dengan heat exchanger dan finfan sebelum
masuk ke dalam Cold Low Pressure Drum (CLPFD) untuk di-flash lebih
lanjut. Flash gas yang kaya H2 dialirkan menuju make up gas compressor
untuk dikompresi dan digunakan kembali pada unit ARHDM.
69
13. Fraksi liquid yang mengandung NH3, H2S, dan gas hidrogen dicampur dengan
aliran liquid yang berasal dari CHPS untuk di-flash pada CLPS.
E. Seksi Fraksinasi
1. Fraksi minyak (heavy oil) yang berasal dari HLPS dan CLPS difraksinasi di
dalam kolom atmospheric fractionator yang dibantu dua buah stripper.
Atmospheric fractionator terdiri dari dua seksi, yaitu seksi atas (top) yang
mempunyai 32 tray dengan diameter 3,2 meter dan seksi bawah (bottom)
yang mempunyai 15 tray dengan diameter 3,66 meter. Jarak antar tray pada
kedua seksi dalam kolom sebesar 610 mm. Atmospheric fractinator memiliki
jumlah tray lebih banyak daripada fractionator di unit CDU karena jumlah
minyak yang ingin dipisahkan lebih sedikit.
2. Kolom fraksinasi akan menghasilkan produk berupa unstabillized naphta,
kerosene, dangas oil (diesel oil) yang merupakan hasil reaksi hydro cracking,
serta residu yaitu DMAR dan sour gas.
3. Hot Heavy oil yang berasal dari HPLS masuk pada tray33, sedangkan Cold
heavy oil yang berasal dari CLPS masuk pada tray 28.
4. Pada seksi bottom column diinjeksikan stripping steam jenis super heated
yang berasal dari furnace.
5. Overhead vapor berupa steam dan hidrokarbon akan dikondensasi oleh
overhead air cooler (finfan), kemudian dialirkan ke overhead accumulator.
6. Vapor berasal dari overhead accumulator dinaikkan tekanannya dengan
menggunakan off gas compressor pada kompresor stage pertama dan
outletnya didinginkan menjadi kondensat pada interstage cooler sebelum
70
Gambar 3. 9. Diagram alir Atmospheric Residue Hydro Demetallization (ARHDM) ( Sumber, PERTAMINA EXOR-1. 1992.)
72
HTU terdiri dari Hydrogen Plant (Unit 22), Gas Oil Hydrotreating Unit /
GO HTU (Unit 14), dan Light Cycle Oil Hydrotreating Unit / LCO HTU (Unit 21).
Fungsi utama dari unit ini adalah untuk mengurangi atau menghilangkan impurities
yang terikut bersama minyak bumi dan fraksi-fraksinya serta memperbaiki colour
stability dengan proses hidrogenasi, yaitu mereaksikan impurities tersebut dengan
hidrogen yang dihasilkan dari Hydrogen Plant dan bantuan katalis. Kandungan
impurities yang ingin dihilangkan antara lain nitrogen, senyawa sulfur organik, dan
senyawa-senyawa logam.
Pada proses ini, kadar sulfur yang terdapat dalam feed gas dihilangkan
sehingga memenuhi kadar yang sesuai untuk masuk reformer. Pada bagian ini
terjadi reaksi hidrogenasi dengan bantuan katalis cobalt/molybdenum.
1. Umpan yang berasal dari gas supply akan masuk ke reaktor hidrogenasi (22-
R-101) untuk mengkonversi sebagian senyawa merkaptan (RSH) dan COS
menjadi H2S. Reaksi yang terjadi pada reaktor (22-R-101) yaitu :
COS + H2 H2S + CO
RHS + H2 RH + H2S
2. Gas H2S yang dihasilkan pada reaktor kemudian akan diserap di sulfur
adsorber (22-R-102 A/B).
3. Pada reaktor terjadi reaksi desulfurisasi antara gas H2S dengan zat ZnO.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
4. Pada reformer waste heat boiler akan terjadi sintesis gas (syngas) dan
kemudian didinginkan hingga 375°C.
5. Di dalam reformer, hidrokarbon yang ada di dalam umpan akan bereaksi
dengan steam menghasilkan hidrogen, karbon dioksida, dan karbon
monoksida.
6. Untuk meminimalkan sisa metana yang tidak bereaksi maka dilakukan pada
suhu reaksi yang tinggi. Pembakaran bahan bakar di dalam reformer bagian
radiasi harus dalam temperatur yang tinggi karena reaksi reforming bersifat
endotermis. Reaksi reforming yang terjadi pada reformer (22-F-101) adalah
sebagai berikut :
CO + H2O CO2 + H2
C + H2O H2 + CO
D. Pemurnian Hidrogen
a. Adsorpsi
b. Regenerasi
76
c. Pendinginan produk
Gambar 3. 10. Diagram alir Hydrogen Plant (ARHDM) ( Sumber, PERTAMINA EXOR-1. 1992.)
78
1. Seksi Feed
3. Make-Up Compressor
4. Seksi fraksionasi, untuk memisahkan gas oil hasil reaksi dari produk lain,
seperti off gas, wild naphtha, hydrotreatedgas oil.
5. Seksi Recycle Gas Compressor
A. Seksi Feed
1. Feed GO HTU yang berasal dari ARHDM, CDU dan storage dialirkan
melalui feed filter (14-S-101) untuk menghilangkan partikel padat yang lebih
besar dari 25 mikron, kemudian masuk ke feed surge drum (14-V-101).
2. Air yang terbawa oleh feed dari tangki akan terpisah di bottom feed surge
drum, sedangkan yang tidak terpisah ditahan oleh wire mesh blanket agar
tidak tercampur ke suction pompa feed kemudian dialirkan ke sour water
header.
3. Tekanan fuel gas dalam drum ini diatur oleh split range sebagai pressure
balance section dari reaktor charge pump. Hal ini dilakukan untuk mencegah
tercampurnya feed dengan udara.
4. GO dari surge drum dipompa oleh pompa (14-P-102) ke Combined Feed
Exchanger (14-E-101) sebagai feed bypass.
5. Kemudian masuk ke inlet effluent reaktor sebelum masuk ke HE kedua.
6. Setelah keluar dari HE kedua, diinjeksikan air yang berasal dari Wash Water
Pump (14-P-103) selama start up.
79
C. Make-Up Compressor
1. Tekanan pada reaktor diatur oleh hidrogen dari H2plant yang dinaikkan
tekanannya menggunakan kompressor make-up dua stage. Kemudian H2
dimasukkan ke discharge recycle gas compressor.
2. Sebelumnya gas dari make-up kompressor tingkat satu didinginkan dengan
melewatkannya ke dalam make-up inter stage (14E-103) sebelum masuk ke
tingkat dua.
3. Spill back digunakan untuk mengontrol pressure suction drum tingkat satu,
dimana diperlukan pendingin sebelum kembali ke suction drum.
4. Aliran make-up hidrogen masuk ke seksi reaktor untuk mempertahankan
tekanan di High Pressure Separator (14-V-102). Make-up hidrogen bersama
recycle gas menuju Combined Feed Exchanger (14-E-101).
5. Discharge dari tingkat satu akan tergabung dengan spill back H2 dari
discharge tingkat dua. Gas keluar melalui toplangsung menuju suction dari
compressor recycle gas. Recycle gas dikirim ke Combined Feed Exchanger
bersama umpan cair. Kemudian aliran terbagi menjadi dua, menuju combined
feed exchanger dan bed kedua reaktor.
D. Seksi Fraksinasi
1. Hidrokarbon yang terkumpul dalam produk separator (14-V-102) dikirim ke
High Pressure Stripper (14-C-101) yang masuk melalui bagian samping atas
tray nomor satu dari 15 tray.
2. Kemudian masuk ke Interstage Cooler (14-E-103) dengan pendingin air,
sebelum masuk ke Make-up Gas Interstage Drum (14-V104) untuk
menghilangkan cairan yang terbentuk.
3. Kondensat yang terbentuk dikirim ke High Pressure Stripper (14-C-101)
melalui Exchanger (14-E-104).
11. sebagian lagi menjadi refluks untuk mengontrol end point dari fraksi
overhead, sedangkan sisanya didinginkan dalam Net Naphtha Cooler (14-E-
107) sebagai wild naphtha dan diteruskan ke Stabilizer CDU (Unit 11).
12. Air dipompakan dengan menggunakan Combined Water Pump (14-P-107)
menuju Suction Pump (14-P-103) setelah didinginkan di Wash Water Cooler
(21E109) sebagai wash water untuk effluent reaktor.
13. Air make-up berasal dari cold kondensat yang dimasukkan ke dalam tangki
untuk kondensat berat (14-V-109) dan dipompakan ke suction (14-P-107)
menggunakan pompa make-up (14-P-109). Karena tidak ada gas yang
diproduksi di (14-C-102), untuk mempertahankan tekanan dari fractionator
dilakukan pengontrolan dengan memasukkan fuel gas ke dalam (14-V-107).
14. Produk hydrotreating GO dipompakan dengan (14-P-106) ke HE (14-E-104)
yang dilengkapi dengan saluran bypass dan Net GO cooler (14-E-108) yang
didinginkan. Sebelum dikirim ke tangki penyimpan, produk dimasukkan ke
Coalecer (14-S-102) untuk memisahkan air yang terikut dan dikeringkan
dengan melewatkannya ke dalam bejana yang berisi garam (salt dryer) di (14-
V-108).
15. Air dan keluaran dari (14-S-101) yang terpisahkan bersama, dikirimkan ke
waste water treatment. Produck yang dihasilkan GO-HTU berupa off gas,
wild naphta (750 BPSD), dan treated gas oil (31.600 BPSD).
Gambar 3. 11. Diagram Alir Proses Gas Oil Hydrotreating Unit ( Sumber, PERTAMINA EXOR-1. 1992.)
84
Tujuan unit ini adalah menghilangkan sulfur dan nitrogen dari feed tanpa
perubahan boiling range yang berarti agar produk yang dihasilkan memenuhi
persyaratan dan spesifikasi pemasaran. Kapasitas unit LCO-HTU adalah 15.000
BPSD (99,4 m3/jam) dengan menggunakan katalis UOP S-19 M.
Distribusi feed dan produk yang diolah dari unit LCO HTU meliputi:
1. LCO yang telah diolah langsung ditampung di tangki dan siap dipasarkan.
2. Hydrotreated Light Cycle Oil dipakai untuk blending produk tanpa harus diolah
lagi.
Wild naphta dikirim ke unit CDU atau RCC untuk proses lebih lanjut.
Langkah proses dari unit Light Cycle Hydrotreating Unit adalah sebagai
berikut :
A. Seksi Feed
1. Feed LCO-HTU berasal dari unit RCC dan storage dimasukkan ke dalam
feed surge drum (21-V-101). Untuk menghilangkan pertikel padat yang lebih
85
1. Fraksi recycle gas yang terpisah dari separator (21-V-102) masuk kerecycle
gas knock out drum (21-V-109) yang dilengkapi dengan dua buah tray untuk
keperluan regenerasi, kemudian terjadi pemisahan fraksi gas dan fraksi
minyak.
2. Fraksi gas yang sebagian besar H2 direcycle melalui recycle gas
compressordan bergabung dengan make up gas kembali menuju reaktor.
3. Sedangkan fraksi minyak yang terkondensasi bergabung dengan aliran
minyak dari separator (21-V-102).
87
4. Wire mesh blanket digunakan pada recycle gas knock out drum ini untuk
mencegah kondensat terbawa ke kompresor.
1. Tekanan pada reaktor diatur oleh hidrogen dari H2plant yang dinaikkan
tekanannya menggunakan kompressor make-up dua stage. Aliran make-up
hidrogen masuk ke seksi reaktor untuk mempertahankan tekanan di high
pressure separator (21-V-102).
2. Make up H2 masuk ke suction drum tingkat satu (21-V-104) bergabung
dengan gas dari aliran fraksi minyak dari separator (21-V-102) yang
sebelumnya telah didinginkan oleh interstage cooler (21-E-103), kemudian
masuk ke make up kompresor tingkat satu.
3. Sebelumnya gas dari make-up kompressor tingkat satu didinginkan dengan
melewatkannya ke dalam make-up interstage cooler (21-E103) sebelum
masuk ke suction drum tingkat dua.
4. Pada suction drum terdapat pengembalian kondensat yang terbentuk ke aliran
fraksi minyak yang disebut spill back. Spill back digunakan untuk mengontrol
pressure suction drum tingkat satu, dimana diperlukan pendingin sebelum
kembali ke suction drum.
5. Discharge dari tingkat satu akan tergabung dengan spill back H2 dari
discharge tingkat dua.
6. Gas keluar melalui top make up kompresor tingkat dua langsung menuju
suction dari compressor recycle gas. Kemudian H2 dimasukkan ke discharge
recycle gas compressor. Make-up hidrogen bersama recycle gas menuju
combined feed exchanger (14-E-101).
7. Recycle gas dikirim ke combined feed exchanger bersama umpan cair.
Kemudian aliran terbagi menjadi dua, menuju combined feed exchanger dan
bed kedua reaktor.
E. Seksi Fraksinasi
1. Seksi ini betujuan untuk memisahkan off gas dan wild naphta yang masih
terbawa oleh Light Cycle Oil melalui perbedaan titik didih. Campuran aliran
fraksi minyakyang berasal dari produk separator (21-V-102) dikirim ke high
88
pressure stripper (21-C-101) yang masuk melalui bagian samping atas tray
nomor satu dari 15 tray.
2. Feed yang mengalir ke high pressure stripper (21-C-101) dipanasi oleh
produk bawah dari fractionator (21-C-102), di dalam high pressure stripper
feed exchanger (21-E-104) yang dilengkapi dengan sistem bypass pada
temperatur tinggi.
3. High pressure stripper (21-C-101) dilengkapi dengan stripping steam untuk
menghilangkan H2S dari produk menuju fractionator (21-C-102).
4. Vapour yang keluar dari (21-C-101) diinjeksi dengan inhibitor melalui pompa
(21-P-105). Untuk mencegah korosi, vapour tersebut didinginkan oleh high
pressure stripper condensor (21-E-105) dan dikirim ke high pressure stripper
receiver (21-V-106) melalui distributor.
5. Cairan hidrokarbon yang terbentuk dikembalikan sebagai feed (21-C-101)
dan sebelumnya masuk (21-E-104) dengan menggunakan high pressure
stripper overhead pump (21-P-104). Sebagian cairan hidrokarbon dipakai
sebagai pengencer unicor dan sebagian lagi disirkulasi ke (21V-106).
6. Air yang terpisah dalam (21-V-106), dikirim ke effluent reaktor sebelum ke
(21-E-102) dan ke masing-masing tube bundle (21-E-102) sebagai wash
wateratau ke (21-V-109). Kemudian sisanya ke SWS (Unit 24) dan sebagian
lagi dikembalikan ke (21-V-106) untuk menjaga minimum aliran pompa.
7. Gas yang tidak terkondensasi keluar dari (21-V-106) disalurkan ke Amine
Treatment Unit (Unit 23) untuk menghilangkan kandungan H2S bersama
dengansour water dari (21-V-102).
8. Liquid yang telah terbebas dari H2S keluar dari bottom (21-C-101) terbagi
menjadi dua aliran yang sama, kemudian masuk ke dalam preheater produk
fractionator (21-F-102).
9. Top produk yang meninggalkan fractionator berupa vapour didinginkan
dalam produk fractionator condensor (21-E-106) dengan pendingin fan. Lalu
masuk ke produk fractionator receiver (21-V-107) melalui inlet distributor,
dimana air yang terbawa dipisahkan dari liquid hidrokarbon.
10. Fraksi hidrokarbon dipompa dengan (21-P-107), sebagian menjadi refluks
untuk mengontrol end point dari fraksi overhead, sedangkan sisanya
89
Gambar 3. 12. Diagram alir proses Light Cycle Hydrotreating Unit ( Sumber, PERTAMINA EXOR-1. 1992.)
91
Langkah Proses dari unit Residu Catalytic Cracker Unit ini adalah sebagai
berikut :
Adapun proses-proses utama yang terjadi pada unit RCC ini meliputi proses
reaksi dan regenerasi, serta proses pemisahan. Berikut adalah deskripsi proses
mengenai proses-proses tersebut :
lebih mudah teratomisasi sehingga kontak antara molekul umpan dan katalis
semakin baik karena berlangsung pada suhu tinggi.
2. Proses perengkahan (cracking) katalitik di riserdibuat sangat singkat dengan
tujuan untuk menghindari reaksi penjenuhan olefin oleh ion H+ dan mencegah
proses thermal cracking yang lazim disebut secondary cracking.
3. Reaksi penjenuhan akan menghasilkan parafin rantai panjang sedangkan
thermal cracking akan menyebabkan terbentuknya coke.
4. Produk reaksi cracking yang berupa hidrokarbon kemudian terpisah dari
katalisnya yang jatuh ke bagian strippingdimana steam dipergunakan untuk
menghilangkan sisa hidrokarbon yang terdapat di katalis yang sudah tak aktif
lagi.
5. Vapor hydrocarbon kemudian masuk cyclone reactor untuk pemisahan lebih
lanjut antara katalis dengan hidrokarbon. Adapun prinsip kerja yang
digunakan oleh cyclone adalah penerapan gaya sentrifugal dalam pemisahan
produk cracking berupa hidrokarbon fasa uap dengan katalis yang berbentuk
padatan.
6. Hidrokarbon yang sudah terkumpul di plenum chamber akan keluar dari atas
reaktor dan mengalir ke main column 15-C101 pada fractionation section,
sedangkan katalis yang terkumpul di reaktor stripper akan dialirkan ke bagian
atas regenerator 15-R-103.
7. Proses regenerasi terjadi di regenerator 15-R-103 dengan tujuan untuk
mengaktifkan kembali katalis dengan cara menghilangkan kokas (coke) yang
melekat pada permukaan katalis.
8. Penghilangan kokas dilakukan melalui pembakaran dengan udara hingga
menghasilkan CO agar panas hasil reaksi yang dihasilkan tidak terlalu tinggi.
9. Flue gas yang mengandung CO tersebut lalu keluar dari upper regenerator
melalui cycloneuntuk memisahkan sisa-sisa katalisnya. Selanjutnya flue gas
tersebut dibakar dalam CO boiler menjadi CO2agar gas tersebut dapat
dibuang ke udara bebas karena sifatnya yang lebih ramah lingkungan
dibanding CO.
93
10. Kemudian katalis panas dialirkan dari lower regenerator ke riser reaktor, dan
disirkulasikan kembali dari reaktor ke regenerator. Aliran katalis dalam
sistem reaktor-regenerator adalah jantung dari unit RCC.
11. Hidrokarbon hasil reaksi cracking dialirkan dari reaktor ke column
fractionatoruntukdipisahkan menjadi Overhead vapor, LCO, dan DCO.
B. Proses Pemisahan
1. Proses pemisahan dilakukan di dalam kolom fraksionasi 15-C-101 untuk
memisahkan hidrokarbon menjadi Overhead vapor, LCO, dan DCO
berdasarkan titik didihnya.
2. Overhead vapor kemudian dialirkan ke unit 16 (unsaturated gas plant) untuk
pemisahan lebih lanjut.
3. Produk LCO akan diolah kembali di LCO Hydrotreater Unit (unit 21) dan
produk DCO akan dikirim ke blending fuel atau disimpan di dalam tangki
untuk selanjutnya diekspor karena sudah merupakan produk akhir.
Gambar 3. 13. Diagram alir proses Residue Catalytiv Cracker Unit (RCC) ( Sumber, PERTAMINA EXOR-1. 1992.)
95
Untreated LPG
Desain basis:
Unit ini juga menghasilkan untreated LPG yang akan diproses lebih lanjut
di LPG Treatment Unit (Unit 17) dan gasoline yang akan diproses lebih lanjut di
gasoline Treatment Unit (Unit 18).
1. Proses pemisahan awal pada unit ini terjadi di HP (High Pressure) Receiver
15-V-106 yang bekerja menggunakan prinsip kompresi.
2. Pemisahan pada alat ini menghasilkan hidrokarbon fraksi ringan
(condensable), hidrokarbon fraksi berat (non condensable) dan sedikit off
gas.
3. Hidrokarbon condensable akan langsung dialirkan ke vesel 16-V-101,
sedangkan hidrokarbon non condensable akan mengalami serangkaian proses
96
absorpsi. Sedikit offgas yang terbentuk dalam proses ini akan dialirkan ke
flare.
4. Hidrokarbon ringan dari 16-V-101 akan dialirkan ke WGC (Wet Gas Column)
dua tingkat kemudian ke HE (Heat Exchanger) sampai akhirnya masuk ke
dalam vessel 16-V-104.
5. Produk atas akan masuk ke dalam absorber 16-C-101 sementara produk
bawahnya, setelah melalui HE 16-E-108 akan dipompa masuk ke dalam
stripper 16-C-103.
6. Dalam stripper tersebut, fraksi ringan yang masih terkandung akan
dikembalikan ke dalam vessel 16-V-104, sementara fraksi berat yang telah di
stripped (LPG dan naphtha) akan masuk ke dalam debutanizer 16C104.
7. Dalam debutanizer ini, LPG dan naphtha akan dipisahkan untuk selanjutnya
masing-masing akan diolah di unit 17 dan 18.
8. Hidrokarbon non condensable dari vessel 15-V-106 akan bergabung dengan
hidrokarbon ringan dari vessel 16-V-104 dan mengalami proses absorpsi awal
di absorber 16-C-101.
9. Produk bawah primary absorber adalah unsaturated C3 dan C4 yang terserap
oleh naphtha untuk selanjutnya dipompa menuju vesel 16-V-104 untuk
diolah menjadi produk LPG dan naphtha.
10. Produk atas absorberdialirkan ke dalam spongeabsorber 16-C-102 untuk
menyerap C5+ dengan absorben LCO (Light Cycle Oil). Kemudian produk
atas sponge absorber akan mengalami pemisahan lanjutan di vessel (16-V-
105) menghasilkan produk atas yang akan diarsorpsi kembali di Amine
Absorber dan produk bawah (LCO) yang akan bergabung dengan produk
bawah sponge absorber menuju LCO Treatment Unit.
11. Hidrokarbon dalam amine absorber akan mengalami proses absopsi
menggunakan absorben amine untuk menghasilkan sebagian lift gas dan off
gas.
12. Keseluruhan proses diatas akan menghasilkan produk akhir berupa Untreated
LPG dan Untreated Naphtha yang berasal dari debutanizer serta offgas yang
dihasilkan dari serangkaian proses absorpsi.
Gambar 3. 14. Diagram alir proses Unsaturated Gas Plant ( Sumber, PERTAMINA EXOR-1. 1992.)
98
3. LPG yang keluar pada bagian atas ekstractor dua tahap akan masuk ke dalam
vessel III, sedangkan caustic yang keluar pada bagian bawah menuju
oxidation tower untuk di regenerasi dengan cara dikontakkan dengan udara.
C. Aquafinasi di Vessel IV
1. Treated LPG yang mengandung caustic masuk pada bagian atas vessel IV dan
mengalami kontak dengan serat-serat logam yang terbasahi oleh sirkulasi air.
2. Proses pengontakan antara LPG dan air dilakukan secara co-current.
3. Selanjutnya, treated LPG, caustic, dan air masuk ke dalam separator (17-V-
104).
4. Di dalam separator terdapat shroud contactor yang berfungsi untuk mengikat
caustic,
5. kemudian caustic diambil oleh air. LPG yang telah dicuci keluar pada bagian
atas separator dikirim menuju Propylene Recovery Unit untuk diproses lebih
lanjut,
6. sedangkan spent water sebagian dikembalikan ke dalam separator dan
sebagian lainnya dikirim menuju Sour Water Stripper.
Gambar 3. 15. Diagram alir proses LPG Treatment Unit ( Sumber, PERTAMINA EXOR-1. 1992.)
101
Desain Basis : Unit Gasoline Treatment ini dirancang untuk memproses sebanyak
47500 BPSD Untreated RCC Gasoline yang dihasilkan oleh unit RCC complex.
Unit ini dirancang dapat beroperasi pada penurunan kapasitas hingga 50 %.
Gambar 3. 16. Diagram alir proses Gasoline Treatmant Plant ( Sumber, PERTAMINA EXOR-1. 1992.)
103
Produk:
Propana.
Campuran Butana.
1. Feed dari unit LPG treatment yang telah diolah pada Unit Gas Concentration,
dipompakan ke C3/C4splitter (19-C-101) untuk memisahkan campuran
C3pada bagian atas (propana dan propilen) dan campuran C4(butan dan
butilen) pada bagian bawah.
2. Uap yang terbentuk di bagian overheadakan masuk ke C3/C4 splitter
condenser, sedangkankondensat yang terbentuk masuk ke C3/C4 splitter
receiver.
3. Sebagian campuran C3 berupa propana dan propilen akan direfluks ke C3/C4
splitteruntuk mengambil C4 yang terbawa dan sisanya dikirim ke solvent
settler.
4. Pada solvent settler, campuran C3akan dihilangkan kandungan sulfurnya
dengan menggunakan larutan NaOH membentuk air, Na2S, dan NaSR.
5. Air yang terbentuk akan ditampung padawater boot (19-V-101) dan dikirim
ke water degassing drum yang selanjutnya menuju ke unit Sour Water
Stripper (Unit 24).
6. Sebagian dari campuran C4 yang terbentuk di bottom C3/C4splitter akan
dipanaskan di C3/C4splitter reboiler dan sebagian lagi dikirim ke unit
Catalytic Condensation (Unit 20).
7. Jika masih terdapat sisa campuran C4, maka akan dikirim ke tangki
penampungan.
104
14. Setelah itu, propylene dipisahkan dari logam pada unitmetal treater. Dari
metal treater, propylene dimasukkan ke reaktor SHP untuk mengubah
kandungan diene dan acetylenepada fraksi C4 yang terikut menjadi
monoolefin untuk memenuhi persyaratan produksi.
105
15. Reaksi SHP berlangsung pada kondisi fasa cair dalam fixed bed catalyst
dengan jumlah H2 yang terbatas. Reaksi yang terjadi adalah :
Gambar 3. 17. Diagram alir Propylene Recovery Unit Plant ( Sumber, PERTAMINA EXOR-1. 1992.)
107
A. Seksi Reaktor
1. Pada seksi reaktor, feed campuran butane-butilene dari Propylene Recovery
Unit dicuci dengan larutan fosfat secara countercurrentpadawash water
column.
2. Tujuan dari pencucian ini adalah untuk memudahkan reaksi karena larutan
fosfat berperan sebagai katalis serta untuk menghilangkan kotoran. Sebagian
wash water yang telah digunakanakan disirkulasi dan sisanya dibuang.
3. Campuran butana bersama aliran rectifier dipompakan ke tiga reaktor yang
dipasang secara pararel.
4. Pada reaktor terjadi reaksi isomerisasi (membentuk isobutan dan isobutilen)
dan alkilasi.
B. Seksi Rectification
1. Pada seksi rectification, effluent dari reaktor akan disaring oleh filter untuk
mencegah katalis padat terikut dalam produk sebelum masuk ke dalam flash
rectifier.
2. Di dalam rectifier ini, effluent dipisahkan dengan cara penguapan yang
menghasilkan saturated LPG, polygasoline, dan unreacted umpan sebagai
hasil bottom. Sedangkan hasil atasnya berupa uap butilen dan butan yang
dialirkan ke rectifier receiver untuk dijadikan kondensat.
3. Sebagian kondensat yang terbentuk akan dikembalikan ke flash
rectifiersebagai refluks dan sebagian lagi direcycle kembali untuk
108
C. Seksi Stabilizer
1. Pada seksi stabilizer, terjadi pemisahan secara distilasi, dimana feed masuk
melaluitray 16 dari 30 tray.
2. Produk atas yang dihasilkan berupa LPG butana yang kemudian masuk ke
stabilizer receiver dan dihilangkan kadar airnya dengan water boot.
3. Kondensat yang ada sebagian dikembalikan ke stabilizer dan sebagian
dialirkan ke caustic wash untuk menyerap senyawa sulfur.
4. Kondensat yang telah terbebas dari senyawa sulfur kemudian dialirkan ke
sand filter untuk menyaring padatan natrium dan selanjutnya dimasukkan ke
storage.
5. Produk bawah yang dihasilkan berupa polygasoline yang didinginkan terlebih
dahulu sebelum masuk ke tangki penyimpanan.
Gambar 3. 18. Diagram alir Catalytic Condesation Unit Plant ( Sumber, PERTAMINA EXOR-1. 1992.)
110
1. H2S → Merkaptan
111
2. COS → Merkaptan
3. SO2 → Merkaptan
5. Nitril → Amina
6. HCN → Amonia
Gas proses yang berasal dari KO Drum dialirkan ke offgas dryer untuk
mengurangi kandungan air, merkaptan, amina, amoniak dan sejumlah kecil CO2,
H2S, dan COS. Dari dryer tersebut effluent dikirim ke Mercury Absorber untuk
menghilangkan merkuri dengan karbon aktif. Penghilangan merkuri dilakukan
hingga jumlah merkuri dalam aliran gas tersebut sangat kecil karena dapat
menyebabkan kerapuhan pada sistem perpipaan yang terbuat dari alloy aluminium
dan peralatan lain pada RCC offgas cooler (34-E-107). Kemudian aliran gas difilter
untuk menghilangkan padatan-padatan absorben yang terbawa.
dan larutan pencuci dari produk bawah Front EndDeethylenizer didinginkan dalam
sebuah heat exchanger menggunakan produk atas Demethanizer, Deethanizer dan
aliran refrigerant biner. RCC offgas cooler (34-E-107) berbentuk cold box yang
casingnya terbuat dari baja dan bagian dalamnya diinsulasi dengan insulasi berjenis
loose perlite. Untuk menghindari kondisi yang lembab dan menjaga atmosfer tetap
inert maka cold box tersebut dipurging dengan nitrogen.
F. Front End Deethylenizer
Unit 34-C-104 ini bertujuan memisahkan etilena dalam aliran produk bawah
Demethanizer dari etana dan komponen-komponen lain yang lebih berat. Produk
atas dari kolom ini dikondensasikan dengan refrigerant biner sedangkan produk
bawahnya dipanaskan kembali dengan kedua media dan refrigerant biner yang
lebih berat.
Produk atas unit 34-C-104 mengandung 99,95% mol etilena dan
pengotorpengotornya yang berupa metana dan etana yang akan dipompakan ke
OCU reactor (37-R-101A/B). Produk bawahnya mengandung etana dan
komponenkomponen yang lebih berat yang akan di-recycle ke Demethanizer
sebagai cairan pencuci dan produk bersihnya ditekan untuk dialirkan ke
Deethanizer.
G. Deethanizer
2. Isomerisasi butena
3. Penjenuhan olefin
secara bertahap berkurang dari 2.35 saat SOR hingga 2.0 saat operasi EOR
yang secara bertahap pula meningkat dalam C4recycle selama siklus operasi.
7. Untuk menjaga produksi propilen dan mengganti konversi butene yang
rendah, C4s di daurulang dari deprophylenizer dengan Fresh/Recycle C4
surge drum dan kembali ke DP reactor. C4 recycle secara bertahap meningkat
dari SOR ke EOR untuk mengganti pengurangan konversi butene. Reaksinya
mendekati isotermal. Suhu meningkat hingga 6oC.
8. Katalis DP reactor memerlukan regenerasi secara periodik untuk
menghilangkan akumulasi kokas dari katalis dan mengembalikan aktivitas
katalisnya. Siklus operasi DP reaktor diperkirakan 15-30 hari. DP reactor
catlysts akan memerlukan regenerasi ketika konversi n-butene terlalu rendah
diproduksi dan memerlukan polimer yang setara dengan propilene dengan
maksimum dapat me-recycle C4.
9. Sistem regenerasi dibutuhkan untuk comprised suatu fired regeneration
heater dan regenerasi tergabung untuk nitrogen, plant udara, dan hidrogen.
C. Deethylenizer
1. Tujuan deethylenizer (34-C-101) adalah untuk memisahkan etilen dari
effluent DP reactor dari aliran etan dan componen fraksi berat.
2. Produk atas dari menara adalah terkondensasi oleh heavy binary refrigrant
dan produk bawahnya merupakan hasil reboiler oleh LP steam.
3. Produk bersih deethylenizer mengandung rata-rata 98.6 %mol etilen yang
dipompa ke RCC Offgas Cooler (34-E-107) dan OCU Feed mixer (37-M-
101). Produk bawah Deethylenizer dialirkan ke depropilenizer (37-C-102).
4. Produk atas deethylenizer terkondensasi oleh heavy binary refrigrant.
Tekanan produk atas menara telah ditetapkan ahara produk atasnya kaya akan
etilen yang dapat dikondensasi oleh heavy binary refrigrant.
5. Deethylene reboiler (37-E105) di utilisasi oleh LP steam untuk mensuplai
panas pada menara. peralatan yang ada pada sistem ini adalah Deethylenizer
(37-C-101), Deethylenizer Feed Chiller (37E-103A/B), Deethylenizer
Condenser (37-E-104), Deethylenizer Reboiler (37E105), Deethylenizer
Reflux/Recycle Pumps (37-P-102A/B), Deethylenizer Reflux Drum (37-V-
102), Condensate pot for 37-E105 (37-V-103).
117
D. Depropanizer
1. Tujuan dari deproylenizer (37-C-102) adalah untuk menghasilkan polimer
yang setara dengan propilen melalui proses pemisahan dari C3s di produk
bawah deethylenizer dari C4s dan fraksi berat.
2. Produk atas menara terkondensasi oleh udara pendingin dan produk bawah
direboiler oleh LP steam. Depropylenizer dirancang untuk memisahkan C3s
dari C4s dan fraksi berat.
3. Setiap propan di umpan C4 akan menjadi produk propilen. Depropilenizer
dirancang untuk total komponen C4 8 ppmw pada produk atas produk
propilen dan 500 ppmw dari C3s dibagian produk bawah C4s dan fraksi berat.
E. Debutanizer
1. Tujuan debutanizer (37-C-103) adalah untuk menghasilkan C4 LPG oleh
pemisahan dari C4s di dalam produk bawah depropylenizer dari C5s dan
produk gasoline fraksi berat.
2. Produk atas dari menara dikondensasi oleh air pendingin dan produk bawah
direbiler oleh LP steam. Debutanizer dirancang untuk 2% berat dari C5 dan
komponen fraksi berat di dalam produk atas C4 LPG produk dan 0,5% volume
dari C4s di prouk bawah C5 dan produk gasoline fraksi berat.
3. C5+ gasoline produk dipompa sebalum dikirim ke OSBL.
Gambar 3. 19. Diagram alir proses Propylene Olefin Complex Unit System ( Sumber, PERTAMINA EXOR-1. 1992.)
123
Bahan baku unit utilitas pada PERTAMINA RU VI adalah air dan udara
yang kemudian diolah untuk berbagai keperluan.
126
Bagan unit utilitas PERTAMINA RU VI dapat dilihat pada gambar berikut ini:
a. Initialstart-up
b. Auto start jika terjadi kegagalan total pada STG
Pendistribusian listrik di kilang RU VI Balongan ini dilakukan melalui
beberapa sub station. Dengan sistem ini, maka distribusi listrik menjadi lebih baik.
Penyaluran listrik dari sub station 1 ke sub station yang lain menggunakan saluran
underground cable kecuali untuk SS 31 yang memakai saluran over head.
UNIT 51
STEAM TURBINE GENERATOR
HP. STEAM
MSV
MP Valve
HP Valve Governor
RED
M TURBINE GEAR GENERATOR
MP. STEAM
CONDENSOR
COND. TO DEAERATOR
SCW RCW
UNIT 53
WATER TREATING UNIT SALAMDARMA
CAUSTIC
SUNGAI SODA
CIPUNEGARA
GRAVITY FILTER
Alum
GRID CHAMBER
53-Z-101 A/B/C CL2
124
CLARIFIE
R
53-CL-201
A/B/C 53-P-101 A/B
Polymer
FILTERED WTR.TANK
53-P-101 A/B/C
RW.INTAKE PUMP
SUNGAI 110
CAUSTIC 2 X 2200 T
TARUM TIMUR BALONGAN
SODA
SUNGAI
CL2
NOTE:
Air yang mengandung karbon, kation, anion, CO2, senyawa organik, dan
padatan dipompakan ke dalam carbon filter. Kemudian diteruskan ke cation
exchanger (strong base cation dan weak base cation) yang di dalamnya terdapat
resin penukar kation. Kation-kation seperti Ca2+ dan Mg2+ akan diserap resin
dan ditukarkan dengan ion hidrogen. Untuk meregenerasi resin kation ini
digunakan asam sulfat, air buangannya dikirim ke bak penetral. Air keluaran cation
exchanger yang masih mengandung anion, CO2, dan ion hidrogen diteruskan ke
decarbonator untuk menghilangkan CO2 dalam air. Kemudian dimasukkan ke
anion exchanger (strong base anion dan weak base anion) untuk menghilangkan
anion-anion. Air yang keluar dari anion exchanger diharapkan hanya mengandung
air dan ion hidrogen serta ion hidroksida yang nantinya akan menjadi air. Selain
itu, pada anion exchanger, jumlah silica dijaga agar tidak lebih dari 0,02 ppm
karena silica dapat membentuk scale yang sulit dibersihkan pada steam turbin.
133
UNIT 55
DEMINERALIZATION PLANT
WATER+ CO2
ANIONS+CO2+
H ORGANICS
WATER+
FAN ANIONS+H
RAW WATER :
WATER+CATIONS+ANIONS ORGANICS
CHLORINE+CO2+ORGANICS+
SUSPENDED SOLID CATIONS ANIONS /
S.SOLID REPLACED SILICA
CHLORINE WITH REFLACED WATER+
HYDROGE WITH
ORGANIC N H+OH DEMIN
HYDROXID
(WATER 55-T-101 A/B WATER
E
ONLY ) 2 X 1400 TON TO
ORGANICS
FEED
BOOSTER PUMP
WATER
FOR DECARBONATOR
SUS SOLIDS CATIONS REMOVED PUMP DEMIN WATER
BACKWASHING REMOVED FROM ANIONS REMOVED PUMP
FROM THE RESIN
THE RESIN FROM THE RESIN
WHEN REGENERATED
WHEN REGENERATED WHEN REGENERATED
SNT/Id/UNIT UTL/Komp.Mzk/xls
Gambar 3. 23. Process Flow Diagram Demineralization Plant Unit 55( Sumber,
PERTAMINA EXOR-1. 1992.)
dengan wet bulb temperatur 29,1 oC dengan tipe counter flow. Menara terdiri dari
12 cell dan 12 draft fan beserta masing-masing motornya dan dua buah header
supply utama untuk pendistribusian ke onsite dan utility area. Sistem pendinginan
pada cooling tower ini dirancang menurut sistem sirkulasi terbuka. Pompa
134
cadangan digunakan untuk mengantisipasi gangguan dan apabila salah satu pompa
utama dibersihkan.
Fasilitas pengolahan air digabung dengan menara pendingin yang dilengkapi
injeksi gas chlorine untuk membunuh bakteri dan mencegah tumbuhnya lumut,
inhibitor korosi dan scaling inhibitor untuk mencegah korosi dan kerak yang
ditambahkan secara kontinyu, serta slime dispersant untuk membunuh bakteri yang
ditambahkan setiap 1 bulan sekali. Untuk menjaga mutu air, sebagian air diolah di
side stream filter. Pada bagian header supply ke area utility, dilengkapi dengan on-
line conductivity analizer untuk memonitor mutu dari air pendingin.
Air pendingin didistibusikan ke proses di kilang dengan pompa 56-P101A-
F ke bagian utilitas dan proses yang membutuhkan sistem air pendingin.
Air pendingin didistribusikan ke system utilitas untuk boiler, Steam Turbin
Generator (STG), kompresor, Nitrogen dan Demin Plant.
Air pendingin didistribusikan ke unit proses untuk H2Plant, RCC Complex,
GO dan LCO HTU, CDU, AHU, Amine Treatment, Sulphur Plant, NPU,
dan off site area.
Berikut ini diagram alir unit 56:
135
UNIT 56
COOLING WATER SYSTEM
SIDE STREAM
FILTER
40 C
EVAPORATION LOSS
CT. FAN
500
COOLING WATER 660
MAKE UP 713
660 UTILITIES
BACKWASH
OUT 1100
0
CL2
31 C
TEMP. ACTUAL
SLIME CONTROL AGEN BLOW DOWN
( KURITA F - 4900 )
TEMP. DESIGN
FLOW ACTUAL
FLOW DESIGN
Gambar 3. 24. Process flow diagram Coling Water Sistem unit 56 ( Sumber,
PERTAMINA EXOR-1. 1992.)
Unit ini berfungsi untuk menyediakan udara tekan untuk keperluan proses
di kilang. Unit ini terdiri dari 6 alat pengatur tekanan udara, yaitu 3 unit turbin
dan 3 unit motor kompresor. Kapasitas alat-alat tersebut adalah 3.500 Nm3/jam.
Udara harus dikeringkan terlebih dahulu dengan menggunakan dryer untuk
menghilangkan kandungan air pada udara yang dapat merusak kompresor.
UNIT 58
INSTRUMENT AND SERVICE AIR SYSTEM
PIC
7.0
58-V-101 A
MOTOR/
HEATER
TURBINE
LOCAL
58-K-101 A/B/C/D CONTROL
PANEL
PSL 7.0
INSTRUMENT AIR
Gambar 3. 25. Process flow diagram Instrument and Service ir System unit 58
( Sumber, PERTAMINA EXOR-1. 1992.)
tangki masing-masing 3 buah. Kapasitas per tangki 41,5 m3. Kapasitas per unit
dan gas dicairkan dengan siklus refrigerasi kemudian dipisahkan fase gas dan
cairnya, panas yang ditukarkan dari cold box vessel dipakai untuk dryer.
UNIT 59
NITROGEN PLANT
PC 7.0
ATM N2 GAS
N2 GAS
N2 LIQ
VVVVV LPS
COND
beberapa unit yang masing-masing mempunyai fungsi yang saling berkaitan satu
sama lainya, unit – unit tersebut adalah unit 41, unit 42, dan unit 43. ITP pada
fasilitas offsite ini dibagi menajadi 2 seksi utama, antara lain :
a. Tank Blending and Metering Section (TBM)
Mengatur tentang kegiatan yang berkaitan dengan tanki seperti
penyiapan tanki untuk bahan baku, bahan baku intermediate, dan produk.
Selain itu, seksi ini juga berfungsi untuk pengukuran jumlah transfer
(metering) dan perbaikan kualitas pencampuran. Seksi ini meliputi Tank
Farm Unit (Unit42).
b. Loading and Environment Jetty Section (LEJ)
Mengatur kegiatan transfer dari kapal ke tangki darat dan sebaliknya
(loading), pembongkaran minyak mentah dari kapal dan sebaliknya (jetty),
serta mengelola limbah-limbah dari proses yang kebanyakan mengandung
NH3, H2S, Phennol, oil, dan lain- lain (environment). Unit ini meliput
single buoy mooring (Unit 41), pipe line (Unit 43) dan sistem pengelolaan
limbah dari pabrik.
b. Kerosene dan Gas Oil Metering, untuk perhitungan volume kerosene dan
gas oil.
c. Gasoline Metering System, digunakan untuk perhitungan volume
gasoline.
d. Propylene Metering System, digunakan untuk perhitungan volume
propylene.
e. Crude Oil Metering System, digunakan untu perhitungan volume crude
oil yang diteransfer dari kapal menuju tangki penampung.
3. Bendera pencemaran
a. Biru (satu minggu dikibarkan), untuk pencemaran dimana tidak terjadi
klaim dari penduduk.
b. Hitam (satu bulan dikibarkan), untuk pencemaran dimana terjadi klaim
dari penduduk.
4. Papan informasi kejadian
Papan ini berisi lokasi, tanggal, tingkat keparahan kejadian yang
mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja, kebakaran dan pencemaran. Tempat
pemasangannya di fire station, lokasi kejadian, dan lemari on call.
Untuk keamanan, area perkantoran terletak cukup jauh dari unit-unit yang
memiliki resiko bocor atau meledak, seperti RCC, ARHDM, dll. Unit-unit yang
berisiko diletakkan di tengah-tengah kilang. Unit terdekat dengan area perkantoran
adalah unit utilitas dan tangki-tangki yang berisi air sehingga relatif aman.
Ditinjau dari segi teknis dan ekonomis, lokasi ini cukup strategis dengan
adanya faktor pendukung, antara lain:
146
3.6.2. Air
Sumber air yang terdekat terletak di Waduk Salam Darma, Rejasari, kurang
lebih 65 km dari Balongan ke arah Subang. Pengangkutan dilakukan secara
pipanisasi dengan pipa berukuran 24 inci dan kecepatan operasi normal 1.100 m3
serta kecepatan maksimum 1.200 m3. Air tersebut berfungsi untuk steam boiler,
heat exchanger (sebagai pendingin) air minum, dan kebutuhan perumahan. Dalam
pemanfaatan air, kilang Balongan ini mengolah kembali air buangan dengan sistem
wasted water treatment, di mana air keluaran di-recycle ke sistem ini. Secara
spesifik tugas unit ini adalah memperbaiki kualitas effluent parameter NH3, fenol,
dan COD sesuai dengan persyaratan lingkungan.
3.6.3. Transportasi
Lokasi kilang RU VI Balongan berdekatan dengan jalan raya dan lepas
pantai utara yang menghubungkan kota-kota besar sehingga memperlancar
distribusi hasil produksi, terutama untuk daerah Jakarta dan Jawa Barat. Marine
facilities adalah fasilitas yang berada di tengah laut untuk keperluan bongkar muat
crude oil dan produk kilang. Fasilitas ini terdiri dari area putar tangker, SBM,
rambu laut, dan jalur pipa minyak. Fasilitas untuk pembongkaran peralatan dan
produk (propylene) maupun pemuatan propylene dan LPG dilakukan dengan
fasilitas yang dinamakan jetty facilities.
air bersih. Kapasitas unit ini 600 m3/jam dimana kecepatan effluent didesain untuk
penyesuaian kapasitas 180 mm/hari curah hujan di area proses dan utilitas.
Desain awal dari unit WWT (Waste Water Treatment) adalah untuk
mengolah air buangan yang terbagi menjadi dua sistem pengolahan, yaitu:
a. Dissolved Air Floatation (DAF), untuk memisahkan kandungan padatan dan
minyak dari air yang berasal dari air buangan (oily water) ex process area
dan tank area. Pada proses ini yang diolah umumnya mempunyai kandungan
minyak dan solid yang tinggi tetapi mempunyai kandungan COD dan BOD
yang rendah. Spesifikasi desain air yang keluar DAF adalah mempunyai
kandungan minyak maksimum 25 ppm dan solid maksimum.
b. Activated Sludge Unit (ASU), untuk mengolah secara kimia, fisika dan
biologi air buangan dari unit proses terutama: Treated Water ex Unit Sour
Water Stripper (Unit 24), desalter effluent water ex Unit Crude Distillation
(Unit 11), GO HTU, RCC, dan sistem sanitasi pabrik. Air yang diolah
umumnya mempunyai kandungan amonia, COD, BOD dan fenol sedangkan
148
kandungan minyak dan solid berasal dari desalter effluent water. Secara garis
besar effluent water treatment di PT. PERTAMINA (Persero).
Oily water berasal dari air hujan yang bercampur minyak, air ballast, air
dari parit-parit unit proses, dan pertangkian. Process effluent water (air buangan
proses) berasal dari air buangan unit proses seperti CDU, SWS, GO HTU, dan
RCC. Limbah cair buangan dihasilkan dari berbagai macam proses pengolahan
di PERTAMINA RU VI memiliki kandungan limbah yang berbeda-beda. Secara
garis besar, kontaminan utama yang terkandung dalam air buangan proses adalah
gas terlarut (hidrogen sulfida, merkaptan, dan amonia), emulsi minyak, kimia
alkali, serta padatan (effluent desalter). Jenis-jenis limbah cair effluent process
berdasarkan sifat kimianya adalah:
a. Sour water merupakan air buangan proses yang umumnya asam karena
banyak mengandung H2S dan NH3 yang dihasilkan dari proses.
b. Spent caustic dihasilkan dari proses pencucian naphta dan LPG dari RCC.
c. Desalter effluent water dihasilkan dari unit DTU.
Proses treatment air limbah baik oily water maupun process effluent water
meliputi proses fisik, proses kimia, dan proses mikrobiologi. Unit pengolah air
buangan terdiri dari Air Floatation Section, Pre Activated Oil Sludge Section,
Activated Oil Sludge Section, dan Dehydrator and Incinerator Section.
Prinsipnya adalah memisahkan minyak dari air dan sludge pada oily water dan
process effluent secara fisik. Minyak yang terpisah dikumpulkan di recovery oil
sump untuk disimpan pada tangki 42-T-502 dan 42-T-101. Air dan sludge
kemudian diproses secara kimia dan mikrobiologis. Air yang diperoleh
dikumpulkan di impounding basin untuk dipisahkan kembali minyak dan airnya,
minyaknya dikirim ke recovery oil sump dan airnya dapat dibuang ke sungai.
Sedangkan sludge akan dibakar.
149
b. API Separator
a. API separator dirancang dengan laju alir 242 m3/jam dan kandungan
minyak maksimum 200 ppm. API separator berupa kolam
penampung air dimana masih terdapat minyak yang dapat
dimanfaatkan kembali. Prinsip kerja dari alat ini berdasarkan
perbedaan densitas minyak dan air. Kolam ini juga dilengkapi dengan
sekat-sekat yang memperlambat laju alir sehinga sebanyak
mungkin air dan minyak dapat terpisahkan.
b. API separator mengolah oily water dan air ballast. Sebelum tanker
menerima produk, air ballast dari tanker yang berisi kandungan
150
berbentuk cone roof dengan kapasitas 2500 m3. Limbah cair terpisah
menjadi fraksi atas (skimmed oil) dan fraksi bawah (air, sludge, dan
minyak). Skimmed oil dikirim ke 63- OS-104 dan dipompa ke
recovery oil sump. Fraksi bawah yang masih mengandung minyak
diolah di DAF.
1. Proses Kimia
Proses ini dilakukan dengan menggunakan bahan aditif seperti koagulan,
flokulan, penetrasi, pengoksidasi dan sebagainya yang dimaksudkan untuk
menetralkan zat kimia berbahaya di dalam air limbah. Pada tahap ini dilakukan
pengolahan terhadap senyawa beracun berbahaya karena senyawa tersebut tidak
dapat dipisahkan secara proses fisika. Senyawa yang tidak diinginkan diikat
menjadi padat dalam bentuk endapan lumpur yang selanjutnya dikeringkan. Proses
kimia ini terjadi pada proses koagulasi dan lumpur aktif.
Koagulasi adalah proses pembentukan gumpalan dari ion-ion yang
berlawanan. Karena itu, kemampuan koagulasi bergantung pada valensi ion. Reaksi
antara ion-ion menghasilkan ”flok”. Koagulan-koagulan yang digunakan di dalam
pengolahan air buangan adalah senyawa aluminium atau besi yang umumnya
berbentuk sulfat, contohnya Al2(SO4)3, Fe2(SO4)3, dan FeCl3. Khusus untuk
koagulan aluminium, apabila air yang diproses tingkat kewarnaannya tinggi,
maka pH yang dibutuhkan untuk proses koagulasi harus dibawah 5,5 sedangkan
jika air mengandung mineral tinggi maka dibutuhkan pH 7,5. Pengadukan yang
terkontrol juga membantu pembentukan flok yang mudah mengendap. Untuk
koagulasi dengan senyawa FeCl3 memiliki keuntungan daerah pH yang lebih luas
daripada aluminium. Selain itu air asam atau air basa dapat digunakan untuk
koagulan besi, kondisi optimalnya adalah pH 3-8.
Proses kimia yang terjadi pada seksi Pre Actived Oil Sludge terdiri dari:
a. Process Effluent Pit / PEP (63-Z-501)
Campuran air dan sludge dari process effluent CPI pit dan bak floatation
(63- Z-202) DAF diinjeksikan udara dari blower. Tujuannya agar tidak terjadi
akumulasi dan air limbah dapat terlarut. Selanjutnya air dan sludge dipompa
ke rapid mixing pit. Apabila kualitas air off spec, maka air dikembalikan ke
bak PEP sedikit demi sedikit untuk dibersihkan dengan normal proses.
2. Proses Mikrobiologi
Proses mikrobiologi merupakan proses akhir dan berlangsung lama, serta
hanya dapat mengolah senyawa yang sangat sedikit mengandung logam berbahaya.
Pada dasarnya proses ini memanfaatkan makhluk hidup (mikroba) untuk mengolah
bahan organik, dimana air buangan yang akan diolah memiliki kadar BOD
(Biochemical Oxygen Demand) dan MLVSS (Mixed Liquor Volatile Suspended
Solid) tinggi, tetapi kadar logam dan bahan beracun rendah.
Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologis.
Tujuannya untuk menggumpalkan dan memisahkan zat padat koloidal yang tidak
mengendap serta menstabilkan senyawa-senyawa organik. Sebagai pengolahan
sekunder, pengolahan secara biologis dipandang sebagai pengolahan yang paling
murah dan efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah berkembang berbagai metode
pengolahan limbah secara biologis dengan segala modifikasinya.
Konsep yang digunakan dalam proses pengolahan limbah secara biologis
adalah eksploitasi kemampuan mikroba dalam mendegradasi senyawa-senyawa
polutan dalam air limbah. Pada proses degradasi, senyawa-senyawa tersebut akan
berubah menjadi senyawasenyawa lain yang lebih sederhana dan tidak
berbahaya bagi lingkungan. Hasil perubahan tersebut sangat bergantung
pada kondisi lingkungan saat berlangsungnya proses pengolahan limbah. Oleh
karena itu, eksploitasi kemampuan mikroba untuk mengubah senyawa polutan
biasanya dilakukan dengan cara mengoptimalkan kondisi lingkungan untuk
pertumbuhan mikroba sehingga tercapai efisiensi yang maksimum.
153
Proses mikrobiologi terjadi pada seksi Activated Oil Sludge Section dan
Dehydrator and Incinerator Section yang terdiri dari:
d. Thickener (63-Z-401)
Merupakan penampungan sludge dari clarifier pit dan sedimentation pit.
Selanjutnya lumpur tersebut dipisahkan airnya dengan bantuan bahan kimia
dan alat mekanis berupa centrifuge (alat yang bekerja memisahkan cairan-
padatan dan dengan memutarnya pada kecepatan tinggi). Cairan hasil
pemisahan centrifuge dialirkan melalui got terbuka menuju PEP (63-Z-501) di
seksi Pre Actived Oil Sludge, sedangkan padatannya disebut cake dan
ditampung pada sebuah tempat bernama hopper (cake hopper).
gas dan abu pada temperatur tinggi (T = 800oC). Kapasitas desain dehydrator
pada temperatur tertentu. Lumpur/pasir yang tidak terbakar dapat digunakan untuk
landfill atau dibuang di suatu area, sehingga pencemaran lingkungan dapat
dihindari.
156
BAB IV
MANAJEMEN PERUSAHAAN
4.1.2. Misi
“Mengolah crude dan naptha untuk memproduksi BBM, BBK, Residu, NBBM
dan Petkim secara tepat jumlah, mutu, waktu dan berorientasi laba serta berdaya
saing tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar.”
“Mengoperasikan kilang yang berteknologi maju dan terpadu secara aman,
handal, efisien dan berwawasan lingkungan.”
“Mengelola aset RU VI Balongan secara profesional yang didukung oleh sistem
manajemen yang tangguh berdasarkan semangat kebersamaan keterbukaan dan
prinsip saling menguntungkan.”
1. General Manager
Tugas pokok General Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan
mengevaluasi seluruh kegiatan di Refinery Unit VI sesuai dengan visi misi unit
bisnis yang meliputi kegiatan pengembangan pengolahan, pengelolaan operasi
kilang, kehandalan kilang, pengembangan kilang, supply chain operation,
procurement, serta kegiatan pendukung lainnya guna mencapai target perusahaan
di Refinery Unit VI.
3. Production-I Manager
Tugas pokok Production-I Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan
mengevaluasi sistem dan tata kerja operasi kilang, rencana operasi dan kegiatan
154
4. Production-II Manager
Tugas pokok Production-II Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan
mengevaluasi sistem dan tata kerja operasi kilang, rencana operasi dan kegiatan
operasi kilang, pengadaan produk, barang, dan jasa, pengelolaan penerimaan,
penyaluran, dan storage management, pengelolaan sistem arus minyak,
pengelolaan mutu, dan menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas /
process business operasional program HSE dalam rangka mendukung seluruh
kegiatan operasional kilang dalam melakukan pengolahan minyak mentah menjadi
produk BBM, NBBM, secara produktif, efisien, aman, dan ramah lingkungan
sesuai dengan perencanaan perusahaan di Refinery Unit VI.
Production-II membawahi: Utilities, Laboratorium , POC, dan OM.
8. REL Manager
Tugas pokok REL Manager adalah mengkoordinir, merencanakan,
memonitor, dan mengevaluasi pelaksanaan kehandalan kilang meliputi penetapan
strategi pemeliharaan kilang (anggaran, strategi dan rencana), pengembangan
teknologi, assessment / inspeksi kondisi kilang, pemeliharaan kilang terencana
(termasuk TA dan OH) serta pengadaan barang dan jasa yang berkaitan dengan
kebutuhan operasi pemeliharaan kilang serta menunjukkan komitmen HSE dalam
setiap aktivitas / process business dalam upaya mencapai tingkat kehandalan kilang
156
dan safety yang optimal sesuai dengan prosedur kerja yang berlaku di Refinery
Unit.
standard code compliance serta HSE audit agar kegiatan pencegahan dan
penanggulangan keadaan darurat, pelestarian lingkungan, keselamatan dan
kesehatan kerja dapat tercapai sesuai dengan rencana dalam upaya mencapai HSE
excellence.
Sistem Kerja
4.2.2. Sistem
Perusahaan bersama Serikat Pekerja menandatangani Perusahaan bersama
Serikat Pekerja menandatangani Perjanjian Kerja Bersama periode 2010-2012 pada
22 Desember 2010. Perjanjian tersebut diharapkan dapat memperbaiki
kesejahteraan pekerja serta lebih mempererat hubungan harmonis antara
perusahaan dengan Serikat Pekerja. PKB ditandatangani oleh Presiden Direktur dan
Ketua Umum Serikat Pekerja dan disaksikan oleh Direktur Jenderal Pembinaan
158
Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Kementerian Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Republik Indonesia.
2. Jam kerja regular Jam kerja regular ini berlaku bagi karyawan yang tidak terlibat
langsung dalam kegiatan produksi dan pengamanan pabrik. Jam kerja ini
berlaku bagi karyawan tingkat staf ke atas. Jadwal kerja jam reguler adalah
sebagai berikut:
159
b. Keselamatan Kerja
Sesuai rencana strategis PT Pertamina EP untuk menjadi perusahaan
minyak dan gas berkelas dunia (World Class Company), fungsi HSE telah
melakukan beberapa langkah strategis untuk mendukung Operating Excellence di
tahun 2014 dengan indikator:
1. Tanpa Kecelakaan (Zero Accident)
2. Ramah Lingkungan (Zero Discharge, Zero Flaring dan Konservasi Energi)
3. Tanpa Gangguan Operasi
4. Tanpa Penyakit Akibat Kerja
Perusahaan sangat memahami bahwa faktor-faktor tersebut dapat
mempengaruhi keberlangsungan usaha perusahaan. Oleh karena itu, transformasi
Pertamina EP juga bertujuan untuk menjadikan kesehatan, keselamatan dan
lindungan lingkungan (Health, Safety & Environtment – HSE) sebagai budaya
perusahaan melalui program HSE Excelence yang dimulai dengan HSE Short Term
Program.
160
Tim HSE Short Term Program yang dibentuk melalui SP Presiden Direktur
nomor 158/EP000/2011-S0 bertugas untuk melaksanakan tujuan tersebut melalui
implementasi program PEKA (Pengamatan Keselamatan Kerja), SIKA (Surat Ijin
Kerja Aman), HSE Passport, dan komite HSE.
f. Kesehatan Kerja
Untuk mewujudkan kesehatan kerja, Perusahaan melakukan upaya
kesehatan pada proses bisnis, melakukan pelatihan P3K tingkat mahir, melakukan
simulasi tanggap darurat medis, dan melakukan Workshop Kesehatan Kerja.
Perusahaan juga melaksanakan Surveylance MCU pekerja serta menurunkan risiko
161
dan kerugian kesehatan pekerja dalam rangka tetap menjaga dan membina
kesehatan pekerja agar tetap sehat selama bekerja dan setelah pensiun.
g. Layanan Kesehatan
Dalam aspek kesehatan, Perusahaan melakukan kerjasama dengan pusat
kebugaran untuk menyelenggarakan program preventif bagi pekerja yang memiliki
risiko kesehatan. Sedangkan untuk kebutuhan kesehatan pekerja dan keluarga,
Perusahaan menjalin kerjasama dengan 48 Rumah Sakit yang tersebar di wilayah
operasi perusahaan.
h. Serikat Pekerja
Perusahaan berkomitmen untuk mendukung kebebasan pekerja untuk
berserikat. Oleh karena itu, perusahaan mengakui keberadaan Serikat Pekerja
Pertamina EP yang dibentuk oleh para pekerja yang keberadaannya terdaftar pada
Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Pemerintah Kota Administratif Jakarta
Selatan No. 570/V/P/I/2009 tanggal 22 Januari 2012. Serikat pekerja Pertamina EP
memiliki visi untuk mewujudkan harmonisasi hak dan kewajiban pekerja dan
perusahaan dalam lingkup kesetaraan.
1. Revegetasi
Perusahaan melakukan upaya mengurangi emisi karbon yang
merupakan salah satu eksternalitas kegiatan operasi dan kebijakan
perusahaan. Program penanaman pohon tersebut sejalan dengan program
1 miliar pohon yang dicanangkan oleh pemerintah dan program 100 juta
pohon yang dicanangkan oleh induk perusahaan. Sementara itu, lapangan
– lapangan yang berada di Region Sumatera juga turut melaksanakan
program penanaman pohon untuk negeri tersebut. Selanjutnya pada tahun
2012 Perusahaan akan mencanangkan penanaman 1000 pohon untuk
setiap sumur pemboran.
163
5. Pipanisasi
Proses pengiriman minyak dari satu lokasi ke lokasi lainnya
melalui jaringan pipa dapat membantu mengurangi pemakaian truk tangki.
Dengan demikian, pemanfaatan pipa dalam proses tersebut memberikan
kontribusi pengurangan bahan bakar sebanyak 148.856 liter per tahun. Hal
ini sudah diimplementasikan dengan pemasangan pipa sepanjang 130 km
di lapangan Subang.
6. Pemanfaatan CO2
Dalam pelaksanaan kegiatan operasi di lapangan Subang,
Perusahaan menghadapi tantangan berupa tingginya kadar CO2 yang
terkandung di dalam gas yang diproduksikan dari lapagan tersebut. Untuk
mengatasinya, Perusahaan bekerjasama dengan PT Samator dan PT Aneka
Gas Industri dengan mengirimkan CO2 sebesar 8 MMSCFD untuk
dimanfaatkan oleh kedua perusahaan tersebut.
166
167
Unit AHU terdiri dari dua train yang diberi nomor 12 dan 13. Masing-
masing train memiliki tiga buah reaktor yang disusun secara seri, sedangkan
fractionator yang hanya satu digunakan bersama-sama. Pembagian train ini
168
dimulai dari pompa (12/13-P-101) sampai pada seksi fraksinasi. Hal ini
dikarenakan pada bagian tersebut prosesnya dilakukan dalam tekanan tinggi
sehingga perlu dibagi 2 kapasitasnya untuk menghemat biaya konstruksi tangki dan
reaktor.
Pada reaktor-reaktor ARHDM terjadi reaksi-reaksi hidrogenisasi dan
perengkahan. Reaksi tersebut terjadi dengan bantuan katalis. Katalis yang
digunakan berbentuk pellet kecil, terbuat dari alumina base yang mengandung
logam aktif seperti cobalt, nikel , dan molybdenum. Tipe katalis yang digunakan di
ARHDM adalah katalis hydrodemetallization, yaitu katalis yang dapat
mentoleransi kandungan logam dalam jumlah besar. Katalis tersebut tidak dapat
diregenerasi dan diganti setiap 15 bulan.
Langkah Proses dari unit ARHDM adalah sebagai berikut :
Unit ARHDM terdiri dari lima seksi, yaitu seksi feed, seksi reaksi, seksi
pendinginan dan pemisahan produk reaktor, seksi recycle gas, dan seksi fraksinasi.
1. Seksi Feed
Pada seksi feed terjadi pemanasan awal dan penyaringan kotoran yang
terdapat dalam feed sebelum dialirkan ke dalam feed surge drum. Feed unit
ARHDM adalah Atmospheric Residue (AR) yang diperoleh langsung dari residu
CDU (hot AR) atau dari tangki (42-T-104 A/B) (cold AR) dicampur dan dipanaskan
terlebih dahulu. Feed yang telah panas dialirkan masuk ke dalam feed filter untuk
disaring padatannya. Padatan atau solid dapat menyebabkan deposit pada top
katalis di reaktor pertama. Padatan yang tersaring akan terakumulasi pada elemen
filter.
Pada feed filter terdapat 5 filter paralel yang masing-masing terdiri dari 7
pasang elemen filter berukuran 25 mikron. Apabila pressure dropfilter sudah
tinggi, maka harus dilakukan back flushing agar kotoran pada filter dapat
dibersihkan. Back flushing dilakukan dengan cara mengalirkan sebagian DMAR
melalui filter dengan arah yang berlawanan. Feed yang telah difiltrasi dialirkan ke
dalam Filtered Feed Surge Drum (12-V-501) yang di “blanket” dengan nitrogen,
kemudian feed dipompa menuju furnace. Sebelum memasuki furnace, feed
169
dicampur dengan hidrogen (H2) dari seksi gas di dalam pipa. Di dalam furnace, feed
dipanaskan lebih lanjut sebelum dialirkan secara paralel ke modul 12 dan 13.
2. Seksi Reaksi
Feed yang berasal dari furnace terbagi menjadi dua aliran dan masuk ke
dalam reaktor pada modul 12 atau 13. Masing-masing modul memiliki tiga reaktor
dengan spesifikasi yang sama dan disusun pararel. Di dalam ketiga reaktor akan
terjadi reaksi hydrotreating yang sifatnya eksotermis. Untuk mengatur temperatur
dan kecepatan reaksi, sebelum memasuki reaktor kedua dan ketiga diinjeksikan
cold quench recycle gas yang berasal dari Cold High Pressure Separator (CHPS).
Effluent yang berasal dari reaktor ketiga dialirkan ke seksi pendinginan dan
pemisahan produk reaktor.
gas hidrogen. Fraksi cair akan dialirkan ke unit Sour Water Stripper (SWS). Fraksi
minyak dialirkan dari CHPS ke Cold Low Pressure Separator (CLPS). Di dalam
CLPS terjadi pemisahan antara fraksi gas, fraksi cair, dan fraksi minyak. Fraksi gas
(sour gas) dialirkan menuju unit Fuel Gas Treating. Fraksi cairan yang terkumpul
dalam bottom drum CLPS dialirkan ke unit SWS. Sedangkan fraksi minyak
dipanaskan terlebih dahulu dengan heat exchanger sebelum dialirkan masuk ke
dalam atmospheric fractionator.
Fraksi liquid yang berasal dari bottom HHPS masuk ke dalam HLPS untuk
di-flash antara fraksi uap (flash gas) dan fraksi minyaknya. Fraksi uap yang
dihasilkan kaya akan H2, NH3, H2S dan gas hidrokarbon dan dimanfaatkan sebagai
recovery. Fraksi minyak yang berasal dari modul 12 dan 13 di-mixed dan dialirkan
menuju atmospheric fractionator. Sedangkan flash gas yang berasal dari modul 12
dan 13 didinginkan dengan heat exchanger dan finfan sebelum masuk ke dalam
Cold Low Pressure Drum (CLPFD) untuk di-flash lebih lanjut. Flash gas yang kaya
H2 dialirkan menuju make up gas compressor untuk dikompresi dan digunakan
kembali pada unit ARHDM. Fraksi liquid yang mengandung NH3, H2S, dan gas
hidrogen dicampur dengan aliran liquid yang berasal dari CHPS untuk di-flash pada
CLPS.
Fraksi gas yang berasal dari CHPS (unit 12 dan 13) dan kaya hidrogen,
sebagian akan masuk ke dalam Recycle Gas Compressor untuk dikembalikan ke
dalam reaktor. Sedangkan sebagian lainnya dialirkan ke unit Hydrogen Membrane
Separator untuk mengalami proses pemurnian akibat adanya kandungan minyak
dan cairan yang terbawa oleh gas hidrogen.
5. Seksi Fraksinasi
Fraksi minyak (heavy oil) yang berasal dari HLPS dan CLPS difraksinasi di
dalam kolom atmospheric fractionator yang dibantu dua buah stripper.
Atmospheric fractionator terdiri dari dua seksi, yaitu seksi atas (top) yang
mempunyai 32 tray dengan diameter 3,2 meter dan seksi bawah (bottom) yang
mempunyai 15 tray dengan diameter 3,66 meter. Jarak antar tray pada kedua seksi
171
dalam kolom sebesar 610 mm. Atmospheric fractinator memiliki jumlah tray lebih
banyak daripada fractionator di unit CDU karena jumlah minyak yang ingin
dipisahkan lebih sedikit. Kolom fraksinasi akan menghasilkan produk berupa
unstabillized naphta, kerosene, dangas oil (diesel oil) yang merupakan hasil reaksi
hydro cracking, serta residu yaitu DMAR dan sour gas.
Hot Heavy oil yang berasal dari HPLS masuk pada tray33, sedangkan Cold
heavy oil yang berasal dari CLPS masuk pada tray 28. Pada seksi bottom column
diinjeksikan stripping steam jenis super heated yang berasal dari furnace.
Overhead vapor berupa steam dan hidrokarbon akan dikondensasi oleh
overhead air cooler (finfan), kemudian dialirkan ke overhead accumulator. Vapor
berasal dari overhead accumulator dinaikkan tekanannya dengan menggunakan off
gas compressor pada kompresor stage pertama dan outletnya didinginkan menjadi
kondensat pada interstage cooler sebelum masuk ke dalam Interstage KO drum.
Vapor yang berasal dari Interstage KO drum dikompresi pada kompresor stage
kedua. Liquid yang berasal dari overhead accumulator berupa unstabillized
naphtha dicampur dengan aliran vapor yang telah dikompresi pada kompresor
stage kedua. Campuran aliran ini kemudian didinginkan dengan cooler sebelum
memasuki Sour Gas Separator (SGS). Di dalam SGS, terjadi pemisahan antara
unstabillized naphtha, sour water, dan off gas. Unstabillized naphta dipanaskan
oleh produk stabillized naphta, kemudian dialirkan menuju Naphta Stabillizer dan
dipisahkan dari off gas. Off gas dialirkan menuju fuel gas treating, sedangkan
stabillized naphtha didinginkan terlebih dahulu sebelum dikirim ke tangki
penampungan. Produk gas oildiambil pada tray 24 masuk ke dalam gas oil
stripping dan distripping oleh super heated steam. Sebagian produk akan
dikembalikan pada tray 22, sedangkan sebagian lainnya didinginkan dan kemudian
dialirkan menuju unit GOHTU dan tangki penampungan.
Produk kerosene diambil dari down comer tray 10, kemudian dipanaskan
kembali oleh bottom fractionator pada kerosene side cut stripper. Sebagian
kerosene dikembalikan ke dalam kolom pada tray 10, sedangkan sebagian lainnya
diproses dalam clay treater untuk menstabilkan warnanya sebelum dikirim ke
storage.
172
Produk bottom fractionator berupa DMAR dipompa dan dibagi menjadi dua
aliran. Aliran terbanyak digunakan untuk memanaskan feed fractionator dan
memanaskan AR yang akan masuk ke Feed Filter. Aliran yang sedikit digunakan
untuk memanaskan kerosene stripper reboiler. Kedua aliran ini kemudian di-mixed,
selanjutnya sebagian besar DMAR dikirim ke unit RCC dan sisanya dikirim ke
tangki penampungan.
Berikut adalah diagram alir Atmospheric Residue Hydro Demetallization (ARHDM):
173
c. Koil Pipa
Heat Exchanger ini mempunya pipa berbentuk koil yang
dibenamkan didalam sebuah box berisi air dingin yang mengalir atau yang
disemprotkan untuk mendinginkan fluida panas yang mengalir didalam
pipa. Jenis ini disebut juga sebagai box cooler jenis ini biasanya digunakan
untuk pemindahan kalor yang relatif kecil dan fluida didalam shell yang
akan diproses lanjut.
sedangkan fluida yang lain mengalir melalui lubang dan ruang pada sisi
sebelahnya karena ada sekat.
c. Heat Balance
Bila panas yang diterima fluida jauh lebih kecil dari pada panas yang dilepas
fluida panas berarti kehilangan panasnya besar dan ini mengurangi performance
suatu heat exchanger.
Q = M x Cph x (T1-T2) = m x Cpc x (t2-t1)
Tabel 5. 2. Pressure Drop yang Diizinkan untuk Fluida Liquid (per shell)
aliran panas, dan hal ini menyebabkan menurunnya kemampuan kerja alat itu.
Pengaruh menyeluruh daripada hal tersebut biasa dinyatakan dengan faktor
pengotoran (fouling factor) atau tahanan pengotoran (Rd) yang harus
diperhitungkan bersama tahanan thermal lainnya dalam menghitung koefisien
perpindahan panas menyeluruh. Faktor pengotoran didapatkan dari percobaan yaitu
dengan menentukan Uc dan Ud.
𝑈𝑐 − 𝑈𝑑
𝑅𝑑 =
𝑈𝑐 𝑥 𝑈𝑑
Dimana:
Rd = Fouling factor
Uc = Koefisien perpindahan panas bersih
Ud = Koefisien perpindahan panas kotor
Bila Rd (deposit) > Rd (allowed) maka alat penukar panas tersebut perlu
dibersihkan.
5.3. Metodologi
5.3.1. Pengumpulan Data
Langkah awal dalam mencapai tujuan penelititan adalah pengumpulan data
primer dan data sekunder.
a. Pengumpulan Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan untuk dijadikan dasar analisa
“Evaluasi Kinerja Feed / Effluent Exchanger (12-E-101) pada Atmospheric
Residue Hydrodemetallization Unit / AHU (Unit 12)” diperoleh dari Data
Sheet for Shell and Tube Heat Exchanger Atmospheric Residue
Hydrodemetallization Unit, Unit PERTAMINA UP VI Balongan.
2. Koreksi LMTD
𝑇1 −𝑇2 𝑡2 −𝑡1
𝑅= , 𝑆=
𝑡2 −𝑡1 𝑇1 −𝑇2
3. Neraca Panas
Untuk menghitung kerja alat penukar panas, pada dasarnya menggunakan
persamaan :
𝑄 = 𝑚. 𝑐𝑝. ∆𝑡
Keterangan : Q : Jumlah kalor yang dipindahkan, (kcal/jam)
m : Laju alir massa, (Kg/jam)
cp : Spesifik heat, (kcal/jam. oC)
∆𝑡 : Perbedaan temperatur yang masuk dan keluar, (oC)
𝑈𝑐 − 𝑈𝑑
𝑅𝑑 =
𝑈𝑐 . 𝑈𝑑
Waktu
4000000
3000000
2000000
1000000
0
Waktu
Pada gambar diatas dapat dilihat grafik perbandingan antara nilai Q desaon
dan Q actual pada Feed / Effluent Exchanger (12-E-101) pada Atmospheric Residue
Hydrodemetallization Unit (AHU) (Unit 12) pada periode 16 september - 30
September 2017. Q aktual lebih tinggi apabila dibandingkan dengan nilai Q desain.
Perbedaan antara nilai Q aktual dengan nilai Q desain ini disebabkan karena ada
perbedaan jumlah feed yang masuk dan perbedaan temperatur yang masuk dan
189
keluar, jumlah feed actual yang masuk lebih sedikit, sedangkan perbedaan
temperatur yang masuk dan keluar lebih besar di banding dengan Q desain.
0.0700
0.0600
0.0500
0.0400
0.0300
0.0200
0.0100
0.0000
Pada grafik dapat dilihat perbandingan antara nilai Rd desain dan Rd aktual
pada Feed / Effluent Exchanger (12-E-101) pada tanggal 16 september – 30
September 2017 semua nilai Rd aktual berada dibawah Rd desain, berarti heat
exchanger ini mempunyai factor pengotor yang lebih rendah dari desainya. Hasil
ini menunjukan bahwa deposit kontaminan pada Feed / Effluent Exchanger (12-E-
101) masih lebih rendah dari pada Rd desain sehingga belum perlu dilakukan
cleaning.
190
100
90
80
70
Efficiency (%)
60
50
40
30
20
10
Waktu
DESAIN AKTUAL
1. Laju alir masa umpan berupa combined feed yaitu berupa campuran feed
yaitu residu dari CDU yang telah disaring dan Hidrogen dari HTU.
Combined feed aktual memiliki jumlah lebih kecil dari desain, tetapi panas
191
yang masuk dan keluar lebih besar dari desain oleh karena itu Q aktual jauh
lebih besar dari desain.
2. Kinerja pada feed / effluent exchanger 12-E-101 jika ditinjau dari nilai rata-
rata Rd aktual yan rata-rata lebih kecil dari Rd desain, dapat disimpulkan
bahwa performance feed / effluent exchanger 12-E-101 masih berada pada
kondisi yang baik dan optimal untuk digunakan.
3. Efisiensi desain feed / effluent exchanger 12-E-101 yaitu sebesar 55,28 %,
dan efisiensi aktual berada diatas efisiensi desain yaitu sebesar 85,99%. Ini
menunjukkan bahwa Heat Ecxhanger kondisi yang sangat baik.
5.5.2. Saran
Dari hasil evaluasi feed /effluent exchanger 12-E-101 pada Atmospheric
Residue Hydrodemetallization Unit (AHU) pada periode 16 september 2017 sampai
dengan 30 september 2017 maka menurut kami perlu dilakukan beberapa hal,
antara lain :
1. Perlu dilakukan monitoring kinerja dari feed / effluent exchanger 12-E-101
secara berkala untuk menjaga kondisi alat tetap optimal, sehingga dapat
diketahui kapan perlu dilakukan proses cleaning.
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan kerja praktek yang kami lakukan di PT. PERTAMINA
(PERSERO) RU VI Balongan berupa orientasi-orientasi di berbagai unit dengan
ditunjang oleh data-data dari literatur dan petunjuk serta penjelasan dari operator
dan pembimbing dapat disimpulkan bahwa:
192
193
6.2. Saran
Berikut ini saran yang dapat kami sampaikan untuk PT. PERTAMINA
(PERSERO) RU VI Balongan yaitu :
PERTAMINA EXOR-1. 1992. Pedoman Operasi Kilang :Unit 15 RCC Unit . JGC
Corporation & Foster Wheeler (Indonesia) Limited.
Rama., dan Agung., Laporan Kerja Praktek PT. PERTAMINA (PERSERO) RU-VI
Balongan”, Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Jenderal
Achmad Yani, 2016 : Bandung.
Wibowo, Muhamad Laksamana., dan Nuha. Ahmad Ulin., Laporan Kerja Praktek
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU-VI Balongan”, Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia, 2016 :
Yogyakarta.
Kern, D.Q., 1950, “Process Heat Transfer”, Mc Graw-Hill International Book
Company
Perry, R.H., and Green, 1997, ”Perry’s Chemical Engineer’s Hand Book”, 7th
edition, McGraw-Hill International Book Company., New York
LAMPIRAN
2. Menghitung ΔTLMTD
Hot Fluid Keterangan Cold Fluid Difference
699.8 oF Higher temp 582,8 oF Δt2 = 117 oF
804.2 oF Lower temp 705.2 oF Δt1 = 99 oF
104,4 oF Difference 122,4 oF Δt2 – Δt1 = 18 oF
(𝛥𝑡2 – 𝛥𝑡1) 18
𝐿𝑀𝑇𝐷 = = = 107,75 ℉
𝛥𝑡2 117
𝑙𝑛 𝛥𝑡1 𝑙𝑛 99
𝑇1 − 𝑇2
𝑅= = 0,853
𝑡2 − 𝑡1
𝑡2 − 𝑡1
𝑆= = 0,553
𝑇1 − 𝑡1
Dari nilai R dan S diperoleh Ft = 0.810
LMTD terkoreksi (dt) = 𝐿𝑀𝑇𝐷 𝑥 𝐹𝑡
= 107.75 x 0.810 = 87.277 0F
3. Caloric Temperature
∆𝑡𝑐
= 0.85
∆𝑡ℎ
API crude = 22,3
Temp. Range of oil in shell (104,4)
Kc Shell Fig. 17 = 0.6
Fc Fig. 17 = 0.425
𝑇𝑐 = 𝑇2 + 𝐹𝑐 𝑥 (𝑇1 − 𝑇2 )
= 699.8 0F + 0.425 x (804.2 - 699.8) 0F
= 744,17 0F
𝑡𝑐 = 𝑡1 + 𝐹𝑐 𝑥 (𝑡2 − 𝑡1 )
= 582.8 0F + 0.425 x (705,2 – 582.8) 0F
= 634.82 0F
37,4014 45𝑖𝑛
𝑥 ×
37,4014 + 59,2445 0,748𝑖𝑛
𝐵𝑡𝑢
= 677,1378 = 59,2445
𝑓𝑡 ℎ𝑟 ℉
𝟏𝟏. 𝑴𝒆𝒏𝒄𝐚𝐫𝐢 ∅𝒔
𝟏𝟏. 𝑴𝒆𝒏𝒄𝐚𝐫𝐢 ∅𝒕
µw Fig. 14 = 0.43
µw Fig. 14 = 0.43
𝑙𝑏 0.14
1,2216 𝑙𝑏 0.14
∅𝑠 = ( ℎ𝑟 ℉ ) = 1.1574 3,1448
0,43 ∅𝑡 = ( ℎ𝑟 ℉ )
0.43
𝟏𝟐. 𝑪𝒐𝒓𝒓𝒆𝒄𝒕𝒆𝒅 𝑪𝒐𝒆𝒇𝒇𝒊𝒄𝒊𝒆𝒏𝒕
= 1.3212
ℎ𝑜
ho = 𝑥 ∅𝑠 𝟏𝟐. 𝑪𝒐𝒓𝒓𝒆𝒄𝒕𝒆𝒅 𝑪𝒐𝒆𝒇𝒇𝒊𝒄𝒊𝒆𝒏𝒕
∅𝑠
= 37,4014 𝑥 1,1574 ℎ𝑖𝑜
hio = 𝑥 ∅𝑡
∅𝑡
= 43,2884
= 59,2445 x 1,3212
= 78,2738
𝑛
𝑓𝑡 2
𝑎 = 0,2618
𝑙𝑖𝑛 𝑓𝑡
𝐴 = 𝑁 . 𝐿 . 𝑎𝑛 = 637 × 19,9114 × 0,817 = 10362,479
𝑄 2212423,6957 𝐵𝑡𝑢
𝑈𝑑 = = = 2,4463
𝐴 × ∆𝑡 10362,479 × 87,277 ℎ𝑟 𝑓𝑡 2 ℉
𝟏𝟓. 𝑴𝒆𝒏𝒄𝒂𝒓𝒊 𝑹𝒅
𝑈𝐶 − 𝑈𝐷 22.9273 − 2,4463
𝑅𝑑 = = = 0,3652 ℎ𝑟𝑓𝑡 2 ℉/𝐵𝑡𝑢
𝑈𝐶 × 𝑈𝐷 22.9273 × 2,4463
𝟏𝟔. 𝑴𝒆𝒏𝒄𝒂𝒓𝒊 𝜟𝑷
a. 𝐒𝒉𝒆𝒍𝒍 ∶ 𝑩𝒆𝒓𝒅𝒂𝒔𝒂𝒓𝒌𝒂𝒏 𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊 𝑹𝒆𝒔 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝑭𝒊𝒈. 𝟐𝟗; 𝒇 =
𝟎, 𝟎𝟎𝟐𝒇𝒕𝟐 /𝒊𝒏𝟐
𝐵𝑒𝑟𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛 ; 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑓𝑖𝑐 𝑔𝑟𝑎𝑣𝑖𝑡𝑦
= 0,920
𝐷𝑒 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 = 0,0608 𝑓𝑡
b. 𝑻𝒖𝒃𝒆 ∶ 𝑩𝒆𝒓𝒅𝒂𝒔𝒂𝒓𝒌𝒂𝒏 𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊 𝑹𝒆𝒕 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝑭𝒊𝒈. 𝟐𝟔 ; 𝒇 =
𝟎, 𝟎𝟎𝟏𝟖 𝒇𝒕𝟐 /𝒊𝒏𝟐
𝐵𝑒𝑟𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛 ; 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑓𝑖𝑐 𝑔𝑟𝑎𝑣𝑖𝑡𝑦
= 0,920
c. 𝑷𝒆𝒓𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈𝒂𝒏 𝑵 + 𝟏 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒔𝒉𝒆𝒍𝒍
𝑁 + 1 = 12 𝐿/𝐵
𝑁 + 1 = 12(6069𝑚𝑚/590𝑚𝑚)
𝑁 + 1 = 123,43729 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
d. 𝑷𝒆𝒓𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈𝒂𝒏 𝜟𝑷𝒔 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒔𝒉𝒆𝒍𝒍
𝑓 × 𝐺𝑠 2 × 𝐷𝑒 × (𝑁 + 1)
𝛥𝑃𝑠 =
5,22 × 1010 × 𝐷𝑒 × 𝑠 × ∅𝑠
0,002 × 262646,07052 × 0,0608 × 123,43729
=
5,22 × 1010 × 0,0608 × 0,920 × 1.1574
= 0,30625 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
e. 𝑷𝒆𝒓𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈𝒂𝒏 𝜟𝑷𝒕 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒖𝒃𝒆
𝑓 × 𝐺𝑡 2 × 𝐿 × 𝑛
𝛥𝑃𝑡 =
5,22 × 1010 × 𝐷 × 𝑠 × ∅𝑡
0,00035 × 698869,92742 × 20,0131 × 2
=
5,22 × 1010 × 0,0652 × 0,8909 × 1.3212
= 2,217594102 𝑃𝑠𝑖 = 0,155916 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
f. 𝑷𝒆𝒓𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈𝒂𝒏 𝜟𝑷𝒓 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒖𝒃𝒆
𝑣2
𝐹𝑖𝑔. 27 𝑏𝑒𝑟𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐺𝑡 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛 = 0,08
2𝑔
4𝑛 𝑣 2 4 ×2
𝛥Pr = = (0,08)
𝑠 2𝑔 0,920
= 0,695332 𝑃𝑠𝑖 = 0,048888 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
g. 𝑷𝒆𝒓𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈𝒂𝒏 𝜟𝑷𝑻 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒖𝒃𝒆
𝛥𝑃𝑇 = 𝛥𝑃𝑡 + 𝛥𝑃𝑟
= 2,217594102 𝑃𝑠𝑖 + 0,695332 𝑃𝑠𝑖
= 2,912926102 𝑃𝑠𝑖
= 0,20480 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
h. Efisiensi Heat Exchanger
𝑄 𝑇𝑢𝑏𝑒
ɳ=
𝑄 𝑆ℎ𝑒𝑙𝑙
2212423,6957
ɳ= 𝑥 100%
4001884,083
ɳ = 55,2846 %
LAMPIRAN 2 PERBANDINGAN NILAI Q SHELL DESAIN DAN AKTUAL
Q SHELL (btu/hr)
TANGGAL
DESAIN AKTUAL
01-Sep-17 881364,8827 1524408,107
02-Sep-17 881364,8827 1724208,509
03-Sep-17 881364,8827 1759483,591
04-Sep-17 881364,8827 1783610,757
05-Sep-17 881364,8827 1773452,092
06-Sep-17 881364,8827 1757654,581
07-Sep-17 881364,8827 1738798,916
08-Sep-17 881364,8827 1741363,119
09-Sep-17 881364,8827 1750063,4
10-Sep-17 881364,8827 1778427,882
11-Sep-17 881364,8827 1773643,225
12-Sep-17 881364,8827 1779659,789
13-Sep-17 881364,8827 1786945,983
14-Sep-17 881364,8827 1833631,747
15-Sep-17 881364,8827 1813335,608
LAMPIRAN 3 PERBANDINGAN NILAI Q TUBE DESAIN DAN AKTUAL
Q SHELL (btu/hr)
TANGGAL
DESAIN AKTUAL
01-Sep-17 2212423,696 4950150,792
02-Sep-17 2212423,696 4642546,319
03-Sep-17 2212423,696 4613411,255
04-Sep-17 2212423,696 4687037,619
05-Sep-17 2212423,696 4892203,177
06-Sep-17 2212423,696 4889571,719
07-Sep-17 2212423,696 4878961,556
08-Sep-17 2212423,696 4897690,079
09-Sep-17 2212423,696 4974799,229
10-Sep-17 2212423,696 5016288,618
11-Sep-17 2212423,696 4992699,823
12-Sep-17 2212423,696 5072998,324
13-Sep-17 2212423,696 4811323,602
14-Sep-17 2212423,696 4607991,952
15-Sep-17 2212423,696 4736910,899
LAMPIRAN 4 PERBANDINGAN NILAI Rd DESAIN DAN AKTUAL
Rd (m2 h oC/kcal)
TANGGAL
DESAIN AKTUAL
01-Sep-17 0,0748 0,017879186
02-Sep-17 0,0748 0,018999189
03-Sep-17 0,0748 0,019936241
04-Sep-17 0,0748 0,019759761
05-Sep-17 0,0748 0,018714373
06-Sep-17 0,0748 0,018857019
07-Sep-17 0,0748 0,018659953
08-Sep-17 0,0748 0,018574016
09-Sep-17 0,0748 0,018530546
10-Sep-17 0,0748 0,018759998
11-Sep-17 0,0748 0,018802028
12-Sep-17 0,0748 0,018434376
13-Sep-17 0,0748 0,019275968
14-Sep-17 0,0748 0,02061041
15-Sep-17 0,0748 0,01992765
LAMPIRAN 5 PERBANDINGAN NILAI EFISIENSI DESAIN DAN
AKTUAL
Efisiensi (%)
TANGGAL
DESAIN AKTUAL
01-Sep-17 55,2846 86,44162318
02-Sep-17 55,2846 86,49542672
03-Sep-17 55,2846 86,42229535
04-Sep-17 55,2846 85,76057215
05-Sep-17 55,2846 86,46306904
06-Sep-17 55,2846 87,03708688
07-Sep-17 55,2846 87,37253385
08-Sep-17 55,2846 87,32710505
09-Sep-17 55,2846 87,80360951
10-Sep-17 55,2846 87,39754514
11-Sep-17 55,2846 87,29134731
12-Sep-17 55,2846 87,20187834
13-Sep-17 55,2846 85,92209358
14-Sep-17 55,2846 83,98283426
15-Sep-17 55,2846 84,59051085