You are on page 1of 11

DAFTAR ISI

BAB I ......................................................................................................................... ii

PENDAHULUAN ..................................................................................................... ii

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................... ii

B. Rumusan Masalah .............................................................................................. ii

C. Tujuan Pembahasan .......................................................................................... iii

BAB II.........................................................................................................................1

PEMBAHASAN .........................................................................................................1

A. Pengertian Jumlah Ismiyah .................................................................................1

B. Pengertian Mubtada’ ...........................................................................................2

C. Pengertian Khobar...............................................................................................3

D. Kaidah-kaidah yang Terkait dengan Jumlah ismiyah .........................................3

BAB III .......................................................................................................................6

PENUTUP ..................................................................................................................7

A. Kesimpulan .........................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................8

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur’an dan Hadits. Umat Islam tidak akan bisa
menggali, mengetahui, dan memahami ajaran Islam yang sesungguhnya tanpa
memiliki kemampuan menggali, mengetahui, memahami, dan menguasai bahasa
Arab. Ilmu Nahwu adalah ilmu yang membahas tentang kaidah-kaidah yang
digunakan untuk mengetahui hukum kalimat berbahasa Arab.

Dalam bahasa arab terdapat ilmu yang mempelajari tentang tata bahasa arab.
Ilmu tata bahasa arab merupakan bagian ilmu terpenting dalam agama islam,
karena faktanya seluruh sumber asli ajaran islam seperti Alquran dan Alhadis
berbahasa arab. Salah satu bahasan dari ilmu tata bahasa arab/ilmu nahwu adalah
bab tentang jumlah ismiyah, atau dalam artian jumlah yang terdiri dari isim
(mubtada’ dan khobar).

Mubtada’ ialah isim marfu’(isim yang dibaca rofa’) yang bebas dari awamil
lafdhiyah. Dengan kata lain bersifat maknawi, yaitu dimarfu’kan‫ و‬oleh karena
menjadi ibtida’/mubtada’ atau permulaan kata.1

Sementara khobar adalah isim yang dirofa’kan yang disandarkan kepada


mubtada’ Maksudnya yakni tidak akan ada khobar kalau tidak ada mubtada dan
mubtada itulah yang merofa’kan khobar.2

Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan lebih lanjut dalam pembahasan berikut
ini.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian jumlah ismiyah?
2. Pengertian mubtada’?

Syekh Syamsuddin Muhammad Arra’ini, Terjemahan Mutammimah Ajurumiyah, (cet: 11,


1

Bandung, Sinar Baru Algesindo, Agustus 2010), h. 141.

d, h. 145.

ii
3. Pengertian khobar?
4. Kaidah-kaidah yang Terkait dengan Jumlah ismiyah?

C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui pengertian jumlah ismiyah
2. Mengetahui pengertian mubtada
3. Mengetahui pengertian khobar
4. Mengetahui kaidah-kaidah yang Terkait dengan Jumlah ismiyah

iii
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Jumlah Ismiyah


Jumlah ismiyah terdiri dari dua suku kata, yaitu jumlah dan ismiyah, dimana
dalam bahsasa Indonesia jumlah diartikan sebagai kalimat atau dalam bahsa iggris
disebut sentence. Adapun kata ismiyah berasal dari kata isim, dimana isim
menurut ulama nahwu merupakan kata yang menunjukkan suatu makna yang ada
pada zatnya dan tidak terikat oleh waktu atau lebih simplenya bermakna “nama”.
Sehingga ketika kedua kata tersebut digabung menjadi satu “jumlah ismiyah”,
maka lahirlah pengertian dari beberapa ulama nahwu. Diantaranya:

3
‫كل جملة تتر كب من مبتد ا وخبرتسمى جملة اسمية‬

Jadi jumlah ismiyah yaitu kalimat yang terdiri dari mubtada (pokok kalimat) dan
khabar (kabar). Adapun pendapat lain mengatakan bahwa “Jumlah ismiyah
merupakan susunan kalimat yang diawali dengan Isim (kata benda).”4

Dari pengertian-pengertian diatas maka dapat dikatakan bahwa jumlah ismiyah


yaitu susunan kalimat yang terdiri dari mubtada’ dan khabar. Mubtada’ adalah
isim yang dii’rab rafa’ sebagai pokok kalimat dan biasanya berada di awal
susunan kalimat. Sedangkan khabar adalah isim yang di’i’rab rafa’ yang
menerangkan tentang mubtada’. Biasanya khabar ini disebutkan setelah
mubtada’.Contoh :

Dosen itu Tampan ‫األستاذ جمپل‬

Kata ‫ األستاذ‬pada contoh diatas merupakan bagian dari kata benda (isim/nama) atau
kata yang tidak terikat dengan waktu, kedudukanya yaitu sebagai pokok kalimat.
Adapun kata ‫ جميل‬kedudukanya ialah sebagai kabar yang menerangkan tentang
‫األستاذ‬.

3
Moh. Thalib, Tata Bahasa Arab, (Bandung: PT al-Ma’rif, 2002) h. 68

4
Shahib Khaironi, ‫( العراب لغير العربية‬Beirut: al-Maktabah al-Ashiriah), 1984. h. 132

1
B. Pengertian Mubtada’
.‫ هواالسم المرفوع العارى عن العوامل اللفظية‬: ‫المبتدأ‬

Mubtada’ adalah isim marfu’ yang bebas dari awamil lafdhiyah. Dengan kata
lain bersifat maknawi, karena menjadi ibtida’/mubtada’ (permulaan kata)5.

Contoh :

ِ ‫زَ يْد ن‬
‫َاصر‬

Diterangkan dalam kitab mutamimah ajurumiyah bahwa mubtada’ dibagi menjadi


dua yaitu :

1. Mubtada’ isim dhohir


Mubtada’ isim dhohir adalah kata benda yang nampak atau kalimat
isim yang dapat dilihat dengan mata dan dapat diucapkan dengan
lisan.

Contoh:

‫زَ يْد قَائِم‬

2. Mubtada’ isim dhomir


Mubtada’ isim dhomir adalah kata ganti dari kata benda atau kalimat
isim yang tidak dapat dilihat dengan mata dan tidak dapat diucapkan
oleh lisan. isim dhomir ada 12 yaitu : ‫(انا‬saya), ‫(نحن‬kami atau kita),
َ‫(انت‬kamu -laki-laki), ‫ت‬
ِ ‫(ان‬kamu -perempuan), ‫(انتما‬kamu berdua
-laki-laki/perempuan), ‫(انتم‬kalian -laki-laki), ‫(انتن‬kalian
-perempuan), ‫(هو‬dia -laki-laki), ‫(هي‬ia -perempuan), ‫(هما‬mereka
berdua -laki-laki/perempuan), ‫(هم‬mereka semua -laki-laki), ‫هن‬
(mereka semua -perempuan) Contoh :

‫اَنَا قَائِم‬

‫نَحْ ُن قَائِ ُم ْون‬

5
Sayyid Ahmad bn Zaini Dahlan, Syarah Mukhtashor Jiddan ‘ala Matn al-Ajurumiyyah,
(Indonesia: Daru Ihya’ al-Kutub al-Arabiyyah, t.th.), h. 15.

2
C. Pengertian Khobar
.‫الخبر هو اإلسم المرفوع المسند إليه‬

Khobar ialah : isim yang dirofa’kan yang disandarkan kepada mubtada’


Maksudnya yakni tidak akan ada khabar kalau tidak ada mubtada dan
mubtada itulah yang merofa’kan khabar.

Contoh:

ٌ‫زَ يْد قَائِم‬

D. Kaidah-kaidah yang Terkait dengan Jumlah ismiyah


Pada jumlah Ismiyah terdapat kaidah-kaidah, dimana kaidah-kaidah tersebut
sangatlah penting. Sehingga sebaagian literatur yang membahas tentang tata bahasa
Arab membahas kaidah-kaidah tersebut. Dianta kaidah-kaidah yang dimaksud
adalah:

1. Dalam jumlah ismiyah akhir kata ditandai dengan rofa` (dommaah, wau
dan alif).6 Namun terkadang juga fathah jika isim tersebut mabni.

Contoh :

Diakhir kata ُ‫ ال َبيْت‬dan ‫ص ِغيْر‬


َ terdapat
tanda baca domma dan dommatain.
َ ُ‫البَيْت‬
‫ص ِغيْر‬
itulah yang disebut dengan marfu`
biddomah.

Salah satu tanda rofa` dalam jumlah


ismiyah yaitu huruf wau diakhir kata.
َ‫ال ُم ْس ِل ُم ْونَ َم ِهي ُْر ْون‬
َ‫ ال ُم ْس ِل ُم ْون‬dan ‫ َم ِهي ُْر ْون‬masing masing
diakhir kata terdapat wau.

Tanda rofa` dalam jumlah ismiyah juga


dapat berbentuk alif diakhir kata.
‫ان‬
ِ ‫عاِل َم‬
َ ‫ان‬ َ ‫ال‬
ِ َ‫طا ِلب‬
َ ‫ال‬
‫طا ِل َبان‬ dan ‫ان‬
ِ ‫َعاِل َم‬ masing masing

6
Manuddin sukamto, Tata Baha Arab Sisitematis ( Cet .X; Yogyakarta: Nurma Media Idea,
2005), h. 82.

3
diakhirikata terdapat alif.

2. Pokok kalimat (mubtada`) harus berupa Isim Ma’rifah.7 Yang di maksud


Isim Ma’rifah adalah Isim yang sudah jelas maknanya.

Contoh :

Pokok kalimat pada jumlah ismiah


disamping adalah domir َ‫( اَ ْنت‬kata ganti
‫ا َ ْنتَ ُمدَ ِرس‬
orang) dan sebagaimana kita ketahui
bahwa domir itu sifatnya jelas (Kamu seorang guru)
(ma`rifah).

Pokok kalimat pada jumlah ismiah


disamping yaitu ‫ فصل‬yang artinya kelas
namun seletah dimasuki alif dan lam
maka artinya berubah menjadi kelas itu. ‫الفصل جميل‬
Sebagaimana kaidah dalam bahasa arab,
(kelas itu indah)
bahwa kata benda yang sifatnya masih
umum, ketika dimasuki alif dan lam
maka sifatnya menjadi khusus.

Pokok kalimat pada jumlah ismiah


disamping yaitu isim alam (nama
‫روحل يوسف شرطي‬
orang). Dan kaidah bahasa arab
mengatakan bahwa isim alam adalah (Ruhul Yusuf seorang
ma`rifah Polisi)

7
Manuddin sukamto, Tata Baha Arab Sisitematis ( Cet .X; Yogyakarta: Nurma Media Idea,
2005), h. 83.

4
3. khabar (kabar) dari jumlah ismiyah merupakan isim nakirah. 8 Yang
dimaksud dengan isim nakirah yaitu isim yang maknanya masih bersifat
umum. Biasanya ditandai dengan tanwin.

Contoh :

Kata ‫ نظيف‬memjelaskan keadaan kelas


yang bersih, namun belum diketahui
‫الفصل نظيف‬
bahwa bahagian kelas mana yang bersik.
Dalam artian bahwa kata bersih masih (Kelas itu bersih)
bersifat umum

Kata ‫ طويل‬menjelaskan bahwa Ahmad


itu tinggi, namun masih bersifat umum.
‫احمد مرتفع‬
Belum diketahui secara pasti bahwa apa
yang tinggi dari Ahmad (Ahmad tinggi)

4. Mubtada’ (pokok kalimat) dan khobar (kabar) harus sisitimatis dalam


hal muannas dan muzakar serta mufrod, musanna dan jama’nya.9

Contoh :

Pokok kalimat yaitu ُ‫اط َمة‬


ِ َ‫ ف‬dan kabarnya
adalah ‫ َج ِم ْيلَة‬. Keduanya merupakan
‫اط َمةُ َج ِم ْيلَة‬
ِ َ‫ف‬
muannas.

Kata ‫ زَ يْد‬adalah muzakkar dan kata ‫َج ِميْل‬

8
ibid, h 85.

9
Manuddin sukamto, Tata Baha Arab Sisitematis ( Cet.X;Yogyakarta: Nurma Media Idea,
2005), hlm. 87.

5
juga muzakkar. ‫زَ يْد َج ِميْل‬

Pokok kalimat yaitu ‫ التلميذان‬sedangkan


kabarnya ‫ماهران‬. Antara pokok kalimat
‫التلميذان ماهران‬
dan kabar keduanya adalah mutsanna,

Kata ‫ الطالبون‬adalah jama muzakkar


begitupula kata ‫ ضاحكون‬juga harus jama
‫الطالبون ضاحكون‬
muzakkar.

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan jumlah ismiyah yang telah saya paparkan dalam
pembahasan makalah ini, maka dapat disimpulkan bahwa: jumlah ismiyah yaitu
susunan kaliamt yang terdiri dari mubtada’ dan khabar. Mubtada’ adalah isim
yang dii’rab rafa’ sebagai pokok kalimat dan biasanya berada di awal susunan
kalimat. Sedangkan khabar adalah isim yang di’i’rab rafa’ yang menerangkan
tentang mubtada’. Ataupun sesuatu yang dapat menyempurnakan makna
mubtada’. Dan kaidah yang terkait dengan jumlah ismiyah. Dintaranya: 1. Dalam
jumlah Ismiah akhir kata ditandai dengan rofa`. Yaitu; dommaah, wau dan alif.
Namun terkadang juga fathah jika isim tersebut mabni. 2. Pokok kalimat
(mubtada’) harus berupa Isim Ma’rifah. Yang di maksud Isim Ma’rifah adalah
Isim yang sudah jelas maknanya. 3. Kabar (khabar) dari jumlah ismiyah
merupakan isim nakirah. 4. Pokok kalimat (Mubtada’) dan kabar (khobar) harus
sistimatis dalam hal muannas dan muzakar serta mufrod, musanna dan jama’nya.

7
DAFTAR PUSTAKA
Khoironi Shahib. ‫ العراب لغير العربية‬Beirut: al-Maktabah al-Ashiriah. 1984.

Muhammad Arra’ini Syamsuddin. Terjemahan Mutammimah Ajurumiyah.


Bandung, Sinar Baru Algesindo, 2010.

Sayyid Ahmad bn Zaini Dahlan, Syarah Mukhtashor Jiddan ‘ala Matn


al-Ajurumiyyah, Indonesia: Daru Ihya’ al-Kutub al-Arabiyyah. t.th.

Sukamto, Manuddin, Tata Baha Arab Sisitematis, Yogyakarta: Nurma Media Idea.
2005.

Thalib Moh. Tata Bahasa Arab, Bandung: PT al-Ma’rif, 2002.

You might also like