You are on page 1of 15

1

PENINGKATAN MOTIVASI DAN KETERAMPILAN


SPEAKING MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)
KELAS X SMAN 8 BANDAR LAMPUNG

Oleh:

Yudi Eka Pratama, Ujang Suparman, Herpratiwi


FKIP Unila, Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung
e-mail : yoedee_tama@yahoo.com
Hp. 08669601201

Abstract: To Increase the Motivation and Speaking of Students at the First


Grade of SMAN 8 Bandar Lampung through Cooperative Learning of
Teams Games Tournament (TGT). This study aims to analyze the lesson plans,
learning implementation, evaluation of learning process and the learning result for
increasing the students’ motivation and speaking skill. The research is classroom
action research which is divided into three cycles on students of 10th1 and 10th2
grades of SMAN 8 Bandar Lampung. Data collection uses observation,
questionnaire, and oral test. Data analysis uses qualitative descriptive. The results
show that (1) Lesson plan uses procedures as follow: grouping students, telling
the objective of the lesson by giving a game as brainstorming, discussing group
work, doing tournament, and giving a reward to students’ group; (2) Students’
activities such as discussing group work actively, learning the lesson based on the
rule of game, practicing of using English, and answering teacher’s question
bravely have improvement in the third cycle to be 76%; (3) Learning assessment
system uses APKG, observation of students' learning activities, questionnaire, and
oral test both in group and in individual; (4) There is improvement of motivation
and speaking skill of students. In the third cycle, there are 80% students who have
high motivation in learning. In another side, the speaking skill of students has a
progress where in the third cycle there are 10 groups categorized as great teams
and 2 groups categorized as good teams in the group assessment. Meanwhile for
individual assessment, the speaking skill of students improves to be 76% in the
third cycle.

Keywords: Cooperative Learning TGT, Motivation, Speaking.

Abstrak : Peningkatan Motivasi Belajar dan Keterampilan Speaking


Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Kelas X SMA Negeri 8
Bandar Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perencanaan
pembelajaran, proses pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, hasil
pembelajaran yaitu peningkatan motivasi dan keterampilan berbicara. Penelitian
menggunakan PTK dengan 3 siklus pada siswa kelas X1 dan X2 SMAN 8 Bandar
Lampung. Pengumpulan data menggunakan observasi, kuesioner dan tes lisan.
Data dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan (1) RPP
2

dirancang dengan langkah-langkah: mengelompokkan siswa, menyampaikan


tujuan pembelajaran dengan memberikan stimulus terlebih dahulu berupa
permainan, siswa mendiskusikan tugas kelompok, melakukan turnamen, dan
memberikan penghargaan (reward) kepada kelompok siswa; (2) aktivitas siswa
dalam keaktifan dan kerjasama dalam diskusi kelompok, melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan aturan permainan, berlatih menggunakan bahasa
Inggris, dan keberanian menjawab pertanyaan guru mengalami peningkatan pada
siklus III menjadi 76%; (3) sistem penilaian pembelajaran melalui APKG,
observasi aktivitas belajar siswa, kuesioner, dan tes lisan kelompok dan individu;
(4) Motivasi belajar dan keterampilan speaking siswa meningkat. Motivasi belajar
siswa pada siklus III meningkat menjadi 80% yang memiliki mtoivasi belajar
yang tinggi. Sedangkan keterampilan speaking siswa dalam setiap kelompok
meningkat dimana pada siklus III 10 kelompok dikategorikan dalam kelompok
great team dan 2 kelompok dikategorikan dalam kelompok good team. Sedangkan
keterampilan speaking individu siswa mengalami peningkatan di mana pada
siklus III terdapat 76% yang mencapai ketuntasan klasikal.

Kata kunci: Motivasi, Pembelajaran kooperatif TGT, Speaking.

PENDAHULUAN

Berdasarkan Kurikulum Tingkat descriptive, dan news item.


Satuan Pendidikan (KTSP) telah (Depdiknas: 2005).
dirumuskan standar kompetensi dan
Salah satu aspek berbahasa yang
kompetensi dasar untuk mata
harus dikuasai oleh siswa adalah
pelajaran Bahasa Inggris di SMA
berbicara, sebab keterampilan
yang harus dimiliki oleh peserta
berbicara menunjang keterampilan
didik. Kompetensi tersebut terdiri dari
lainnya. Keterampilan berbicara
mendengarkan (listening), berbicara
bukanlah sebuah keterampilan yang
(speaking), membaca (reading), dan
langsung dimiliki oleh setiap individu
menulis (writing). Kompetensi dasar
melainkan butuh latihan dan
berbicara (speaking) adalah
pengarahan intensif. Hal ini
mengungkapkan makna dalam teks
dinyatakan oleh Farris (Supriyadi,
monolog sederhana dengan
2005:179) bahwa pembelajaran
menggunakan ragam bahasa lisan
keterampilan berbicara penting
secara akurat, lancer, dan berterima
dikuasai siswa agar mampu
dalam konteks kehidupan sehari-hari
mengembangkan kemampuan
dalam teks berbentuk: narrative,
3

berpikir, membaca, menulis, dan Berdasarkan pengamatan peneliti


menyimak. yang sekaligus sebagai guru Bahasa
Inggris di sekolah tersebut untuk
Namun pada kenyataannya,
kompetensi speaking, peneliti
pembelajaran yang terjadi dalam
mencatat data hasil belajar siswa
pembelajaran bahasa inggris masih di
dalam ulangan harian masih belum
dominasi oleh guru sehingga siswa
sesuai dengan yang diharapkan, yaitu
masih cenderung pasif yang
dari 32 siswa hanya 6 siswa saja di
mengakibatkan keterampilan
kelas X1 dan7 siswa dari 34 siswa di
berbicara siswa menjadi rendah. Hal
kelas X2 yang nilainya memenuhi
ini di dukung oleh Badudu
ketuntasan minimal yaitu 70. Nilai
(1993:131) dimana pelaksanaan
tersebut diperoleh dari komponen
pembelajaran bahasa dari jenjang
kebahasaan, yaitu pronounciation
Sekolah Dasar sampai Sekolah
(pelafalan), grammar (tata bahasa),
Menengah Atas masih terkesan
intonation (intonasi), content (isi),
bahwa guru terlalu banyak menyuapi
dan fluency (kelancaran).
materi, guru kurang mengajak siswa
untuk lebih aktif menyimak, Selain itu terdapat beberapa kendala
berbicara, membaca, dan menulis. terkait motivasi belajar siswa kelas
X1 dan X2 SMA Negeri 8 Bandar
Berdasarkan hasil observasi terhadap
Lampung yang termasuk kedalam
pembelajaran bahasa Inggris di kelas
kategori motivasi rendah. Kendala
X SMAN 8 Bandar Lampung,
yang dihadapi diantaranya: 1) para
diketahui bahwa metode yang
siswa terlihat malas dalam
digunakan dalam pembelajaran
mengerjakan tugas yang diberikan
cenderung monoton seperti metode
baik tugas di sekolah maupun tugas
ceramah diselingi tanya jawab.
dirumah, 2) sebagian besar siswa
Penggunaan metode ini kurang
asyik bermain handphone mereka
melibatkan siswa dalam kegiatan
masing-masing, 3) siswa kurang
pembelajaran, sehingga siswa
kreatif dalam pembelajaran dimana
terkadang terlihat bosan, tidak
para siswa hanya meniru contoh yang
memperhatikan penjelasan guru
telah diberikan guru, 4) sebagian
sehingga siswa menjadi pasif.
besar siswa berbicara kepada
4

temannya bahkan diantaranya Berdasarkan deskripsi permasalahan


bermain-main sendiri ketika proses pembelajaran diatas, peneliti
pembelajaran berlangsung, 5) dalam memberikan penyelesaian atau solusi
proses pembelajaran, ketika siswa permasalahan yang ada dan mencoba
diberikan pertanyaan maka hampir meningkatkan motivasi dan
semuanya diam. Kondisi ini keterampilan berbicara siswa dalam
menyebabkan proses pembelajaran pembelajaran Bahasa Inggris. dengan
Bahasa Inggris tidak berjalan sesuai menggunakan model pembelajaran
yang diharapkan. kooperatif tipe TGT.

Dalam pembelajaran Bahasa Inggris Teori behaviorisme yang


melalui pendekatan yang inovatif dan disumbangkan oleh John Locke
kreatif, maka proses pembelajaran menekankan adanya hubungan antara
keterampilan berbicara (speaking stimulus (S) dengan respons (R)
skill) bisa berlangsung aktif, efektif, secara umum dapat dikatakan
dan menyenangkan (Sriwilani, 2010: memiliki arti yang penting bagi siswa
6). untuk meraih keberhasilan belajar.
Caranya, guru banyak memberikan
Salah satu model pembelajaran
stimulus dalam proses pembelajaran,
kooperatif yang tepat untuk
dan dengan cara ini siswa akan
membelajarkan siswa adalah dengan
merespons secara positif apa lagi jika
tipe Team Game Tournament (TGT).
diikuti dengan adanya reward yang
Pada tipe ini seorang guru bisa
berfungsi sebagai reinforcement
menerapkan beberapa metode
(penguatan terhadap respons yang
pembelajaran dalam satu rencana
telah ditunjukkan).
pembelajaran, misalnya, pada saat
penyajian materi, guru menerapkan Beberapa prinsip tersebut adalah: 1)
metode ceramah, pada saat belajar Teori ini beranggapan bahwa yang
kelompok, guru menerapkan metode dinamakan belajar adalah perubahan
diskusi, dan pada saat turnamen bisa tingkah laku. 2) Teori ini
diterapkan metode permainan atau beranggapan bahwa yang terpenting
sejenis perlombaan tertentu yang dalam belajar adalah adanya stimulus
membuat suasana kelas lebih hidup. dan respons, sebab inilah yang dapat
5

diamati. 3) Reinforcement, yakni apa pembelajaran dimana siswa belajar


saja yang dapat menguatkan dan bekerja dalam kelompok-
timbulnya respons, merupakan faktor kelompok kecil secara kolaboratif
penting dalam belajar. Respons akan yang anggotanya 4-6 orang dengan
semakin kuat apabila reinforcement struktur kelompok heterogen. Model
(baik positif maupun negatif) pembelajaran koperatif adalah
ditambah. rangkaian kegiatan belajar yang
dilakukan oleh siswa dalam
Selain itu, teori belajar yang
kelompok-kelompok tertentu untuk
digunakan adalah teori belajar
mencapai tujuan pembelajaran yang
humanisme. Pembelajaran
telah dirumuskan.
berdasarkan teori ini cocok untuk
diterapkan pada materi-materi Hubungan kerja seperti itu
pembelajaran yang bersifat memungkinkan timbulnya persepsi
pembentukan kepribadian, hati yang positif tentang apa yang dapat
nurani, perubahan sikap, dan analisis dilakukan siswa untuk mencapai
terhadap fenomena sosial. Indikator keberhasilan belajar berdasarkan
dari keberhasilan aplikasi ini adalah kemampuan dirinya secara individu
siswa merasa senang bergairah, dan andil dari anggota kelompok lain
berinisiatif dalam belajar dan terjadi selama belajar bersama dalam
perubahan pola pikir, prilaku dan kelompok.
sikap atas kemauan sendiri. Dalam
Jadi hal yang menarik dari strategi
hal ini terdapat kaitannya dengan
pembelajaran dengan pendekatan
pembelajaran kooperatif dimana
kooperatif adanya harapan selain
siswa akan terlibat aktif dalam
memiliki dampak pembelajaran, yaitu
kegiatan pembelajaran yang lebih
berupa peningkatan belajar siswa
mengutamakan kegiatan
(student achievement) juga
berkelompok.
mempunyai dampak pengiring seperti
Menurut Slavin (1985) dalam relasi sosial, penerimaan terhadap
bukunya Isjoni (2010: 12) siswa yang dianggap lemah, harga
mengatakan, bahwa pembelajaran diri, norma akademik, dan memberi
kooperatif adalah suatu model pertolongan pada yang lain.
6

Adapun karakteristik pembelajaran kelompok yang tidak mengerti


kooperatif adalah sebagai berikut: dengan tugas yang diberikan, maka
 Siswa bekerja dalam kelompok anggota kelompok yang lain
untuk menuntaskan materi belajar bertanggung jawab untuk
 Kelompok dibentuk dari siswa memberikan jawaban atau
yang memiliki keterampilan menjelaskannya, sebelum
tinggi, sedang dan rendah. mengajukan pertanyaan tersebut
 Bilamana mungkin, anggota kepada guru. Akhirnya untuk
kelompok berasal dari ras, memastikan bahwa seluruh anggota
budaya, suku, dan jenis kelamin kelompok telah menguasai pelajaran,
yang berbeda. maka seluruh siswa akan diberikan
 Penghargaan lebih berorientasi permainan akademik.
kelompok ketimbang individu
Menurut Slavin (2008: 161) dalam
(Ibrahim. dkk, 2000 : 6).
penerapan pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif yang tipe TGT ada beberapa tahapan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah perlu ditempuh, yaitu:
Teams Games Tournament (TGT). 1. Presentasi kelas (Teach)
TGT adalah salah satu tipe 2. Belajar Kelompok (Team Study)
pembelajaran kooperatif yang 3. Permainan (Game tournament)
menempatkan siswa belajar dalam 4. Penghargaan Kelompok (Team
kelompok - kelompok dengan Rcognition).
beranggotakan 4 sampai 6 orang
Dalam menentukan poin, berikut
siswa yang memiliki kemampuan,
merupakan cara penghitungan skor
jenis kelamin dan suku ras yang
baik secara individu dan kelompok:
berbeda.
a) Menghitung Skor Individu
Menurut Slavin (2005: 169) guru Menurut Slavin (Rusman, 2011: 216),
menyajikan materi, dan siswa bekerja Tabel 2.1 Penghitungan Skor Individu
dalam kelompok mereka masing- No Nilai Tes Skor Per-
kembangan
masing. Dalam kerja kelompok guru
1 Lebih dari 10 0 poin
memberikan tugas kepada setiap poin di bawah
skor dasar
kelompok. Apabila dari anggota
2 10 sampai 1 10 poin
7

poin dibawah pembelajaran kooperatif tipe


skor dasar
TGT.
3 Skor 0 sampai 20 poin
10 di atas skor
dasar METODE PENELITIAN
4 Lebih dari 10 30 poin
poin di atas Penelitian ini menggunakan teknik
skor dasar
Pekerjaan Penelitian Tindakan Kelas
sempurna (Classroom Action Reserarch).
5 (tanpa 30 poin
memperhatikan Menurut Arikunto (2007: 17)
skor dasar)
penelitian tindakan kelas terdiri dari
empat tahapan yaitu: perencanaan
b) Menghitung Skor Kelompok
Tabel 2.2 Kriteria Penghargaan (planning), tindakan (acting),
Kelompok pengamatan (observing), refleksi

Kriteria (Rerata (reflecting).


Predikat
Kelompok)
0≤N≤5 Tim Kurang Penelitian tindakan kelas ini
Baik
dilakukan di SMAN 8 Bandar
6 ≤ N ≤ 15 Tim Baik
(Good Team) Lampung, pada anak kelas X1 dan
16 ≤ N ≤ 20 Tim Baik
X2, tahun pelajaran 2012-2013, yang
Sekali (Great
berjumlah 66 siwa dengan rincian
Team)
kelas X1 sebanyak 34 siswa dan
21 ≤ N ≤ 30 Tim Istimewa kelompok X2 sebanyak 32 siswa.
(Super Team) Kegiatan penelitian ini dilaksanakan
Penelitian ini bertujuan untuk: pada semester genap tahun pelajaran
1. Menganalisis perencanaan pem- 2012–2013. Tindakan ini dilakukan
belajaran, dalam 3 siklus yang terdiri dari 2 kali
2. Pelaksanaan pembelajaran, dan pertemuan dalam setiap siklusnya.
evaluasi pembelajaran dengan Indikator keberhasilan dari penelitian
menggunakan pembelajaran tindakan ini adalah:
kooperatif tipe TGT, 1. Penilaian rencana pelaksanaan
3. Serta peningkatan keterampilan pembelajaran (RPP), dikatakan
berbicara dan motivasi belajar berhasil bila telah mencapai skor
siswa dengan menggunakan rata-rata 4 dengan kategori baik.
8

2. Penilaian pelaksanaan digunakan untuk mengetahui dan


pembelajaran speaking siswa mengukur motivasi siswa setelah
melalui pembelajaran kooperatif diterapkannya pembelajaran
tipe TGT dilihat dari peningkatan kooperatif tipe TGT.
aktivitas siswa yang diamati 4. Lembar observasi keterampilan
dalam mengikuti setiap tahapan berbicara siswa, digunakan untuk
kegiatan pembelajaran. Indicator mengetahui dan mengukur
tercapai apabila siswa yang aktif keterampilan berbicara siswa
dalam proses pembelajaran setelah diterapkannya
mencapai 75%. pembelajaran kooperatif tipe TGT
3. Penilaian motivasi belajar siswa yang terdiri dari komponen-
dikatakan berhasil apabila 75% komponen seperti: vocabulary,
siswa memperoleh kategori pronounciation, accuracy, dan
motivasi tinggi. fluency (Depdiknas, 2005).
4. Keterampilan berbicara bahasa
HASIL DAN PEMBAHASAN
inggris siswa dikatakan berhasil
apabila siswa yang tuntas Hasil Penelitian
mendapat nilai KKM ≥ 70
mencapai 75%. vocabulary. 4.1 Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (APKG 1)
Instrumen yang digunakan dalam Hasil yang diperoleh dari Perencanaa
penelitian ini adalah sebagai berikut: Pelaksanaan Pembelajaran pada
1. Alat Penilaian Kemampuan Guru ketiga siklus adalah sebagai berikut :
(APKG), yaitu lembar observasi
untuk menilai kemampuan guru SKOR APKG
dalam merencanakan 6

pembelajaran. 4

2. Lembar observasi aktivitas siswa, 2

digunakan untuk mengamati 0


Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
aktivitas yang dilakukan siswa
selama proses pembelajaran. Gambar 4.1 Perbandingan Persentase
Nilai Alat Penilaian
3. Angket kuesioner motivasi siswa, Kinerja Guru (APKG 1)
merupakan daftar pertanyaan yang Siklus I, II, dan III.
9

4.2 Aktivitas Siswa kegiatan turnamen dengan


Hasil peningkatan aktivitas siswa menggunakan pembelajaran
dalam proses pembelajaran pada kooperatif tipe TGT.
setiap siklusnya ditunjukkan pada
diagram batang berikut : Predikat Siklus Sik. Sik.
80
Team 1 2 3
70 X X X X X X
60 1 2 1 2 1 2
50 Bad Team 6 6
40 (30-39)
30 Kelas X.1 Good Team 6 6 2
20 Kelas X.2 (40-44)
10 Great Team 4 6
0 (45-49)
Super Team
(50 ke atas)
Total 6 6 6 6 6 6
Gambar 4.2 Perbandingan Persentase Gambar 4.4 Hasil Keterampilan
Aktivitas Siswa Siklus I, Berbicara Setiap
II, dan III. Kelompok dalam
Kegiatan Turnamen
4.3 Motivasi Siswa pada Siklus I, II, dan III
Hasil peningkatan motivasi siswa Penguasaan keterampilan berbicara
dalam diagram berikut : yang diperoleh siswa berdasarkan tes
81 79
80 lisan pada setiap akhir pembelajaran,
70
60 53
50
disajikan dalam diagram berikut :
50 32
40 31 Kelas X. 1
30
20 80
10
0 Kelas X. 2 60

40
Kelas X.1
20
Kelas X.2
0
Gambar 4.3 Perbandingan Persentase
Motivasi Siswa Siklus I, Siklus I Siklus II Siklus
III
II, dan III.

4.4 Keterampilan Berbicara Gambar 4.5 Perbandingan Persentase


Siswa Penguasaan
Keterampilan yang
Hasil keterampilan berbicara setiap Diperoleh Siswa pada
Akhir Pembelajaran
kelompok yang diperoleh pada Siklus I, II, dan III
10

Pembahasan peneliti menjelaskan materi secara


umum sehingga para siswa kelihatan
4.1 Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran masih belum terlalu bersemangat
mengikuti materi. Namun pada siklus
Rencana pelaksanaan pembelajaran
selanjutnya peneliti memasukkan
ini terdiri dari 6 aspek yaitu (1)
unsur game pada sesi pemanasan
menetukan bahan pembelajaran dan
(brainstorming) sehingga siswa siap
merumuskan tujuan, (2)
dan semangat dalam mengikuti proses
mengembangkan dan
pembelajaran selanjutnya.
mengorganisasikan materi, media,
dan sumber belajar, (3) merencanakan Dapat diketahui bahwa berbagai
skenario pembelajaran, (4) merancang aspek pengelolaan kelas meliputi
pengelolaan kelas, (5) merencanakan peran guru, pengelompokkan siswa
prosedur, jenis, dan menyiapkan alat dan aturan permainan dapat
penilaian, serta (6) tampilan dokumen meningkatkan motivasi dan
rencana pembelajaran. keterampilan siswa dalam
pembelajaran yang lebih merata dan
Hasilnya adalah rencana pelaksanaan
efektif.
pembelajaran setiap siklus mengalami
peningkatan. Terutama pada aspek Hal ini sejalan dengan penemuan
mengembangkan dan Slavin (2008) dimana Teams Games
mengorganisasikan materi, media, Tournament (TGT) adalah model
dan sumber belajar, merencanakan pembelajaran kooperatif yang sesuai
skenario pembelajaran dan merancang digunakan dalam proses pembelajaran
pengelolaan kelas. Ini disebabkan bagi siswa yang digunakan untuk
rekomendasi hasil refleksi di setiap meningkatkan kerjasama dalam
siklus. kelompok sehingga siswa lebih aktif
dalam mengikuti proses pembelajaran
Sementara aspek merencanakan
yang sedang berlangsung namun
skenario pembelajaran dan merancang
memiliki kekurangan yang salah
pengelolaan kelas juga mengalami
satunya yaitu dari segi waktu dimana
peningkatan setelah guru mengubah
pembelajaran ini membutuhkan waktu
skenario pembelajaran pada siklus
yang banyak dalam proses
kedua dan ketiga. Pada siklus pertama
11

pembelajaran sehingga harus diatur menjelaskan bahwa hasil belajar


dan dikelola dengan baik sesuai berupa perubahan perilaku itu tidak
dengan kebutuhannya. disebabkan oleh kemampuan internal
manusia, tetapi karena faktor stimulus
4.2 Aktivitas Siswa
yang menimbulkan respon, hal ini

Perencanaan pembelajaran yang diungkapkan oleh E.L. Thorndike

variatif menggunakan pembelajaran (Slavin: 2008).

kooperatif tipe TGT disetiap


Untuk itu, agar aktivitas belajar siswa
siklusnya membuat siswa ikut
di kelas dapat mencapai hasil belajar
berperan aktif dalam proses
yang optimal, maka stimulus yaitu
pembelajaran speaking pada mata
berupa games dan tournament harus
pelajaran bahasa Inggris. Peningkatan
dirancang sedemikian rupa yaitu
bisa dilihat pada aspek berdiskusi
menarik dan spesifik sehingga mudah
dengan kelompok dan melaksanakan
direspons oleh semua siswa. Secara
pembelajaran sesuai dengan aturan
umum aktivitas siswa dalam proses
permainan.
belajar speaking menggunakan

Disamping itu, siswa yang tadinya pembelajaran kooperatif tipe TGT

malu-malu atau takut dalam pada mata pelajaran bahasa Inggris

menjawab pertanyaan peneliti meningkat di tiap aspeknya. Pada

akhirnya mengalami peningkatan siklus pertama keaktifan siswa

dimana pada sesi selanjutnya terdapat sebanyak 22 orang siswa aktif (33%).

game pada sesi pemanasan Pada siklus kedua keaktifan siswa

(brainstorming). Sehingga tanpa meningkat sebanyak 33 orang siswa

disadari sebagian besar siswa aktif (50%). Pada siklus ketiga

menjawab pertanyaan yang diajukan keaktifan siswa menjadi 50 orang

peneliti walaupun jawaban yang siswa aktif (76%).

diberikan masih kelihatan sederhana.


4.3 Penilaian Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran dengan
Sistem evaluasi keterampilan
mengunakan pembelajaran kooperatif
berbicara siswa menggunakan acuan
tipe TGT sejalan dengan konsep
kriteria penilaian Speaking yang
belajar behaviorisme yang
terdiri dari Fluency, Intonation,
12

Grammar, dan Vocabulary. Penilaian motivasi siswa dimana 80% siswa


yang digunakan untuk melihat yang memiliki motivasi tinggi.
keterampilan berbicara bahasa Inggris
4.5 Keterampilan Berbicara Siswa
siswa yaitu dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe TGT Penerapan pembelajaran kooperatif
(kelompok) dan sesudahnya tipe TGT dalam pembelajaran
(individu). Agar tes ini dapat terukur mempengaruhi tingkat keterampilan
secara rinci dan menyeluruh, sistem berbicara siswa. Dari hasil tabel
penilaiannya dengan menggunakan diatas, menunjukkan bahwa pada
kriteria acuan penilaian berbicara siklus 1 keterampilan berbicara
yang dikemukakan beberapa ahli. seluruh kelompok baik di kelas X1
dan X2 mendapat predikat bad team
Selain menggunakan acuan kriteria
(kelompok kurang baik) , sedangkan
penilaian Speaking, penelitian ini
pada siklus 2 mengalami peningkatan
menggunakan angket kuesioner untuk
dimana pada kelas X1 dan X2 semua
mengukur motivasi belajar siswa
kelompok mendapat predikat good
yang terdiri dari beberapa butir
team (tim baik). Pada siklus 3 di kelas
pertanyaan yang dikonsultasikan
X1 ada 4 kelompok yang mendapat
kepada dosen pembimbing terlebih
predikat great team (tim baik sekali)
dahulu dan kemudian diisi oleh siswa
dan 2 kelompok mendapat predikat
diakhir pembelajaran.
good team (tim baik). Sedangkan
4.4 Motivasi Belajar Siswa kelas X2 seluruh kelompok mendapat
predikat great team (tim baik sekali).
Data motivasi belajar siswa dengan
Dengan kata lain sebagian besar siswa
menggunakan pembelajaran
mengalami peningkatan dalam
kooperatif tipe TGT yang terdapat
keterampilan berbicara bahasa
pada dua kelas, yakni kelas X.1 dan
Inggris.
X.2 menunjukkan bahwa pada siklus
1 hanya 32% siswa yang memiliki Selain itu keterampilan berbicara
motivasi tinggi. Pada siklus 2 terdapat siswa setelah menggunakan
51% yang memiliki motivasi tinggi. pembelajaran kooperatif tipe TGT
Pada siklus 3 mengalami peningkatan yang diuji dengan tes individu
mengalami peningkatan. Pada siklus 1
13

hanya 23% siswa yang mencapai nilai turnamen, serta pengelolaan kelas
KKM ≥ 70. Pada siklus 2 terdapat sampai penilaian hasil belajar
50% siswa yang mendapatkan nilai ≥ sehingga dapat meningkatkan
70. Dan pada siklus 3 mengalami aktivitas belajar siswa di mana
peningkatan dimana terdapat 76% terdapat 76% siswa yang aktif di
yang mendapatkan nilai ≥ KKM. siklus 3. Peningkatan aktivitas
siswa terjadi pada keaktifan dan
SIMPULAN DAN SARAN
kerjasama dalam diskusi

Simpulan kelompok, melaksanakan


pembelajaran sesuai dengan
1. rencana pelaksanaan aturan permainan, berlatih
pembelajaran (RPP) yang menggunakan bahasa Inggris, dan
diterapkan dalam proses keberanian menjawab pertanyaan
pembelajaran pada siklus terakhir guru.
termasuk dalam kategori baik 3. Sistem evaluasi dengan Pedoman
dengan nilai 4,00. RPP dapat Penskoran Aspek Speaking yang
dilaksanakan dengan baik setelah meliputi Fluency, Intonation,
RPP dirancang dengan langkah- Grammar, dan Vocabulary untuk
langkah seperti: mengelompokkan mengukur keterampilan berbicara
siswa, menyampaikan tujuan dan angket kuesioner berupa
pembelajaran dengan memberikan pertanyaan untuk mengukur
stimulus terlebih dahulu berupa motivasi belajar siswa yang diisi
permainan, siswa mendiskusikan siswa setelah pembelajaran.
tugas kelompok, melakukan 4. Motivasi belajar siswa dengan
turnamen, dan memberikan menggunakan pembelajaran
penghargaan (reward) kepada kooperatif tipe TGT mengalami
kelompok siswa. perbaikan. Hal ini terlihat dimana
2. Pelaksanaan pembelajaran pada awalnya sebagian besar
dengan pembelajaran kooperatif siswa takut dan malu dalam
tipe TGT memerlukan peran guru memberikan jawaban dan dalam
dalam penyiapan pembelajaran, kegiatan kelompok/ diskusi,
pengorganisasian materi dengan sebagian besar siswa kelihatan
menggunakan permainan dan
14

pasif. Namun pada siklus siklus 2 terdapat 50% siswa yang


selanjutnya menunjukkan mendapatkan nilai ≥ 70. Dan pada
peningkatan motivasi belajar yang siklus 3 mengalami peningkatan
lebih baik. Hal ini terlihat dimana dimana terdapat 76% yang
pada siklus 3, jumlah siswa yang mendapatkan nilai ≥ KKM.
memiliki motivasi tinggi sebanyak
Saran
80%.
5. Keterampilan berbicara siswa 1. Dalam mendesain RPP perlu
mengalami peningkatan setelah mempertimbangkan karakteristik
siswa dibelajarkan melalui siswa atau kemampuan siswa
pembelajaran kooperatif tipe terlebih dahulu agar perencanaan
TGT. siklus 1 keterampilan pembelajaran dapat terlaksana
berbicara seluruh kelompok baik dengan baik.
di kelas X1 dan X2 mendapat 2. Guru harus lebih sabar dalam
predikat bad team (kelompok membimbing siswa dikarenakan
kurang baik) , sedangkan pada pembelajaran menggunakan
siklus 2 mengalami peningkatan pembelajaran kooperatif tipe TGT
dimana pada kelas X1 dan X2 akan membuat kelas terasa gaduh
semua kelompok mendapat namun mengasyikkan bagi siswa.
predikat good team (tim baik). 3. Guru dapat menerapkan
Pada siklus 3 di kelas X1 ada 4 pembelajaran kooperatif tipe TGT
kelompok yang mendapat predikat dengan cara memodifikasi
great team (tim baik sekali) dan 2 pelaksanaan pembelajaran dengan
kelompok mendapat predikat memperbanyak game atau
good team (tim baik). Sedangkan turnamennya.
kelas X2 seluruh kelompok 4. Dalam sesi diskusi, sebaiknya
mendapat predikat great team guru dapat menerapkan sebuah
(tim baik sekali). Dalam tes tugas individu yang merupakan
individu yang diadakan setelah hasil dari tugas diskusi tersbut
pembelajaran tercatat bahwa pada yang merupakan perwakilan
siklus 1 hanya 23% siswa yang kelompok masing-masing dengan
mencapai nilai KKM ≥ 70. Pada harapan semua anggota kelompok
15

memiliki tanggung jawab yang


sama dan tidak cuek dalam
pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2007. Dasar dasar


Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
PT Bumi Aksara.

Depdiknas, 2005. Pedoman Khusus


Pengembangan Silabus dan
Penilaian. Penerbit.
Jakarta: PT Binatama Raya.
Isjoni. 2010. Cooperative Learning
Evektivitas Pembelajaran
Kelompok. Bandung:
Alfabeta.
Rusman. 2011. Model-Model
Pembelajaran. Jakarta.
Rajawali Pers.

Slavin, R, E. 2005. Cooperative


Learning. Bandung: Nusa
Media.
Slavin, R.E. 2008. Cooperative
Learning: Teori Riset dan
Praktik. Bandung: Nusa
Media.
Sriwilani. 2010. Peningkatan
Kemampuan Lisan Bahasa
Inggris melalui Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD pada
Siswa Kelas V SD Negeri 1
Kali Balau Kencana Bandar
Lampung. Lampung : Unila.
Supriyadi, dkk. 2005. Pendidikan
Bahasa Indonesia 2. Jakarta:
Depdikbud.
Tarigan, H.G. 1986. Berbicara
sebagai suatu
Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa. Badudu
(1993:131)

You might also like