You are on page 1of 7

Volume 3, Nomor 1, Februari 2020, Halaman 46—52

p-ISSN 2615-725X (Print) e-ISSN 2615-8655 (Online)


http://diglosiaunmul.com/index.php/diglosia/article/view/29

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENULIS TEKS CERPEN


BERDASARKAN TEKNIK STORYBOARD
PADA SISWA KELAS XI SMA
The Development of Writing Short Story Teaching Materials Based on Storyboard
Technique for the Eleventh Grade Students

Ika Novita1,*, M. Siddik2, Asnan Hefni3


1
Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas Mulawarman
2,3
Universitas Mulawarman
Pos-el korespondensi: ikanovita736@gmail.com

Abstract: The purpose of this study was to develop teaching materials for writing short stories based on storyboarding
techniques in class XI high school students, to know the feasibility of teaching materials for writing short stories based
on storyboarding techniques in class XI high school students and to know the effectiveness of short story writing teaching
materials based on storyboard techniques in class XI High school. This research is a research development or Research
& Development (R&D). Research and Development is a research method used to produce certain products and test
the effectiveness of products in the form of teaching materials to write short stories based on storyboarding techniques for
class XI high school students. This development research resulted in the feasibility of the product being developed, a
validation test involving media expert lecturers with an average score of 4.5 and Indonesian language professors with
an average score of 4.66 and trials on students with an average score of 4, 45 with very good criteria. The eligibility
criteria for teaching materials developed with a percentage of eligibility of 89%, the teaching material for writing short
stories based on storyboarding techniques for class XI high school students is very feasible to use. To achieve the objectives
of teaching and learning activities must be done efficiently in its implementation to be effective and efficient. The feasibility
assessment of this module includes four aspects namely, the content/material aspect, the presentation aspect, the language
aspect and the graphic aspect.
Keywords: development of teaching materials, writing short stories, storyboarding techniques

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan bahan ajar menulis teks cerpen
berdasarkan teknik storyboard pada siswa kelas XI SMA, untuk mengetahui kelayakan bahan ajar
menulis teks cerpen berdasarkan teknik storyboard pada siswa kelas XI SMA, dan untuk mengetahui
keefektifan bahan ajar menulis cerpen berdasarkan teknik storyboard di kelas XI SMA. Penelitian ini
merupakan penelitian pengembangan atau Research & Development (R&D). Research and Development
adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji
keefektifan produk berupa bahan ajar menulis teks cerpen berdasarkan teknik storyboard untuk siswa
kelas XI SMA. Penelitian pengembangan ini menghasilkan kelayakan produk yang dikembangkan,
dilakukan uji validasi yang melibatkan dosen ahli media dengan skor rata-rata 4,5 dan dosen ahli Bahasa
Indonesia dengan skor rata-rata 4,66 serta uji coba pada siswa dengan skor rata-rata 4,45 dengan kriteria
sangat baik. Kriteria kelayakan bahan ajar yang dikembangkan dengan persentase kelayakan sebesar 89%,
maka bahan ajar menulis teks cerpen berdasarkan teknik storyboard untuk siswa kelas XI SMA sangat
layak digunakan. Untuk mencapai tujuan kegiatan belajar mengajar harus dilakukan secara efisien
dalam implementasinya bersifat efektif dan efisien. Penilaian kelayakan modul ini meliputi empat
aspek, yaitu aspek isi/materi, aspek penyajian, aspek bahasa dan aspek kegrafikan.
Kata kunci: pengembangan bahan ajar, menulis cerpen, teknik storyboard

46 Diglosia, Volume 3, Nomor 1, Februari 2020


Pengembangan Bahan Ajar Menulis Teks Cerpen Berdasarkan Teknik Storyboard
pada Siswa Kelas XI SMA

A. PENDAHULUAN dan ekspresif. Pengertian menulis juga


Pembelajaran menulis cerpen di dikemukakan oleh Kurniawan & Sutardi
sekolah termasuk salah satu dari (2012, hal. 19) yang mengatakan bahwa
kompetensi pembelajaran menulis sastra. menulis adalah mengungkapkan ide
Standar isi pembelajaran menulis cerpen gagasan dalam pikiran dan rasa melalui
tidak hanya menuntut siswa memahami bahasa. Seseorang dikatakan terampil
tetapi siswa juga dituntut untuk menulis apabila ia memahami dan
memproduksi karya sastra. Menulis mengaplikasikan proses pengungkapan
cerpen merupakan keterampilan yang ide, gagasan, dan perasaan dalam bahasa
produktif dan ekspresif. Menulis tulis dengan mempertimbangkan faktor-
sebagaimana berbicara, merupakan faktor, antara lain ejaan dan tata bahasa,
keterampilan yang produktif dan organisasi atau susuan tulisan, keutuhan
ekspresif. Perbedaannya, menulis (koherensi), kepaduan (kohesi), tujuan,
merupakan komunikasi tidak bertatap dan sasaran tulisan.
muka (tidak langsung), sedangkan Kompetensi menulis merupakan
berbicara merupakan komunikasi tatap salah satu kompetensi yang harus dicapai
muka (langsung). secara tuntas. Kenyataannya, dalam
Cerpen adalah jenis karya sastra yang pembelajaran menulis siswa masih
memaparkan kisah ataupun cerita tentang menemui hambatan. Kurniawan (2012,
kehidupan manusia lewat tulisan pendek. hal. 63) menyatakan dunia kepenulisan
cerpen juga bisa disebut sebagai karangan merupakan dunia yang rumit dan
fiktif yang berisikan tentang sebagian kompleks. Menulis menuntut
kehidupan seseorang atau juga kehidupan kesungguhan, keterampilan, kemampuan,
yang diceritakan secara ringkas yang dan keluasan pengetahuan. Kenyataan
berfokus pada suatu tokoh saja. Dalam menunjukkan bahwa lebih mudah
cerpen dipisahkan sepenggal kehidupan menyampaikan pikiran, perasaan, dan
tokoh, yang penuh pertikaian, peristiwa pengalaman secara langsung atau lisan
yang mengharukan atau menyenangkan, dibandingkan dengan menyampaikannya
dan mengandung kesan yang tidak mudah secara tertulis.
dilupakan (Kurniawan, 2012, hal. 49). Bahan ajar merupakan salah satu
Cerpen adalah sebuah karangan pendek aspek penting dalam dunia pendidikan,
yang mengisahkan seorang tokoh dengan karena bahan ajar merupakan salah satu
sebuah masalah beserta penyelesaiannya. sarana untuk mendukung berjalannya
Sesuai namanya, cerpen haruslah pendek proses belajar. Widodo & Jasmadi (dalam
dan ringkas sehingga diberi nama cerita Lestari, 2013, hal. 1) menjelaskan bahwa
pendek. Cerita pendek cenderung kurang bahan ajar adalah seperangkat sarana atau
kompleks dibandingkan dengan novel. alat pembelajaran yang berisikan materi
Cerita pendek biasanya memusatkan pembelajaran, metode, batasan-batasan,
perhatian pada satu kejadian, mempunyai dan cara mengevaluasi yang didesain
satu plot, setting yang tunggal, jumlah secara sistematis dan menarik dalam
tokoh yang terbatas, mencakup jangka rangka mencapai tujuan yang
waktu yang singkat. diharapkan, yaitu mencapai kompetensi
Tarigan (2010, hal. 3) menyatakan dan subkompetensi dengan segala
bahwa menulis merupakan suatu kompleksitasnya.
keterampilan berbahasa yang Bahan ajar adalah seperangkat sarana
dipergunakan untuk berkomunikasi atau alat pembelajaran yang berisikan
secara tidak langsung, tidak secara tatap materi pembelajaran, metode, batasan-
muka dengan orang lain. Menulis batasan, dan cara mengevaluasi yang
merupakan suatu kegiatan yang produktif didesain secara sistematis dan menarik

47 Diglosia, Volume 3, Nomor 1, Februari 2020


Ika Novita, M. Siddik, Asnan Hefni

dalam rangka mencapai tujuan yang dan kreativitas siswa dalam menulis
diharapkan, yaitu mencapai kompetensi cerpen. Selain itu modul menulis teks
atau subkompetensi dengan segala cerpen berdasarkan teknik storyboard dapat
kompleksitasnya Widodo & Jasmadi membantu guru dalam mengelola
(dalam Lestari, 2013, hal. 1). Pengertian ini pembelajaran yang efektif dan efisien,
menjelaskan bahwa suatu bahan ajar dan juga dapat menjadi referensi dalam
haruslah dirancang dan ditulis dengan pembelajaran menulis cerpen. Tujuan
kaidah intruksional karena akan digunakan penelitian ini adalah untuk
oleh guru untuk membantu dan mengembangkan bahan ajar menulis teks
menunjang proses pembelajaran. Bahan cerpen berdasarkan teknik storyboard pada
atau materi pembelajaran pada dasarnya siswa kelas XI SMA, untuk mengetahui
adalah “isi” dari kurikulum, yakni berupa kelayakan bahan ajar menulis teks cerpen
mata pelajaran atau bidang studi dengan berdasarkan teknik storyboard pada siswa
topik/subtopik dan rinciannya. kelas XI SMA, dan untuk mengetahui
Prastowo (2016, hal. 138) keefektifan bahan ajar menulis cerpen
mengungkapkan bahwa bahan ajar berdasarkan teknik storyboard di kelas XI
merupakan segala bahan (baik informasi, SMA.
alat, maupun teks) yang disusun secara Pemilihan teknik storyboard
sistematis, yang menampilkan sosok utuh didasarkan pada kesesuaian teknik ini
dari kompetensi yang akan dikuasai dengan materi menulis cerpen. Selain itu,
peserta didik dan digunakan dalam proses teknik storyboard juga menggabungkan seni
pembelajaran dengan tujuan perencanaan menggambar dalam proses menulis
dan penelaahan implementasi cerpen yang dapat menarik minat siswa
pembelajaran. Buku sebagai bahan ajar dalam menulis cerpen. Teknik storyboard
merupakan buku yang berisi ilmu merupakan aktivitas sebelum menulis
pengetahuan hasil analisis terhadap yang menekankan pada elaborasi
kurikulum dalam bentuk tertulis. Buku (penjelasan yang detil), prediksi atau
disusun dengan menggunakan bahasa perkiraan, penumbuhan gagasan, dan
sederhana, menarik, dilengkapi gambar, pengurutan (Wiesendanger, 2009, hal.
keterangan, isi buku, dan daftar pustaka. 161). Hal ini digunakan untuk
Buku akan sangat membantu guru dan memotivasi siswa dalam mengembangkan
siswa dalam mendalami ilmu pengetahuan kemampuan menulis yang diawali dengan
sesuai dengan mata pelajaran masing- membuat kerangka karangan berupa
masing. gambar dan kemudian dikembangkan
Seiring dengan pemakaian kurikulum menjadi sebuah paragraf.
2013, bahan ajar yang digunakan dalam Teknik storyboard digunakan pada
pembelajaran, khususnya mata pelajaran saat kegiatan sebelum menulis yang
bahasa Indonesia yang diproduksi oleh menekankan pada elaborasi (penjelasan
tim dari Kementerian Pendidikan dan yang detil), prediksi atau perkiraan,
Kebudayaan Republik Indonesia. Guru penumbuhan gagasan, dan pengurutan
juga masih mengandalkan referensi dari (Wiesendanger, 2009, hal. 161). Hal ini
bahan ajar dari sumber lain seperti digunakan untuk memotivasi siswa untuk
internet. Selain itu, guru juga belum mengembangkan kemampuan diri dalam
berkeinginan untuk mengembangkan menulis yang diawali dengan membuat
bahan ajar baru dengan alasan kerangka karangan berupa gambar dan
keterbatasan waktu dan kurikulum yang kemudian dikembangkan menjadi sebuah
digunakan selalu mengalami revisi. paragraf. Teknik storyboard ini nantinya
Pengembangan bahan ajar ini diterapkan dalam pembelajaran menulis
diharapkan dapat meningkatkan minat cerpen. Teknik ini cocok untuk

48 Diglosia, Volume 3, Nomor 1, Februari 2020


Pengembangan Bahan Ajar Menulis Teks Cerpen Berdasarkan Teknik Storyboard
pada Siswa Kelas XI SMA

pembelajaran menulis cerpen karena cerita tanpa keluar dari ide utamanya.
dalam teknik ini menekankan pada
elaborasi, prediksi atau perkiraan, B. METODE
penumbuhan gagasan, dan pengurutan. Penelitian ini merupakan penelitian
Teknik ini diawali dengan membuat pengembangan atau Research &
beberapa ilustrasi gambar yang kemudian Development (R&D). Research and
setiap ilustrasi gambar tersebut Development adalah model penelitian yang
dikembangkan menjadi sebuah paragaraf digunakan untuk menghasilkan produk
sehingga menjadi sebuah cerita yang utuh. tertentu dan menguji keefektifan produk
Langkah-langkah teknik storyboard di tersebut (Sugiyono, 2012, hal. 104).
atas dilakukan sebuah modifikasi untuk Penelitian dan pengembangan merupakan
memudahkan siswa dalam memahami metode penelitian yang digunakan untuk
langkah tersebut. Langkah-langkah teknik mengembangkan atau memvalidasi
storyboard setelah dimodifikasi adalah (1) produk-produk yang digunakan dalam
siswa membagi selembar kertas menjadi pendidikan dan pembelajaran. Uji validasi
beberapa bagian, (2) siswa mencari bahan ajar diberikan kepada guru ahli
gagasan tentang ide-ide cerita dan materi dan ahli media hasil penilaian oleh
menggambar peristiwa awal dan akhir ahli materi digunakan untuk mengetahui
pada bagian pertama dan terakhir dari kevalidan bahan ajar yang dikembangkan
kertas tersebut, (3) siswa berdasarkan aspek kelayakan isi/materi,
mengembangkan idenya dengan mengisi kelayakan penyajian, kelayakan
bagian-bagian yang tersisa dalam urutan kebahasaan.dan kelayakan kegrafikan.
yang sesuai, (4) siswa memeriksa urutan Lembar penilaian perangkat pembelajaran
cerita, lalu mengoreksi draf pertama yang menggunakan skala likert 1—5 dengan
mereka buat, (5) siswa menambahkan kriteria Sangat Kurang (SK), Kurang (K),
kata-kata pada gambar mereka dan Cukup (C), Baik (B), dan Sangat Baik
membuat kerangka finalnya, (6) siswa (SB) yang telah dinyatakan valid dan
mengubah kata-kata pada setiap gambar layak (Hamalik, 2007, hal. 57). Keterapan
menjadi sebuah teks cerita, dan (7) siswa modul dalam pembelajaran didapatkan
dapat membagi cerita dengan siswa lain. dari data aktivitas siswa saat pembelajaran
Keunggulan teknik storyboard adalah di kelas, aktivitas siswa saat diskusi, dan
penggunaan gambar dalam proses aktivitas siswa saat praktikum. data
menulis cerpen, berbeda dengan aktivitas siswa dianalisis dengan
kerangka karangan yang umum menghitung nilai rata-rata dari ketiga
digunakan. Menggambar dapat aktivitas siswa
menambah kreativitas siswa dalam
mengembangkan ide. Karena gambar C. PEMBAHASAN
merupakan perangkat pembelajaran yang Hasil validasi ahli media di atas,
sangat menarik minat belajar siswa. Selain diperoleh data skor rata-rata hasil validasi
itu, teknik storyboard juga dapat tahap 1 dan 2 sebagai berikut.
memudahkan siswa dalam menentukan

Diglosia, Volume 3, Nomor 1, Februari 2020 49


Ika Novita, M. Siddik, Asnan Hefni

Tabel 1. Data Skor Rata-Rata Validasi Dosen Ahli Materi pada Keseluruhan Aspek

No. Aspek Penilaian Skor Rata-Rata Persentase


1. Kelayakan isi/materi 4,42 88,4%
2. Kelayakan penyajian 4,63 92,5%
3. Kelayakan bahasa 4,33 86,67%
4. Kelayakan kegrafikan 4,73 94,55%
Jumlah 18,11 362,12%
Rata-rata 4,53 90,53%

Pada tabel tersebut dapat diketahui rata-rata prosentase sebesar 90,53%


peningkatan yang cukup signifikan dengan kategori “sangat baik”.
validasi rata-rata pada yaitu 44,53 dengan

Tabel 2. Data Skor Rata-Rata Validasi Ahli Media pada Keseluruhan Aspek

Tahap No. Aspek Penilaian Skor Rata-Rata Persentase


1 1. Kelayakan isi/materi 3,11 62,11%
2. Kelayakan penyajian 3,25 65%
3. Kelayakan bahasa 2,83 56,67%
4. Kelayakan kegrafikan 3,18 63,63%
Jumlah 12,37 267,71%
Skor Rata-rata 3,09 61,85%
2 1. Kelayakan isi/materi 4,63 92,63%
2. Kelayakan penyajian 4,63 92,5%
3. Kelayakan bahasa 4,67 93,33%
4. Kelayakan kegrafikan 4,72 94,54%
Jumlah 18,65 373%
Skor Rata-rata 4,66 93,25%

Berdasarkan data pada tabel di atas, berdasarkan pada empat aspek kelayakan.
hasil skor yang diperoleh pada tahap Aspek tersebut antara lain isi/materi,
pertama berjumlah 12,37 dengan skor penyajian, bahasa, dan kegrafikan.
rata-rata 3,09 atau 61,85% dan berkategori Aspek kebahasaan dalam modul
“baik”, sedangkan jumlah skor yang menulis teks cerpen berdasarkan teknik
diperoleh dari tahap kedua yaitu 18,65 storyboard menggunakan bahasa yang
dengan skor rata-rata 4,66 atau 93,25% bersahabat/akrab (user friendly). Daryanto
dan berkategori “sangat baik”. (2013, hal. 11) menjelaskan bahwa salah
Modul merupakan bahan ajar yang satu bentuk bahasa yang
ditulis dengan tujuan agar siswa dapat bersahabat/akrab adalah setiap instruksi
belajar secara mandiri tanpa atau dengan dan paparan informasi yang ditampilkan
bimbingan guru. Oleh karena itu, modul bersifat membantu dan bersahabat
harus berisi tentang petunjuk belajar yang dengan pemakainya, termasuk
akan dicapai, isi materi pelajaran, kemudahan pemakai dalam merespon dan
informasi pendukung, latihan soal, mengakses sesuai dengan keinginan.
petunjuk kerja, evaluasi, dan balikan Penggunaan bahasa yang sederhana,
terhadap hasil evaluasi (Prastowo, 2016, mudah dimengerti, serta menggunakan
hal. 104). Modul berjudul “ Menulis Teks istilah yang umum digunakan. Bahasa
Cerpen Berdasarkan Teknik Storyboard yang akrab dalam modul menulis teks
untuk Siswa SMA Kelas XI” disusun cerpen berdasarkan teknik storyboard.

50 Diglosia, Volume 3, Nomor 1, Februari 2020


Pengembangan Bahan Ajar Menulis Teks Cerpen Berdasarkan Teknik Storyboard
pada Siswa Kelas XI SMA

5 4,63 4,63 4,67 4,72


4,5
4

3,5 3,25 3,18


3,11
3 2,83

2,5
Skor Rata-Rata

2
1,5

0,5
0
Materi Penyajian Bahasa Kegrafikan

Gambar 1. Grafik Penilaian Ahli Media

Berdasarkan grafik di atas, dapat skor rata-rata 3,18. Setelah dilakukan


diketahui perbedaan skor rata-rata yang revisi/perbaikan, skor rata-rata pada
diperoleh pada tahap pertama dan kedua. validasi tahap dua mengalami
Perbedaan ini dikarenakan produk yang peningkatan. Aspek kebahasaan, penyajian
divalidasi pada tahap pertama belum dan kegrafikan yang pada tahap pertama
dilakukan revisi, sedangkan validasi pada mendapatkan nilai rendah mengalami
tahap kedua sudah dilakukan revisi. Pada peningkatan. Pada validasi tahap kedua,
tahap pertama, aspek penilaian yang aspek kebahasaann memperoleh skor rata-
memperoleh skor rata-rata paling rendah rata 4,67, aspek penyajian 4,63 sedangkan
adalah aspek penyajian yang memperoleh aspek kegrafikan memperoleh skor rata-
skor rata-rata 3,11, aspek kebahasaan 2,83 rata 4,72.
dan aspek kegrafikan yang memperoleh

4,73
4,63
Skor Rata-Rata

4,42
4,33

Materi Penyajian Bahasa Kegrafikan

Gambar 2. Grafik Penilaian Ahli Bahasa

Grafik di atas menunjukkan hasil dengan skor 4,33. Sedangkan aspek


validasi ahli materi Bahasa Indonesia penilaian yang memperoleh skor tertinggi
terhadap modul menulis teks cerpen adalah aspek kegrafikan memperoleh skor
berdasarkan teknik storyboard dengan skor rata-rata 4,73. Selain memberikan
rata-rata terendah adalah aspek bahasa penilaian terkait kelayakan modul, ahli

Diglosia, Volume 3, Nomor 1, Februari 2020 51


Ika Novita, M. Siddik, Asnan Hefni

Bahasa Indonesia juga memberikan saran Himang, V. H. (2019). Pengembangan


perbaikan terhadap modul yang Bahan Ajar Menulis Cerpen
dikembangkan. Berbasis Pengalaman Siswa Kelas
XI SMK. Diglosia: Jurnal Kajian
D. PENUTUP Bahasa, Sastra, Dan Pengajarannya,
Pengembangan bahan ajar menulis 2(2), 93-102.
teks cerpen ditulis denhan tujuan agar http://diglosiaunmul.com/index.p
siswa dapat belajar secara mandiri tanpa hp/diglosia/article/view/21
atau dengan bimbingan guru. Bahan ajar Khulsum, U., Hudiyono, Y., &
harus berisi tentang petunjuk belajar yang Sulistyowati, E. D. (2019).
akan dicapai, isi materi pelajaran, informasi Pengembangan Bahan Ajar Menulis
pendukung latihan soal, petunjuk kerja, Cerpen dengan Media Storyboard
evaluasi dan hasil terhadap evaluasi yang pada Siswa Kelas X SMA. Diglosia:
disusun berdasarkan aspek kelayakan. Jurnal Kajian Bahasa, Sastra, Dan
Kelayakan hasil pengembangan bahan Pengajarannya, 1(1), 1-12.
ajar menulis teks cerpen berdasarkan http://diglosiaunmul.com/index.p
teknik storyboard dilakukan validasi oleh hp/diglosia/article/view/4
ahli materi dan ahli media mencakup Kurniawan, H. & Sutardi. (2012). Penulisan
aspek kelayakan isi/materi, kelayakan Sastra Kreatif. Yogyakarta: Graha
penyajian, kelayakan kebahasaan dan Ilmu.
kelayakan kegrafikan. Keempat aspek Lestari, I. (2013). Pengembangan Bahan
diakumulasikan, bahan ajar menulis teks Ajar Berbasis Sesuai dengan
cerpen berdasarkan teknik storyboard Kurikulum Satuan Pendidikan.
memperoleh skor rata-rata sebesar 4,45 Padang: Akademia Permata.
dengan persentase kelayakan sebesar Muhibin, S. (2009). Psikologi Pendidikan
89%. Dengan criteria sangat baik dan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
sangat layak digunakan. Keefektifan Remaja Rosdakarya.
bahan ajar bahan ajar menulis teks Prastowo, A. (2016). Panduan Kreatif
cerpen berdasarkan teknik storyboard Membuat Bahan Ajar Inovatif.
dimulai dengan pengalaman awal siswa Yogyakarta: Diva Press.
dalam menulis teks cerpen dilakukan Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
oleh 28 siswa memperoleh skor rata-rata Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
sebesar 4,22 atau 84,44% dengan criteria Kualitatif, dan R&D). Bandung:
sangat baik, yang mencakup aspek Alfabeta.
kelayakan isi/materi, kelayakan Tarigan, H. G. (2010). Menulis sebagai
penyajian, kelayakan kebahasaan dan Suatu Keterampilan Berbahasa. Edisi
kelayakan kegrafikan. Dengan demikian Revisi. Bandung: Angkasa.
maka bahan ajar sangat efektif untuk Vembriarto. (2008). Pengantar Modul.
digunakan sebagai modul pembelajaran Yogyakarta: Yayasan Pendidikan
di SMA kelas XI. Paramita.
Wiesendanger, K. D. (2009). Strategies for
DAFTAR PUSTAKA Literacy Education. Ohio: Merill
Daryanto. (2013). Menyusun Modul Bahan Prentice Hall.
Ajar untuk Persiapan Guru Dalam Winkel. (2005). Psikologi Pengajaran. Jakarta:
Mengajar. Yogyakarta: Gaya Media. Gramedia.
Hamalik, O. (2007). Proses Belajar Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara.

52 Diglosia, Volume 3, Nomor 1, Februari 2020

You might also like