You are on page 1of 23

LAPORAN PRATIKUM KIMIA ORGANIK

MENSINTESIS Gas H2S, Na2S2O3.5H2O DAN MENGOLAH/MENANGANI HASIL SINTESIS DAN PRODUK
SAMPING/SISA REAKSINYA DENGAN AMAN

Oleh
Ni Made Diantari Pratiyaksi 2013031021 2020
Gede Wisnu Ambara Putra 2013031023 2020
Ni Kadek Alit Diah Narendra 2013031025 2020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2021
I. ALAT DAN BAHAN
Tabel 1. Rincian Alat

No Nama Alat Ukuran Jumlah Keterangan


Mencampur, menampung, dan memanaskan bahan-bahan kimia
1. Tabung reaksi - 5 buah
cair/padat
2. Rak tabung reaksi - 1 buah Tempat tabung meletakkan reaksi
3. Gelas ukur 10 dan 25 mL 2 buah Mengukur volume larutan
4. Pipet tetes - 2 buah Memindahkan volume cairan yang telah terukur
5. Pemanas/heater - 1 buah
6. Penjepit kayu - 1 buah Menjepit tabung reaksi
7. Spatula - 2 buah Mengambil bahan kimia bentuk padatan
8. Kertas saring 15 x 15 cm secukupnya Menyaring larutan
9. Pipa plastik - 1 buah Mengalirkan gas H2S
10. Penyekat - -
11. Kaca arloji - 3 buah Tempat bahan yang akan ditimbang
100 dan
12. Gelas kimia 4 buah Berfungsi sebagai penampung cairan
400mL
13. Batang pengaduk - 1 buah Mencampur cairan
14. Labu leher dua - 1 buah
15. Kulkas - 1 buah Tempat mendinginkan bahan
Wadah untuk mereaksikan atau mengubah suau zat pada suhu
16. Cawan penguap - 2 buah
tinggi
100 mL, 150
17. Labu Erlenmeyer 4 buah Mencampur, mengukur cairan
mL
18. Neraca analitik - 1 buah Menimbang bahan kimia
19. Sentrifugal - 1 buah Alat memutar sampel pada kecepatan tinggi
Membantu emindahkan larutan dari satu wadah ke wadah yang
20. Corong - 1 buah
lain
21. Magnetic stirrer - 1 buah Menghomogenkan larutan dengan pengadukan
Pipet gondok +
22. 10 mL 1 buah Mengambil larutan dengan volume tertentu
Filler
100 mL,
23. Labu ukur 2 buah Mengemcerkan larutan
1000 mL
24. Statif dan klem - 1 buah Menjepit buret dalam proses titrasi
25. Buret 10 mL 1 buah Titrasi atau mengukur volume sutau larutan
26. Plat porselen - 1 buah Menguji keasaman dan mereaksikan larutan
27. Kieselgur - 1 buah
28. Lumpang dan alu - 1 buah Menghaluskan dan menghancurkan bahan yang padat

Tabel 2. Rincian Bahan

No. Nama Bahan Konsentrasi Jumlah Keterangan


1. Aquades - secukupnya Cair tak berwarna sebagai pelarut
2. Kertas indikator - secukupnya
3. Es - secukupnya Untuk mendinginkan zat
Berbentuk padatan hitam keunguan metalik, menyebabkan iritasi
4. I2 - 12,7 gram
pada paru-paru dan kornea
NaOh padat berwarna putih dan berbentuk serpihan. Bersifat
5. NaOH 10% secukupnya
sangat korisit. Larutan NaOH mudah bereaksi dengan udara.
6. Vaselin - secukupnya Berminyak berwarna putih/bening untuk menghindari kebocoran
7. Tissue - secukupnya
8. Pb-Asetat - secukupnya Untuk mengidentifikasi kebocoran gas H2S.
Berwujud padat dan berwarna hitam. Debu Fe dapat menyebabkan
9. FeS - 1,5 gram radang pada retina dan siderosis. Sementara padatan belerangnya
(debu/uapnya) dapat menimbulkan nyala api dan ledakan.
Berupa cairan beruap. Tidak berwarna sampai kekuningkuningan.
10. HCl pekat 20 mL Berbau menyengat, mudah menguap, korosit, sangat iritatif pada
mata, hidung dan saluran pencernaan
11. H2SO4 pekat secukupnya Wujud cair, tidak berwarna. Zat ini korosit terhadap logam, reaktif
dan merupakan pengoksidasi yang kuat. Jika kontak dengan air
dan zat anorganik maka akan menghasilkan panas. Kontak dengan
kulit akan merusak jaringan dan menimbulkan luka bakar.
Padatannya berbentuk serbuk, berwarna putih, kontak dengan
12. KI - 8,3 gram
udara menyebabkan warna KI berubah menjadi kuning.
Digunakan sebagai indikator untuk mendeteksi keberadaan I2 yang
13. Amilum - secukupnya akan membentuk warna biru jika bereaksi dengan amilum.
Digunakan sebagai titran untuk mendeteksi kelebihan iod dalam
14. Larutan tiosulfat 0,1 M secukupnya
percobaan ini.
Berwujud cair, tak berwarna, cairannya berbahaya terhadap mata.
15. H2O2 - secukupnya Merupakan pengoksidasi yang kuat. Konsentrasi 27-70 % atau 70
% sangat iritatif terhadap kulit.
Padatannya berwarna biru. Biasa digunakan sebagai zat anhydrous
16. CuSO4 - secukupnya
(menguji apakah suatu senyawa mengandung air).
17. Na2SO3 - 6,2 gram Padatan berwarna putih mudah teroksidasi menjadi Na2SO4
Berbentuk kristal, padat, bisa berupa lempengan atau serbuk
18. Belerang - 3,2 gram berwarna kuning. Agak berbahaya. Debu atau uapnya dapat
menimbulkan nyala api atau ledakan bila bereaksi dengan udara.
19. Deterjen - secukupnya Sebagai emulgator

III. PROSEDUR KERJA DAN HASIL PENGAMATAN

1. Sintesis gas H2S

No
Prosedur Kerja Persamaan Reaksi dan Bahaya Reaktan-Produk Hasil Pengamatan
.

1. Rangkaian alat  Ketika FeS ditambahkan dengan HCl, persamaan


menggunakan labu leher dua reaksinya sebagai berikut.
dan dua labu Erlenmeyer FeS(s) + 2HCl(aq) → FeCl2(aq) + H2S(g)
dihubungkan dengan pipa
Hasil reaksi dari FeS dan HCl yaitu FeCl 2 dan gas H2S.
plastik dan penyekat dibuat
sekedap mungkin. Kedap Bahaya HCl brsifat korosif dan dapat merusak organ
dibuat dengan penutup dan
pernafasan, mata, kulit dan usus.
penyekat labu. Tiap
sambungan yang kedap Bahaya gas H2S bersifat racun dan berbau busuk.
udara ditutup dengan vaselin
dan tissue yang dibasahi  Ketika gas H2S hasil reaksi tersebut dialirkan ke dalam
larutan timbal(II) asetat larutan NaOH, persamaan reaksi yang terjadi sebagai
(Pb(CH3COO)2. berikut.
2. Sebanyak 1,5 gram FeS H2S(g) + 2NaOH(aq) → Na2S(aq) + H2O(l)
dimasukkan dalam labu Hasil reaksi dari H2S dan NaOH yaitu Na2S dan H2O.
leher dua. HCl pekat Bahaya Na2S bila terkena kulit dapat menimbulkan
dituangkan sebanyak 20 mL iritasi, gatal-gatal dan merusak kulit.
ke dalam labu yang berisi  Bila terjadi kebocoran gas H2S, akan terbentuk noda
FeS. Larutan NaOH 10% hitam pada kapas yang sudah ditambahkan dengan
sebanyak 50 mL dimasukkan larutan Pb(CH3COO)2. Persamaan reaksi yang terjadi
masing-masing ke dalam sebagai berikut.
labu Erlenmeyer.
H2S(aq) + Pb(CH3COO)2(aq) → PbS(s) + CH3COOH(aq)
Noda hitam tersebut merupakan produk dari reaksi yang
terjadi yaitu timbal sulfida (PbS).

Bahaya Pb(CH3COO)2 bersifat berbahaya jika terhirup dan


dapat mengendap dalam tubuh.

3. Titrasi iodometri digunakan  Ketika larutan KI ditambahkan dengan padatan I2,


untuk menentukan sulfida persamaan reaksi yang terjadi sebagai berikut.
yang terbentuk. KI(aq) + I2(s) KI3(aq)
 Sebanyak 50 mL larutan Hasil reaksi dari larutan KI dan padatan I 2 menghasilkan
iod 0,05 M dibuat dengan produk berupa larutan KI3. Bahaya KI bagi orang yang alergi:
mereaksikan 12,7 gram I2 efek samping jantung berirama tidak normal, mual muntah
dengan KI 8,3 gram dalam dan pendarahan.
aquades hingga volume 1
L larutan.  Larutan KI3 yang merupakan produk diambil dan
diencerkan dengan menambahkan aquades, persamaan
 Sebanyak 50 mL larutan reaksi yang terjadi sebagai berikut.
diambil dan kemudian
diencerkan menjadi 100 KI3(aq) → 3K+(aq) + I3-(aq)
mL  Larutan hasil pengenceran yang telah didinginkan
diteteskan dengan H2SO4 pekat, persamaan reaksi yang
 Larutan ini kemudian
terjadi sebagai berikut.
didinginkan dalam
penangas es sampai 0oC I3-(aq) + H2SO4(aq) → HI(aq) + H2SO4(aq)
dan ditetesi dengan H2SO4 Bahaya H2SO4 menyebabkan luka bakar, iritasi mata,
pekat sampai pH larutan dan gangguan pernafasan.
1-2.  larutan iod ditambahkan pada larutan sulfida, persamaan
 Larutan iod ini reaksi yang terjadi sebagai berikut.
ditambahkan pada larutan I2(aq) + S2-(aq) →
sulfida sebanyak 10 mL  kelebihan iod pada larutan ditentukan dengan titrasi
dari Erlenmeyer ke-1. menggunakan larutan tiosulfat, persamaan reaksi yang
 Kelebihan iod ditentukan terjadi sebagai berikut.
dengan titrasi I3-(aq) + 2S2O32-(aq) → S4O62-(aq) + 2I2(aq)
menggunakan larutan
tiosulfat 0,1 M dengan
indikator amilum
sebanyak 1 tetes.

4. Melakukan penanganan  Larutan sulfida sisa hasil penyerapan oleh larutan NaOH
larutan sulfida sisa hasil yaitu berupa larutan Na2S. larutan Na2S kemudian
penyerapan oleh larutan
NaOH pada kedua labu ditambahkan dengan H2O2 berlebih, persamaan reaksi
erlenmyer yang terjadi sebagai berikut.
 Larutan sulfida sisa Na2S(aq) + H2O2(aq) → Na2SO4(aq) putih keruh + 4H2O(l)
dioksidasi dengan H2O2
berlebih Bahaya reaktan dan produk yaitu H2O2 bersifat
berbahaya jika tertelan dan resiko kerusakan serius pada
 Beberapa tetes larutan
diambil dan ditaruh diatas mata (iritasi).
plat porcelain dan ditetesi
larutan CuSO4. Jika tidak  larutan Na2S tersebut ditetesi larutan CuSO4, persamaan
terbentuk endapan hitam reaksi yang terjadi sebagai berikut.
berarti semua sulfida
Na2S(aq) + CuSO4(aq) → Na2SO4(aq) + CuS(s) endapan hitam
sudah teroksidasi menjadi
sulfat dan larutan boleh Bahaya reaktan dan produk yaitu CuSO 4 bersifat
dibuang.
berbahaya jika tertelan, menyebabkan iritasi parah dan
luka bakar. Hindari menghirup uap atau debu.

5. Melakukan penanganan  Larutan sisa FeCl2 dan HCl ditetesi dengan larutan
larutan besi klorida dan asam NaOH, persamaan reaksi yang terjadi sebagai berikut.
sisa yang ada di labu leher
dua. FeCl2(aq) + 2NaOH(aq) → Fe(OH)2(s) + 2NaCl(aq)

 Larutan sisa FeCl2 dan Hasil reaksi dari penambahan larutan NaOH ke dalam
HCl ditetesi dengan larutan FeCl2 yaitu berupa endapan putih Fe(OH)2 dan
larutan NaOH sampai larutan NaCl. Bahaya larutan sisa FeCl2 bersifat korosif
terbentuk endapan besi sehingga harus dinetralkan menggunakan NaOH.
hidroksida.
 Endapan disentrifugasi
dan dipisahkan atau
disaring. Filtrat bebas ion
besi dan telah netral dapat
dibuang.
 Limbah padat ditempatkan
pada penampung limbah
padat senyawa-senyawa
logam transisi.
6. Melakukan penanganan
larutan hasil titrasi
iodometri.
 Larutan hasil titrasi
disaring dengan kieselgur.
 Filtrat disimpan pada
wadah pengumpul sisa
titrasi iodometri untuk
selanjutnya dioksidasi
untuk menghasilkan iod
 Kertas penyaringan dan
sisa yang tersaring
dibuang pada tempat
limbah padat.
 Preparasi Na2S2O3.5H2O

Persamaan Reaksi
No. Prosedur Kerja dan Bahaya Reaktan- Hasil Pengamatan
Produk

1. Sebanyak 6,2 gram Berat Na2SO3(s) adalah Reaksi :


padatan Na2SO3 dan 3,2 6,20 gram yang Na2SO3(aq) + H2O(l) → Na2SO4(aq) + H3O+
gram belerang dicampur berwarna putih dan Na2SO3(aq) + S Na2S2O3(aq)
dan ditumbuk sampai berupa serbuk,
halus. Serbuk halus sedangkan belerang
tersebut ditaruh dalam labu (serbuk berwarna
Erlenmeyer 150 mL. kuning) sebanyak
3,20gram. Setelah
dicampur dengan
aquades sebanyak
50mL, larutan
berwarna kuning
(belerang sukar larut).

2. Kemudian campuran Hasil filtrat larutan Reaksi :


tersebut dituangi 40 mL air Na2SO3 ketika
 Na2SO3(aq) + S → Na2S2O3(s)
suling dan 1 tetes detergen. dicampurkan
 Na2S2O3(s) → Na2S2O3(aq)
dengan belerang, tidak
terlarutkan. Setelah
ditetesi dengan larutan
detergen, belerang
masih tidak terlarutkan
dalam larutan filrat
Na2SO3.

3. Labu Erlenmeyer Setelah pemanasan dan Reaksi:


kemudian diisi batu
pengaduk magnetik dan pengadukan, larutan Na2SO3(aq) + S 80−90

° C Na2S2O3 (aq)
ditutup dengan kaca arloji, filtrat dan belerang
dipanaskan di atas tercampur merata dan
pemanas magnetik pada
suhu 80-90oC selama 2-3 larutannya berwarna
jam. kuning. Pemanasan
melepaskan uap yang
kembali mengembun.
Ketika pemanasan
terbentuk gelembung
busa
berwarna kuning muda
dan gas berbau
belerang
terbakar (menyengat).
Sample II
Rentangan suhu yang
diamati setiap 10
menit:
10 menit I :89℃
10 menit II :84℃
10 menit III :85℃
10 menit IV :84℃
10 menit V :83℃
10 menit VI :84℃
10 menit VII :89℃
10 menit VIII:83℃
10 menit IX :84℃
10 menit X :82℃
10 menit XI :83℃
10 menit XII :82℃
10 menit XIII:82℃

4. Hasil larutan tersebut Ketika disaring Hasil filtrasi diperoleh :


kemudian disaring dalam menggunakan kertas Residu : endapan belerang berwarna
keadaan panas. saring, diperoleh filrat
larutan tidak berwarna kuning muda
yang jernih. Dimana Filtrat : larutan warna Na2S2O3 tidak
larutan awal sebelum di
saring berwarna berwarna
kuning. Sementara itu,
diatas kertas saring
terdapat residu berupa
endapan belerang

5. Belerang sisa hasil Hasil Penyaringan : Na2SO3(aq) + S → Na2S2O3(s)


saringan dikeringkan di
 Sampel I : 0,049 0,1001
udara dan ditimbang.
Berat belarang hasil 0,049 0,049 0,049
reaksi : 1,725 gram Sisa : - 0,0511 0,049
Berat belerang sebelum Massa belerang sisa seharusnya : 1,635 g
reaksi : 3,20 gram
Belerang yang bereaksi
sebanyak : 1,95 gram
 Sampel II
Berat belarang hasil
reaksi : 2,40 gram
Berat belerang sebelum
reaksi : 3,20 gram
Belerang yang bereaksi
sebanyak : 0,80 gram

6. Filtrat dipanaskan hingga Filtrat dipanaskan


volume menjadi sampai jenuh. Untuk
setengahnya, lalu menguji kejenuhan /
didinginkan di kulkas kepekatan larutan
sampai terbentuk kristal digunakan batang
bening. pengaduk terbentuk
kristal maka larutan
sudah jenuh.

7. Kristal yang terbentuk  Massa kristal dari


diambil dengan sampel I diperoleh
menyaringnya. Kristal
adalah 6,38 gram
yang menempel pada
kertas saring diangin-  Massa kristal dari
anginkan kemudian sampel II diperoleh
diambil dan ditimbang. adalah 1,59 gram

 Preparasi Na2S2O3.5H2O

Kristal Na2S2O3.5H2O dapat dipreparasi dengan serbuk natrium sulfit dan serbuk belerang. 6,205 gram natrium sulfit dilarutkan dalam
40 mL aquades menghasilkan larutan natrium sulfat yang tidak berwarna. Adapun reaksinya :
Na2SO3(s) + 3H2O(l) → Na2SO4(aq) + 2H3O+(aq)

Selanjutnya larutan tersebut ditambahkan 3,205 gram serbuk belerang (kuning). Dari langkah ini terlihat bahwa antara larutan natrium
sulfit dan belerang tidak bercampur merata (tidak saling melarutkan) untuk itu di tambahkan 1 tetes air sabun untuk dapat melarutkan
dan mendispersikan belerang ke dalam air. Air sabun dalam hal ini berfungsi sebagai emulgator yang mampu menurunkan tegangan
permukaan antara natrium sulfit dan belerang. Adapun reaksinya Na2SO3(aq) + S(s) → Na2S2O3(aq)

Untuk mempercepat pelarutan belerang dalam natrium sulfit diperlukan pemanasan antara suhu 80℃-90℃dan pengadukan yang
menggunakan stirer. Hal ini dilakukan karena beberapa alasan, yaitu :

 Untuk menghindari penguapan air mendidih dan membentuk uap pada suhu diatas 90℃ . Jika dibiarkan campuran mendidih
diatas 90℃ maka volume larutan akan berkurang.
 Belerang memiliki sifat yang khas, dimana pada suhu diatas 90 ℃ yaitu sekitar 95℃ , belerang akan mengkristal membentuk
kristal jarum. Jadi jika campurandipanaskan pada suhu diatas 90℃ maka sebagian belerang akan menyublim dan membentuk
kristal jarum.
 Pemanasan pada suhu tinggi akan menyebabkan produk (natrium tio sulfat) akan mengalami disproporsionasi menjadi Na2SO4,
Na2S dan S sesuai dengan reaksi berikut : 4Na2SO3(aq) → 3Na2SO4(aq) + Na2S(s) + 4S(s)

Pada percobaan ini, dilakukan dua kali dalam mereaksikan natrium sulfit dengan belerang. Pada sampel I (larutan natrium sulfit
dengan belerang) yang sudah di tetesi dengan satu tetes air sabun dan dipanaskan dalam pemanas magnetic. Dalam
pemanasan ini, suhunya diukur tidak secara teratur selama 2 jam. Namun, pada sampel II (larutan natrium sulfit direaksikan dengan
belerang), dalam pemanasan suhunya diukur setiap 10 menit selama 2 jam lebih 10 menit.

Table pengukuran suhu pada proses pemanasan


Dari data yang diperoleh tersebut, terlihat bahwa sampel II, suhunya dijaga konstan (80℃-90℃). sedangkan untuk sampel I
tidak diketahui, apakah suhunya benar-benar konstan dalam waktu proses pemanasan, karena kemungkinan besar suhunya dapat

melebihi 90℃. Sehingga untuk proses selanjutnya akan berpengaruh. Adapun grafik yang diperoleh untuk sampel II adalah sebagai
berikut :
Setelah proses pemanasan dihentikan, maka didapatkan larutan yang terdiri dari 2 fasa, dimana pada bagian atas berupa
padatan kuning dan pada bagian bawah berupa larutan tak berwarna. Larutan yang tak berwarna tersebut merupakan
Na2S2O3 sedangkan padatan kuning tersebut merupakan residu belerang. Dalam reaksi pembentukan Na 2S2O3 masih
terdapat residu belerang, sebab belerang merupakan pereaksi berlebih sehingga tidak semua belerang dapat bereaksi dengan natrium
sulfit.

Untuk sampel I dan II tahap prosedurnya yang dilakukan sama. Namun, hanya pengukuran suhu dalam proses pemanasan
yang berbeda. Selanjutnya, hasil pencampuran disaring dalam keadaan panas. Residu hasil saringan di keringkan. Pengeringan ini
bertujuan untuk menghilangkan kandungan airnya sehingga pada saat penimbangan, yang ditimbang adalah belerang murni (tanpa
air). Massa belerang untuk sampel pertama diperoleh 1,725 gram sedangkan residu belerang untuk sampel II diperoleh 2,40 gram.
Selanjutnya, filtrat yang diperoleh dipanaskan sampai volumenya menjadi setengahnya. Hasil pemanasan filrat ini, didinginkan selama
satu minggu di lemari es. Untuk filtrat sampel I, setelah didinginkan selama 1 minggu belum terbentuk kristal Na 2S2O3. Hal ini
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
 Suhu pada proses pemanasan tidak konstan (80℃ -90℃ )
 Pada proses pemanasan filtrat, larutannya belum jenuh.
 Filtrat masih mengandung air

Selanjutnya filtrat tersebut dipanaskan kembali. Pemanasan dilakukan sampai muncul letupan pada filtrat yang dijenuhkan.
Letupan ini merupakan indikator bahwa filtrat sudah jenuh. Setelah muncul letupan, maka pemanasan dihentikan dan pada dasar

gelas kimia terdapat kristal Na2S2O3. Kristal Na2S2O3 yang telah terbentuk, ditimbang. Massa Na2S2O3 yang diperoleh adalah
6,38gram. Dibandingkan dengan sampel II, kristal Na2S2O3 setealah didinginkan selama satu minggu tanpa dilakukan pemanasan
kembali. Kemudian kristal tersebut diambil dengan menyaringnya. Kristal yang menempel di kertas saring di angin-
anginkan dan ditimbang. Massa kristal yang diperoleh untuk sampel II adalah 1,59 gram. Selanjutnya kristal Na 2S2O3 yang diperoleh
dalam percobaan ini dibandingkan dengan kristal Na2S2O3 yang ada di laboratorium

Kristal Na2S2O3 dari sampel Kristal Na2S2O3 dari sampel Kristal Na2S2O3 dari
I II laboratorium
Kristal lebih kasar dan Kristal yang terbentuk lebih Kristal Na2S2O3 lebih halus
membentuk gumpalan – kasar, namun tidak dan warna lebih putih
gumpalan yang cukup besar. (gumpalan membentuk gumpalan bersih.
pada kristal Na2S2O3 dari sampel
mungkin disebabkan
karena pada kristal tersebut
masih mengandung air
Untuk menguji apakah kristal yang dihasilkan adalah tiosulfat, maka kristal tersebut diuji dengan larutan HCl pekat. Sedikit
kristal diambil dan dilarutkan dalam 1mL aquades. Selanjutnya ditambahkan beberapa tetes HCl 1M. Pada uji ini menghasilkan
larutan yang berwarna kuning keruh dan gelembung gas. Warna larutan kuning keruh ini menunjukkan adanya endapan belerang dan
gelembung gas yang dihasilkan merupakan gas SO2. Reaksinya :

Na2S2O3(aq) + 2HCl(aq) → S(s) + SO2(g) + 2NaCl + H2O(l)

Perhitungan massa sisa belerang dan massa kristal Na2S2O3 yang diperoleh secara teoritis.

Na2SO3 + S → Na2S2O3

 Massa Na2SO3 = 6,20 gram

Mr Na2SO3 = 126 g/mol

Mol Na2SO3 = 0,049 mol

 Massa S = 3,20 gram

Ar S = 32 g/mol

Mol S = 0,10 mol

Na2SO3 + S Na2S2O3

m 0,049 mol 0,10 mol -

b 0,049 mol 0,049 mol 0,049 mol

s - 0,051 mol 0,049 mol


massa belerang sisa = 0,051 mol x 32 g/mol = 1,632 gram

massa Na2S2O3 = 0,049 mol x 158 g/mol = 7,742 gram

Apabila kristal yang terbentuk dianggap masih mengandung air, maka massa Na2S2O3.5H2O = 0,049 mol x 248 g/mol = 12,152
gram. Sedangkan secara eksperimen, diperoleh massa belerang sisa untuk percobaan preparasi Na2S2O3 (sampel I) yang pertama
adalah 1,725 gram dan massa kristal Na 2S2O3 adalah 6,38 gram. Kemudian massa belerang sisa untuk percobaan preparasi Na 2S2O3
(sampel I) yang kedua adalah 2,40 gram dan massa kristal Na2S2O3 adalah 1,59 gram. Jika dibandingkan dengan hasil secara teoritis,
hasil secara eksperimen sangat jauh sekali. Perbedaan perolehan antara hasil percobaan dasil secara teoritis mungkin disebabkan
karena :

 Dalam perhitungan teoritis, Na2S2O3 telah dianggap murni, sehingga massa Na2S2O3 yang digunakan adalah tepat 6,20 gram.
Sedangkan dalam kenyataannya Na2S2O3 telah teroksidasi dengan O2 menjadi Na2S2O4. Sehingga perlu dilakukan pemurnian
terhadap Na2S2O3 dengan mengendapkan SO42- menjadi BaSO4. Namun,pada percobaan tidak dilakukan pemurnian Na2S2O3,
sehingga berpengaruh pada hasil yang diperoleh. Selain itu, perlu diingat juga dalam proses pemurnian ini tentunya akan
mengurangi massa Na2S2O3 yang terlibat dalam reaksi pembentukan Na2S2O3. semakin sedikit Na2S2O3 yang digunakan maka
semakin sedikit pula kristal Na2S2O3 yang diperoleh karena Na2S2O3 merupakan pereaksi pembatas.
 Dalam proses pemanasan campuran, belerang dengan larutan Na2S2O3, serbuk belerang tersebut kadang-kadang naik ke
dinding labu erlenmeyer sehingga dapat mempengaruhi jumlah belerang yang bereaksi dengan Na 2S2O3. Tidak semua belerang
dapat bereaksi dengan Na2S2O3.
 Lama pemanasan mungkin belum cukup untuk mereaksikan semua Na2S2O3 dengan belerang. Sehingga kristal Na2S2O3 tidak
didapat secara maksimal.
Berdasarkan hasil percobaan ini dapat ditentukan keberhasilan praktikum melalui perhitungan massa kristal yang didapat
dalam praktikum dan massa kristal secara teoritis. Perhitungannya sebagai berikut:
Lampiran

Sintesis Gas H2S


1. Prosedur 1. Rangkaian alat

2. Prosedur 2.

3. Prosedur 3.
Na2S2O3.5H2O
1. Prosedur 1.

2. Prosedur 2.
3. Prosedur 3.

4. Prosedur 4.
5. Prosedur 5.

6. Prosedur 6.

7. Prosedur 7.
DAFTAR PUSTAKA

You might also like