You are on page 1of 10

MAKALAH

Hubungan dalam Konseling dan Pembinaan Raport

Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mikro Konseling

Dosen Pengampu: St. Hajra Syam, S. Sos., M. A.

Oleh

Kelompok I

Nama: Miftahul Jannah Nim: 190202063


Nama: Nur Afni Nim: 190202066
Nama: M. Reskyawan Nim: 190202080
Nama: Sindi Nim: 190202073

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN KOMUNIKASI ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH SINJAI

TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan pertolongannya sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan
makalah yang berjudul “hubungan dalam konseling dan pembinaan
raport”.Salam dan sholawat semoga senantiasa selalu tercurahkan kepada baginda
tercinta, suri tauladan dan sekaligus panutan kita didalam menjalankan aktivitas
keseharian kita yakni Nabiullah Muhammad SAW yang telah membimbing kita
dari alam jahiliyah menuju alam islamiyah yang terang benderang dengan cahaya
Iman. Semoga dengan pertolongannya senantiasa kita dapatkan hingga akhir hayat
kita. Aamiin ya robbal ‘aalamiin.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari
berbagai pihak yang sifatnya membangun demi kebaikan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis secara khusus dan pembaca pada
umumnya.
Sinjai, 3 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1

B. Rumusan masalah.................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 2

A. Pengertian Hubungan dalam Konseling dan Pembinaan Raport ............................... 2

BAB III PENUTUP......................................................................................................... 4

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 4

B. Saran ....................................................................................................................... 4

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 5

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hubungan konseling yang berkembang dengan baik akan memungkinkan
konseling membuang perasan-perasaan cemas, takut, atau malu untuk mendiskusikan
masalahnya dengan konselor termasuk rahasia-rahasia pribadi yang dimilikinya.
Konseling juga mengembangkan rasa percaya pada kepada konselor dapat menjadi
pendengar yang baik dan punya kesungguhan untuk menolongnya. Kemauan
konseling untuk mau membicarakan masalahnya konselor menjadi kondisi awal yang
sangat esensial, karena dengan itu konselor menjadi kondisi awal yang sangat
esensial, karena dengan itu konselor dapat memperoleh informasi yang luas,
mendalam, dan akurat tentang masalah konseling, dan atas dasar itu ia akan lebih
mungkin dapat mengembangkan langkah-langkah strategis yang lebih efisien. Jika
konselor gagal dalam mengembangkan hubungan yang efektif, maka konseling
menjadi enggan untuk berbicara dan bahkan melawan upaya-upaya bantuan yang
akan diberikan.

Hubungan konseling sering juga disebut sebagai raport, dimana raport adalah
hubungan baik antara konselor dan konseling dengan menunjukkan kerja sama yang
optimal. Didalam rapport terjadi suatu kondisi saling memahami, mengenal tujuan
bersama dan tercipta hubungan yang akrab sehingga menumbuhkan rasa saling
percaya. Tujuan utama rapport adalah untuk menjembatani hubungan konselor dank
lien, sikap penerimaan dan minat yang mendalam terhadap klien dan masalahnya
dengan ini akan tercipta hubungan antara konselor dan klien, penerimaan dan minat
yang mendalam terhadap klien dan masalahnya.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana hubungan dalam konseling dan pembinaan raport?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui hubungan dalam konseling dan pembinaan raport?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hubungan dalam Konseling dan Pembinaan Raport


Hubungan dalam konseling adalah langkah pertama dalam proses konseling,
membina hubungan sangatlah penting. Konseling adalah bentuk khusus dari
hubungan atau komunikasi interpersonal. Berarti kaidah-kaidah yang berlaku dalam
komunikasi, berlaku dalam konseling.1

Menciptakan hubungan dalam proses konseling merupakan tahap awal yang


paling penting antara konselor dan klien. Konselor dapat menciptakan hubungan dan
memberikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan apa yang sedang menjadi
permasalahan baik secara langsung maupun tidak langsung mengenai permasalahan
yang terjadi pada kehidupan nyata.2 Dalam hal ini ‘alat’ yang paling penting untuk
dipakai dalam pekerjaan konselor adalah dirinya sendiri sebagai pribadi (our self as a
person) untuk mengambil keputusan secara efektif, maka diperlukan kualitas
hubungan antar pribadi yang baik antar konselor dalam konseling. Hal ini aka nada
beberapa perbedaan model dalam praktek konseling secara alami dipengaruhi pada
pemilihan model yang dilakukan oleh konselor. Pada dasarnya setiap konseling
memiliki potensi positif dan kekuatan dalam pemahaman-pemahaman kekuatan
dalam dimensi waktu kekinian untuk mengembangkan diri. 3

Membangun hubungan konseling sangat penting dan menentukan dalam


melakukan konseling bukanlah pekerjaan yang mudah. Beberapa konselor bahkan
mengalami hambatan untuk melahirkan hubungan yang efektif tersebut. Untuk itu,
Wilis mengemukakan beberapa hal yang harus dipelihara hubungan dalam konseling
yang harus diketahui konselor, yakni: 4

a. Kehangatan, hal ini akan menjadikan konseling tidak berlangsung dengan kaku
dan formal. Ada rasa persahabatan dan semangat yang terbentuk bila terjadi
konseling.
b. Hubungan yang empati, yaitu konselor dapat merasakan apa yang dirasakan klien
serta memahami diri dan masalah yang dihadapi klien.
c. Keterlibatan klien, hal ini sangat ditentukan keterbukaan klien dihadapan
konselor.

1
Jeanette Murad Lesmana, “Dasar-dasar Konseling”. Jakarta:UI, Press.2013.Hal.103.
2
Reski Hariko. “Ilmu Bimbingan dan Konseling,Nilai dan Kesejahteraan Individu: Studi Literatur”.
Jurnal Konseling dan Pendidikan, Vol.4, No. 2 2016. Hal.119-122.
3
Amalia Putri. “Pentingnya Kualitas Pribadi Konselor dalam Konseling Untuk Membangun
Hubungan Antar Konselor dan Konseling. Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia, Vol.1, No. 1 2016. Hal.10-
13.
4
Namora Lumongga Lubis, “Memahami Dasar-dasar Konseling dalam Teori dan Praktik”.
Jakarta: Kencana. 2011. Hal.61.
2
Menurut Wilis, rapport adalah hubungan yang ditandai dengan keharmonisan,
kecocokan, dan saling tarik-menarik. Rapport diawali dari persetujuan, kesejajaran,
kesukaan dan persamaan. Hal yang harus ditekankan pada rapport adalah persamaan
bukan perbedaan. Persamaan akan membangun hubungan yang positif, sementara
perbedaan hanya akan memunculkan sikap resisten dan persamaan egosentris. 5

Sementara itu Brammer, Abrego, dan Shostrom mendefinisikan rapport adalah


suatu iklim psikologis positif, yang mengandung kehangatan dan penerimaan
sehingga klien tidak terasa terancam berhubungan dengan konselor. Iklim adalah
keadaan dalam hal ini lebih mengarah pada suasana, sedangkan psikologi adalah
kejiwaan, dan kata positif lebih mengacu pada manfaat atau yang mendukung antara
satu dengan yang lainnya.6

Mengembangkan rapport pada awalnya dilakukan oleh konselor. Ibarat sedang


menyambut tamu yang diharapkan kedatangannya, maka sang punya rumah akan
menyambutnya dengan hangat dan akrab untuk memberikan kenyamanan pada
tamunya tersebut. Begitu juga halnya dengan hubungan konseling, klien adalah tamu
istimewa yang seharusnya mendapatkan sambutan hangat dan keakraban dari
konselor sebagai pemilik konseling. Kehangatan dan keakraban inilah yang dijadikan
pondasi membangun rapport.7

Ada beberapa cara mengembangkan pembinaan rapport tersebut, dalam hal ini
wilis mengemukakan pendapat sebagai berikut:8

a. Konselor memiliki sikap empati pada klien. Selain itu konselor harus
bersikap terbuka, menerima tanpa syarat, dan menghormati klien.
b. Konselor harus mamou membaca perilaku non verbal konseling, terutama
yang berhubungan dengan bahasa lisannya.
c. Adanya rasa kebersamaan, intim, akrab, kejujuran dan minat membantu
tanpa pamrih.

Dalam proses konseling, pembinaan raporrt diawali oleh pertanyaan basa-


basi konselor, seperti “apa kabar ibu” atau “ ibu dating sendirian saja” ? pokok
pembicaraan mengawali rapport sama sekali tidak berkaitan dengan permasalahan
klien karena tujuannya hanya untuk membuat klien merasa nyaman di awal
9
pertemuan dengan konselor dan klien yang ditandai dengan saling percaya.

5
Ibid., Hal. 76.
6
Hirmaningsih, Indah Damayanti, “Psikologi Konseling”. Pekanbaru: Al-Mujtahadah Press.2015.
Hal.75.
7
Ibid., Hal. 77.
8
Ibid., Hal. 78.
9
Tohirin, “Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah”. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada. 2007. Hal.326-327.
3
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hubungan dalam konseling adalah langkah pertama dalam proses
konseling, membina hubungan sangatlah penting. Konseling adalah bentuk
khusus dari hubungan atau komunikasi interpersonal. Berarti kaidah-kaidah yang
berlaku dalam komunikasi, berlaku dalam konseling.Membangun hubungan
konseling sangat penting dan menentukan dalam melakukan konseling bukanlah
pekerjaan yang mudah. Menurut Wilis, rapport adalah hubungan yang ditandai
dengan keharmonisan, kecocokan, dan saling tarik-menarik. Rapport diawali dari
persetujuan, kesejajaran, kesukaan dan persamaan. Hal yang harus ditekankan
pada rapport adalah persamaan bukan perbedaan. Persamaan akan membangun
hubungan yang positif, sementara perbedaan hanya akan memunculkan sikap
resisten dan persamaan egosentris. Dalam proses konseling, pembinaan raporrt
diawali oleh pertanyaan basa-basi konselor, seperti “apa kabar ibu” atau “ ibu
dating sendirian saja” ? pokok pembicaraan mengawali rapport sama sekali tidak
berkaitan dengan permasalahan klien karena tujuannya hanya untuk membuat
klien merasa nyaman di awal pertemuan dengan konselor dan klien yang ditandai
dengan saling percaya.

B. Saran
Bagi pemakalah menjadi suatu pengetahuan yang penting karena walau
sebatas mambaca dan menulis dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan.
Kami sebagai pemakalah juga meminta kritik dan saran yang mambangun untuk
menyempurnakan pembuatan makalah selanjutnya.

4
DAFTAR PUSTAKA
Jeanette Murad Lesmana. 2013. “Dasar-dasar Konseling”. Jakarta:UI, Press.
Reski Hariko. 2016. “Ilmu Bimbingan dan Konseling,Nilai dan Kesejahteraan
Individu: Studi Literatur”. Jurnal Konseling dan Pendidikan, Vol.4, No. 2. 119-122.
Amalia Putri. 2016. “Pentingnya Kualitas Pribadi Konselor dalam Konseling
Untuk Membangun Hubungan Antar Konselor dan Konseling. Jurnal Bimbingan
Konseling Indonesia, Vol.1, No. 1 . 10-13.
Namora Lumongga Lubis. 2011. “Memahami Dasar-dasar Konseling dalam Teori
dan Praktik”. Jakarta: Kencana.
Hirmaningsih, Indah Damayanti. 2015. “Psikologi Konseling”. Pekanbaru: Al-
Mujtahadah Press.
Tohirin. 2007. “Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah”. Jakarta:
PT. Rajagrafindo Persada.

5
6

You might also like