Professional Documents
Culture Documents
Manajemen Pendidikan
Manajemen Pendidikan
104-115
MANAJEMEN PENDIDIKAN p-ISSN: 2502-9487
PENELITIAN KUALITATIF
1)
Post Graduate Student of Riau University
2)
Lecturer of Education Management Study Programme PPs University of Riau
3)
Lecturer of Education Management Study Programme PPs University of Riau
ABSTRACT: This research was aimed at finding out the structuring and equality policies
of the teaching loads of the state Senior High School (SMAN) teachers of Tembilahan
Kota, Indragiri Hilir District. The data were gathered through observation, interview
and documentation. The informants of the research were employees of the District
Education Office, school supervisors, head teachers, and a number of teachers in the
Sub-district of Tembilahan Kota. The data analysis used in this study was policy analysis
since the research employed the qualitative approach.The findings of the research indicated
that (1) the program planning of the structuring and equality of the teachers’ teaching
loads has been implemented. (2) In its implementation, however, there were teachers who
could not have 24 teaching hours in a week. (3) The implementation of the planned
program of the structuring and the equality of the teachers’ teaching loads was running
smoothly, but not yet as maximal as expected.
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penataan dan pemerataan guru
berdasarkan beban kerja guru SMA Negeri di Tembilahan Kota Kecamatan Tembilahan
Kabupaten Indragiri Hilir. Informan yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah pegawai
Dinas Pendidikan, Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah dan beberapa guru di Tembilahan Kota.
Instrumen yang digunakan berbentuk observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data
yang digunakan untuk memaparkan data penataan dan pemerataan guru berdasarkan beban
kerja guru SMA Negeri di Tembilahan Kota Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir
adalah analisis kebijakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, perencanaan program
penataan dan pemerataan berdasarkan beban kerja guru SMA Negeri di Tembilahan Kota
Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir telah dilaksanakan. Kedua, pada tahap
pelaksanaan penataan dan pemerataan berdasarkan beban kerja guru SMA Negeri di Tembilahan
Kota telah terlaksana, namun masih ada beban mengajar yang tidak mencukupi 24 jam tatap
muka perminggu. Ketiga, hasil pelaksanaan program penataan dan pemerataan berdasarkan
beban kerja guru SMA Negeri di Tembilahan Kota Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri
Hilir sudah berjalan dengan baik. Namun belum maksimal seperti yang diharapkan.
dipengaruhi oleh objek berikutnya. Seperti yang tidak hanya mengandung maksud terjadinya
dijelaskan oleh Usman (2002: 70), “Implementasi suatu proses tunggal atau berdiri sendiri, tapi ada
adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, proses lain yang dilakukan dalam upaya
atau adanya mekanisme suatu sistem. persiapan implementasi dan proses “yang
Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi sebenarnya” dari implementasi kebijakan itu
suatu kegiatan yang terencana dan untuk sendiri.
mencapai tujuan kegiatan”. Menurut Friedrich (dalam Wahab 2008: 3)
Implementasi tidak hanya direncanakan Kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah
namun implementasi juga sebagai pengembangan pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang,
kebijakan untuk menyempurnakan. Sejalan kelompok atau pemerintah dalam lingkungan
dengan pendapat Harsono (2002:67) tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-
menjelaskan, “Implementasi adalah suatu proses hambatan tertentu seraya mencari peluang-
untuk melaksanakan kebijakan menjadi tindakan peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan
kebijakan dari politik ke dalam administrasi. sasaran yang diinginkan.
Pengembangan kebijakan dalam rangka Dari uraian di atas, dapat disimpulkan
penyempurnaan suatu program”. bahwa implementasi kebijakan adalah suatu
Implementasi menurut Mazmanian dan proses melaksanakan atau menerapkan
Sabatier, “Implementasi merupakan pelaksanaan kebijakan melalui serangkaian tindakan
dari kebijakan dasar hukum juga berbentuk operasional untuk menghasilkan outcome yang
dalam bentuk perintah atau keputusan, atau diinginkan.
putusan pengadilan. Proses pelaksanaan Jenkins (1986) mengatakan studi
berlangsung setelah sejumlah tahapan seperti implementasi adalah studi perubahan. Bagaimana
tahapan pengesahan undang-undang, dan perubahan itu terjadi, bagaimana kemungkinan
kemudian output dalam bentuk pelaksanaan perubahan bisa dimunculkan.
keputusan kebijakan, dan seterusnya sampai Menurut Van Meter dan Van Horn (1975),
kebijakan korektif yang bersangkutan. implementasi memiliki sifat diataranya:
Implementasi menurut Setiawan implementasi akan dipengaruhi oleh sejauh mana
(2004:39) menjelaskan, “Implementasi adalah kebijakan menyimpang dari kebijakan-kebijakan
perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan sebelumnya, proses implementasi akan
proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk dipengaruhi oleh jumlah perubahan organisasi
mencapainya serta memerlukan jaringan yang diperlukan.
pelaksana, birokrasi yang efektif”. Selain itu menurut Christopher Hood
Pendapat Cleaves yang dikutip (dalam (1991), agar implementasi sempurna ada lima
Wahab 2008;187), yang secara tegas syarat atau kondisi, yakni: (1) implementasi ideal
menyebutkan bahwa: Implementasi itu mencakup itu akan ditegakkan dan tujuan ditentukan, (2)
“Proses bergerak menuju tujuan kebijakan orang akan melaksanakan apa yang diminta dan
dengan cara langkah administratif dan politik”. diperhatikan, (3) harus ada komunikasi yang
Keberhasilan atau kegagalan implementasi sempurna di dalam dan diantara organisasi, dan
sebagai demikian dapat dievaluasi dari sudut (4) tidak ada tekanan waktu. Dengan kata lain,
kemampuannya secara nyata dalam meneruskan bahwa sifat-sifat implementasi selalu dipengaruhi
atau mengoperasionalkan program-program yang oleh perubahan kebijakan-kebijakan yang telah
telah dirancang sebelumya. diterapkan sebelumnya serta dimana
Sofian Effendi (2000) menyatakan bahwa implementasi itu akan diterapkan.
“implementasi kebijakan adalah proses
pelaksanaan kebijakan atau menerapkan Model-model Implementasi Kebijakan
kebijakan setelah kebijakan itu disahkan untuk Ada sepuluh model dalam studi
menghasilkan outcome yang diinginkan”. Berarti implementasi kebijakan, yaitu sebagai berikut:
107
1. Model Van Meter dan Van Horn, Model 6. Model Elmore, dkk. Model yang disusun
pertama adalah model yang paling klasik, Richard Elmore (1979), Michael Lipsky
yakni model yang diperkenalkan oleh (1971), dan Benny Hjern dan David
Donald Van Meter dan Carl Van Horn O’Porter (1981). Model ini dimulai dari
(1975). Model ini mengandaikan bahwa mengidentifikasikan jaringan aktor yang
implementasi kebijakan berjalan seara linear terlibat dalam proses pelayanan dan
dari kebijakan publik, implementator, dan menanyakan kepada mereka: tujuan,
kinerja kebijakan publik. strategi, aktivitas, dan kontak-kontak yang
2. Model Mazmanian dan Paul A. Sabatier, mereka miliki.
Model yang kedua adalah model yang 7. Model Edward, menegaskan bahwa masalah
dikembangkan Daniel Mazmanian dan Paul utama administrasi publik adalah lack of
A. Sabatier (1983) yang mengemukakan attention to implementation. Dikatakannya,
bahwa implementasi adalah upaya without effective implementation the
melaksanakan keputusan kebijakan. Model decission of policymakers will not be carried
Mazmanian dan Sabatier disebut Model out successfully. Edward menyarankan untuk
Kerangka Analisis Implementasi (a memperhatikan empat isu pokok agar
framework for implementation analysis). implementasi kebijakan menjadi efektif, yaitu
3. Model Hogwood dan Gunn, Model ketiga communication, resource, disposition or
adalah Model Brian W. Hogwood dan Lewis attitudes, dan beureucratic structures.
A. Gunn (1978), untuk dapat 8. Model Nakamura dan Smallwood,
mengimplementasikan kebijakan secara mengambarkan proses implementasi
sempurna, maka diperlukan beberapa kebijakan secara detail. Begitu detailnya,
persayaratan tertentu. sehingga model ini relatif relevan
4. Model Goggin, Malcolm Goggin, Ann diimplementasikan pada semua kebijakan.
Bowman, dan James Lester 9. Model Jaringan, Model ini memehami bahwa
mengembangkan apa yang disebutnya proses implementasi kebijakan adalah
sebagai “communication model” untuk sebuah complex of interaction processes di
implementasi kebijakan yang disebutnya antara sejumlah besar aktor yang berada
sebagai “generasi ketiga model implementasi dalam suatu jaringan (network) aktor-aktor
kebijakan” (1990). Goggin dan kawan- yang independen. Interaksi di antara para
kawan bertujuan mengembangkan sebuah aktor dalam jaringan tersebutlah yang akan
model implementasi kebijakan yang lebih menentukan bagaimana implementasi harus
ilmiah dengan mengedepankan pendekatan dilaksanakan, permasalahan-permasalahan
metode penelitian dengan adanya variabel yang harus dikedepankan, dan diskresi-
independen, intervening, dan dependen, dan diskresi yang diharapkan menjadi bagian
meletakkan komunikasi sebagai penggerak penting di dalamnya.
dalam implementasi kebijakan. 10. Model Matland, Richard Matland (1995)
5. Model Grindle, Model Implementasi mengembangkan sebuah model yang disebut
Kebijakan Publik yang dikemukakan Grindle dengan Model Matriks Ambiguitas-Konflik
(1980:7) menuturkan bahwa Keberhasilan yang menjelaskan bahwa implementasi
proses implementasi kebijakan sampai secara admiministratif adalah implementasi
kepada tercapainya hasil tergantung kepada yang dilakukan dalam keseharian operasi
kegiatan program yang telah dirancang dan birokrasi pemerintahan. Kebijakan di sini
pembiayaan cukup, selain dipengaruhi oleh memiliki ambiguitas atau kemenduaan yang
Content of Policy (isi kebijakan) dan Contex rendah dan konflik yang rendah.
of Implementation (konteks Implementasi secara politik adalah
implementasinya). implementasi yang perlu dipaksakan secara
108
peserta didik dalam struktur kurikulum dari guru PNS di wilayah kabupaten/kota adalah
Kurikulum 2013 ke Kurikulum Tahun 2006. Bupati/Walikota, namun untuk mekanisme
Adapun lima kegiatan yang dapat dikategorikan pelaksanaan di lapangan dilakukan oleh Dinas
sebagai ekuivalensi jam tata muka adalah: Pendidikan kabupaten/kota tersebut. Dalam
1. Menjadi wali kelas, melakukan penataan dan pemerataan guru PNS
2. Membina OSIS, antar satuan pendidikan, antar jenjang, dan antar
3. Menjadi guru piket, jenis pendidikan, pemerintah kabupaten/kota
4. Membina kegiatan ekstrakurikuler, memiliki tugas sebagai berikut:
5. Menjadi tutor Paket A, Paket B, Paket C, 1. Menyusun produk hukum dalam bentuk
Paket C Kejuruan, atau program peraturan Bupati/Walikota atau produk
pendidikan kesetaraan. hukum lainnya terkait penataan dan
pemerataan guru PNS yang merujuk pada
Pengertian ekuivalensi peraturan bersama.
Berdasarkan permendikbud nomor 4 tahun 2. Sosialisasi program penataan dan
2015, “Ekuivalensi adalah penghargaan kegiatan pemerataan guru PNS di wilayah kabupaten/
selain mengajar di kelas untuk di akui sebagai kota.
jam pelajaran”. 3. Verifikasi data guru dan analisis kebutuhan
guru TK, SD, SMP, SMA dan SMK di
Tujuan Ekuivalensi setiap satuan pendidikan di wilayah
Tujuannya adalah untuk mengatasi kabupaten/kota.
permasalahan guru yang bersertiûkat pendidik 4. Penyediaan peta guru yang
yang mengajar mata pelajaran tertentu pada menginformasikan tentang kelebihan dan/
rombongan belajar di SMP/SMA/SMK yang atau kekurangan guru PNS di wilayah
sebelumnya menggunakan kurikulum 2013, kabupaten/kota dengan tembusan
kemudian menggunakan kurikulum tahun 2006 disampaikan kepada Badan Kepegawaian
untuk memenuhi beban mengajar minimal 24 jam Daerah (BKD).
tatap muka per minggu. 5. Pemindahan guru PNS antar satuan
pendidikan.
Peraturan Bersama Lima Menteri Tentang 6. Penyediaan dana pemindahan guru PNS
Penataan dan Pemerataan Guru antar satuan pendidikan di wilayah
Penataan dan pemerataan guru PNS diatur kabupaten/kota.
dalam peraturan bersama lima menteri terkait Sedangkan perencanaan kebutuhan guru
dengan proses penataan ulang rasio guru PNS berdasarkan petunjuk teknis peraturan bersama
yang ada di seluruh Indonesia. Selain itu juga lima menteri ini adalah sebagai berikut:
peraturan bersama lima menteri tentang penataan 1. Prasyarat
dan pemerataan guru PNS memiliki tujuan untuk Perencanaan kebutuhan guru dilakukan
memeratakan pelayanan dan kualitas pendidikan berdasarkan laporan dari satuan pendidikan
formal di Indonesia. Kebijakan ini diundangkan tentang jumlah guru sesuai dengan jenis guru,
pada tahun 2011 dan berlaku secara efektif jumlah peserta didik, jumlah rombongan belajar,
diseluruh daerah pada tahun 2012. Penataan dan jumlah jam setiap mata pelajaran yang mengacu
pemerataan guru PNS dilakukan di daerah yang pada struktur kurikulum, dan disesuaikan dengan
mengalami kekurangan dan kelebihan guru. jenis program yang dibuka (untuk SMA dan
Untuk selanjutnya disusun perencanaan tentang SMK) ke Dinas Pendidikan kabupaten/kota.
penataan ini. Khusus untuk PLB, perencanaan kebutuhan guru
Menurut peraturan bersama lima menteri di sampaikan ke Dinas Pendidikan provinsi.
tentang penataan dan pemerataan guru PNS,
pelaksana utama dari penataan dan pemerataan
110
kekurangan jenis guru tertentu. Guru alih 1. Menerima dan melakukan rekapitulasi data
fungsi/profesi harus mengikuti pendidikan/ guru PNS berdasarkan laporan hasil analisis
pelatihan/penataran yang direncanakan kebutuhan guru PNS pada jenjang
untuk keperluan tersebut agar mendapatkan pendidikan TK dan SD dari seluruh UPTD
kompetensi professional pada mata pelajaran Pendidikan Kecamatan di kabupaten/kota
baru yang akan diampu. bersangkutan dengan menggunakan format
3. Guru Bimbingan Konseling yang telah ditentukan.
a. Kekurangan guru BK dapat diatasi dengan 2. Menerima dan melakukan rekapitulasi data
cara sebagai berikut: guru PNS berdasarkan laporan hasil analisis
1) Menerima guru pindahan dari satuan kebutuhan guru PNS pada jenjang
pendidikan lain dari kabupaten/kota pendidikan SMP, SMA, dan SMK dari
yang sama atau kabupaten/kota yang seluruh kepala satuan pendidikan di
lain. kabupaten/kota bersangkutan dengan
2) Pengangkatan/rekruitmen guru baru. menggunakan format yang telah ditentukan.
b. Kelebihan guru BK dapat diatasi dengan 3. Melakukan rekonsiliasi kebutuhan guru
cara sebagai berikut: PNS bersama UPTD Kecamatan dan
1) Memindahkan guru dari satuan Kepala Sekolah SMP, SMA, dan SMK di
pendidikan tertentu dari kabupaten/kota kabupeten/kota bersangkutan.
yang sama atau kabupaten/kota yang 4. Sesuai dengan kewenangannya wajib
lain. membuat perencanaan penataan dan
2) Alih fungsi/profesi guru, sesuai dengan pemerataan guru PNS antar satuan
ketentuan yang berlaku. pendidikan, antar jenjang, dan antar jenis
3) Pensiun dini, sesuai dengan ketentuan pendidikan di wilayahnya.
yang berlaku. 5. Menyampaikan hasil perencanaan
Penataan guru PNS merupakan upaya sebagaimana dimaksud di atas sebagai bahan
optimalisasi pemberdayaan guru PNS untuk informasi kepada pemerintah provinsi paling
memenuhi beban kerja minimal 24 jam tatap lambat bulan Februari tahun berjalan.
muka dan maksimal 40 jam tatap muka 6. Sesuai dengan kewenangannya,
perminggu. Guru yang diprioritaskan untuk memfasilitasi/memproses pemindahan guru
melaksanakan tugas minimum 24 jam tatap muka PNS dari sekolah yang kelebihan guru ke
dan maksimum 40 jam tatap muka perminggu sekolah yang kekurangan guru dengan
didasarkan pada kriteria sebagai berikut sesuai mengacu pada ketentuan sebelumnya.
dengan bobot penilaian dari nilai tertinggi: 7. Membuat laporan pelaksanaan penataan
1. Guru bersertifikat pendidik; dan pemerataan guru PNS antar satuan
2. Masa kerja tertinggi sebagai guru; pendidikan, antar jenjang, dan antar jenis
3. Pangkat dan golongan tertinggi; pendidikan di wilayahnya dan menyampaikan
4. Guru yang mengampu mata pelajaran sesuai kepada pemerintah provinsi dengan
dengan latar belakang pendidikannya; tembusan kepada Kementerian Pendidikan
5. Perolehan angka kredit tertinggi; dan Kebudayaan paling lambat bulan Juni
6. Tugas tambahan, dan tahun berjalan.
7. Prestasi kerja berdasarkan penilaian kinerja Satuan pendidikan yang memiliki kelebihan
guru (yang dilakukan). guru untuk mata pelajaran tertentu dan guru yang
Selanjutnya pada mekanisme pelaksanaan bersangkutan tidak dapat memenuhi beban kerja
tersebut, dalam proses penataan Dinas minimum 24 jam tatap muka perminggu
Pendidikan Kabupaten/Kota melakukan tahapan pada mata pelajaran yang sama dari satuan
sebagai berikut: pendidikan lain dalam kabupaten/kota yang
112
sama, maka satuan pendidikan akan menetapkan Kabupaten Indragiri Hilir terdapat 2 sekolah
guru yang harus dipindahkan ke satuan yang berstatus negeri, yaitu SMA Negeri 1
pendidikan lain. Tembilahan yang dipimpin oleh Bapak M. Fauzi,
Penetapan guru yang harus dipindahkan S.Pd dan SMA Negeri 2 Tembilahan yang
didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut: dipimpin oleh Bapak Victoria, S.Pd., MM.
1. Pemenuhan kebutuhan guru dalam rangka Metode yang digunakan dalam penelitian ini
peningkatan mutu pendidikan berdasarkan adalah penelitian yang bersifat deskriptif yaitu
penilain kinerja. menggambarkan suatu keadaan yang
2. Pemenuhan beban mengajar minimum 24 sebenarnya.
jam tatap muka perminggu di sekolah tujuan. Informan dalam penelitian ini adalah pegawai
3. Rasionalitas jarak, waktu tempuh, dan akses dinas pendidikan dengan inisial nama (H.M.HM,
dari tempat tinggal ke lokasi satuan dan Drs, M.R.F, M.Pd), Pengawas dengan inisial
pendidikan baru. (Drs.M) dan beberapa Kepala Sekolah dengan
Untuk menjamin tetap berlangsungnya inisial ( M.F, S.Pd dan V, S.Pd., MM) beserta
proses pembelajaran di sekolah, maka proses beberapa guru di SMA Negeri 1 dan guru SMA
pemindahan guru PNS dari sekolah yang Negeri 2. Informan ini sangat berguna untuk
kelebihan guru ke sekolah yang kekurangan guru, mengumpulkan informasi agar dapat dijadikan
dalam satu kabupaten/kota, dilakukan pada akhir data oleh peneliti.Beberapa teknik pengumpulan
semester pada tahun berjalan. Sedangkan data kualitatif dalam penelitian ini adalah
pemindahan guru antar kabupaten/kota baik Wawancara, Dokumentasi,Observasi, rekam
dalam satu provinsi maupun antar provinsi, Audio, data dari buku dan data dari web.
pemindahan guru harus dilakukan paling lambat
pada bulan Oktober tahun berjalan. HASIL PENELITIAN
Gambaran Umum tentang Latar Penelitian
METODOLOGI PENELITIAN Sekolah Menengah Atas Negeri yang
Secara umum tujuan penelitian ini adalah terdapat di Tembilahan Kota ada dua sekolah,
untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan yaitu Sekolah Menengah Atas Negeri 1 dan
penataan dan pemerataan berdasarkan beban Sekolah Menengah Atas Negeri 2. Sekolah
kerja guru SMA Negeri di Tembilahan Kota Menengah Atas Negeri 1 Tembilahan berdiri pada
Kecamatan Tembilahan Kabupaten INHIL. tanggal 14 September 1967. SMA Negeri 1
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Tembilahan terletak di Jalan Pendidikan. Saat ini
1 dan SMA Negeri 2 Tembilahan Kota jumlah rombel 28 dengan jumlah tenaga pendidik
kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir. 58 orang. Sekolah Menengah Atas Negeri 2
Waktu penelitian dilakukan 3 bulan setelah Tembilahan berdiri pada tanggal 29 April 2013.
finalisasi proposal penelitian, yaitu pada bulan SMA Negeri 2 terletak di Jalan Tanjung Harapan.
Oktober 2016. Saat ini jumlah rombel 18 dengan jumlah tenaga
Sekolah Menengah Atas Negeri yang ada pendidik 38 orang.
di Tembilahan Kota Kecamatan Tembilahan
113