You are on page 1of 7

Rosulullah SAW Teladan Sepanjang Zaman

‫ أحمده وأشكره وأتوب‬،ً‫ أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله وكفى باهلل شهيدا‬،‫الحمد هلل‬
‫ وأشهد‬،ً‫ وأشهد أن ال إله إال هللا وحده ال شريك له تعظيماً> لشأنه وتمجيدا‬،ً‫ وكفى به وليا ً حميدا‬،‫إليه وأستغفره‬
،‫ نبي شرح هللا صدره ورفع> ذكره ووضع> وزره وأعلى في العالمين قدره‬،‫أن نبينا محمداً عبد هللا ورسوله‬
‫ وأرسى> قواعد‬،‫ بعثه هللا بالهدى ودين الحق فأشاد> صرح العقيدة‬،‫وجعل الذلة والصغار على من خالف أمره‬
‫ فصلى هللا‬،‫ والحق ما التزمه‬،‫ والدين ما شرعه‬،‫ فالخير ما جاء به‬،‫ وأكمل هللا به الدين وأتم به النعمة‬،‫الملة‬
،‫وسلم وبارك> عليه وعلى آله وصحبه خير هذه األمة وأطوعها> له وأحبها لرسوله عليه الصالة والسالم‬
‫ أيها‬: ‫ أما بعد‬.‫ فرضي> هللا عنهم وأرضاهم ومن لزم هديهم ودعا بدعوتهم> إلى يوم الدين‬،‫وأكثرها> اتباعا ً له‬
‫ (يا أيها الذين آمنوا اتقو هللا حق تقاته وال تموتن‬: ‫ أوصيكم ونفسي بتقوى هللا عز وجل قال تعالى‬:‫المسلمون‬
‫) وقال‬22 :‫ور ِم ْن َربِّ ِه ) (الزمر‬ٍ ُ‫ْالم فَه َُو َعلَى ن‬ ِ ‫ص ْد َرهُ لِِإْل س‬ َ ُ ‫ ( َأفَ َم ْن َش َر َح هَّللا‬: ‫إال وأنتم مسلمون) قال تعالى‬
َ ْ‫ ( فَ َم ْن ي ُِر ِد هَّللا ُ َأ ْن يَ ْه ِديَهُ يَ ْش َرح‬: ‫تعالى‬
ِ ‫ص ْد َرهُ لِِإل س‬
125:‫ْالم ) األنعام‬
Kaum muslimin jamah sholat jumat yang dimuliakan Allah
Marilah kita senantiasa berupaya untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan
kepada Allah SWT. Takwa dengan makna yang sesungguhnya, selalu berupaya
mengabdi pada Allah dalam setiap aktivitas kita dengan penuh keikhlasan dan
mengharapkan keridhoan-Nya semata. Juga selalu merasa khawatir dan takut jika
perbuatan yang kita lakukan membawa kita kepada kemurkaan Allah SWT. Dan
Bersyukur atas segala kenikmatan yang telah diberikan sampai detik ini
Hadirin sidang jumat yang berbahagia
Setelah Dua Pekan ini kita dihadapkan dengan realitas kehidupan yang meriah
dimana mana untuk merayakan datangnya Tahun Baru Masehi yang nota bene
bukan ajaran dari Rosulullah dan Liburan akhir tahun yang tentunya menguras
energi kita untuk berlibur bersama keluarga, pekan ini kita kembali diingatkan
untuk senantiasa menumbuhkan kecintaan dan  meneladani kehidupan beliau
Rosulullah.
‫ُول هللاِ ُأس َْوةٌ َح َسنَةٌ لِ َم ْن َكانَ يَرْ جُو هللاَ َو ْاليَوْ َ>م اآْل ِخ َر َو َذ َك َ>ر هللاَ َكثِيرًا‬
ِ ‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِي َرس‬
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan dia banyak menyebut Allah.” (Al-Ahzab: 21)
َ‫ك ِإال َرحْ َمةً لِ ْل َعالَ ِمين‬
َ ‫َو َما َأرْ َس ْلنَا‬
“Tidaklah Kami mengutusmu wahai Muhammad kecuali untuk menjadi rahmat
sekalian alam” (Al-Anbiyah: 107)
Rosulullah bukan hanya menjadi rahmat buat kaum muslimin yang menjadikan
beliau sebagai panutan dan contoh sejati dalam merealisasikan ketaatan kepada
Allah, dalam bersosialisasi sehari, menjadi ayah, menjadi suami, menjadi kakek
bahkan menjadi seorang pemimpin. Tetapi Rosulullah juga adalah rahmat untuk
alam sejagat ini, yang di sana hidup manusia-manusia yang tak pernah tahu dan
mau tahu buat apa mereka diciptakan oleh Allah. Dengan diutusnya Rosulullah
saw ke dunia, dengan membawa cahaya islam, Islam telah mampu merubah
kehidupan umat manusia ke arah kehidupan yang penuh makna, menerangi dengan
ilmu pengetahuan
Kaum muslimin jamaah sholat jumat yang berbahagia
Saat ini kita masih berada dalam bulan rabiul awal yang mulia, yang mana bukan
hanya pada bulan ini saja Rosulullah dilahirkan tetapi pada bulan ini juga beliau
diwafatkan oleh Allah SWT, kisah wafatnya begitu menyayat hati kalau kita
mengingatnya kembali. Kisah wafatnya Rosulullah sungguh akan menggugah
jiwa-jiwa beriman, duka itu masih berbekas walaupun sudah 14 abad berlalu jika
kembali untuk dikenang.
Seorang sahabat Abdullah bin Mas’ud ra berkata: “Ketika Rosulullah mendekati
ajalnya, beliau mengumpulkan kami di rumah ‘Aisyah. Beliau memandang kami
tanpa sepata kata, sehingga kami semua menangis menderaikan air mata. Lalu
beliau bersabda: “Semoga Allah menyayangi, menolong dan memberikan petunjuk
kepada kalian. Aku berwasiat agar kalian bertakwa kepada Allah. Janganlah kamu
berlaku sombong terhadap Allah. Kalau sudah datang ajalku, hendaklah Ali yang
memandikan aku, Fudlail bin Abbas yang menuangkan air, dan Usman bin Zaid
membantu mereka berdua. Kemudian kafani aku dengan pakaianku saja manakala
kamu semua menghendaki, atau dengan kain Yaman yang putih. Ketika kalian
sedang memandikan aku, letakkan aku di atas tempat tidurku di rumahku ini, yang
dekat dengan liang kuburku nanti. ”
Mendengar itu, seketika para sahabat menjerit histeris, menangis pilu, sambil
berkata: ” Wahai Rasulullah, engkau adalah utusan untuk kami, menjadi kekuatan
jamaah kami, selaku penguasa yang selalu memutusi perkara kami, kalau Engkau
sudah tiada, lalu kepada siapakah kami mengadukan semua persoalan kami!?”
Rasulullah Saw bersabda: “Aku sudah tinggalkan untuk kalian jalan yang benar di
atas jalan yang terang benderang, juga aku tinggalkan dua penasehat, yang satu
pandai bicara dan yang satu pendiam. Yang pandai bicara yaitu Al-Qur’an, dan
yang diam ialah kematian. Manakala ada persoalan yang sulit bagi kalian, maka
kembalikan kepada Al Qur’an dan Sunnahku, dan andaikan hati keras seperti batu,
maka lenturkan dia dengan mengingat kematian.”
Kaum Muslimin Jamaah Sholat Jumat yang dimuliakan Allah
Semenjak hari itu, sakit Rasulullah saw bertambah parah, selama 18 hari beliau
menanggungnya. Smpailah tiba hari senin di hari beliau menghadap Rabbnya.
Sewaktu adzan shubuh Bilal ra datang menghampiri pintu Rasulullah Saw seraya
mengucapkan salam.
Dari dalam rumah Fathimah putri Rasulullah saw menjawab salam Bilal, dan ia
membertahukan bahwa Rasulullah saw dalam keadaan sakit.
Bilal pun kembali ke masjid, tatkala shubuh mulai terang sedang Rasulullah saw
belum juga datang, Bilal kembali menghampiri pintu Rasulullah. Mendengar suara
Bilal, Rosulullah memanggilnya, lalu bersabda: ”Masuklah wahai Bilal,
penyakitku rasanya semakin bertambah, suruhlah Abu Bakar agar menjadi imam
shalat dengan orang-orang yang hadir.”
Kemudian bilal memasuki masjid dan memberitahu Abu Bakar agar beliau
menjadi imam dalam sholat tersebut. Ketika Abu Bakar melihat ke mihrab
Rasulullah saw yang kosong, ia tidak dapat menahan perasaannya, lalu ia menjerit
dan akhirnya jatuh pingsan. Orang-orang yang berada di dalam masjid menjadi
bising sehingga terdengarlah oleh Rasulullah saw.
Rosulullah lalu memanggil fathimah lalu berkata: ”Wahai Fathimah, ada apakah
dengan jeritan itu, kenapa di dalam masjid sana begitu gaduh?” Fathimah
menjawab: ”Itu karena engkau tidak hadir mengimami wahai Rosulullah.”
Maka Rasulullah meminta Ali dan Fadhal bin Abbas untuk memapah beliau masuk
ke masjid, Rosulullah kemudian shalat bersama-sama mereka . Setelah salam
beliau menghadap ke arah kaum muslimin dan bersabda: ”Wahai kaum muslimin,
kalian masih dalam pemeliharaan dan pertolongan Allah. Untuk itu bertaqwa-lah
kepada-Nya dan taatilah Dia, sesungguhnya saya akan meninggalkan dunia ini, dan
hari ini adalah hari pertamaku di akherat dan hari terakhirku di dunia.”
Kaum Muslimin Jamaah Sholat Jumat yang dimuliakan Allah
Kisah ini semakin membuat kita menjadi sedih saat Rosulullah pulang kembali ke
rumahnya, Allah mewahyukan kepada Malaikat Maut supaya turun menemui
Rasulullah saw dengan berpakaian sebaik-baiknya. Kemudian menyuruh Malaikat
Maut mencabut nyawa Rasulullah saw dengan lemah lembut. Seandainya
Rasulullah menyuruhnya masuk, maka dia dibolehkan masuk. Tetapi jika
Rasulullah tidak mengizinkannya, hendaklah dia kembali.
Maka turunlah Malaikat Maut untuk menunaikan perintah Allah SWT.
Sesampainya di depan pintu kediaman Rasulullah saw, Malaikat Maut berkata:
“Assalamualaikum wahai ahli rumah kenabian, sumber wahyu dan risalah!”
Fatimah pun keluar menemuinya dan berkata kepada tamunya: “Wahai hamba
Allah, Rasulullah sekarang dalam keadaan sakit.”
Kemudian Malaikat Maut itu memberi salam lagi: “Assalamualaikum, bolehkah
saya masuk?”
Rasulullah saw mendengar suara Malaikat Maut itu, lalu ia bertanya kepada
puterinya Fatimah: “Siapakah yang ada di luar pintu itu?”
Fatimah menjawab: “Seorang lelaki memanggil baginda. Saya katakan kepadanya
bahwa baginda dalam keadaan sakit. Kemudian dia memanggil sekali lagi dengan
suara yang menggetarkan sukma.”
Rasulullah saw bersabda: “Tahukah kamu siapakah dia?”
Fatimah menjawab: “Tidak wahai baginda.”
Lalu Rasulullah saw menjelaskan: “Wahai Fatimah, dia itu adalah melaikat maut
yang memusnahkan semua kenikmatan, yang memutuskan segala nafsu syahwat,
yang memisahkan pertemuan, dan menghabiskan semua rumah, serta dia yang
meramaikan kuburan.”
Mendadak Fathimah menangis, lalu berucap: “Wahai Ayahku, sesungguhnya aku
takkan mendengar sabdamu lagi, juga tak kan mendengarkan ucapan salam darimu
sesudah hari ini.”
Rasulullah berkata: “Tabahkan hatimu wahai anakku Fathimah, sebab
sesungguhnya hanya engkau di antara keluargaku yang pertama berjumpa
denganku.”
Kemudian Rasulullah saw bersabda: “Masuklah, wahai Malaikat Maut.” Maka
masuklah Malaikat Maut itu sambil mengucapkan: “Assalamualaika ya
Rasulullah.”
Rasulullah saw pun menjawab: “Waalaikassalam wahai Malaikat Maut. Engkau
datang untuk berziarah atau untuk mencabut nyawaku?
Malaikat Maut menjawab: “Saya datang untuk ziarah sekaligus mencabut nyawa.
Jika tuan izinkan akan saya lakukan. Jika tidak, saya akan pulang.”
Rasulullah saw bertanya: “Wahai Malaikat Maut, di mana engkau tinggalkan
Jibril?”
Jawab Malaikat Maut: “Saya tinggalkan dia di langit dunia.”
Baru saja Malaikat Maut selesai bicara, tiba-tiba Jibril datang lalu duduk
disamping Rasulullah saw. Kemudian Rosulullah berkata: “Wahai Jibril, tidakkah
engkau mengetahui bahwa ajalku telah dekat?”
Jibril menjawab: “Ya, wahai kekasih Allah.”
Rosul melanjutkan ucapannya: “Beritakan kepadaku akan kemuliaan yang
menggembirakan aku di sisi Allah.”
Jibril menjawab: “Semua pintu-pintu telah terbuka. Dan para malaikat sudah
berbaris menanti kehadiran Ruh-mu di langit. Pintu-pintu surga telah terbuka, dan
bidadari-bidadari sudah bersolek menanti kehadiran Ruh-mu.
Rasulullah saw berkata: “Segala Puji bagi Allah wahai Jibril, berilah aku kabar
gembira mengenai umatku kelak di hari kiamat!”
Jibril menjawab: “Aku beritahukan kepadamu wahai Rosulullah, bahwa
sesungguhnya Allah Ta’ala telah berfirman: “Sesungguhnya sudah Aku larang
semua Nabi masuk ke dalam surga sebelum engkau memasuki lebih dulu. Dan Aku
larang semua umat sebelum umatmu masuk lebih dulu.” (Hadist Qudsi)
Dengan tersenyum Rosulullah berkata: ”Sekarang sudah tenang hatiku dan
hilanglah kekhawatirankuku.” Beliau melanjutkan: ”Wahai malaikat maut,
mendekatlah kepadaku.”Malaikat Maut pun mendekati beliau dan mulailah
mencabut ruh Rosulullah.
Ketika sampai di perut Beliau bersabda: “Wahai malaikat Jibril, alangkah pahitnya
rasa sakaratul maut ini”. Malaikat Jibril memalingkan wajahnya. Ketika itu Nabi
Saw berkata: ”Wahai Jibril, apakah engkau tidak suka melihat wajahku!” Jibril
menjawab: ”Wahai kekasih Allah, siapa kiranya yang sampai hati melihat
wajahmu, dan engkau dalam keadaan sakaratul maut.“
Anas ra berkata: ”Ketika ruh Nabi Saw sampai di dada, beliau bersabda: ”Aku
berwasiat kepada kalian, agar kalian memelihara shalat, dan apa-apa yang menjadi
tanggungjawabmu” sampai perkataan beliau putus.
Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah
Rosulullah telah menghembuskan nafasnya yang terakhir dengan tersenyum. Anas
bin Malik melanjutkan ucapannya: “Ketika aku di depan pintu rumah Aisyah, aku
mendengar Aisyah sedang menangis dengan kesedihan yang mendalam sambil
mengatakan, “Wahai orang yang tidak pernah memakai sutera, wahai orang yang
keluar dari dunia dengan perut yang tidak pernah kenyang dari gandum, wahai
orang yang telah memilih tikar daripada singgahsana, wahai orang yang jarang
tidur di waktu malam karena takut Neraka Sa’ir.”
Kaum Muslimin jamaah Sholat jumat yang di muliakan Allah
Begitulah ungkapan Aisyah seorang istri Rosulullah yang menyadarkan kita bahwa
begitulah keseharian Rosulullah tatkala beliau masih hidup. Padahal beliau adalah
orang yang telah dijamin Allah untuk masuk surge. Kini sudah 14 abad berlalu saat
Rosulullah meninggalkan umatnya, tetapi ajaran beliau selalu hidup dan akan
selalu menghidupkan hati orang-orang beriman. Ada beberapa hal yang hendaklah
selalu diingat dan diwujudkan, sebagai wujud kecintaan kita kepada Rosulullah
saw:
Pertama: Ikhlas dan mengikuti tuntunan Rosululllah dalam beribadah
Hal ini ditegaskan oleh Allah Swt dalam firmannya:
]110:‫صالِحا ً َوال يُ ْش ِر ْك بِ ِعبَا َد ِة َربِّ ِه َأ َحداً [الكهف‬
َ ً‫فَ َم ْن َكانَ يَرْ جُوا لِقَا َء َربِّ ِه فَ ْليَ ْع َملْ َع َمال‬
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia
mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun
dalam beribadat kepada Tuhannya.” (Al-Kahfi: 110)
Rosulullah saw bersabda:
‫ أخرجه الشيخان‬. ‫عائشة رضي هللا عنها من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد‬
Barang siapa melakukan amalan bukan sesuai dengan tuntunanku maka ia ditolak.
(HR. Bukhori Muslim)
Kedua : Konsisten dalam ketaatan kepada Allah SWT
Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah
Saat Umar bin Khattab berteriak lantang dengan penuh kesedihan sambil
menghunus pedangnya sambil mengucapkan: “Barang siapa yang mengatakan
bahwa Muhammad telah mati akan aku tebas lehernya”.
Setelah Abu bakar menutup kembali kain panjang yang menutupi wajah
Rosulullah yang mulia, tetesan air mata mengalir membasahi pipi dan janggutnya,
ia kemudian bangun dan melangkah keluar menjumpai Umar. Ia tahu perasan
Umar yang tidak dapat menerima kehilangan Rasul. Dia sendiri sedang bergelut
dengan kesedihan yang amat dalam. Lalu dia pun berseru dengan nyaring. Seruan
itu ditujukan kepada semua yang hadir terutama kepada Umar. “Barang seiapa
menyembah Nabi Muhammad, sesungguhnya Rasulullah benar-benar telah wafat.
Dan barang siapa menyembah Allah,maka Allah tidak pernah mati dan abadi
selama-lamanya.”
Kemudian beliau membacakan sebuah firman Allah dalam Al-Quran:
‫ت ِم ْن قَ ْبلِ ِه الرُّ ُس ُل َأفَِإ ْن َماتَ َأوْ قُتِ َل ا ْنقَلَ ْبتُ ْم َعلَى َأ ْعقَابِ ُك ْم َو َم ْن يَ ْنقَلِبْ َعلَى َعقِبَ ْي ِه فَلَ ْن‬
ْ َ‫َو َما ُم َح َّم ٌد ِإال َرسُو ٌل قَ ْد َخل‬
‫هَّللا‬
َ‫ض َّر َ َش ْيًئا َو َسيَجْ ِزي> ُ ال َّشا ِك ِرين‬ ‫هَّللا‬ ُ َ‫ي‬
“Dan tidaklah Muhammad itu kecuali seorang Rasul. Sudah berlalu rasul-rasul lain
sebelumnya. Kerana itu, Apakah jika Muhammad meninggal dunia atau terbunuh,
kamu akan murtad dan kembali kepada agama nenek moyang kamu? Sungguh
barang siapa murtad kembali kepada agama nenek moyang, tidak sedikit pun
menimbulkan kerugian kepada Allah SWT. Dan Allah akan menganjarkan pahala
bagi orang-orang yang bersyukur.” (Ali Imran:144)
Tiba-tiba Umar terjatuh lemah di atas kedua lututnya. Tangannya menjulur
kebawah bagaikan kehabisan tenaga. Keringat dingin membasahi seluruh badanya.
Bagaikan baru hari itu dia mendengar ayat yang sudah lama disampaikan oleh
Rasul kepada mereka. Kini hatinya benar-benar tersentak. “Benarlah baginda telah
pergi untuk selama-lamanya. Kau pergi meninggalkan kami yang amat
mencintaimu,” rintih hati Umar.
Dan tangis kecintaan tersebut terus merambat ke hati para sahabat dan ke seluruh
hati umat sehingga akhir zaman. Kecintaan orang beriman kepada Rasulnya yang
tidak pernah putus sekalipun oleh kematian karena kecintaan atas dasar iman itu
tetap lestari dan abadi.
Walau Rosulullah telah tiada, ketaatan kepada Allah harus terus adalah selamanya.
Ketiga : Meneladani dan Mencintai Rosulullah
Banyak sisi dari kisah kehidupan Rosulullah yang mesti diteladani oleh umat
islam, apalagi pada saat sekarang ini, bangsa kita sangat membutuhkan pemimpin
yang dapat membimbing bangsa yang bukan hanya selamat dari krisis global, tapi
yang lebih penting dari pada itu seorang pemimpinyang juga dapat membimbing
bangsa hingga mereka selamat di akherat kelak.
ٌ‫ُول هَّللا ِ ُأس َْوةٌ َح َسنَة‬
ِ ‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِي َرس‬
“Sungguh terdapat dalam diri Rosulullah suri tauladan yang baik” (Al-Ahzab: 21)
Mencintai Rosulullah adalah kewajiban, membela kehormatan Rosulullah
merupakan keharusan, karena itu adalah tanda dari keimanan. Sebagaimana sabda
Rosulullah dalam hadist shahih:
‫ ال يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من ولده ووالده والناس أجمعين‬:‫عن أنس رضي هللا عنه‬
Kelima: Berpegang teguh kepada Kitabullah dan Sunah
Umat saat ini sangat dituntut untuk benar-benar kembali kepada Al-Quran dan
Sunah sebagaimana pesan Rosulullah ketika akan wafat, itulah yang akan
membimbing mereka menuju keselamatan di dunia dan akherat.:
:‫ق بِ ُك ْم ع َْن َسبِيلِ ِه َذلِ ُك ْم َوصَّا ُك ْم بِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُونَ [األنعام‬ ِ ‫َوَأ َّن هَ َذا‬
َ ‫ص َرا ِطي ُم ْستَقِيما ً فَاتَّبِعُوهُ َوال تَتَّبِعُوا ال ُّسب َُل فَتَفَ َّر‬
]153.
“Ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti
jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari
jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” (Al-
An’am : 153)
‫ أقول قولي هذا وأستغفر هللا لي ولكم‬.‫ ونفعني وإياكم> بهدي سيد المرسلين‬،‫بارك هللا لي ولكم في القرآن العظيم‬
‫ إنه هو الغفور الرحيم‬،‫ فاستغفروه‬،‫ولجميع المسلمين‬.
Oleh: Zulhamdi M. Saad, Lc

You might also like