You are on page 1of 14

Jurnal Studi Agama dan Masyarakat ISSN: 1829-8257; E ISSN: 2540-8232

Vol. 17, No 02, Desember 2021, p. 135-148 135

RESPON PESANTREN TERHADAP PENERAPAN PROTOKOL


KESEHATAN DI TENGAH PANDEMI COVID-19 (STUDI
KASUS TERHADAP TIGA PESANTREN DI SUMATRA
SELATAN)
Nugrohoa,1,*, Zaki Faddad Syarif Zainb,,2, Arpah Nurhayatc,3
a UIN Raden Fatah, Palembang, 30126, Indonesia
bUIN Raden Fatah, Palembang, 30126, Indonesia
c UIN Raden Fatah, Palembang, 30126, Indonesia
1 nugroho_uin@radenfatah.ac.id*; 2 zakifaddad_uin@radenfatah.ac.id*; 3 m.arpah_uin@radenfatah.ac.id*;

ARTICLE INFO ABSTRACT

Article history: This study was to reveal the theological response and application of
Received : 2021-11-01
health protocols in Islamic boarding schools during the COVID19
Revised : 2021-11-28
Accepted : 2021-12-24 pandemic. The data were obtained through observations,
observations and interviews in three Islamic boarding schools:
Ittifaqiyah, Aulia Cendikia and Al Burhan, a Salaf Islamic Boarding
Keywords: School. Aulia Cendikia is affiliated with NU and Al Burhan with
Islamic Boarding School Jamaah Tabligh, while Ittifaqiyah is the largest pesantren in the
Pandemic
Health Protocol province but is not affiliated with any religious movement. This
study revealed that in the application of health protocols in Islamic
boarding schools during the pandemic, there were two things. First,
Islamic boarding schools applied rules in the form of SOPs for virus
prevention strictly. This was performed by Pesantren Aulia Cendikia
and Ittifaqiyah. Meanwhile, Al Burhan tent to apply loosely. It was
concluded that the level of an Islamic boarding school and the school
it adhered could determine the response to health protocols in the
midst of the Covid-19 pandemic.

ABSTRAK

Kata Kunci Penelitian ini bertujuan mengungkapkan respon teologis dan


Pesantren penerapan protokol kesehatan di lingkungan pesantren selama masa
Pandemi Pandemi COVID-19. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui
Protokol Kesehatan observasi, pengamatan dan wawancara di tiga pesantren Pesantren
Ittifaqiyah dan Aulia Cendikia dan Al Burhan adalah Pesantren
Salaf. Aulia Cendikia berafiliasi dengan NU dan Al Burhan dengan
Jamaah Tabligh, semetnara Ittifaqiyah adalah pesantren terbesar di
provinsi ini namun tidak berafiliasi dengan gerakan keagamaan
manapun. Penelitian ini berkesimpulan bahwa dalam penerapan
protokol kesehatan di lingkungan pesantren selama Pandemi
terdapat dua hal. Pertama pesantren menerapkan aturan dalam
bentuk SOP pencegahan virus secara ketat, ini dilakukan oleh
Pesantren Aulia Cendikia dan Ittifaqiyah. Sementara Al Burhan
cenderung menerapkan secara longgar. Dari sini dapat disimpulkan
bahwa ukuran suatu pesantren dan paham yang dianut bisa
menentukan respon terhadap protokol kesehatan di tengah pandemi
COVID-19.

10.23971/jsam.v%vi%i.3383 W : http://e-journal.iain-palangkaraya.ac.id/index.php/jsam
E : Jsam.iainpky@gmail.com
136 Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Vol. 17, No. 02, Desember 2021, p. 135-148

rumah work from home secara total


I. Pendahuluan diberlakukan bagi seluruh santri seperti di
Sejak awal Desember tahun 2019 virus sekolah-sekolah umum non pesantren. Hal
Corona menggemparkan Wuhan China inilah yang menjadi alasan mengapa banyak
disusul oleh Thailand yang mengkonfirmasi pesantren-pesantren yang harus tetap buka,
adanya virus di negeri ini Jepang menjadi melaksanakan proses belajar mengajar
negara berikutnya dan dengan cepat meskipun pesantren-pesantren itu berada di
keberadaan Virus corona terdeteksi menyebar zona merah.
di banyak negara termasuk Indonesia dengan Pendidikan pesantren tidak akan
ditemukannya 2 warga Indonesia terdeteksi terlaksana ketika tidak ada kepondokan atau
tertular virus corona jenis baru ini seusai asrama yang menjadi ciri khasnya maka,
pertemuannya dengan warga Jepang pada pendidikan pesantren akan susah memenuhi
tanggal 14 Februari 2020 (Arnani, 2020). ketentuan zonasi di atas. Oleh sebab itu, bagi
Masing-masing negara mencoba pesantren berlaku tiga ketentuan panduan.
menanggulangi virus ini dengan berbagai Tiga kategori itu ialah pesantren yang sudah
macam cara. Antara lain, mulai dari langkah melakukan pembelajaran tatap muka; akan
pelarangan keluar negeri, pencegahan menggelar pembelajaran tatap muka; dan
masuknya warga asing, pembatasan sosial, belum melaksanakan kegiatan belajar tatap
penerapan protokol kesehatan, lockdown antar muka. Ketiga ketentuan tersebut pada intinya,
daerah, penutupan rumah ibadah dan anjuran melibatkan gugus tugas penanggulangan
ibadah di masjid hingga meliburkan sekolah COVID-19 dan bekerja memastikan
(Zakaria, 2021). terlaksananya protokol kesehatan berjalan
Di sektor pendidikan, pemerintah dengan baik dan melaksanakan pengawasan
Republik Indonesia mengeluarkan peraturan pada kondisi kesehatan seluruh warga
berupa Keputusan Bersama Empat Menteri, pesantren tanpa kecuali.
Tentang Panduan Penyelenggaraan Sementara di sisi lain, dalam diskursus
Pembelajaran Pada Tahun Ajaran 2020/2021 agama dan sains, respon terhadap virus ini
di Masa Pandemi Corona virus Disease 2019 ditanggapi secara berbeda di antara
(COVID-19) no 440-882 Tahun 2020. masyarakat muslim. Respon-respon itu secara
Peraturan tersebut dibuat karena garis besar dibagi menjadi dua. Pertama,
pertimbangan kesehatan dan keselamatan adalah sikap acuh tak acuh terhadap
semua warga Indonesia baik sebagai peserta keberadaan virus dan juga cara cara
didik, pengajar, hingga pengelola sekolah agar pencegahannya. Kedua, adalah sikap peduli
terhindar dari terpaparnya wabah virus dan terlibat aktif melakukan upaya
berbahaya ini. Menteri Pendidikan dan pencegahan penyebaran virus. Penelitian ini
Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar bertujuan untuk melihat respon pesantren
Makarim mengatakan, “Prinsip terhadap penularan COVID-19. Alasannya,
dikeluarkannya kebijakan pendidikan di masa pesantren sebagai lembaga pendidikan
Pandemi COVID-19 adalah dengan keagamaan kemungkinan besar memiliki
memprioritaskan kesehatan dan keselamatan respon yang berbeda terhadap eksistensi
peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, COVID-19 berikut cara cara pencegahannya.
keluarga, dan masyarakat.” (Kemdikbud, Selanjutnya, penelitian ini juga akan
2020). membahas mengenai respon pesantren
Kondisi pandemi yang menuntut untuk terhadap peraturan SKB 4 menteri terkait
menjaga jarak, mengurangi intensitas pelaksanaan protokol kesehatan di satuan
berkumpul hingga pelarangan dalam pendidikan, sudah siapkah pesantren
berkumpul dan kewajiban untuk selalu melaksanakan ketentuan itu semua? Apa
memperhatikan protokol kesehatan bisa jadi kendala yang dihadapinya? Atau adakah
akan sangat menghambat terlaksananya arah success story atau cerita sukses yang dapat
pendidikan santri. Hal itu tidak dapat dibagikan untuk diterapkan kepada pesantren
dipungkiri, mengingat hampir mustahil lainnya.
pelaksanaan pendidikan pesantren tanpa Penelitian ini akan akan menggali respon
pondok atau asrama dan tanpa bimbingan pesantren terhadap pandemi dan bagaimana
langsung dengan Kiainya. Artinya, adalah penanggulangan COVID-19 dilakukan di
mustahil diberlakukannya pembelajaran dari lingkungan pesantren? Untuk menjawab

Nugroho et.al (Respon Pesantren di Tengah Pandemi) ISSN: 1829-8257; ISSN: 2540-8232
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat 137
Vol. 17, No. 02, Desember 2021, p. 135-148

pertanyaan di atas, maka penelitian ini akan COVID-19 adalah tentara Allah SWT sebagai
memilih 3 Pondok Pesantren di wilayah hukuman bagi China atas penderitaan Muslim
Sumatera Selatan. Pondok pertama, Al- Uighur. Meski akhirnya terjadi perubahan
Ittifaqiah yang berada di desa Indralaya sikap.
Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan. Sementara riset lainnya seperti riset
Pesantren ini dapat dikatakan pesantren (Darmawan, Miharja, Waluyajati, &
terbesar di Sumatera Selatan. Pesantren Isnaeniah, 2020; Kemenag, 2020) meneliti
ternama ini termasuk pesantren yang cukup tentang respon umat muslim di Indonesia
ketat mengikuti arahan pemerintah dalam terkait dengan perilaku beribadah di era
menghambat penyebaran COVID-19 tapi Pandemi. Hasilnya, terdapat sekitar 20%
bagaimana dengan penyelenggaraan masyarakat muslim tetap melaksanakan
pendidikan yang harus mengalami perubahan ibadah dengan mengabaikan anjuran social
drastis inilah yang menarik peneliti untuk distancing sementara 80% mayoritas muslim
mengkajinya dalam sebuah format penelitian. di Indonesia mematuhi anjuran pemerintah
Selain itu, pesantren lain yang menjadi subjek dalam pembatasan sosial termasuk dalam
kajian adalah Pesantren Al Burhan di Kota beribadah. Masih mengenai dikotomi sikap
Palembang. Pesantren ini dipilih karena agama terhadap Pandemi, penelitian (Hadi,
memiliki afiliasi dengan paham keagamaan 2020) mengungkapkan dikotomi sikap itu
Jamaah Tabligh. Sebagaimana banyak juga ditemukan di masyarakat Desa Ploso
diketahui, Jama`ah Tabligh sempat menjadi Ngawi. Penelitian-penelitian di atas lebih
klaster penyebaran COVID-19 awal di menekankan pada bagaimana institusi agama
Indonesia ketika gerakan ini mengadakan seharusnya bersikap dalam menghadapi
Ijma’ Tabligh di Gowa Sulawesi Selatan pada pandemi, atau dengan kata lain institusi agama
pertengahan Maret 2020. Pesantren harusnya juga tunduk terhadap pencegahan
selanjutnya adalah Pesantren Aulia Cendekia penyakit dari perspektif medis.
berbasis NU. Ketiga pesantren di atas berada Sebaliknya, institusi agama yang berperan
di Palembang disebabkan Palembang pada pencegahan COVID-19 adalah mereka
merupakan daerah dengan penyebaran yang turut andil bagian untuk
COVID-19 yang banyak di Sumatera Selatan. mempromosikan anjuran pemerintah terkait
pencegahan penularan penyakit dalam
perspektif kesehatan tentunya. (Aula, 2020;
II. Tinjauan Pustaka
Mushodiq & Imron, 2020). Penelitian di atas
Penelitian ini berupaya untuk menyajikan tidak melihat bagaimana peran pesantren
alternatif diskursus yang berkembang dalam mengatasi persoalan-persoalan
mengenai tema agama dan sains dalam ekonomi dan sosial keagamaan khususnya di
konteks pandemi COVID-19. Kebanyakan kalangan masyarakat.
penelitian yang mengkaji respon agama Mengenai kesulitan-kesulitan yang
terhadap pandemi ini menyimpulkan terdapat dihadapi oleh pesantren di tengah pandemi
dua garis besar sikap umat beragama terhadap terdapat penelitian (Kahfi & Kasanova, 2020)
pandemi. yang melihat persoalan yang dihadapi
Pertama, adalah kelompok yang bersikap pesantren selama masa pandemi dari sudut
tidak peduli (ignorance) terhadap pandang manajemen pendidikan.
perkembangan sains dalam pencegahan Kesulitannya adalah pelaksanaan aktivitas
COVID-19, dan mereka yang pengajaran, dan solusi yang dilakukan
mengakomodasi perkembangan sains dan pesantren dalam mengatasinya (Dhofier,
melakukan langkah-langkah strategis dalam 1980; Sastry & Basu, 2020). Berbeda dari
pencegahan. Seperti penelitian (Kuswana, penelitian-penelitian di atas, penelitian ini
Qomaruzzaman, & Mahatma, 2020) mencoba untuk melihat perspektif lain
mengungkapkan sikap ulama Jawa barat mengenai kesulitan-kesulitan dan peran
terhadap COVID-19. Masih terkait dengan institusi agama di tengah pandemi terkait
sikap para ulama, (Arrobi & Nadzifah, 2020) persoalan-persoalan sosial dan ekonomi.
juga mengungkapkan sebagian kecil ulama
“selebritis” awalnya bersikap menolak
temuan sains bahwa virus ini dapat menyebar
pada siapa saja dengan mengatakan bahwa

ISSN: 1829-8257; ISSN: 2540-8232 Nugroho et.al (Respon Pesantren di Tengah Pandemi)
138 Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Vol. 17, No. 02, Desember 2021, p. 135-148

III. Metodologi Penelitian Sementara salah satu ustadz beranggapan


Jenis penelitian yang digunakan pada bahwa COVID-19 merupakan takdir dengan
penelitian ini adalah penelitian argumentasi bahwa apa yang sudah
fenomenologis, yaitu menggambarkan disampaikan dari medis ataupun WHO
fenomena secara apa adanya (Saebani, 2008). terbantahkan. Sebagai contoh bahwa
Secara spesifik fenomena yang dikaji berupa penularan melalui interaksi dengan orang
respon teologis dan juga perilaku pihak yang terpapar COVID-19 tapi banyak dalam
pesantren dalam penerapan protokol satu keluarga yang anggotanya terpapar
kesehatan. Fenomena yang digambarkan COVID-19 tidak menular pada anggota
terbagi menjadi dua, perspektif dan perilaku. lainnya termasuk yang terjadi pada
Perspektif yang diteliti antara lain. Pertama, keluarganya sendiri (NA, 2021).
pandangan agama (teologis) pihak pesantren Sementara pendapat lainnya lebih
terkait dengan hubungan COVID-19 dan menekankan bahwa yang terpenting adalah
Kehendak Allah SWT, Juga terkait sikap sikap yang seharusnya diambil, bila COVID-
manusia dalam menghadapi kehendak Allah 19 adalah mushibah berarti Allah SWT
SWT. Kedua, terkait dengan perspektif atau sedang melatih kesabaran, dalam arti kita
sudut pandang lainnya dalam melihat ditegur untuk tetap setia berjalan di jalan-Nya
COVID-19, baik dari sudut pandang ekonomi, saat berhadapan dengan ketidaknyamanan
sosial dan politik. Teknik pengumpulan data pandemi ini sehingga Allah SWT akan
untuk melihat perspektif ini kebanyakan memberi imbalan atas kesabaran, bila itu azab
didapat melalui wawancara. Sedangkan dalam berarti Allah SWT sedang membersihkan
memverifikasinya akan dicari dari observasi manusia dan semesta agar kemudian bisa peka
dan dokumentasi. Sementara perilaku dilihat merasakan manis dan segarnya hidup dijalan
mengenai perilaku mereka dalam penerapan dengan polanya, bila ini ujian maka itu cara
protokol kesehatan COVID-19. Teknik Allah SWT agar manusia belajar hidup
pengumulan datanya dilakukan baik melalui menurut mau-Nya sehingga ia bisa naik level
dokumentasi, observasi dan wawancara dalam kualitas kehambaannya di mata Allah
(Arikunto, 1992). Teknik analisis dan SWT (UK, 2021).
verifikasi data dilakukan dengan melihat Pernyataan resmi yang mewakili sikap
konsistensi ucapan terhadap perilaku yang pondok pesantren al-Ittifaqiah adalah
dinampakkan di lingkungan pesantren. “Kuatkan iman dan imun jangan abai dan
jangan berlebihan” disampaikan oleh mudir
pondok pesantren Al-Ittifaqiah Drs K. Mudrik
IV. Hasil dan Diskusi Qori, MA, dalam banyak kesempatan.
a. Pemahaman Keagamaan Pesantren Pernyataan ini mengandung makna himbauan
AlIttifaqiah Terkait Pandemic COVID- untuk tidak meremehkan keberadaan dan
19 bahanya seperti ungkapan COVID-19 itu
tidak ada, mati ditangan Tuhan COVID-19
Pandangan para pengelola terhadap atau tidak kalau mau mati yah mati juga dst
pandemi COVID-19 tidak sama, hal ini sangat sementara kata berlebihan bermakna sampai
mungkin terjadi karena background takut bersosialisasi kata Ust Khazin salah
pendidikan, budaya dan sosial mereka yang seorang guru madrasah Aliah Al-Ittifaqiah
bermacam-macam. Mereka berpandangan saat di wawancarai di ruang guru madrasah
bahwa COVID-19 merupakan musibah bagi Aliyah.
dunia yang menuntut manusia untuk banyak Tidak boleh berlebihan berarti tidak boleh
berintropeksi diri. Adapun pandangan lainnya terlalu ditakuti hingga santri tidak belajar
menyebutkan bahwa COVID-19 merupakan begitu juga dengan walinya muncul
ujian bagi orang yang beriman, sebagaimana kekhawatiran terhadap keselamatan anaknya,
firman Allah SWT dalam Surah Al-Ankabut tapi tetap waspada jangan terlalu santai (UA,
yang artinya: 2021).
“Apakah manusia mengira bahwa mereka Dari beberapa informais yang didapat
akan dibiarkan hanya dengan mengatakan: peneliti menarik kesimpulan ada perbedaan
“Kami telah beriman”, dan mereka tidak sudut pandang antara beberapa pernyataan
diuji? [Q.S Al-Ankabut (29):2] yang muncul di awal datangnya COVID-19
yang menganggap bahwa ini adalah hukuman

Nugroho et.al (Respon Pesantren di Tengah Pandemi) ISSN: 1829-8257; ISSN: 2540-8232
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat 139
Vol. 17, No. 02, Desember 2021, p. 135-148

Allah SWT atas kedhaliman orang China diuntungkan dengan kebijakan tersebut
terhadap warga Muslim disana, dan pendapat namun nyatanya tidak” (NF, 2021).
bahwa corona hanya akan menimpa orang- Pengelola pesantren Al-Ittifaqiah
orang durhaka atau kalau menimpa kaum menyadari kondisi yang sedang menimpa
muslimin pasti mereka adalah muslim yang masyarakat khususnya yang berhubungan
berdosa sementara pernyataan para pengelola langsung dengan PPI seperti para guru,
pesantren Al-Ittifaqiah lebih kepada karyawan santri, dan wali santri yang
pandangan bahwa ini adalah musibah atau mengalami kondisi yang tidak diinginkan oleh
ujian bagi dunia yang memerlukan intropeksi seluruh warga dan keluarga besar PPI berupa
diri sehingga Tindakan hati-hati dan waspada ketidak mampuan untuk mencukupi
namun tetap bersikap wajar adalah jalan yang kebutuhan hidup layak di pesantren karena
dipilih untuk diambil oleh para pengelola harga bahan pokok dan lauk pauk juga
guru, santri dan wali santri. sayuran yang naik selam apandemi COVID-
Terkait respon pengelola pesantren Al- 19 juga hambatan dalam pengaturan,
Ittifaqiah dalam menghadapi masalah- distribusi logistik karena kurangnya
masalah sosial dan ekonomi yang dihadapi pemasukan dari pembayaran uang asrama dan
selama pandemi seperti beragamnya uang makan, akibat dari pemutusan hubungan
tanggapan terhadap keberadaan COVID-19 kerja yang dialami sebagian wali santri atau
perbedaan juga terlihat dalam merespon tidak sampai di PHK namun dikurangi jam
masalah sosial dan ekonomi yang kerjanya dan gajinya, atau gaji yang terhambat
memunculkan beragam tanggapan pengelola maka dengan tetap membuka proses belajar
pesantren Al-Ittifaqiah salah satunya tatap muka dengan protokol kesehatan yang
beranggapan bahwa “Pandemi ini memang ketat masalah sosial yang kerap muncul
ada orang kesehatan mungkin lebih bisa seperti kehilangan pekerjaan, menganggur,
membuktikan itu secara sains namun dalam pemotongan gajih karyawan anak berhenti
aksiologinya banyak pihak yang bisa diajak sekolah karena tidak ada biaya tidak terjadi
berbicara untuk mencari solusi bukan hanya sama sekali di Pesantren Al-Ittifaqiah, para
pemerintah, menurutnya pemerintah dalam buruh cuci tetap bekerja, bagian logistik,
masalah COVID-19 ini berlebihan terutama tukang sapu, tukang buang sampah, juga bisa
dalam memberikan kampanye terhadap tetap bekerja dan guru serta karyawan tidak
dampak COVID-19 dan digiring pada terbebani dengan bayaran yang besar bila
kepentingan tertentu seperti kepentingan anaknya disekolahkan di Pesantran Al-
bisnis contohnya ketika COVID-19 ini Ittifaqiah karena mereka mendapatkan
dianggap sebagai pandemi tetapi perlakuan dispensasi pembayaran 100 %Tidak kalah
negara tidak seperti sedang berhadapan pentingnya kemunculan rasa khawatir yang
dengan pandemi ketika di luar negeri sudah berlebihan yang dapat menurunkan daya tahan
mencabut status ini bahkan kini dianggap tubuh yang juga masalah sosial tidak terlepas
sebagai penyakit biasa dimana yang sakit dari pandangan pengelola pesantren itu
ditangani yang tidak sakit dipersilahkan untuk sebabnya ungkapan jangan berlebihan
hidup normal sementara saya melihat ada menghadapi COVID-19 juga selalu
sekolompok orang yang bertaruh dengan didengungkan seiring dengan ungkapan agar
modal yang sudah dikeluarkan yang jelas tetap berhati-hati dengan ungkapan “jangan
rakyat dirugikan bila seandainya pemerintah abai”. Semula menurut satgas COVID-19,
konsisten dengan pernyataan bahwa ini warga pondok (guru, pengelola, santri dan
pandemi maka yang akan menanggung semua yang terlibat didalamnya) tampak
bebannya yang berat justru pemerintah dan khawatir berlebihan namun setelah
pengusaha dan rakyat akan enak, tapi mendapatkan pencerahan dari pimpinan
realitanyakan seperti yang meraup tertinggi keresahan dan kekhawatiran itu
keuntungan dari korban COVID-19 adalah dapat diatasi dengan baik sehingga kehidupan
rumah sakit bukan masyarakat. Perlakuan tanpak normal seperti biasanya.
PPKM bila konsisten akan menguntungkan b. Pemahaman Keagamaan Pesantren
karyawan dan merugikan pengusaha karena Aulia Cendikia Terkait Pandemic
mereka harus berhenti bekerja sementara gajih COVID-19
harus dibayarkan maka rakyat akan santai dan

ISSN: 1829-8257; ISSN: 2540-8232 Nugroho et.al (Respon Pesantren di Tengah Pandemi)
140 Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Vol. 17, No. 02, Desember 2021, p. 135-148

Di awal pandemi, sangat santer mengenai terhadap perbedaan. Di dalam Ahlus Sunnah
pandangan atas merebaknya Virus COVID-19 wal Jamaah, terdapat dua kutub ekstrim dalam
sebagai bentuk hukuman Allah SWT atas memahami takdir, yakni jahmiah dan
kedhaliman orang China terhadap warga qadariyah. Jahmiyah berpandangan bahwa
Muslim Rohingnya. Selanjutnya bahwa apapun yang dilakukan dan terjadi pada
corona hanya akan menimpa orang-orang manusia sepenuhnya merupakan kehendak
durhaka atau kalau menimpa kaum muslimin Allah SWT. Sedangkan qadariyah
pasti mereka adalah muslim yang berdosa, berpandangan bahwa apapun yang terjadi
Namun begitu pandangan ini segera hilang adalah akibat dari perbuatan manusia di dunia,
karena ternyata pandemi ini juga melanda atau perbuatan manusia bukanlah kehendak
umat muslim di Indonesia. Dari beberapa atau ciptaan Allah SWT.
pernyataan para pengelola pesantren Aulia Sementara NU, sebagai organisasi yang
Cendikia, mereka lebih kepada pandangan beraliran moderat atau wasathiyah memang
bahwa ini adalah musibah atau ujian bagi mendasari pemahaman teologinya
dunia yang memerlukan intropeksi diri . berdasarkan pemahaman Asyariyah dan
Bagi KH Hendra Zainuddin, COVID-19 Maturidiyah. Dalam teologi Asyariyah,
merupakan takdir Allah SWT. Baginya, apa seluruh yang baik atau buruk datangnya dari
yang ada di dunia adalah ciptaan Allah SWT Allah SWT. Seluruh yang ada di dunia ini
atau punya Allah SWT. Allah SWT akan merupakan ciptaan Allah SWT. Meskipun
mendatangkan nikmat atau bala’, baik atau begitu, manusia masih memiliki kehendak
buruk kepada suatu makhluk adalah dalam perbuatannya untuk menghindari
kehendaknya. Baginya, Corona adalah keburukan dan melakukan kebaikan, atau
makhluk Allah SWT, sebahaya apapun sebaliknya menjerumuskan diri pada
penyakit ini pasti Allah SWT memiliki keburukan dan menghindari kebaikan.
hikmah tersendiri. Allah SWT menciptakan Di sini nampak jelas, teologi ini
COVID-19 di muka bumi ini atas kehendak mengambil jalan tengah antara teologi
dan takdir-Nya. Jahmiyah dan Qadariyah. Teologi Asyariyah
Allah SWT mempunyai maksud serta berasal dari ulama bernama Abul Hasan al
hikmah di atas segala kejadian yang menimpa Asyari atau Imam Asyari. Menurut Imam
dunia, dan sebagai hamba-Nya yang beriman, Asyari, manusia masih memiliki kehendak
sebaiknya menyikapi COVID-19 dengan bebas (free will) untuk berbuat baik ataupun
tenang bukan meratapinya, melainkan buruk, namun semua yang dilakukan manusia
berikhtiar dalam mencegahnya dengan segala itu masih dalam ketetapan Allah SWT. Seperti
kemampuan dan usaha yang dapat dilakukan Allah SWT mengatur adanya baik dan buruk,
Hikmah yang langsung dirasakan menurut dan Allah SWT juga menetapkan konsekuensi
mudir Aulia Cendikia itu adalah atas perilaku manusia. Manusia masih bisa
bertambahnya wawasan dan pengetahuan berkehendak bebas, namun tetap harus
tentang COVID-19. mudir mengaku bahwa menanggung konsekuensi yang ditetapkan
sebelum pandemi, dirinya tidak mengerti apa- Allah SWT.
apa tentang COVID-19, hanya mendengar apa Apa yang dikatakan oleh KH Hendra
yang ada di berita dan masih simpang siur. Hal Zainuddin, memang tampak merefleksikan
ini wajar, pada awal pandemi banyak yang teologi yang dipegang oleh NU bahwa apapun
tidak tahu menahu mengenai virus ini. Bahkan yang ada adalah ciptaan Allah SWT, termasuk
pejabat negara setingkat menteri COVID-19. Jika virus ini merupakan hal yang
kesehatanpun, melontarkan pandangannya buruk, maka manusia masih memiliki
terkait tentang COVID-19 yang justru kehendak untuk menghindarinya dengan
bertentangan dengan perkembangan sains ikhtiar. Beliau juga menolak pandangan
yang ada. Pengetahuannya tentang virus ini bahwa virus ini adalah azab. Menurutnya azab
banyak didapatkannya melalui sudah berhenti pada masa Rasulullah
keterlibatannya dalam organisasi NU. Artnya, Muhammad Saw.
memang NU merupakan organasisasi yang Pandangan para pengelola terhadap
secara aktif mengkampanyekan pencegahan COVID-19 tidak banyak perbedaan dalam
penularan virus ini. merespon COVID-19 secara teologis.
Organisasi ini mengedepankan sikap Pandangan yang hampir sama juga datang dari
wasathiyah (moderat) dalam bersikap seorang ustadzah yang beranggapan bahwa

Nugroho et.al (Respon Pesantren di Tengah Pandemi) ISSN: 1829-8257; ISSN: 2540-8232
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat 141
Vol. 17, No. 02, Desember 2021, p. 135-148

COVID-19 merupakan musibah bagi dunia Selain itu, apapun yang terjadi di dunia ini
yang menuntut kita banyak berintrospeksi hanya sementara, sama seperti halnya
diri. Dengan adanya penyakit ini, justru kehidupan, dari dahulu silih berganti datang
menjadi kesempatan bagi manusia untuk pandemi yang mengguncang dunia, seperti
selalu bertafakkur, merenungi diri atas halnya penyakit lepra, TBC, demam berdarah,
kesalahan atau dosa-dosa yang telah cikungunya dan sebagainya. Seluruh penyakit
dilakukannya selama ini. Dengan adanya selalu dapat ditangani. Segala macam
pandemi ini, menurutnya banyak orang yang penyakit ada obatnya. Pandemi COVID-19
meninggal, dan manusia tidak akan pernah hanya bersifat sementara dan sebagai orang
tahu kapan gilirannya. Sehingga dengan beriman harus yakin untuk dapat melaluinya.
adanya pandemi ini, manusia dituntut untuk Selain respon mereka mengenai pandemi
terus berdoa dan mendekatkan diri kepada dalam persepsi teologis, Beberapa
Allah SWT (UN, 2021). meresponnya dengan perspektif sosial
Sementara pendapat lainnya menganggap ekonomi dan politik. Perspektif sosial
COVID-19 adalah takdir, dan apapun yang ekonomi yang dibicarakan berkisar mengenai
dilakukan manusia tidak dapat dampak yang terjadi di masyarakat.
menghindarkan diri mereka dari takdir Allah Sementara responnya soal politik, berkisar
SWT yang telah ditetapkannya. Kepercayaaan mengenai kritik mereka terhadap pemerintah.
bahwa segala macam kejadian, termasuk sehat Terkait respon itu, setiap pengelola pesntren
sakit, hidup dan mati adalah kehendak-Nya, memilih tanggapan yang berbeda beda. Jika
tidak ada yang mampu untuk melawan apa pimpinan Pondok, KH Hendra Zainuddin
yang sudah ditetapkan (FT, 2021). lebih merespon pada perspektif sosial
Pendapat tersebut nampak sedikit berbeda ekonomi dengan lebih positif. Sementara yang
dengan apa yang disampaikan oleh KH lain membicarakannya dengan perspektif
Hendra Zainuddin. Menurut beliau manusia politik yang lebih bersifat kritis.
sebaiknya berikhtiar dengan cara menuruti KH Hendra Zainuddin menganggap
saran-saran dari ahlinya dalam menghindari bahwa Pandemi memang membuat
COVID-19. Menurutnya, mempercayai saran perekonomian sebagian masyarakat terpuruk
atau ahli dalam hal ini adalah dokter, tenaga banyak masyarakat yang terkena PHK,
medis dan Kementerian Kesehatan. dikuranginya jam kerja yang berakibat
Dari beberapa informasi yang didapat berkurangnya pendapatan. Selain itu,
peneliti menarik kesimpulan ada perbedaan kebijakan karantina mandiri atau karantina
sudut pandang secara teologis terhadap wilayah membuat banyak orang kehilangan
COVID-19. Di antara mereka ada yang penghasilannya. Meski demikian menurut
menganggap penyakit ini sebagai musibah, beliau, pandemi ini tidak pernah membuat
ada juga yang memandangnya sebagai orang atau masyarakat Indonesia meninggal
cobaan. Kedua pandangangan ini masih karena kelaparan. Di awal pandemi banyak
menaruh perhatian pada ikhtiar manusia untuk orang yang takut mati kelaparan terjadi.
dapat menghindarinya, selain itu kedua Namun ketakutan itu hanyalah reaksi
pandangan ini masih percaya bahwa Allah emosional. Masyarakat Indonesia terbiasa
SWT memberikan hikmah atas peristiwa yang untuk bergotong-royong, bantu-membantu
terjadi. Selanjutnya, sebagian besar para terhadap sesama ketika yang lain mengalami
pengelola pesantren meyakini bahwa COVID- kesulitan ekonomi. Menurutnya, solidaritas
19 merupakan takdir Allah SWT. Hal ini yang tinggi pada masyarakat Indonesia, selalu
berdasarkan teologi dalam Ahlussunnah wal membuat bangsa ini bisa selamat dari
Jama`ah. Meskipun begitu, terdapat persoalan ekonomi. Dalam tanggapannya,
perbedaan dalam menyikapi takdir. beliau tidak menyinggung pemerintah, tidak
Pandangan Pertama, masih menisbatkan memuji ataupun mengkritik pemerintah
usaha atau ikhtiar manusia dan menyerahkan terkait penanganan COVID-19 (HZ, 2021).
urusan penyakit ini kepada ahlinya. Menurutnya banyak hikmah yang dapat
Sementara pandangan Kedua, lebih cenderung diambil dari COVID-19. Di antaranya banyak
bersikap fatalisme, bahwa apapun yang terjadi orang mulai dapat beradaptasi dengan pola-
adalah kehendak Allah SWT dan tidak ada pola baru utamanya di dunia digital. Dari
yang sanggup untuk menentang atau COVID-19 ini banyak orang yang mulai
mengubah apa yang sudah digariskannya. terpacu untuk menyesuaikan dirinya melalui

ISSN: 1829-8257; ISSN: 2540-8232 Nugroho et.al (Respon Pesantren di Tengah Pandemi)
142 Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Vol. 17, No. 02, Desember 2021, p. 135-148

perkembangan teknologi digital yang ada Fraksi lain dari Jamaah Tabligh, dalam
seperti webinar, zoom meeting dan waktu yang hampir bersamaan juga
sebagainya. Baginya ini kondisi positif bagi menyelenggarakan ijtima’ yang bertempat di
perkembangan masyarakat baik secara Darul Ulum Pesantren Pakatto di Kabupaten
kapasitas kemampuan digitalnya, maupun Gowa Sulawesi Selatan. Jumlah peserta yang
perekonomian, seperti hidupnya hadir pada acara itu lebih besar lagi sekitar
perekonomian masyarakat yang menyediakan 19.963 orang. Pertemuan itu kemudian
layanan jasa pulsa internet, data, dan menjadi kluster penyebaran yang cukup masif
sebagainya. Sehingga menurutnya, persoalan di Indonesia.
ekonomi ada dampak positif dan negatifnya, Kejadian itu sedikitnya menunjukkan
dan itu semua merupakan ujian dari Allah bahwa Jema`ah Tabligh tidak mengikuti
SWT. arahan pemerintah dalam penanganan
Pandangan berbeda disampaikan oleh COVID-19. Jamaah Tabligh hanya menyeru
salah satu tenaga pendidik. Responnya lebih kepada dakwah amar ma’ruf, dan tidak ada
berupa kritik terhadap pemerintah. ketika tendensi politik sama sekali. Namun yang
COVID-19 ini dianggap sebagai pandemi di jelas, di sini akan dilihat lagi sebenarnya
awal pemerintah tidak segera melakukan bagaimana konstruksi Jamaah Tabligh
karantina wilayah, dan terkesan cuek, berbeda terhadap pandemi dan bagaimana juga
dengan negara lain yang sudah memproteksi perilaku mereka terhadapnya, apakah masih
merebaknya wabah ke negara mereka. sama antara awal COVID-19 dan saat
Sebaliknya ketika negara lain sudah mulai penelitian ini ditulis. Jika masih sama lantas
berani melonggarkan aturan pandemi atau di apa yang mendasari sikap dan perilakunya ini.
luar negeri sudah mencabut status darurat dan Sekian banyak tulisan dan ceramah yang
bahkan kini dianggap sebagai penyakit menarasikan bahwa penyakit ini adalah
Indonesia justru mengetatkan aturannya (BK, siksaan Tuhan, lebih-lebih pada awal
2021). penyebarannya di China. Memang pada
Mengenai bagaimana bersikap dalam mulanya banyak yang menerima pandangan
menghadapi pandemi, seluruh pengelola tersebut, apalagi hal tersebut dikaitkan dengan
pesantren Aulia Cendikia berpendapat untuk kepercayaan, makanan, gaya hidup bahkan
selalu tenang menghadapinya. Mereka politik penduduk dan pemerintahan China.
memberi saran kepada seluruh lapisan Tetapi setelah menyebar ke beberapa negara
masyarakat untuk tidak takut dan panik. termasuk negara-negara bermasyarakat
Waspada terhadap penularan adalah penting. muslim dan menyerang pula kaum muslimin
Tidak menyepelekan anjuran mengenai yang taat, maka pandangan tersebut mulai
protokol kesehatan. Protokol kesehatan harus sirna walau masih ada saja yang
tetap dijalankan bagaimanapun kondisinya. menganutnya.
Meski begitu, dalam bersikap harus tenang Hal ini tidak dapat dinamai siksa Ilahi
dan tidak panik, tetap melakukan aktifitas karena menimpa muslim dan non muslim
seperti biasa sambil terus mematuhi protokol yang durhaka maupun taat. Dari Al-Qur’an
kesehatan. diperoleh kesan yang cukup kuat bahwa jika
c. Pemahaman Keagamaan Pesantren Al Allah SWT hendak menjatuhkan siksa atas
Burhan Terkait Pandemic COVID-19 satu kaum, maka terlebih dahulu diselamatkan
hamba-hamba yang taat agar mereka tidak
Perilaku Jamaah Tabligh yang ditimpa siksa. Itu terbaca dengan jelas ketika
menyelenggarakan konferensi “ijtima” di Allah SWT hendak menjatuhkan siksa-Nya
awal penyebaran pandemi pada tahunn 2020 kepada umat Nabi Nuh a.s Allah SWT
lalu memang bertentangan dengan Fatwa MUI memerintahkan nabi mulia untuk membuat
No 14 ahun 2020 tentang Implementasi perahu guna mengangkut kaum beriman
Peribadatan selama Masa Pandemi. Jamaah sebelum datangnya banjir besar, seperti yang
Tabligh menyelenggarakan ijtima’ pada diterangkan dalam QS. Hud ayat 26-27.
tanggal 13 Maret 2020 di Petailing Jaya Demikian itulah halnya jika bencana berupa
Selangor Malaysia. Acara itu dihadiri sekitar siksa, tetapi jika bencana yang menimpa
16.000 orang dari seluruh dunia. Dari jumlah menyentuh yang durhaka dan taat maka
tersebut diketahui bahwa 700 di antaranya bencana tersebut dinamai fitnah atau bala.
merupakan kluster penyebaran dari Indonesia.

Nugroho et.al (Respon Pesantren di Tengah Pandemi) ISSN: 1829-8257; ISSN: 2540-8232
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat 143
Vol. 17, No. 02, Desember 2021, p. 135-148

Kedua kata ini digunakan oleh Al-Qur’an menghadapi kondisi ini. kesabaran ini juga
dalam arti ujian atau cobaan. menjadikan tolak ukur keimanan seseorang
Pandangan para pengelola pesantren karena telah diuji” (UT, 2021).
terhadap COVID-19 tidak sama antara satu Di awal-awal pandemi, terdapat video
dengan lainnya. COVID-19 merupakan ujian viral yang beredar diucapkan oleh seorang
bagi orang yang beriman, dan menganggap Amir dari Jamaah Tabligh yang mengatakan
apakah orang beriman itu mampu bahwa seharusnya tidak boleh takut terhadap
mempertahankan imannya atau tidak, ujian Corona, karena yang ditakuti seharusnya
kepada orang yang beriman untuk terus atau Allah SWT . Jangan sampai virus ini membuat
justru lalai dalam kewajiban agamanya. Orang manusia menjadi syirik. Dalam video itu juga
bisa saja dibuat lalai dalam mengerjakan amal yang memancing kontroversi adalah
ibadah, seperti meninggalkan shalat Jum`at pernyataannya “Corona itu takut kepada para
karena alasan pandemi. Dari sini dapat dilihat Jamaah, bukan jamaah yang takut pada virus,
bahwa Jamaah Tabligh sangat resisten jamaah hanya takut kepada Allah SWT, itu
terhadap isu COVID-19 sebagai penyakit dakwah namanya”.
menular berbahaya. Dari pernyataan-pernyataan diatas dapat
Beberapa ustadz lain, menganggap bahwa dikategorikan kedalam dua kategori yaitu
sebenarnya virus ini merupakan bentuk pandangan yang mempercayai bahwa virus
konspirasi yang dilakukan oleh Barat agar COVID-19 itu memang ada dan pandangan
terjadi perpecahan pada diri umat Islam selain yang menganggap bahwa COVID-19
itu, ada potensi juga virus itu akan membuat diciptakan oleh manusia dan membuat umat
umat Islam lalai terhadap agama. Islam khususnya lalai terhadap Allah SWT
Sebagaimana sebuah video ceramah dari dan agama.
Ustad Rahmat Baequni yang berjudul Pendapat yang tidak percaya bahwa virus
“Adakah Konspirasi dibalik Corona?”, di itu ada dengan argumen bahwa penyakit orang
dalam video tersebut Ustad Rahmat Baequni yang terdeteksi Corona itu sama saja dengan
mengatakan manusia memiliki kemampuan penyakit-penyakit yang sudah ada
untuk menciptakan ini (COVID-19) sebelumnya dan banyaknya kasus-kasus yang
konspirasi dan berakibat pada perpecahan membuat pasien seolah-olah COVID-19,
ditengah-tengah umat Islam, Virus ini dapat padahal riwayat penyakit yang dideritanya
mengakibatkan fitnah yang dasyat (US, 2021). jelas dengan tujuan agar dapat segera
Informan lain, dari seorang pengurus menyerap anggaran pemerintah yang
pesantren mengungkapkan tentang COVID- dikhususkan untuk menangani penyakit itu
19 sebagai ujian namun dengan narasi yang yang asalnya justru dari hutang luar negeri dan
lain, bahwa ujian ini adalah cara Allah SWT pajak rakyat turut mengukuhkan pendapat ini.
memberikan tantangan kepada umat Islam Sebagian anggota juga berpendapat
agar berlatih sabar, ikhlas, dan menunjukkan bahwa pandemi COVID-19 adalah upaya
kekuasaan-Nya. Menurutnya, masa pandemi konspirasi dari umat lain (Yahudi dan Kristen)
ini ada banyak yang mengalami kesulitan untuk melemahkan Islam. Menurutnya
ekonomi, juga ujian karena diberikan sakit. penyakit ini tidak kasat mata, namun musuh
Maka dari itu orang akan berlatih untuk sabar yang nyata jelas ada di depan mata. Banyak di
dan ikhlas. Tidak ada yang bisa melawan antara mereka yang memiliki sikap acuh tak
kehendak Allah SWT, yang bisa dilakukan acuh terhadap keberadan COVID-19 karena
adalah berusaha dan berikhtiar untuk tidak ada pengetahuan terhadap hal itu. Hal ini
menghindarinya. Menurutnya di masa-masa diakibatkan kurangnya edukasi mengenai apa
sulit seperti ini justru menjadi kesempatan bahayanya virus tersebut.
bagi seorang muslim untuk memperbanyak Edukasi yang ada sebenarnya masih
mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan terbatas di media media. Ada di antara mereka
cara berdzikir dan bertafakkur terhadap-Nya. yang memang sepenuhnya menghindari
“pandemi ini seharusnya menjadi moment kemajuan teknologi, tidak mengakses internet
yang tepat untuk memperbaiki amalan. Hal ini dan ataupun sosial media. Perilaku seperti ini
dapat dilakukan dengan senantiasa masih ada di antara anggota Jamaah Tabligh
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Maka di Palembang. Sehingga tidak heran ada juga
sebagai umat manusia yang beriman, kita yang berpikiran bahwa penularan COVID-19
dianjurkan untuk ikhlas dan sabar dalam

ISSN: 1829-8257; ISSN: 2540-8232 Nugroho et.al (Respon Pesantren di Tengah Pandemi)
144 Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Vol. 17, No. 02, Desember 2021, p. 135-148

masih bisa dihindari hanya dengan daripada bentuk keringanannya. Misalnya,


menjauhkan diri dari penderita saja. mereka menolak untuk menjaga jarak dalam
Berdasarkan observasi yang peneliti shaf shalat disebabkan bahwa perintah
lakukan di pesantren dan masjid Al Burhan merapatkan shaf adalah mutlak, dan tidak ada
terlihat jarang sekali ada jamaah yang ketetapan yang menggantinya dalam keadaan
memakai masker. Ada sikap dan perilaku apapun meskipun terpaksa. Juga tidak ada
yang menunjukkan ketidak pedulian terhadap alasan bagi seorang Muslim untuk
COVID-19. Sikap ini tidak jauh berbeda meninggalkan shalat Jumat kecuali hal-hal
dengan pada masa awal pandemi yang mana yang telah ditentukan pengecualiannya.
mereka melakukan ijma’ atau pengumpulan Menurut mereka dalam hal ibadah
massa yang sangat banyak, dan memilih sikap terutama ibadah mahdhah tidak ada alasan
berbeda dari fatwa MUI dan anjuran dari untuk menggantikannya dengan hukum
ormas Islam besar seperti NU dan karena adanya persoalan yang bersifat
Muhammadiyah. Dari pengamatan peneliti di kekinian. Hal lain yang membentuk
masjid Al Burhan sama sekali mereka tidak penolakan mereka terhadap protokol
memenuhi protokol kesehatan, tidak menjaga kesehatan yang ditetapkan pemerintah adalah
jarak ketika shalat, jarang sekali di antara para pemahaman terhadap Hadits mengenai tidak
jamaah yang pakai masker, dan tetap menularnya penyakit yaitu hadis yang
dilakukan pengajian yang melibatkan menginformasikan bahwa penyakit tidak
kerumunan masa. menular, tidak boleh seseorang merasa sial,
Alasan di balik apa yang mereka lakukan dan dalam redaksi yang lain menambahkan
antara lain sebagai berikut. Pertama, bagi tidak boleh merasa sial karena melihat burung
Jamaah Tabligh umat Islam adalah umat hantu.
terbaik yang diutus oleh Allah SWT untuk Terkait penularan COVID-19 mereka
seluruh umat manusia, karena menyeru memahami bahwa sebenarnya tidak ada
kepada kebaikan dan menyeru keimanan penyakit yang menular dengan sendirinya
kepada Allah SWT. Sehingga bagi Jamaah semua penyakit itu menular atas kehendak
Tabligh agenda kegiatan seperti muzakarah, Allah SWT. Mengenai tradisi khuruj yang
ta’lim, bayan dan khuruj, adalah upaya dalam dijalankannya pada masa Pandemi, orang
menjalankan kewajiban sebagai umat terbaik Jamaah Tabligh menafsirkan hadis tentang
itu. Kedua, terkait dengan pelaksanaan ibadah dilarangnya bepergian ketika suatu daerah
secara berjamaah di Masjid. Bagi Jamaah terjangkit Thaun (Penyakit menular) dan
Tabligh beribadah secara berjama`ah di dilarang memasuki suatu wilayah yang sudah
Masjid adalah kewajiban yang harus dipenuhi terjangkit. Apapun kehendak dan keputusan
oleh laki laki. Baik Al Quran dan hadits ada di tangan Allah SWT dan tidak ada
menyeru kepada setiap muslim untuk sebenarnya penyakit menular, syariah
memakmurkan masjid seperti firman Allah memang menuntut kita untuk menghindari
SWT dalam Surah At-Taubah yang artinya: penyakit menular. Tetapi sesungguhnya tidak
“Masjid-masjid Allah SWT hanya akan ada penyakit yang bisa menular dengan
dimakmurkan oleh mereka yang percya sendirinya, semua atas kehendak Allah SWT.
kepada Allah SWT menegakkan shalat, Nabi Muhammad Saw mengatakan “la adwa”
membayar zakat, dan tidak takut pada apapun tidak ada penyakit menular yang berarti tidak
selain Allah SWT. Maka mudah mudahan di ada suatu penyakit yang dapat menular
antara mereka adalah orang orang yang dengan sendirinya, semua kehendak Allah
mendapatkan petunjuk” [Q.S At-Taubah SWT”
(9):19] Lantas baginya, salah satu solusi untuk
Ayat inilah yang menjadi rujukan mereka menghadapi sakit adalah ikhtiar dan berdoa.
untuk selalu memakmurkan masjid. Bagi Doa yang paling baik adalah doa yang
mereka tidak ada alasan apapun untuk diucapkan secara ikhlas dan bersungguh
meninggalkan ibadah shalat berjamaah di sungguh. Nabi Muhammad Saw telah
masjid termasuk virus. Mereka juga yakin mencontohkan berbagai macam doa dan zikir
bahwa dengan berada di masjid, Allah SWT untuk keselamatan atas segala penyakit. Jadi
akan menjauhkannya dari segala macam jika orang sakit, usaha yang paling baik adalah
penyakit. Sebagaimana suatu ibadah atau dengan memperbanyak doa, zikir, ikhtiar
perintah harus didahulukan dan diutamakan dengan memeriksa penyakitnya ke dokter, dan

Nugroho et.al (Respon Pesantren di Tengah Pandemi) ISSN: 1829-8257; ISSN: 2540-8232
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat 145
Vol. 17, No. 02, Desember 2021, p. 135-148

minum obat. Di tambahkannya, bahwa jika kepada jamaah lainnya. Selain itu juga
Allah SWT memberikan penyakit pada diri menekankan kepada semua orang bahwa “la
seseorang, maka yang bisa diupayakan adalah Ilaha Illallah” kurang kuat tanpa melibatkan
dengan ikhtiar-ikhtiar di atas, dan atas kepercayaan pada “Muhammad Rasulullah”.
kehendaknya pula atau takdirnya pula Ini berarti bahwa menerapkan keyakinan
seseorang dapat sembuh dari penyakitnya atau kepada Allah SWT harus didasarkan pada
meninggal. Dari sini nampak jelas bahwa nasihat dan praktek praktek yang telah
menurutnya keberadaan COVID-19 adalah dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw (UU,
takdir yang harus diterima dengan ikhlas, 2021).
persoalan hidup dan mati ada di tangan Allah Menurut UB dalam menghadapi wabah,
SWT. Nabi Muhammad Saw pernah bersabda ketika
Dari pandangan ini dapat dilihat bahwa terjadi wabah kusta “Firra minal majdzum
apa yang menjadi konstruksi Jamaah Tabligh firaaraka minal asad”, yang artinya
atas penyakit, merupakan bentuk diskursus hindarilah penderita kusta seperti halnya
tandingan terhadap diskursus yang sudah kamu lari dari Singa. Hadis ini dapat dijadikan
mapan. Cara Jamaah Tabligh menafsirkan rujukan, namun juga mempertimbangkan “la
suatu hadis dilakukan secara tekstual, dengan adwa” yang berarti tidak ada penyakit yang
penafsiran ala sufisme berupa kepasrahan dan menular dengan sendirinya yang juga
ketertundukan secara penuh seorang hamba merefleksikan konsep “la Ilaha Illallah”.
kepada Tuhannya. Mereka juga yakin bahwa Menurutnya langkah atau ikhtiar untuk
selama ini, kehidupan yang mereka jalani menghindari kerumunan orang. Apa yang
adalah kehidupan yang sehat jika meniru dikatakan oleh UB ini menggambarkan sikap
bentuk atau perilaku kehidupan Nabi Jamaah Tabligh yang plural dan juga bermain
Muhammad Saw. Jika seseorang meniru artikulasi dalam menghadapi suatu persoalan
kehidupan sehat Rasulullah maka tidak ada yang kontradiktif (UB, 2021).
penyakit yang mampu membunuhnya, kecuali Mereka cukup fleksibel dalam menyikapi
memang Allah SWT sudah menakdirkannya. penyakit COVID-19, di satu sisi mereka
Hadis yang telah disebutkan di atas merujuk pada hadits tentang tidak ada
merupakan referensi mereka terhadap cara penyakit menular, di sisi lain mereka juga
menghadapi COVID-19. Penafsiran terhadap tidak menafikkan usaha ikhtiar dengan pergi
itu, didasarkan pada kitab-kitab pegangan dari ke dokter dan berobat juga menghindari orang
pesantren Al Burhan. di Pesantren tersebut terkena penyakit tertentu, seperti halnya
diajarkan beberapa kitab kitab yang mereka dalam hadits tentang menghindari orang
anggap kitab utama termasuk Kutubus Sittah berpenyakit kusta.
(6 Kitab utama hadits) yang terdiri dari 4 kitab Pemikiran bisa saja berubah atau
Sunan (sunan Abu Dawud, Sunan Tarmidzi, paradoks, namun perilaku yang ditampakkan
Sunan Nasai, Sunan Ibnu Majah) dan 2 kitab terkadang bisa dijadikan rujukan tentang
Sahih (Sahih Buhari dan Muslim). Dalam pendapat mana yang dominan. Hal ini karena
ranah fiqih mereka diajarkan buku buku memang jika melihat aktifitas di Masjid Al
seperti Mabadi’, Fathul Qorib, Fathul Muin Burhan, sepertinya Jamaah Tabligh tidak
dan al Minhaj. Buku buku tersebut ditambah terlalu khawatir tertularnya penyakit di antara
penafsiran dari beberapa Amir dan ustadz mereka. Mereka tetap menyelenggarakan
membawa pemahaman untuk mencegah daurah dan taklim dalam jumlah 50 orang
COVID-19 (UB, 2021). lebih. Sebagian besar dari mereka tidak
Menurut salah satu pemimpin utama dari memakai masker.
pesantren ini, hal penting yang perlu Kemungkinan besar yang menjadi dasar
dilakukan untuk menghadapi Virus Corona dari perilaku adalah, kepercayaan bahwa
adalah percaya atau yakin kepada Allah SWT, mereka sehat karena telah melakukan
hanya Allah SWT lah yang dapat membawa semaksimal mungkin contoh-contoh yang
keberuntungan atau kemalangan dari manusia. diberikan Rasulullah dalam kehidupan sehari-
Apapun selain Allah SWT adalah makhluk. harinya. Sehingga mereka yakin bahwa
Nabi Muhammad Swt bersabda “tidak ada mereka akan kuat dalam menghadapi
penyakit yang bisa dengan sendirinya penyakit, jika memang mereka sakit atau
menular, “la adwa”. Konsep ini adalah nilai- meninggal itu semua karena kehendak Allah
nilai penting yang diajarkan di pesantren serta SWT.

ISSN: 1829-8257; ISSN: 2540-8232 Nugroho et.al (Respon Pesantren di Tengah Pandemi)
146 Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Vol. 17, No. 02, Desember 2021, p. 135-148

Penyebaran COVID-19 telah memantik makan, waktu tidur, hingga ibadah mahdhah
perhatian dari para tokoh tokoh Islam, para jika dilakukan secara benar akan membuat
ulama, Kiai, dan para ustadz untuk dapat manusia menjadi sehat.
memberikan pernyataan-pernyataannya. Dalam konteks usaha preventif atau
COVID-19 dalam pandangan UU adalah salah pencegahan terhadap COVID-19, UU
satu makhluk-makhluk Allah SWT dan menganjurkan untuk setiap muslim agar tidak
menekankan bahwa semua muslim harus membatalkan wudhu, “sering seringlah
percaya bahwa semua penyakit, termasuk berwudhu walau tidak sedang akan shalat”
COVID-19, tidak akan menyerang seseorang dan berpuasa. Karena dengan wudhu, seperti
tanpa izin Allah SWT (UU, 2021). UB halnya mencuci tangan, kegiatan ini mampu
menambahkan, namun seseorang harus melarutkan segala macam kuman kuman,
berupaya untuk mencegah, menyembuhkan bakteri atau virus di badan dan puasa adalah
dan mengilangkan virus. Mengenai upaya untuk memperkuat imun tubuh, karena
pernyataan pernyataan tentang COVID-19 dengan berpuasa membuat orang tidak mudah
dari beberapa anggota Jama`ah yang lain, UB sakit. Selain itu selalu diiringi dengan dzikir
mengutip pernyataan tenar Arab “Kalimattu dan mengikat Allah SWT, berdoa memohon
haqqin urida bihi al bathil”, pernyataannya kesehatan dan hidup mulia di dunia. Dzikir
benar dengan maksud yang salah” terkait juga berarti ketertundukan makhluk terhadap-
dengan COVID-19. Intinya, Allah SWT Nya, dan apapun yang terjadi sejatinya
adalah satu satunya yang harus ditakuti, merupakan kehendak Allah SWT (UU, 2021).
namun kehati-hatian terhadap penyakit atau
wabah adalah kewajiban. UB mengaku tidak d. Respon Pesantren dalam Penerapan
ada jamaah dari Al Burhan yang mengikuti Protokol Kesehatan dan Kondisi
kongress akbar di Gowa, tidak juga Jamaah Selama Pandemi
yang berasal dari Gowa mengunjungi Al Selanjutnya mengenai responnya
Burhan (UB, 2021). terhadap pelaksanaan protokol kesehatan di
Terkait banyak statemen tentang dengan lingkungan pesantren, baik Aulia Cendikia
COVID-19 dari beberapa Jamaah Tabligh dan Ittifaqiyah menerapkan protokol
yang kontraproduktif terhadap upaya kesehatan yang cukup ketat. Meski begitu, di
pemerintah, UB mengatakan bahwa, Jamaah Aulia Cendikia sempat terjadi kasus
Tabligh memang bervariasi. Mereka berasal keterjangkitan yang kasusnya terjadi setelah
dari latar belakang yang berbeda-beda, tingkat aktifitas belajar mengajar di pesantren
keilmuannya juga berbeda-beda, ada yang diliburkan. Keduanya juga sempat meliburkan
berilmu tinggi ada juga yang dari kalangan santri pada masa awal pandemi di tahun 2020,
tidak terdidik dan bahkan para mantan namun menurut keterangan pengelola
kriminal. Menurutnya, mereka yang baru ittifaqiah tidak terjadi kasus terjangkit
bergabung dalam jama`ah rata rata masih baru COVID-19 di antara para santri. Sementara Al
belajar Islam, dan memiliki semangat yang Burhan tidak pernah meliburkan siswanya
tinggi dalam beragama. Artinya jika terkait dengan status pandemi. Protokol
pemahamannya baru sampai demikian maka kesehatan yang terlihat pada spanduk dan
perlu dimaklumi, karena apa yang banner nampaknya hanyalah lip service saja.
dibicarakannya merupakan ekspresi Meski begitu, di pesantren ini tidak pernah
semangatnya untuk belajar Islam dan terjadi kasus tertularnya virus COVID-19.
menganggap peraturan peraturan-terkait Dari sini dapat dilihat bahwa tingkat
COVID-19 menghambat aktivitas belajarnya. kepatuhan akan kebijakan pemerintah
Bagi anggota Jamaah Tabligh, Islam dipengaruhi oleh afiliasi gerakan
adalah agama yang sempurna. Islam mampu keagamaannya.
menurunkan keyakinan kepada Allah SWT
Kasus
dan Muhammad Rasulullah kepada praktek Nama Jumlah
Keterjangkitan
praktek yang sangat berguna untuk seluruh
umat manusia di setiap sendi kehidupan. Aulia 25 Santri
Artinya, hal-hal yang berkaitan dengan 1350
Cendikia 7 Ustadz
penyakit sudah dijelaskan dalam Islam. Islam
memiliki mekanisme pertahanan terhadap Ittifaqiyah 7765 0
segala macam penyakit, mulai dari cara

Nugroho et.al (Respon Pesantren di Tengah Pandemi) ISSN: 1829-8257; ISSN: 2540-8232
Jurnal Studi Agama dan Masyarakat 147
Vol. 17, No. 02, Desember 2021, p. 135-148

Al Burhan 100 0 sebagian tidak mempercayai keberadaan


COVID-19. mereka menganggap bahwa tidak
Tabel 1. Data Kasus COVID-19 ada penyakit yang baru, hal ini karena gejala
gejala yang ada pada COVID-19 seperti
Terkait ketahanan pesantren dalam halnya gejala dari penyakit-penyakit yang
menghadapi situasi sulit, terbukti bahwa sudah ada. Selain itu, ada pula yang
semua pesantren yang diteliti mampu bertahan beranggapan bahwa tidak ada penyakit yang
ditengah pandemi. pesantren memiliki menular. Namun sebagian besar pengelola
mekanisme dalam mempertahankan diri dari pesantren yang percaya bahwa COVID-19 itu
berbagai macam situasi yang cukup sulit di ada dan harus diwaspadai.
Indonesia. Memang, tidak dapat dipungkiri,
bahwa respon pesantren Al Burhan terhadap Meskipun memiliki respon teologis yang
COVID-19 cenderung kontraproduktif berbeda namun dalam penerapan protokol
terhadap upaya pencegahan penularan kesehatan di lingkungan pesantren selama
pandemi, tidak seperti Ittifaqiah dan Aulia Pandemi terdapat dua hal. Pertama, pesantren
Cendikia, namun nyatanya pesantren ini menerapkan aturan dalam bentuk SOP
memiliki caranya sendiri agar para santri atau pencegahan virus secara ketat, ini dilakukan
warga pondok lainnya tetap sehat. Di samping oleh Pesantren Aulia Cendikia dan Ittifaqiyah.
itu, pesantren sebenarnya mampu Sementara Al Burhan cenderung menerapkan
memberikan alternatif di tengah kondisi sosial secara longgar. Dari sini dapat disimpulkan
ekonomi yang sulit. Pesantren justru tidak bahwa besar dan kecilnya pesantren dan
terpengaruh dengan kondisi perekonomian paham keagamaan yang dianutnya
nasional yang buruk, secara finansial menentukan bagaimana penerapan protokol
pesantren tetaplah sehat. Justru kehadiran kesehatan di lingkungan pesantren.
pesantren ternyata dapat meringankan beban Daftar Pustaka
para orang tua yang sedang dalam masa
kesulitan ekonomi.
Terakhir terkait dengan kesulitan yang Arikunto, S. (1992). Prosedur Penelitian:
dihadapi pesantren dengan aturan pemerintah Suata Pendekatan Praktek. Jakarta:
adalah pada proses transfer pengetahuan Rineka Cipta.
kepada santri jika dilakukan pembelajaran Arnani, M. (2020, Maret 12). Wabah Virus
secara online. Ilmu-ilmu agama yang menjadi Corona, Terdeteksi pada Desember
persoalan serius. Karena ilmu agama Islam 2019 Hingga Jadi Pandemi Global.
secara tradisinya memang mengandalkan Diambil 25 Desember 2021, dari
peran guru atau kiai dan suasana yang KOMPAS.com website:
kondusif untuk belajar, dan sistem asrama https://www.kompas.com/tren/read/2
atau ma’had menjadi tidak tergantikan untuk 020/03/12/113008565/timeline-
ini. Sedangakan untuk ilmu-ilmu pengetahuan wabah-virus-corona-terdeteksi-pada-
umum sebenarnya juga memiliki kendala desember-2019-hingga-jadi
yang sama, namun di luar masih banyak Arrobi, M. Z., & Nadzifah, A. (2020). Otoritas
lembaga pendidikan atau les yang dapat Agama di Era Korona: Dari
menjembatani hal itu. Sehingga dari temuan- Fragmentasi Ke Konvergensi?
temuan ini jika nantionya kembali harus ada MAARIF, 15(1), 197–215.
kebijakan pembatasan pergerakan https://doi.org/10.47651/mrf.v15i1.8
masyarakat, pesantren tidak perlu 5
memulangkan para santri mukimnya dan tetap Aula, S. K. N. (2020). Peran Tokoh Agama
menerapkan protokol kesehatan dan karantina Dalam Memutus Rantai Pandemi
wilayah pesantren yang baik. COVID-19 di Media Online
Indonesia. Living Islam: Journal of
Islamic Discourses, 3(1), 125–148.
V. Kesimpulan https://doi.org/10.14421/lijid.v3i1.22
Mengenai eksistensi COVID-19 dari 24
wawancara yang didapatkan dari para BK. (2021). Wawancara.
pengelola pesantren, dapat diketahui ada tiga Darmawan, D., Miharja, D., Waluyajati, R. S.
pemahaman pengelola pesantren di mana R., & Isnaeniah, E. (2020). Sikap

ISSN: 1829-8257; ISSN: 2540-8232 Nugroho et.al (Respon Pesantren di Tengah Pandemi)
148 Jurnal Studi Agama dan Masyarakat
Vol. 17, No. 02, Desember 2021, p. 135-148

Keberagamaan Masyarakat +Tindakan+Umat+Beragama+Meng


Menghadapi Wabah COVID-19. hadapi+COVID-19
Religious: Jurnal Studi Agama- Kuswana, D., Qomaruzzaman, B., &
Agama Dan Lintas Budaya, 4(2), Mahatma, M. (2020). Agama dan
115–124. Wabah: Tanggapan Ulama Jawa
https://doi.org/10.15575/rjsalb.v4i2.8 Barat atas Covid-19 tahun 2020. UIN
596 Sunan Gunung Djati Bandung.
Dhofier, Z. (1980). The Pesantren Tradition: Diambil dari
A Study of the Role of the Kyai in the http://digilib.uinsgd.ac.id/30780/
Maintenance of the Traditional Mushodiq, M. A., & Imron, A. (2020). Peran
Ideology of Islam in Java. Majelis Ulama Indonesia Dalam
Monograph Series Press. Mitigasi Pandemi Covid-19 (Tinjauan
https://doi.org/10.25911/5d74e363a6 Tindakan Sosial dan Dominasi
ded Kekuasaan Max Weber). SALAM:
FT. (2021). Wawancara. Jurnal Sosial Dan Budaya Syar-i,
Hadi, A. C. (2020). Dinamika Agama Hingga 7(5), 455–472.
Norma Baru Masyarakat di Tengah https://doi.org/10.15408/sjsbs.v7i5.1
Pandemik COVID-19 (Studi Kasus 5315
Masyarakat Desa Ploso Ngawi). NA. (2021). Wawancara.
Religi: Jurnal Studi Agama-agama, NF. (2021). Wawancara.
16, 188. Saebani, B. A. (2008). Metodologi Penelitian.
https://doi.org/10.14421/rejusta.2020 Bandung: Pustaka Setia.
.1602-04 Sastry, S., & Basu, A. (2020). How to Have
HZ. (2021). Wawancara. (Critical) Method in a Pandemic:
Kahfi, S., & Kasanova, R. (2020). Manajemen Outlining a Culture-Centered
Pondok Pesantren di Masa Pandemi Approach to Health Discourse
COVID-19 (Studi Pondok Pesantren Analysis. Frontiers in
Mambaul Ulum Kedungadem Communication, 5, 81.
Bojonegoro). Pendekar : Jurnal https://doi.org/10.3389/fcomm.2020.
Pendidikan Berkarakter, 3(1), 26–30. 585954
https://doi.org/10.31764/pendekar.v3 UA. (2021). Wawancara.
i1.2827 UB. (2021). Wawancara.
Kemdikbud. (2020, Juni 15). Panduan UK. (2021). Wawancara.
Penyelenggaraan Pembelajaran pada UN. (2021). Wawancara.
Tahun Ajaran dan Tahun Akademik US. (2021). Wawancara.
Baru di Masa Covid-19. Diambil 25 UT. (2021). Wawancara.
Desember 2021, dari Kementerian UU. (2021). Wawancara.
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Zakaria, F. (2021, September 20). Respons
Teknologi website: Pesantren Atas Pandemi (Studi Kasus
https://www.kemdikbud.go.id/main/b Pengambilan Keputusan Komunikasi
log/2020/06/panduan- Organisasi Terkait Penanganan
penyelenggaraan-pembelajaran-pada- Pandemi Covid-19 di Pesantren
tahun-ajaran-dan-tahun-akademik- Pertanian Darul Fallah, Bogor).
baru-di-masa-covid19 Diambil 24 Desember 2021, dari
Kemenag, L. (2020). Survei Pengetahuan, http://lipi.go.id/publikasi/Respons-
Sikap dan Tindakan Umat Beragama Pesantren-Atas-Pandemi-Studi-
Menghadapi COVID-19— Kasus-Pengambilan-Keputusan-
Penelusuran Google. Diambil 24 Komunikasi-Organisasi-Terkait-
Desember 2021, dari Penanganan-Pandemi-Covid-19-di-
https://www.google.com/search?q=S Pesantren-Pertanian-Darul-Fallah-
urvei+Pengetahuan%2C+Sikap+dan Bogor/41631

Nugroho et.al (Respon Pesantren di Tengah Pandemi) ISSN: 1829-8257; ISSN: 2540-8232

You might also like