You are on page 1of 11

A.

TEORI KEPEMIMPINAN SITUASIONAL

Para ahli memberikan beberapa pengertian gaya kepemimpinan situasional. Perkataan


pemimpin/leader mempunyai macam-macam pengertian. Definisi mengenai pemimpin banyak sekali
yaitu sebanyak pribadi yang meminati masalah pemimpin tersebut. Oleh karena itu gaya kepemimpinan
merupakan dampak interaktif dari faktor individu/pribadi dengan faktor situasi. "Teori Kepemimpinan
Situasional" dari Harsey dan Blanchard (dikutip oleh Miftah Thoha, (1996:64) mengemukakan bahwa:
gaya kepemimpinan situasional didasarkan atas hubungan antara:

1. Kadar bimbingan dan arahan (prilaku tugas) yang diberikan oleh pemimpinan.

2. Tingkat dukungan emosional (prilaku hubungan) yang disediakan pemimpin.

3. Tingkat kesiapan yang diperlihatkan dalam melaksanakan tugas khusus, fungsi atau tujuan tertentu.

Sedangkan pendapat (Paul Hersey dan Kennth Blonchard, (1996) adalah:" Suatu kemampuan dan
kemauan dari orang-orang untuk bertanggung jawab dalam mengarahkan prilakunya sendiri,
berhubungan dengan tugas-tugas spesifik yang harus dilakukannya".Menurut Paul Hersey dan Blanchard
(dikutip Miftah Thoha, (1996) gaya kepemimpinan situasional didasarkan pada saling berhubungan
diantaranya hal-hal berikut ini:

1. Jumlah petunjuk dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan

2. Jumlah dukungan sosio-emosional yang diberikan oleh pemimpin

3. Tingkat kesiapan atau kematangan para pengikut yang ditunjukan dalam melaksanakan tugas khusus,
fungsi atau tujuan tertentu.

Konsepsi ini telah dikembangkan untuk membantu orang untuk menjalankan gaya kepemimpinan
dengan tanpa memperhatikan perannya yang lebih efektif didalam interaksinya dengan orang lain.
Konseptual melengkapi pemimpin dengan pemahaman dari hubungan antara gaya kepemimpinan yang
efektif dan tingkat kematangan para pengkutnya. Dengan demikian walaupun terdapat banyak
variabelvariabel situasional yang penting lainnay misalnya: organisasi, tugas-tugas pekerjaan,
pengawasan dan waktu kerja, akan tetapi penekanan dalam gaya kepamimpinan situasional ini hanyalah
pada prilaku pemimpian dan bawahannya saja.Prilaku pengikut atau bawahan ini amat penting atau
mengetahui gaya kepemimpinan situasional. karena bukan saja pengikut sebagai individu, ia menerima
atau menolak pemimpinnya, akan tetapi sebagai pengikut secara kenyataannya dapat menentukan
kekuatan pribadi apapun yang dipunyai pemimpin.Perilaku tugas adalah suatu perilaku seorang
pemimpin untuk mengatur dan merumuskan peranan-peranan dari anggota-anggota kelompok atau
para pengukut,menerangkan kegiatan yang harus dikerjakan oleh masing-masing anggota, dan bagai
mana tugas-tugas tersebut harus dicapai. Perilaku hubungan adalah perilaku seorang pemimpin yang
ingin memelihara hubungan-hubungan antara pribadi di antara dirinya dengan anggota-anggota
kelompok atau para pengikut dengan cara membuka lebar-lebar jalur komunikasi, mendelegasikan
tanggung jawab, dan memberikan kesempatan pada bawahan untuk menggunakan potensinya.
1.Teori kepemimpinan situasional atau the situational leadership theory

Teori kepemimpinan situasional atau the situational leadership theoryadalah teori kepemimpinan yang
dikembangkan oleh Paul Hersey, penulis buku Situational Leader. Danken Blanchard, pakar dan penulis
The Minute Manager, yang kemudian menulis pula buku Management of Organizational Behavior
(skarang sudah terbit dalam edisi yang ke-9). Teori ini pada awalnya diintrodusir sebagai "Life Cycle
Theory of Leadership". Sampai kemudian pada pertengahan 1970an "Life Cycle Theory of Leadership
berganti dengan sebutan "Situational Leadership Theory". Di akhir 1970an dan awal 1980an, masing-
masing penulis mengembangkan teori kepemimpinannya sendiri-sendiri. Hersey mengembangkan
Situational Leadership Modeldan Blancard mengembangkan Situational Leadership Model II.Definisi
kepemimpinan situasional adalah "a leadership contingency theory that focuses on followers
readiness/maturity". Inti dari teori kepemimpinan situational adalah bahwa gaya kepemimpinan
seorang pemimpin akan berbeda-beda, tergantung dari tingkat kesiapan para pengikutnya. Pemahaman
fundamen dari teori kepemimpinan situasional adalah tentang tidak adanya gaya kepemimpinan yang
terbaik. Kepemimpinan yang efektif adalah bergantung pada relevansi tugas, dan hampir semua
pemimpin yang sukses selalu mengadaptasi gaya kepemimpinan yang tepat.Efektivitas kepemimpinan
bukan hanya soal pengaruh terhadap individu dan kelompok tapi bergantung pula terhadap tugas,
pekerjaan atau fungsi yang dibutuhkan secara keseluruhan. Jadi pendekatan kepemimpinan situasional
fokus pada fenomena kepemimpinan di dalam suatu situasi yang unik.Dari cara pandang ini, seorang
pemimpin agar efektif ia harus mampu menyesuaikan gayanya terhadap tuntutan situasi yang berubah-
ubah. Teori kepemimpinan situasional bertumpu pada dua konsep fundamental yaitu: tingkat
kesiapan/kematangan individu atau kelompok sebagai pengikut dan gaya kepemimpinan.

2.Tingkat Kesiapan Pengikut (Follower Readiness)

Gaya kepemimpinan yang tepat bergantung pula oleh kesiapan kematangan individu atau kelompok
sebagai pengikut. Teori kepemimpinan situasional dari Hersey dan Blanchard mengidentifikasi empat
level kesiapan pengikut dalam notasi RI hingga R4. Tingkat kesiapan kematangan pengikut ditandai oleh
dua karakteristik sebagai berikut: (i.)theability and willingness for directing their own behavior, dan (ii)
the extent to which people have and willingness to accomplish a specific task. Berdasarkan kriteria
mampu dan mau, maka diperoleh empat tingkat kesiapan/kematangan para pengikut sebagai berikut:

•Follower Readiness
RI: Readiness I-Kesiapan tingkat I menunjukkan bahwa pengikut tidak mampu dan tidak mau mengambil
tanggung jawab untuk melakukan suatu tugas. Pada tingkat ini, pengikut tidak memiliki kompetensi dan
tidak percaya diri (dikatakan Ken Blanchard sebagai "The honeymoon is over").

R2: Readiness 2- Menunjukkan pengikut tidak mampu melakukan suatu tugas, tetapi ia sudah memiliki
kemauan. Motivasi yang kuat tidak didukung oleh pengetahuan dan keterampilan kerja yang memadai
untuk melaksanakan tugas-tugas,
R3: Readiness 3- Menunjukkan situasi di mana pengikut memiliki pengetahuan dan keterampilan kerja
yang memadai untuk melaksanakan tugas-tugas. Tetapi pengikut tidak mau melaksanakan tugas-tugas
yang diberikan oleh pemimpinnya.

R4: Readiness 4-Menunjukkan bahwa pengikut telah memiliki pengetahuan dan keterampilan kerja yang
dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas, disertai dengan kemauan yang kuat untuk
melaksanakannya.

3.Gaya Kepemimpinan (Leadership Styles)

Tingkat kesiapan kematangan individu atau kelompok yang berbeda menuntut gaya kepemimpinan yang
berbeda pula. Hersey dan Blanchard memilah gaya kepemimpinan dalam perilaku kerja dan perilaku
hubungan yang harus diterapkan terhadap pengikut dengan derajat kesiapan kematangan
tertentu.Perilaku Kerja meliputi penggunaan komunikasi satu-arah, pendiktean tugas, dan
pemberitahuan pada pengikut seputar hal apa saja yang harus mereka lakukan, kapan, dan bagaimana
melakukannya. Pemimpin yang efektif menggunakan tingkat perilaku kerja yang tinggi di sejumlah
situasi dan hanya sekedarnya di situasi lain.Perilaku hubungan meliputi penggunaan komunikasi dua-
arah, mendengar, memotivasi, melibatkan pengikut dalam proses pengambilan keputusan, serta
memberikan dukungan emosional pada mereka. Perilaku hubungan juga diberlakukan secara berbeda di
aneka situasi.Kategori dari keseluruhan gaya kepemimpinan diatas diidentifikasi mereka dalam 4 notasi
yaitu S1 sampai S4 yang merupakan kombinasi dari dua perilaku diatas:

Situational Leadership Model by Paul Hersey and Ken Blanchard SI: Telling (Pemberitahu) Gaya ini
paling tepat untuk kesiapan pengikut rendah (RI). Ini menekankan perilaku tugas tinggi dan perilaku
hubungan yang terbatas. Gaya kepemimpinantelling (kadang-kadang disebut directing) adalah
karakteristik gaya kepemimpinan dengan komunikasi satu arah. Pemimpin memberitahu individu atau
kelompok soal apa. bagaimana, mengapa, kapan dan dimana sebuah pekerjaan dilaksanakan. Pemimpin
selalu memberikan instruksi yang jelas, arahan yang rinci, serta mengawasi pekerjaan secara langsung.
S2: Selling (Penjual) - Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut moderat (R2). Ini menekankan pada
jumlah tugas dan perilaku hubungan yang tinggi. Pada tahapan gaya kepemimpinan ini seorang
pemimpin masih memberi arahan namun ia menggunakan komunikasi dua arah dan memberi dukungan
secara emosional terhadap individu atau kelompok guna memotivasi dan rasa percaya diri pengikut.
Gaya ini muncul kala kompetensi individu atau kelompok meningkat, sehingga pemimpin perlu terus
menyediakan sikap membimbing akibat individu atau kelompok belum siap mengambil tanggung jawab
penuh atas proses dalam pekerjaan.

S3: Participating (Partisipatif) Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut tinggi dengan motivasi
moderat (R3). Ini menekankan pada jumlah tinggi perilaku hubungan tetapi jumlah perilaku tugas
rendah. Gaya kepemimpinan pada tahap ini mendorong individu atau kelompok untuk saling berbagi
gagasan dan sekaligus memfasilitasi pekerjaan dengan semangat yang mereka tunjukkan. Gaya ini
muncul tatkala pengikut merasa percaya diri dalam melakukan pekerjaannya sehingga pemimpin tidak
lagi terlalu bersikap sebagai pengarah. Pemimpin tetap memelihara komunikasi terbuka, tetapi kini
melakukannya dengan cenderung untuk lebih menjadi pendengar yang baik serta siap membantu
pengikutnya. Tugas seorang pemimpin adalah memelihara kualitas hubungan antar individu atau
kelompok.S4: Delegating (Pendelegasian)-Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut tinggi (R4). Ini
menekankan pada kedua sisi yaitu tingginya perilaku kerja dan perilaku hubungan dimana gaya
kepemimpinan pada tahap ini cenderung mengalihkan tanggung jawab atas proses pembuatan
keputusan dan pelaksanaannya. Gaya ini muncul tatkala individu atau kelompok berada pada level
kompetensi yang tinggi sehubungan dengan pekerjaannya. Gaya ini efektif karena pengikut dianggap
telah kompeten dan termotivasi penuh untuk mengambil tanggung jawab atas pekerjaannya. Tugas
seorang pemimpin hanyalah memonitor berlangsungnya sebuah pekerjaan. Dari keempat notasi diatas,
tidak ada yang bisa disebut teroptimal setiap saat bagi seorang pemimpin. Pemimpin yang efektif butuh
fleksibitas, dan harus beradaptasi di setiap situasi. Prinsip "One Size Fits All tidak berlaku dalam gaya
kepemimpinan, terutama menghadapi tingkat kesiapan bawahan yang berbeda.

4.Mengembangkan dan Memotivasi Pengikut

Seorang pemimpin yang baik mengembangkan kompetensi dan komitmen dari pengikut sehingga
mereka memotivasi diri sendiri daripada bergantung pada orang lain untuk diarahkan atau dibimbing.
Menurut Hersey tingginya kinerja pemimpin menciptakan harapan yang realistis akan tingginya kinerja
dari pengikut. Sebaliknya rendahnya harapan pemimpin mengakibatkan rendahnya kinerja pengikut.
Menurut Ken Blanchard empat kombinasi kompetensi dan komitmen akan menciptakan tingkat
perkembangan seperti yang disebutkan dalam notasi dibawah ini:

DI-Kompetensi rendah dan komitmen yang tinggi

D2 Kompetensi rendah dan komitmen yang rendah

D3 Kompetensi tinggi dan komitmen yang rendah

D4-Kompetensi tinggi dan komitmen yang tinggi

Dalam rangka untuk membuat siklus yang efektif, seorang pemimpin perlu memotivasi pengikutnya
dengan benar.

5.Kepemimpinan Situasional II:

Hersey dan Blanchard terus bersepakat dengan teori aslinya hingga 1977. Ketika mereka sepakat untuk
menjalankan pemahaman masing-masing pada akhir 1970-an, Hersey merubah nama dari
kepemimpinan situasional menjadi teori kepemimpinan situasional dan Blanchard menawarkan Teori
Kepemimpinan Situasional sebagai Pendekatan Situasional untuk MengelolaOrang. Blanchard dan
rekan-rekannya terus merevisi pendekatan situasional untuk mengelola orang, dan pada tahun 1985
diperkenalkan Kepemimpinan Situasional II (SLII).Pada tahun 1979, Ken Blanchard mendirikan Blanchard
Training & Development Inc, (kemudian menjadi The Ken Blanchard Companies) bersama-sama dengan
istrinya Margie Blanchard dan dewan pendiri. Seiring waktu, kelompok ini membuat perubahan konsep
dari teori kepemimpinan situasional awal pada beberapa bidang utama, termasuk penelitian dasar, gaya
kepemimpinan, dan kontinum tingkat perkembangan individu.Model penelitian kepemimpinan
situasional II (SLII) mengakui penelitian yang ada dari teori kepemimpinan situasional dan merevisi
konsep berdasarkan umpan balik dari klien. manajer, dan karya peneliti terkemuka pada bidang
pengembangan kelompok.Situational Leadership Model by Paul Hersey and Ken Blanchard I.

B.. KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL

a. Pengertian

- Model kepemimpinan yang terjadi ketika pola relasi antara pemimpin dengan konstituen, maupun
antara pemimpin dengan elit politik lainnya dilandasi oleh semangat pertukaran kepentingan ekonomi
atau politik untuk

-Menurut Bycio dkk. (1995) serta Koh dkk. (1995), kepemimpinan transaksional adalah gaya
kepemimpinan di mana seorang pemimpin menfokuskan perhatiannya pada transaksi interpersonal
antara pemimpin dengan karyawan yang melibatkan hubungan pertukaran. Pertukaran tersebut
didasarkan pada kesepakatan mengenai klasifikasi sasaran, standar kerja, penugasan kerja, dan
penghargaan.

- Dari pengertian tersebut secara sederhana Kepemimpinan Transaksional dapat diartikan sebagai cara
yang digunakan seorang pemimpin dalam menggerakkan anggotanya dengan menawarkan
imbalan/akibat terhadap setiap kontribusi yang diberikan oleh anggota kepada organisasi.

b. Karakteristik Kepemimpinan Transaksional

- Pengadaan Imbalan, pemimpin menggunakan serangkaian imbalan untuk memotivasi para anggota,
Imbalannya berupa kebutuhan tingkat fisiologis (maslow).

- Eksepsi/pengecualian, dimana pemimpin akan memberi tindakan koreksi atau pembatalan imbalan
atau sanksi apabila anggota gagal mencapai sasaran prestasi yang ditetapkan

c. Karakteristik Pemimpin Transaksionalis

- Mengetahui keinginan bawahan

- Terampil Memberikan imbalan atau janji yang tepat

- Responsif terhadap kepentingan bawahan

d. Kondisi yang dianggap pas dalam menerapkan Kepemimpinan Transaksional

- Internal
1. Struktur Organisasi (mekanistik, peraturan, prosedur jelas, sentralisasi tinggi)

2. Teknologi Organisasi (teknologi proses, kontinue, mass-production)

3. Sumber kekuasan & pola hubungan anggota organisasi (sumber kekuasaaan di dalam struktur,
hubungan formal)

4. Tipe kelompok kerja(kerja tim, sifat pekerjaan umumnya engineering/teknis)

- Eksternal

1. Struktur lingkungan luar(baik, norma kuat, status quo)

2.Kondisi perubahan (lambat, tidakstabil, ketidakpastian rendah)

3.Kondisi pasar( stabil )

e.Teori kepemimpinan transaksional

Teori kepemimpinan transaksional adalah salah satu model atau pendekatan kepemimpinan yang
melihat hubungan pimpinan dengan pengikutnya sebagai suatu hubungan yang saling menguntungkan,
di mana pimpinan memberikan imbalan berupa hadiah, penghargaan atau pujian ketika pengikut
menyelesaikan tugas atau memenuhi kriteria yang ditetapkan. Sebaliknya bila pengikut tidak memenuhi
persyaratan atau tidak dapat menyelesaikan tugas yang diberikan, pimpinan memberikan sanksi atau
hukuman.

Secara umum, terdapat tiga jenis perilaku kepemimpinan transaksional, yaitu:

1. Pengaturan objektif: Pimpinan memberikan pengarahan yang jelas mengenai apa yang diharapkan
dari pengikut, mengenai tugas yang harus diselesaikan, target, atau standar kinerja yang harus dicapai.

2. Manajemen perbedaan: Pimpinan menyelesaikan masalah atau konflik yang terjadi di antara pengikut
dengan cara yang seimbang dan adil. Pimpinan memberikan solusi atau melebarkan perspektif untuk
mengubah pandangan dan perasaan pengikut.

3. Pemberian imbalan dan hukuman. Pimpinan memberikan penghargaan dalam bentuk bonus atau
hadiah untuk tugas yang sukses dan kinerja yang baik, sementara memberikan hukuman untuk tindakan
yang salah atau turun performa.

Keunikan model kepemimpinan transaksional tidak terletak pada cara pimpinan memberikan
pengarahan atau sanksi, namun terletak pada pengertian pimpinan sebagai pemimpin yang memiliki
kewenangan, pengaruh, dan kekuasaan serta memiliki hak menentukan dan mengambil kontrol
terhadap pihak bawahannya.
C.KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL

a. Pengertian

- Keller (1992) mengemukakan bahwa Kepemimpinan Transformational adalah sebuah gaya


kepemimpinan yang mengutamakan pemenuhan terhadap tingkatan tertinggi dari hirarki maslow yakni
kebutuhan akan harga diri dan aktualisasi diri.

- Kepemimpinan transformasional inilah yang sungguh-sungguh diartikan sebagai kepemimpinan


yang sejati karena kepemimpinan ini sungguh bekerja menuju sasaran pada tindakan mengarahkan
organisasi kepada suatu tujuan yang tidak pernah diraih sebelumnya. Para pemimpin secara riil harus
mampu mengarahkan organisasi menuju arah baru (Locke, 1997).

- Kepemimpinan ini juga didefinisikan sebagai kepemimpinan yang membutuhkan tindakan


memotivasi para bawahan agar bersedia bekerja demi sasaran-sasaran "tingkat tinggi" yang dianggap
melampaui kepentingan pribadinya pada saat itu (Bass, 1985; Burns, 1978; Tichy dan Devanna, 1986,
seperti dikutip oleh Locke, 1997).

- Sarros dan Butchatsky (1996), bahwa model kepemimpinan transformasional merupakan konsep
kepemimpinan yang terbaik dalam menguraikan karakteristik pemimpin sehingga para pemimpin kita
lebih berkerakyatan dan berkeadilan sosial.

- Secara sederhana dapat dipahami bahwa Kepemimpinan Transformasional adalah kepemimpinan


yang membawa organisasi pada sebuah tujuan baru yang lebih besar dan belum pernah dicapai
sebelumnya dengan memberikan kekuatan mental dan keyakinan kepada para anggota agar mereka
bergerak secara sungguh-sungguh menuju tujuan bersama tersebut dengan mengesampingkan
kepentingan/keadaan personalnya.

b.Karakteristik Kepemimpinan Transformasional

- Adanya pemberian wawasan serta penyadaran akan misi, membangkitkan kebanggaan, serta
menumbuhkan sikap hormat dan kepercayaan pada para bawahannya (Idealized Influence - Charisma)

- Adanya proses menumbuhkan ekspektasi yang tinggi melalui pemanfaatan simbol-simbol untuk
memfokuskan usaha dan mengkomunikasikan tujuan-tujuan penting dengan cara yang sederhana
(Inspirational Motivation),

- Adanya usaha meningkatkan intelegensia, rasionalitas, dan pemecahan masalah secara seksama
(Intellectual Stimulation),

- Pemimpin memberikan perhatian, membina, membimbing, dan melatih setiap orang secara khusus
dan pribadi (Individualized Consideration).

c. Karakteristik Pemimpin Transformasionalis

- Kharismatik
- Inspiratif dan motivatif

- Percaya diri

- Mampu berkomunikasi dengan baik

- Visioner

- Memiliki idealisme yang tinggi

d. Kondisi yang dianggap pas dalam menerapkan Kepemimpinan Transformasional

- Eksternal

1. Struktur lingkungan luar (ada tekanan terhadap situasi, Ketidakpuasan masyarakat)

2. Kondisi perubahan (berubah cepat, bergejolak, ketidakpastian)

3. Kondisi pasar (sering terjadi perubahan dan tak stabil)

4. Pola hubungan kepemimpinan (pemimpin sebagai orang tua yang membimbing ke pencapaian
tujuan, hubungan emosional dengan anggota kental dan dekat)

- Internal

1. Struktur Organisasi (organik, prosedur adaptif, otoritas tidak jelas, desentralisasi)

2. Teknologi Organisasi (teknologi batch/satu kali pengerjaan)

3. Sumber kekuasan & pola hubungan anggota organisasi (sumber kekuasaan penguasaan informasi,
hubungan informal)

4. Tipe kelompok kerja (kerja tim-variatif, sifat pekerjaan umumnya yang memerlukan kreativitas tinggi,
craft:keahlian, heuristic:tidak terstruktur, manajemen atas dan menengah)

e.Teori kepemimpinan transformasional

Teori kepemimpinan transformasional merupakan satu model kepemimpinan yang melihat


kepemimpinan sebagai sebuah proses transformasi dan pengembangan diri. Model ini berkonsentrasi
pada kemampuan seorang pemimpin untuk memotivasi, menginspirasi dan mengembangkan
pengikutnya untuk mencapai tujuan yang lebih besar daripada yang sebelumnya diharapkan. Dalam
konsep ini, pemimpin dianggap sebagai sumber inspirasi dan motivasi bagi pengikutnya.

Ada beberapa ciri atau perilaku yang diperlihatkan oleh seorang pemimpin transformasional,
diantaranya :

1. Memberikan inspirasi : Pemimpin memberikan visi yang jelas dan menarik tentang tujuan yang ingin
dicapai.
2. Mengembangkan pengikut: Pemimpin membantu pengikutnya mengembangkan diri mereka sendiri
dan menjadi lebih produktif.

3. Berorientasi pada pemecahan masalah: Pemimpin cenderung berfokus pada masalah yang harus
dipecahkan dan berperan aktif dalam memecahkan masalah tersebut.

4. Menyediakan dukungan: Pemimpin memberikan dukungan dan dorongan ketika pengikut mengalami
kesulitan.

5. Memperkuat hubungan antara pengikut : Pemimpin membantu membangun hubungan positif antara
pengikut dan meningkatkan kepercayaan dan kebersamaan.

Menurut teori ini, kepemimpinan transformasional juga dapat memotivasi pengikut untuk mencapai
tujuan bersama dan membentuk budaya organisasi yang lebih positif. Budaya organizasi ini biasanya
menciptakan inovasi dan kepuasan kerja yang tinggi, dan memberikan kontribusi yang kuat pada kinerja
dan produktivitas organisasi.

Kesimpulan

Kepemimpinan yang efektif adalah bergantung pada relevansi tugas, dan hampir semua pemimpin yang
sukses selalu mengadaptasi gaya kepemimpinan yang tepat.Efektivitas kepemimpinan bukan hanya soal
pengaruh terhadap individu dan kelompok tapi bergantung pula terhadap tugas, pekerjaan atau fungsi
yang dibutuhkan secara keseluruhan.

Hersey dan Blanchard memilah gaya kepemimpinan dalam perilaku kerja dan perilaku hubungan yang
harus diterapkan terhadap pengikut dengan derajat kesiapan kematangan tertentu.Perilaku Kerja
meliputi penggunaan komunikasi satu-arah, pendiktean tugas, dan pemberitahuan pada pengikut
seputar hal apa saja yang harus mereka lakukan, kapan, dan bagaimana melakukannya.

Menurut Ken Blanchard empat kombinasi kompetensi dan komitmen akan menciptakan tingkat
perkembangan seperti yang disebutkan dalam notasi dibawah ini: DI-Kompetensi rendah dan komitmen
yang tinggi D2 Kompetensi rendah dan komitmen yang rendah D3 Kompetensi tinggi dan komitmen
yang rendah D4-Kompetensi tinggi dan komitmen yang tinggi Dalam rangka untuk membuat siklus yang
efektif, seorang pemimpin perlu memotivasi pengikutnya dengan benar.

Struktur lingkungan luar(baik, norma kuat, status quo) 2.Kondisi perubahan (lambat, tidakstabil,
ketidakpastian rendah) 3.Kondisi pasar( stabil ) e.Teori kepemimpinan transaksional Teori
kepemimpinan transaksional adalah salah satu model atau pendekatan kepemimpinan yang melihat
hubungan pimpinan dengan pengikutnya sebagai suatu hubungan yang saling menguntungkan, di mana
pimpinan memberikan imbalan berupa hadiah, penghargaan atau pujian ketika pengikut menyelesaikan
tugas atau memenuhi kriteria yang ditetapkan.

Karakteristik Kepemimpinan Transformasional - Adanya pemberian wawasan serta penyadaran akan


misi, membangkitkan kebanggaan, serta menumbuhkan sikap hormat dan kepercayaan pada para
bawahannya (Idealized Influence - Charisma) - Adanya proses menumbuhkan ekspektasi yang tinggi
melalui pemanfaatan simbol-simbol untuk memfokuskan usaha dan mengkomunikasikan tujuan-tujuan
penting dengan cara yang sederhana (Inspirational Motivation), - Adanya usaha meningkatkan
intelegensia, rasionalitas, dan pemecahan masalah secara seksama (Intellectual Stimulation), -
Pemimpin memberikan perhatian, membina, membimbing, dan melatih setiap orang secara khusus dan
pribadi (Individualized Consideration).
DAFTAR PUSTAKA

Sumber berita: http://perilakuorganisasi.com teori-kepemimpinan-situasional.html Thoha, Miftah. 2003.


Kepemimpinan Dalam Manajemen. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sutarto, 2006, Dasar-dasar
Organisasi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Bass, B. M. (1985). Leadership and Performance Beyond Expectations. New York: The Free Press.

- Burns, J. M. (1978). Leadership. New York: Harper & Row Publishers.

- Podsakoff, P. M., Ahearne, M., & MacKenzie, S. B. (1997). Organizational citizenship behavior and the
quantity and quality of work group performance. Journal of Applied Psychology, 82(2), 262-270.

- Avolio, B. J., Zhu, W., Koh, W., & Bhatia, P. (2004). Transformational leadership and organizational
commitment: Mediating role of psychological empowerment and moderating role of structural distance.
Journal of Organizational Behavior, 25(8), 951-968.

- Bass, B., Avolio, B., Jung, D., & Berson, Y. (2003). Predicting unit performance by assessing
transformational and transactional leadership. Journal of Applied Psychology, 88(2), 207-218.

- Wong-On-Wing, B., & Wong, Y. T. (2019). The relationship between transactional, transformational
leadership, and leadership effectiveness: A review of empirical research. Journal of Management
Development, 38(1), 2-18.

You might also like