Professional Documents
Culture Documents
B. Identifikasi Masalah
Masalah yang dapat diidentifikasi dari latar belakang tersebut di atas
adalah :
1. Guru jarang menggunakan alat peraga dalam pembelajaran
2. Siswa belum bisa memahami huruf maupun kata dalam bacaaan
3. Pembelajaran masih dilakukan terpisah antara mata pelajaran yang
satu dengan yang lain.
4. Kemampuan membaca masih rendah.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,
rumusan masalah penelitian ini adalah ”Bagaimanakah pembelajaran dengan
menggunakan permainan kartu huruf dapat meningkatkan kemampuan
membaca siswa kelas I SDN 1 Bulurejo Kecamatan Gadingrejo Kabupaten
Pringsewu ?”.
D. Pemecahan Masalah
Masalah yang akan diteliti, akan dilakukan pemecahan masalah
melalui pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan permainan
kartu huruf.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan
penelitian ini adalah Untuk meningkatkan kemampuan pemahaman membaca
siswa kelas I SDN 1 Bulurejo Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu
dengan permainan kartu huruf.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Manfaat bagi siswa
a. Membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan membaca
melalui kartu huruf
2. Manfaat bagi guru
a. Memberi masukan bagi guru dalam upaya meningkatkan kemampuan
membaca melalui permainan kartu huruf.
3. Manfaat bagi sekolah
a. Sebagai bahan referensi bagi sekolah dalam upaya meningkatkan
mutu pembelajaran dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca
melalui permainan kartu huruf.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Kognitivisme
Teori ini mengacu pada wacana psikologi kognitif, yang
didasarkan pada kegiatan kognitif dalam belajar. Para ahli belajar ini
berupaya menganalisis secara ilmiah proses mental dan struktur
ingatan atau cognition dalam aktivitas belajar. Cognition diartikan
sebagai aktivitas mengetahui, memperoleh, mengorganisasikan, dan
menggunakan pengetahuan. Tekanan utama psikologi kognitif
adalah struktur kognitif, yaitu setruktur perbendaharaan pengetahuan
pribadi individu yang mencakup ingatan jangka panjangnya (long-
term memory). Psikologi kognitif menekankan pada hubungan antara
orang dengan lingkungan psikologinya secara bersamaan dan saling
berhubungan secara timbal balik. Dalam hal belajar, aspek
psikologis ini memandang dalam proses belajar yang terjadi pada
seseorang tidak tampak dari luar dan sifatnya kompleks. Udin S.
Winataputra, dkk (2007).
c. Konstruktivisme
Konstruktivisme mempunyai pemahaman tentang belajar yang
lebih menekankan pada proses dari pada hasil. Hasil belajar sebagai
tujuan dinilai penting. Teori ini biasa juga disebut teori perkembangan
intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar tersebut
berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam
tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap
perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri
tertentu dalam mengkontruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap
sensor motor anak berfikir melalui gerakan atau perbuatan
(Ruseffendi, 1988:132). Dari ketiga teori tersebut di atas, sehubungan
dengan penelitian yang dilakukan penulis menggunakan teori
konstruktivisme mengingat bahwa melalui pembelajaran membaca
melalui permainan kartu pada pelajaran Bahasa Indoneisa, siswa dapat
mengkonstruksikan pemahaman konsep sains dengan menggunakan
media atau alat peraga.
B. Pembelajaran Membaca
1. Pengertian Membaca
Hodgson dalam Tarigan (1985: 7) mengemukakan pengertian
membaca adalah sebagai suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan
oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh
penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.
Finochiaro dan Bonomo dalam Tarigan (1973: 119) secara singkat
mengemukakan bahwa “reading” adalah “bringing meaning to and getting
meaning from printed or written material”, memetik serta memahami arti
atau makna yang terkandung di dalam bahan tertulis. Lado (dalam
Tarigan, 1976: 132) menyimpulkan bahwa membaca ialah memahami
pola-pola bahasa dari gambaran tertulisnya.
Menurut Rahim (2009:2) membaca adalah proses menerjemahkan
simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses
berpikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman
literal, interpretasi,membaca kritis, dan pemahaman kreatif. Sedangkan
menurut klein,dkk (dalam Rahim, 2009:3) definisi membaca mencakup (1)
membaca merupakan suatu proses, (2) membaca adalah strategi, (3)
membaca merupakan interaktif. Membaca merupakan suatu proses
dimaksudkan informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh
pembaca mempunyai peranan utama dalam membentuk makna.
Listiyanto Ahmad dalam Rizem (2011: 19) mendefinisikan
membaca sebagai suatu proses yang dilakukan dan digunakan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis
melalui media kata-kata bahasa tulis (tulisan). Sedangkan dari segi
linguistik, membaca adalah suatu penyandian kembali dan pembacaan
sandi. Menurut Soedarso dalam Rizem (2011:20), membaca merupakan
kegiatan yang kompleks dengan menggerakan sejumlah besar tindakan
yang terpisah. kegiatan kompleks tersebut meliputi pengertian dan
khayalan, mengamati, serta mengingat-ingat.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca adalah
suatu proses menangkap pesan atau informasi yang dibutuhkan dengan
cara memahami makna yang terdapat dalam lambang-lambang tulis.
Membaca merupakan proses berpikir, tanpa bantuan apapun selain
kalimat-kalimat dalam tulisan itu dapat meningkatkan pemahaman.
2. Tujuan Membaca
Menurut Tarigan (1985:9) tujuan membaca adalah sebagai berikut:
a. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan
yang telah dilakukan oleh tokoh
b. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang
menarik
c. Membaca untuk menemukan dan mengetahui apa yang terjadi dalam
cerita
d. Membaca untuk menemukan dan mengetahui mengapa para tokoh
merasakan hal seperti itu
e. Membaca untuk menemukan dan mengetahui apa yangtidak biasa dan
tidak wajar dari sang tokoh
f. Membaca untuk menemukan dan mengetahui apakah sang tokoh
berhasil atau hidup dalam ukuran-ukuran tertentu
g. Membaca untuk menemukan dan mengetahui bagaimana cara tokoh
berubah
Listiyanto Ahmad dalam Rizem (2011:29) mengungkapkan
beberapa tujuan dari membaca. Berikut ini adalah beberapa tujuan
tersebut:
1) Untuk mendapatkan perincian atau fakta-fakta mengenai suatu
informasi atau pengetahuan;
2) Untuk mendapatkan ide pokok atau ide utama dari teks bacaan;
3) Untuk mengetahui urutan atau susunan dan organisasi cerita;
4) Untuk menyimpulkan dan membaca inferensi;
5) Untuk mengelompokan atau mengklasifikasikan;
6) Untuk membandingkan atau mempertentangkan;
7) Untuk menilai atau mengevaluasi;
8) Untuk memahami secara detail dan komprehensif tentang isi buku;
9) Untuk menagkap ide pokok atau gagasan utama buku secara cepat;
10) Untuk mendapatkan informasi tentang sesuatu;
11) Untuk mengenali makna kata-kata atau istilah yang sulit;
12) Untuk mengetahui peristiwa penting yang sedang terjadi di
masyarakat;
13) Untuk mendapatkan kenikmatan dari suatu karya fiksi;
14) Untuk memperoleh informasi tentang lowongan pekerjaan;
15) Untuk mencari merek barang yang cocok untuk dibeli;
16) Untuk menilai kebenaran gagasan pengarang atau penulis buku;
17) Untuk mendapatkan alat tertentu;
18) Untuk mendapatkan keterangan tentang pendapat seorang (ahli) atau
keterangan tentang definisi ataupun istilah;
19) Untuk tujuan akademik (studi atau telaah ilmiah);
20) Untuk menangkap garis besar bacaan;
21) Untuk mengisi waktu luang.
e. Isian Rumpang
Fungsi utama dari prosedur isian rumpang adalah sebagai alat
ukur dan sebagai alat ajar. Sebagai alat ukur tingkat keterbacaan
wacana, bermanfaat untuk menguji tingkat kesukaran dan kemudahan
bahan bacaan, mengklasifikasikan tingkat baca siswa (pembaca), dan
mengetahui kelayakan wacana sesuai dengan peringkat siswa. Sebagai
alat ajar, isian rumpang dipergunakan untuk melatih kemampuan dan
keterampilan membaca siswa dalam hal penggunaan isyarat sintaksis,
penggunaan isyarat semantik, pengunaan isyarat skematik,
peningkatan kosakata, dan peningkatan daya nalar dan sikap kritis
siswa terhadap bahan bacaan. Dengan manfaat tersebut, guru dalam
waktu relatif singkat akan mengetahui tingkat keterbacaan wacana,
tingkat keterpahaman siswa, dan latar belakang pengalaman, minat,
dan bahasa siswa.
5. Jenis-jenis Membaca
Menurut Tarigan (1983:12) jenis membaca yaitu membaca nyaring
dan membaca dalam hati. untuk keterampilan mekanis digunakan
membaca nyaring dan untuk pemahaman digunakan membaca dalam hati.
a. Membaca nyaring
Menurut Tarigan (1983:22), membaca nyaring adalah
Membaca nyaring sering kali disebut membaca bersuara atau membaca
teknik. Disebut demikian karena pembaca mengeluarkan suara secara
nyaring pada saat membaca. Dalam hal ini yang perlu mendapat
perhatian guru adalah lafal kata, intonasi frasa, intonasi kalimat, serta
isi bacaan itu sendiri. Di samping itu, pungtuasi atau tanda baca dalam
tata tulis bahasa Indonesia tidak boleh diabaikan. Para siswa harus
dapat membedakan secara jelas intonasi kalimat berita, intonasi
kalimat tanya, intonasi kalimat seru, dan sebagainya. Juga lagu kalimat
orang yang sedang susah, marah, bergembira, dan suasana lainnya.
Siswa dapat memberi tekanan yang berbeda pada bagian-bagian yang
dianggap penting dengan bagian-bagian kalimat atau frasa yang
bernada biasa.
Pembelajaran membaca nyaring ini mencakup dua hal, yaitu
pembelajaran membaca dan pembelajaran membacakan. Pembelajaran
membaca yang dimaksud yaitu kegiatan tersebut untuk kepentingan
siswa itu sendiri dan untuk pihak lain, misalnya guru atau kawan-
kawan lainnya. Si Pembaca bertanggung jawab dalam hal lafal kata,
lagu dan intonasi kalimat, serta kandungan isi yang ada di dalamnya.
Pembelajaran yang tergolong membacakan yaitu si pembaca
melakukan aktivitas tersebut lebih banyak ditujukan untuk orang lain.
Pembaca bertanggung jawab atas lagu kalimat, lafal kata, kesenyapan,
ketepatan tekanan, suara, dan sebagainya. Bagi pendengar, lebih
bertanggung jawab terhadap isi bacaan, karena mereka ini di pihak
yang berkepentingan dengan kegiatan pembaca.
b. Metode Eja
Metode eja dimulai dari mengeja huruf demi huruf. Siswa
diperkenalkan dengan lambang-lambang huruf dari A sampai Z.
Kemudian siswa diperkenalkan bunyi masing-masing huruf atau
fonem. Metode ini hampir sama dengan metode abjad. Perbedaannya
pada sistem pelafalan huruf. Contoh huruf b dilafalkan /eb/, huruf l
dilafalkan /el/, huruf k dilafalkan /ek/, huruf s dilafalkan /es/, dan
berlaku bagi semua huruf konsonan. Setiaf huruf konsonan dilafalkan
dengan huruf e pepet. Proses selanjutnya sama dengan metode abjad.
d. Metode Kata
Metode ini diawali dengan pengenalan kata bermakna.
Sebaiknya dikenalkan dengan kata yang terdiri dari dua suku kata dan
dekat dengan lingkungan siswa. Kemudian mengenalkan suku kata
dengan membaca kata tersebut secara perlahan dan memberi jeda pada
setiap suku kata.