You are on page 1of 9

KRISIS KEUANGAN

Alfiatul Maulida, S.E. M.M.

Disusun oleh :

Kelompok 6

1. Katarina Ina Peni (2021008017)


2. Amahorseja Clarisa Artha Narga (2021008018)
3. Chichi Sale (2021008053)
4. Fransiska J Najong (2021008100)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
YOGYAKARTA
2023
KATA PENGANTAR
puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan Rahmat dan juga
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Financial
Teghnologi yang berjudul “KRISIS KEUANGAN” dengan baik adanya.
Dengan penulisan makalah ini dharapkan dapat menjadi penambah wawasan bagi
pembaca serta bagi kami sendiri. Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada Ibu
Alfiatul Maulida S.E. M.M. yang sudah memberikan tugas ini kepada kami, sehingga sangat
membantu kami untuk memperdalam pengetahuan pada bidang studi yang sedang ditekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut serta membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Kami sebagai penulis juga menyadari jika makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik serta saran demi kesempurnaan dari makalah ini.

Yogyakarta,10 oktober 2023

Penulis
Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI ................................................................................................................................... 3
BAB I ........................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 4
Definisi Krisis Keuangan ...................................................................................................................... 4
Penyebab Terjadi Krisis Keuangan ....................................................................................................... 4
Dampak Terjadinya Krisis Keuangan.................................................................................................... 5
Cara merespon Krisis Keuangan .......................................................................................................... 6
Contoh-contoh Krisis Keuangan .......................................................................................................... 6
Study Case ........................................................................................................................................... 7
BAB II .......................................................................................................................................... 8
PENUTUP ..................................................................................................................................... 8
Kesimpulan .......................................................................................................................................... 8
Saran ................................................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................... 9
BAB I
PEMBAHASAN
A. Definisi Krisis Keuangan
Krisis keuangan diartikan sebagai krisis nilai tukar (currency crisis) yang ditandai
dengan terjadinya devaluasi mata uang domestic serta perubahan system nilai tukar dari
fixed exchange rate menjadi flexible/floating exchange rate. Krisis keuangan disebut
juga sebuah situai dimana beberapa asset keuangan tiba-tiba kehilangan sebagian besar
nominalnya. Efek langsung dari kejadian ini adalah kerugian dari berkurangnya nilai-
nilai surat berharga tetapi tidak berefek langsung terhadap perekonomian.
Istilah krisis keuangan digunakan untuk berbagai situasi dengan beerbagai institusi
atau asset keuangan yang kehilangan Sebagian besar nilai mereka. Situasi lain yang
sering disebut sebagai krisis keuangan adalah runtuhnya bursa efek dan krisis mata
uang. Krisis keuangan juga diartikan sebagai sebuah kondisi dimana Masyarakat dan
pemerintah dilanda kesulitan ekonomi dan membuat mereka dilanda rasa kepanikan
ekstrem. Pada situasi tersebut, nilai asset terjun bebas, pelaku bisnis dan Masyarakat
kesusahan untuk melunasi utang-utangnya, sementara institusi jasa keuangan
mengalami likuiditas yang seret.
Menurut Aryani (2015), menjelaskan bahwa pada dasarnya krisis keuangan
merupakan peristiwa penurunan maupun runtuhnya seluruh sektor ekonomi yang
berpengaruh pada sektor-sektor lainnya.

B. Penyebab Terjadi Krisis Keuangan


1. Aksi Spekulasi
Pada umumnya, krisis finansial terjadi setelah nilai sebuah atau beberapa asset
dianggap berlebihan (overload) oleh sejumlah Masyarakat karena munculnya aksi
spekulasi. Anggapan itu pun memicu Masyarakat untuk memborong asset yang
dimaksud dan membuat nilainya menjadi mengangkasa dan tak masuk akal.
Namun, nilai asset yang menggembung ini pun lambat laun akan meledak
karena Masyarakat akhirnya memahami nilai instrinsik yang terdapat di dalam asset
tersebut. Jika asset tersebut dijual Kembali, maka nilainya pun bakal tak seberapa jika
disbanding harga belinya.
2. Turunnya Nilai Tukar Mata Uang
Turunnya nilai tukar mata uang adalah salah satu penyebab krisis finansial. Hal
ini bisa disebabkan oleh beragam kemungkinan, seperti pergantian rezim standar nilai
tukar hingga arus modal keluar (capital outflow) yang deras dari suatu negara. Bahkan
depresiasi nilai tukar juga bisa disebabkan oleh minimnya cadangan devisa yang
dimiliki otoritas moneter untuk menstabilkan nilai tukarnya.
Sayangnya penurunan nilai tukar yang luar biasa akan menimbulan perkara
yang besar pula. Depresiasi ekstrem nilai tukar akan menyebabkan nilai barang impor
melonjak. Sementara itu, barang impot tentu digunakan oleh industry dalam negeri
untuk memproduksi barang dan jasa atau dikonsumsi langsung oleh Masyarakat.
Kondisi ini kemudian akan memicu inflasi jumbo dan menekan daya beli Masyarakat.
3. Instabilitas Situasi Politik
Faktor lain penyebab krisis finansial adalah ketidakstabilan situasi politik yang
dialami satu negara. Jika suatu negara mengalami masalah seperti konflik antar
golongan atau kudeta pemimpin, maka Masyarakat merasa bahwa tinggal di negara
tesebut dalam jangka Panjang bukanlah ide yang baik.
Akibatnya, mereka pun akan menarik seluruh asset-aset keuangannya di negara
tersebut dalam jangka Panjang bukanlah ide yang baik. Akibatnya, mereka pun akan
menarik seluruh asset- asset keuangannya di negara tersebut dan melarikannya ke
negara lain yang lebih aman.
4. Kegagalan Kebijakan Ekonomi
Krisis finansial bisa jadi merupakan buah dari kegagalan kebijakan ekonomi
yang dijalankan pemerintah. Sebagai contoh, krisis finansial yang awalnya melanda
satu Lembaga keuangan bisa menjelma menjadi bencana keuangan berdampak
sistematik jika pemerintah gagal menanganinya. Jika perkara itu dibiarkan berlarut-
larut, maka yang kemudian terjadi adalah pelemahan pertumbuhan ekonomi atau
bahkan resesi ekonomi.

C. Dampak Terjadinya Krisis Keuangan


Dampak krisis yang dihadapu negara-negara tersebut pada umumnya adalah
meningkatnya inflasi, turunnya nilai tukar, turunnya pertumbuhan ekonomi, runtuhnya
indeks bursa dan sejumlah bank/institusi keuangan/koorporasi mengalami kesulitan
keuangan atau bangkrut. Dampak langsung krisis keuangan ini bagi Indonesia adalah
kerugian beberapa perusahan di Indonesia yang berinvestasi di institusi-institusi
keuangan Amerika Serikat. Perusahan keuangan ataupun non bank yang
mengalokasikan dana pada sumber pendapatan alternatif, melalui pembelian saham
atau obligasi pada instrument keuangan asing, seperti UBS, Morgan Stanley, American
International Group dan lainnya.
Sedangkan dampak tidak langsung dari krisis adalah turunnya likuiditas,
melonjaknya tingkat suku bunga, turunnya harga komoditas, melemahnya nilai tukar
rupiah, dan melemahnya pertumbuhan sumber dana. Demikian juga menurunnya
tingkat kepercayaan konsumen, investor, dan pasar terhadap berbagai institusi
keuangan yang menyebabkan melemahnya pasar modal. Krisis keuangan juga
mengurangi pasokan likuiditas sektor keuangan karena bangkrutnya beberapa institusi
keuangan global khususnya bank-bank investasi yang berpengaruh pada aliran kas
perusahan-perusahan di Indonesia. Keadaan ini akan menyebabkan naiknya tingkat
suku bunga dan turunnya pendanaan ke pasar modal dan perbankan global.
Adapun dampak yang ditimbulkan oleh krisis keuangan ini bagi sektor
keuangan Indonesia, yaitu ditandai dengan Adanya penarikan dana dalam valas
khususnya dolar AS oleh Lembaga-lembaga keuangan kreditor dan investor di AS.
Penarikan tersebut dilakukan dengan menjual sekuritas saham dan surat berharga utang
yang dibeli sebelumnya dalam rupiah kemudian dibelikan dolar. Penarikan dana juga
dilakukan dengan mencairkan dana yang telah ditempatkan pada bank-bank di
Indonesia dan langsung dalam dolar. Krisis keuangan ini menyebabkan dana yang
direpatriasi berjumlah besar sehingga menimbulkan penjualan saham dan surat
berharga utang dalam jumlah besar. Keadaan ini menjadikan harga sekuritas saham dan
surat berharga utang akan turun sehingga indeks harga saham turun tajam.
Pengalaman Krisis keuangan tahun 1998-2003 telah membawa dunia perbankan
Indonesia mampu bertahan dalam krisis 2008. Hal ini dikarenakan krisis 1998 telah
mempengaruhi perbaikan pada beberapa aspek, antara lain transparansi yang memenuhi
akuntabilitas dan efektifitas, profesionalisme dan kompetensi, pemenuhan ketentuan
perbankan dan prinsip kehati-hatian. Demikian juga, bank tidak lagi berperan sebagai
kasir dari sejumlah perusahan dan grup perusahan tertentu. Krisis keuangan
menyebabkan Bank Indonesua meningkatkan BI rate untuk meredam inflasi yang
diakibatkan oleh turunnya nilai rupiah terhadap dolar.
D. Cara merespon Krisis Keuangan
1. Menggelontarkan Bantuan Likuiditas ke Perbankan
Ketika mengalami krisis finansial, institusi jasa keuangan memiliki likuiditas
yang seret. Akibatnya, mereka membutuhkan bantuan likuiditas agar Lembaga jasa
keuangan mampu menunaikan kewajiban-kewajiban di Tengah kepanikan. Selain itu,
bantuan likuiditas juga diperlukan sebagai jaminan bahwa nassabah dapat menarik
simpanannya dari Lembaga keuangan dengan aman meski didera situasi yang serba
tidak pasti.
Khususnya di Indonesia, berdasarkan Undang- Undang (UU) No.9 tahun 2016
tentang pencegahan dan penanganan krisis sistem keuangan mengamanatkan Bank
Indonesia (BI) sebagai likuiditas pilihan terakhir baik di situasi krisis maupun normal.
Dalam kerangka tersebut, BI dapat memberikan pinjaman Likuiditas jangka pendek dan
pinjaman likuiditas jangka pendek syariah, serta pinjaman Likuiditas khusus (PLK)
bagi perbankan nasional.
2. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter juga diharapkan mampu meredakan luka yang ditimbulkan
oleh krisis finansial. Dalam kondisi ini, otoritas moneter, seperti bank sentral bisa
melonggarkan beberapa kebijakan seperti giro wajib minimum untuk meingkatkan
likuiditas perbankan. Selain itu, Ketika krisis finansial berkembang menjadi resesi,
bank sentral juga bisa mengimplementasikan penurunan suku bunga acuan agar
Masyarakat tergerak untuk konsumsi dan pelaku bisnis tergerak untuk melanjutkan
kegiatan usahanya.

E. Contoh-contoh Krisis Keuangan


1. Krisis finansial Asia 1997-1998
Krisis finansial Asia bermula di Juli 1997 ketika nilai tukar Baht Thailand terhadap
Dolar AS terperosok. Hal ini menyebabkan Thailand rela meninggalkan system kurs
Dolar AS. Tetapi kondisi tersebut justru menular ke negara-negara lainnnya, termasuk
Indonesia, dan menyebabkan rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
masing-masing negara tersebut meningkat.
2. Krisis Finansial Global 2007-2008
Satu dekade kemudian, giliran AS dan negara-negara Eropa yang mengalami
krisis finansial, yang merupakan bencana keuangan terparah sejak The Great
Depression di 1929. Peristiwa ini bermula Ketika harga rumah di AS mengalami bubble
dan mencapai puncaknya di 2006. Hal itu pun membuat broker hipotek dan bank untuk
merelaksasi syarat-syarat pengajuan kredit asset tersebut.
3. Pandemi Covid -19 2020
Salah satu contoh krisis finansial lain adalah jatuhnya nilai pasar saham akibat
pandemic covid-19 yang terjadi di 2020 silam. Pada februari hingga 23 maret 2020,
nilai S&P 500 melorot lebih dari 30% akibat kepanikan investor dan ketidakpastian
mengenai berakhirnya wabah tersebut. Untunngnya pasar saham berhasil memantul
Kembali dan bahkan S&P 500 menyentuh rekor-rekor terbaruhnya setahun kemudian.

F. Study Case
Krisis keuangan dan perbankan eurozone merupakan krisis yang terus berlanjut
sehingga membuat kesulitan bagi pemerintah, bahkan hampir kesulitan tersebut turut
dirasakan negaranegara eropa yang terkena krisis untuk menyelesaikan permasalahan
fiskal dalam negeri tanpa ada bantuan dari negara donor. Hal ini disebabkan
peningkatan hutang secara global (world total debts) baik hutang masyarakat maupun
hutang pemerintah.
Krisis Yunani merupakan lembaran hitam pembangunan ekonomi di sektor
keuangan dan perbankan yang terus terpuruk selama tahun 2010 sehingga ekonomi
negara semakin kacau dalam wilayah eurozone. Yunani menghadapi krisis keuangan
berat karena defisit anggaran yang tinggi dan hutang yang meningkat. Krisis ini
mengguncang zona euro dan memicu pembicaraan tentang restrukturisasi utang dan
bantuan keuangan internasional.

Tindakan yang diambil dalam Upaya mengatasi krisis keuangan :


• Mengimplementasikan program penghematan besar-besaran yang mencakup
pemotongan anggaran, pemotongan gaji, dan kenaikan pajak.
• Kerjasama dengan zona euro dan uni eropa.
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah krisis keuangan digunakan untuk berbagai situasi dengan beerbagai
institusi atau asset keuangan yang kehilangan Sebagian besar nilai mereka. Situasi lain
yang sering disebut sebagai krisis keuangan adalah runtuhnya bursa efek dan krisis
mata uang. Krisis keuangan juga diartikan sebagai sebuah kondisi dimana Masyarakat
dan pemerintah dilanda kesulitan ekonomi dan membuat mereka dilanda rasa
kepanikan ekstrem. Pada situasi tersebut, nilai asset terjun bebas, pelaku bisnis dan
Masyarakat kesusahan untuk melunasi utang-utangnya, sementara institusi jasa
keuangan mengalami likuiditas yang seret.
Krisis keuangan mempengaruhi kenaikan tingkat bunga simpanan dan pinjaman
di bank konvensional dan bank syariah. Tingkat rata-rata tingkat bunga bank
konvensional lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat margin di bank syariah.
Sementara itu kinerja keuangan kedua bank ini berbeda. Krisis keuangan 2008
menjadikan tingkat pendapatan yang diperoleh berkurang. Secara umum kenaikan
pendapatan bank syariah lebih tinggi dibandingkan dengan bank konvensional.
Sebaliknya, nilai pendapatan dibandingkan aset menunjukan bank konvensional lebih
tinggi.

B. Saran
Dalam menghadapi krisis keuangan, penting untuk memahami akar penyebab
serta implikasi yang terkait. Melalui analisis mendalam, kita dapat mengidentifikasi
solusi yang efektif dan menerapkan Langkah-langkah preventif yang tepat.
Rekomendasi untuk pemerintah termasuk implementasikebijakan fiscal yang bijak dan
system pengawasan yang ketat. Di sisi lain, perusahan dan individu dapat
memprioritaskan diversifikasi portofolio dan membangun cadangan keuangan yang
kuat. Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang risiko keuangan, kita dapat
membentuk fondasi yang lebih kokoh untuk masa depan yang lebih stabil dan Sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA
Kristianti, I., & Tulenan, M. V. (2021). Dampak financial technology terhadap kinerja
keuanganperbankan. Kinerja, 18(1), 57–65

http://journal.feb.unmul.ac.id/index.php/KINERJA/article/view/8254

Chapra, Umer (1985), Towards a Just Monetary System: A Discussion of Money, Banking, and
Monetary Policy in the Light of Islamic Teachings, London: Islamic Foundation.

Pambudi, R. D. (2019). Perkembangan FINTECH Di Kalangan Mahasiswa UIN. HARMONY 4

(2), 74-81.

Alshubiri, F. N. (2017). Determinants of financial stability: An empirical study of commercial


banks listed in Muscat Security Market. Journal of Business and Retail Management Research, 11(4),
192–200. https://doi.org/10.24052/JBRMR/V11IS04/DOFSAESOCBLIMSM

Fatoni, A., & Sidiq, S. (2019). Analisis Perbandingan Stabilitas Sistem Perbankan Syariah Dan
Konvensional Di Indonesia. Ekspansi: Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan Dan Akuntansi, 11(2),
179–198. https://doi.org/10.35313/ekspansi.v11i2.1350

You might also like