You are on page 1of 16

Jurnal Sosiologi Nusantara, Vol.

1 No 1, Desember 2015 |1

ANALISIS KONFLIK ATAU SENGKETA HAK KEPEMILIKAN


TANAH ADAT BETANG SANGKUWU DI DESA TUMBANG MARAK,
KECAMATAN KATINGAN TENGAH, KABUPATEN KATINGAN,
KALIMANTAN TENGAH

Dedy Ilham Perdana* dan Yuliana**


* Dosen Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Palangkaraya
** Mahasiswa Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Palangkaraya

ABSTRACT
The conflict on the customary land of Betang Sangkuwu in Tubang Marak
village occured because of the struggle for the ownership of customary land of Betang
Sangkuwu located in the middle of the palm oil processing plantation company,
namely PT Karya Dewi Putera (PT KDP). The fight for customary land ownership of
Betang Sangkuwu occurred between the indigenous people of Tubang Marak village
and the comers settling in this village, called penampil.
This study uses a phenomenological study with a qualitative approach, which
examines the phenomenon to be developed. The source of data in this reseach came
from primary data, which were collected through direct and in-dept interviews between
the researcher and informants (the subject), observations, recordings and field notes.
Data analysis techniques used are data reduction, analysis of data, and the conclusion
and verification.
The results showed that in the process of customary land disputes in Betang
Sangkuwu of Tumbang Marak village there were actors who played roles (roles of
authority). The conflict occured because of the root triggered by economic values,
social values (social rent/social previlages), and rent ricardian (sacred cultural values).
The conflict was in the form of latent conflict, namely slandering, suspicion,
and threatened each other, as well as manifest conflict in the form of blaming each
other. Efforts have been made, namely the mediation and hinting (a customary fine) in
Dyak customary. The fight for customary land ownership rights of Betang Sangkuwu
in Tumbang Marak village has not been completed. The penampil community together
with KCW personnels would raise the issue to the positive law. Yet,since the
indigenous people of Tumbang Marak village were willing to accept the results of the
mediation, the relationship between parties involved the conflict in Tumbang Marak
village was getting better.

Keywords : Land Dispute, Indigenous Lands, Mediation and Hinting


Jurnal Sosiologi Nusantara, Vol.1 No 1, Desember 2015 |2

PENDAHULUAN Katingan Tengah, Kabupaten Katingan


Sengketa adalah perbedaan nilai, merupakan sengketa tanah adat Betang
kepentingan, pendapat, dan atau persepsi Sangkuwu. Tanah Betang Sangkuwu
antara orang per orang atau badan berupa kaleka, yaitu tempat pemukiman
hukum (privat atau publik) mengenai leluhur masyarakat adat yang sudah
status penguasaan dan atau status menjadi hutan dan dianggap keramat
kepemilikan dan atau status penggunaan serta diakui sebagai tanah adat yang
atau pemanfaatan atas bidang tanah bersifat komunal3. Tanah adat Betang
tertentu oleh pihak tertentu atau status Sangkuwu berada di dekat Sungai
keputusan tata usaha negara menyangkut Sangkuwu. Luas tanah adat yang diakui
penguasaan, pemilikan, dan penggunaan oleh pihak perusahaan dan masyarakat
atau pemanfaatan atas bidang tanah Desa Tumbang Marak melalui ―Berita
tertentu. Sengketa dapat terjadi antar Acara Kesepakatan Pembuatan Batas
individu, antar individu dengan Tanah Adat‖ yaitu ± 25 Ha (dua puluh
kelompok, dan antar kelompok dengan lima hektar) bertepatan masuk dalam
kelompok1. wilayah perusahaan perkebunan
Secara sederhana konflik adalah pengolahan kelapa sawit PT. Karya
pertentangan yang ditandai oleh Dewi Putera (PT. KDP), Blok L.34,
pergerakan dari beberapa pihak sehingga M.33, & M.344. PT. Karya Dewi Putera
terjadi persinggungan. Konflik bisa berdiri di wilayah Desa Tumbang Marak
muncul pada skala yang berbeda seperti pada sekitar tahun 2003, dan mulai
konflik antar orang per orang beroperasi pada sekitar tahun 2005.
(interpersonal conflict), konflik antar Sengketa tanah adat Betang
kelompok (intergroup conflict), konflik Sangkuwu mulai terjadi pada tahun
antar kelompok dengan negara (vertical 2005, namun sengketa mulai muncul
conflict), konflik antar negara (interstate pada tahun 2013, dan di tahun 2014
conflict)2. sengketa terangkat. Sengketa bermula
Sengketa yang terjadi di wilayah 3
Peraturan Gubernur Kalimantanm Tengah
Desa Tumbang Marak, Kecamatan nomor 13 tahun 2009 Tentang Tanah Adat Dan
Hak-Hak Di Atas Tanah Di Provinsi
Kalimantan Tengah.Usop, Sidik R. Kebijakan
1
Limbong, Bernhard. 2012. Konflik pertanahan. Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah
Margaretha Pustaka. Jakarta. Hlm. 48. Terhadap Masyarakat Adat. 16/12/2014
2 4
Susan Novri. 2010. Pengantar Sosiologi Berdasarkan Berita Acara Kesepakatan
Konflik dan isu-isu Kontemporer. Kencana: Pembuatan Batas Tanah Adat tgl 14 Maret
Jakarta. 2005 & 27 Maret 2005 di Tumbang Marak
Jurnal Sosiologi Nusantara, Vol.1 No 1, Desember 2015 |3

dari pengklaiman kepemilikan tanah Sengketa perebutan hak


adat Betang Sangkuwu oleh masyarakat kepemilikan tanah adat Betang
pendatang atau penampil yang menetap Sangkuwu yang melibatkan dua
di Desa Tumbang Marak, bahwa tanah kelompok masyarakat tersebut
adat Betang Sangkuwu milik nenek menyebabkan konflik antar keduanya,
moyang mereka yaitu Temanggung sehingga hubungan kedua pihak yang
Doho. Pengklaiman diikuti dengan berkonflik sempat memanas. Namun
tuntutan yang diajukan oleh pihak saat ini, hubungan kedua pihak
kelompok penampil kepada pihak berkonflik telah meredam. Meskipun
perusahaan PT. Karya Dewi Putera (PT sengketa kepemilikan hak belum selesai,
KDP) berupa tuntutan agar Betang kedua pihak yang terlibat konflik telah
Sangkuwu dijadikan situs budaya atas menempuh upaya penyelesaian secara
nama nenek moyang mereka yaitu mediasi dan hinting pali (mediasi secara
Temanggung Doho, dan meminta pihak adat Dayak).
perusahaan untuk membayar denda
sebesar Rp 32 Miliyar karena telah METODE PENELITIAN
terpakai tanah adat Betang Sangkuwu Menurut Bogdan dan Taylor
oleh pihak perusahaan. (2002), pendekatan kualitatif adalah
Pengklaiman kepemilikan tanah melihat dan mendeskripsikan fenomena
adat tersebut tidak dapat diterima oleh sosial yang ada di tengah-tengah
masyarakat asli Desa Tumbang Marak, masyarakat dan melihat kegiatan yang
sebab berdasarkan versi cerita mereka, dilakukan masyarakat, merupakan
tanah adat Betang Sangkuwu merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan
tanah milik nenek moyang masyarakat data deskriptif berupa kata-kata tertulis
asli Desa Tumbang Marak yaitu Oko maupun lisan dari orang-orang dan
Apang Beren, sehingga masyarakat asli perilaku yang diamati.
Desa Tumbang Marak pun melakukan Metode penelitian kualitatif
tuntutan kepada pihak perusahaan agar adalah metode penelitian yang
tanah adat Betang Sangkuwu dijadikan berlandaskan pada filsafat post-
situs budaya milik masyarakat Desa positivisme, digunakan untuk meneliti
Tumbang Marak. pada kondisi obyek alamiah, (sebagai
lawannya adalah eksperimen) dimana
Jurnal Sosiologi Nusantara, Vol.1 No 1, Desember 2015 |4

peneliti adalah sebagai instrumen kunci, Ada beberapa ciri-ciri pokok


teknik pengumpulan data secara fenomenologis yang dilakukan oleh
triangulasi (gabungan), analisis data peneliti fenomenologis menurut
bersifat induktif/kualitatif, dan hasil Moleong (2007: 8), yaitu: (a) mengacu
penelitian kualitatif lebih menekankan kepada kenyataan, dalam hal ini
makna daripada generalisasi5. kesadaran tentang sesuatu benda secara
Dalam penelitian ini, peneliti jelas; (b) memahami arti peristiwa dan
menggunakan pendekatan penelitian kaitan-kaitannya terhadap orang-orang
kualitatif fenomenologis karena pada yang berada dalam situasi-situasi
hakikatnya penelitian kualitatif tertentu; (c) memulai dengan diam. Para
menggunakan pendekatan secara fenomenologis berasumsi bahwa
fenomenologis. Artinya, peneliti kesadaran bukanlah dibentuk karena
berangkat ke lapangan dengan kebetulan oleh sesuatu hal yang lain
mengamati fenomena yang terjadi daripada dirinya sendiri8.
dilapangan secara alamiah6. Para fenomenologis berusaha
Ditinjau dari hakekat pengalaman memahami arti peristiwa dan kaitan-
manusia dipahami bahwa setiap orang kaitannya terhadap orang-orang yang
akan melihat realita yang berbeda pada berada dalam situasi-situasi tertentu.
situasi yang berbeda dan waktu yang Inkuiri fenomenologis memulai dengan
berbeda. Jarak, waktu, hubungan diam. Diam merupakan tindakan untuk
manusia, tempat tinggal akan menangkap pengertian sesuatu yang
mempengaruhi setiap pengalaman sedang diteliti. Dalam hal ini ditekankan
manusia. Metode fenomenologis ini pada aspek subjektif dari perilaku orang.
menekankan kepada bagaimana Dimana para peneliti berusaha masuk ke
seseorang memaknai pengalamannya7. dalam dunia konseptual para subjek yang
ditelitinya sedemikian rupa sehingga
5
Sugiyono. 2013.MetodePenelitianKuantitatif
Kualitatif dan R&D. Cetakan Ke-19. Bandung : mereka mengerti apa dan bagaimana
Alfabeta hlm. 9.
6 suatu pengertian yang dikembangkan
.Jailan, M. Syahran. RagamPenelitian
Qualitative (Ethnografi, Fenomenologi, oleh mereka disekitar peristiwa dalam
GroundedTheory, dan Studi
Kasus).http://download.portalgaruda.org/article kehidupan sehari-hari. Para
.php?article=252708&val=6813&title=Ragam
%20Penelitian%20Qualitative%20(Ethnografi, fenomenologis percaya bahwa pada
%20Fenomenologi,%20Grounded%20Theory,
dan%20Studi%20Kasus) Hlm. 42. 7/1/2015.
7 8
Ibid hlm. 42-43 Ibid 43
Jurnal Sosiologi Nusantara, Vol.1 No 1, Desember 2015 |5

makhluk hidup tersedia berbagai cara menerangkan masalah penelitian yang


untuk menginterpretasikan pengalaman peneliti angkat, yaitu sengketa tanah adat
melalui interaksi dengan orang lain.9 Betang Sangkuwu di Desa Tumbang
Sebagaimana yang telah Marak, Kecamatan Katingan Tengah,
dipaparkan bahwa langkah pertama Kabupaten Katingan.
dalam melakukan penelitian Dalam penelitian ini, penentuan
fenomenologi adalah meneliti fenomena lokasinya berada di Desa Tumbang
yang akan dikembangkan. Selanjutnya Marak, Kecamatan Katingan Tengah,
peneliti mengembangkan pertanyaan Kabupaten Katingan. Adapun yang
penelitian. Data akan dikumpulkan menjadi alasan pemilihan tempat ini
melalui wawancara langsung, observasi, karena di desa tersebut terdapat
rekaman, catatan lapangan. Data yang permasalahan berupa sengketa tanah
dikumpulkan diperoleh dari wawancara adat Betang Sangkuwu, yaitu terjadi
mendalam antara peneliti dengan perebutan hak kepemilikan tanah adat
informan (subjek)10. Betang Sangkuwu antara masyarakat
Dari paparan diatas dapat ditarik lokal Desa Tumbang Marak dan
kesimpulan bahwa penelitian yang penampil atau warga pendatang yang
menggunakan pendekatan fenomenologi menetap di desa tersebut, sehingga
adalah sebuah penelitian yang terjadi konflik antar kedua pihak
mengamati tentang fenomena yang kelompok tersebut.
terjadi dalam kehidupan manusia, Jenis dan sumber data yang
dimana para peneliti berusaha masuk ke dipergunakan dalam penelitian adalah:
dalam dunia konseptual para subjek yang a. Data Primer
ditelitinya sedemikian rupa sehingga Data primer adalah data yang
mereka mengerti apa dan bagaimana diperoleh secara langsung dari
suatu pengertian yang dikembangkan responden dan narasumber tentang
oleh mereka disekitar peristiwa dalam obyek yang diteliti. Data primer dalam
kehidupan sehari-hari.11 penelitian didapat dengan metode
Dengan demikian, peneliti dapat wawancara. Narasumber yang
menjelaskan, menggambarkan, diwawancarai yaitu aparatur Desa
Tumbang Marak, pihak kelompok
9
Ibid.
10
Ibid hlm. 43-44 masyarakat lokal Desa Tumbang Marak,
11
Ibid hlm. 44
Jurnal Sosiologi Nusantara, Vol.1 No 1, Desember 2015 |6

pihak kelompok penampil, warga Desa gambaran yang jelas mengenai


Tumbang Marak (warga netral), Mantir fenomena yang diteliti, maka dibutuhkan
Desa Tumbang Marak, serta Tim data yang valid. Teknik pengumpulan
Terpadu penyelesaian konflik yaitu data tersebut meliputi :
Camat Katingan Tengah, Mantir dan 1. Observasi
Damang Kecamatan Katingan Tengah, Observasi dalam penelitian yang
serta Kepala Bidang Kasi Pemerintahan digunakan merupakan observasi yang
Umum, Pemerintah Daerah Kabupaten digolongkan kedalam observasi
Katingan, yang merupakan sumber data partisipasi pasif (passive participation)
untuk penelitian ini. yaitu peneliti datang ketempat orang
b. Data Sekunder yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat
Data sekunder adalah data berupa dalam kegiatan tersebut12. Serta
bahan yang diperlukan dalam penelitian tergolong dalam observasi yang terus
sosial, meliputi dokumentasi berupa terang dan tersamar yaitu peneliti dalam
gambar/foto terkait penelitian serta melakukan pengumpulan data
setiap bahan tertulis baik berupa menyatakan terus terang kepada sumber
monografi desa, profil desa, bukti tertulis data, bahwa ia sedang melakukan
terkait tanah adat, dan lain sebagainya, penelitian. Jadi, mereka yang diteliti
serta pengumpulan data dengan meneliti mengetahui sejak awal sampai akhir
catatan-catatan penting yang sangat erat tentang aktivitas peneliti. Tetapi dalam
hubungannya dengan obyek penelitian. suatu saat peneliti juga tidak terus terang
Dalam suatu penelitian, termasuk atau tersamar dalam observasi. Hal ini
penelitian sosial pengumpulan data untuk menghindari kalau suatu data yang
merupakan salah satu tahapan dalam dicari merupakan suatu data yang
proses penelitian dan sifatnya mutlak dirahasiakan. Kemungkinan kalau
untuk dilakukan karena dari data yang dilakukan dengan terus terang, maka
diperoleh kita mendapatkan gambaran peneliti tidak akan diizinkan melakukan
yang jelas tentang obyek yang diteliti, observasi13.
sehingga akan membantu dalam menarik
suatu kesimpulan dari obyek atau
12
Sugiyono. 2013.
fenomena yang akan diteliti. Untuk MetodePenelitianKuantitatifKualitatif dan
R&D. Cetakan Ke-19. Bandung : Alfabeta.
membantu penulis mendapatkan Hlm. 227.
13
Ibid hlm. 227-228.
Jurnal Sosiologi Nusantara, Vol.1 No 1, Desember 2015 |7

Adapun manfaat observasi menurut sehingga peneliti memperoleh


Patton dan Nasution dalam Sugiyono gambaran yang lebih komprehensif.
(1988) yaitu :14 f. Peneliti tidak hanya mengumpulkan
a. Peneliti akan lebih mampu memahami data yang kaya, tetapi juga
konteks data dalam keseluruhan memperoleh kesan-kesan pribadi,
situasi sosial, jadi akan diperoleh dan merasakan suasana situasi sosial
pandangan yang holistik atau yang diteliti.
menyeluruh. Adapun pemilihan teknik
b. Diperoleh pengalaman langsung, pengumpulan data observasi partisipasi
sehingga memungkinkan peneliti pasif selain yang dipaparkan tersebut,
menggunakan pendekatan induktif, juga karena peneliti dalam melakukan
jadi tidak dipengaruhi oleh konsep penelitian dimana posisi peneliti tidak
atau pandangan sebelumnya. terlibat sama sekali dalam proses
Pendekatan induktif membuka konflik, namun posisi peneliti hanya
kemungkian melakukan penemuan sekedar mengamati atau melihat
atau discovery. keadaan/kenyataan secara langsung apa
c. Peneliti dapat melihat hal-hal yang yang terjadi di Desa Tumbang Marak
kurang atau tidak diamati oleh orang terkait penelitian yang peneliti lakukan.
lain, khususnya orang yang berada Hal ini bertujuan, agar peneliti menjadi
dalam lingkungan itu, karena telah orang yang netral dalam penelitian, guna
dianggap ―biasa‘‘ dan karena itu memperoleh informasi yang seimbang
tidak akan terungkapkan dalam dari beberapa pihak terkait masalah
wawancara. penelitian.
d. Peneliti akan menemukan hal-hal 2. Wawancara
yang sedianya tidak akan Esterberg dalam Sugiyono (2000)
terungkapkan oleh responden dalam wawancara adalah pertemuan dua orang
wawancara karena bersifat sensitif untuk bertukar informasi dan ide melalui
atau ingin ditutupi karena dapat tanya jawab, sehingga dapat
merugikan nama lembaga. dikonstruksikan makna dalam suatu
e. Peneliti dapat menemukan hal-hal topik tertentu. Susan Stainback dalam
yang di luar persepsi responden, Sugiyono (1998), dengan wawancara
maka peneliti akan mengetahui hal-hal
14
Ibid., Hlm. 228.
Jurnal Sosiologi Nusantara, Vol.1 No 1, Desember 2015 |8

yang lebih mendalam tentang partisipan c. Warga Desa Tumbang Marak atau
dalam menginterpretasikan situasi dan warga netral (empat orang).
fenomena yang terjadi, dimana hal ini d. Pihak kelompok masyarakat lokal
tidak bias ditemukan pada observasi15. Desa Tumbang Marak (empat orang).
Esterberg dalam Sugiyono f. Pihak Kelompok warga pendatang
(2002), mengemukakan wawancara yang menetap di Desa Tumbang
semi struktur. Jenis wawancara ini yang Marak atau disebut Penampil (empat
digunakan dalam penelitian ini, dimana orang).
sudah termasuk dalam kategori in-dept g. Tim terpadu sengketa tanah adat
interview, dalam pelaksanaannya lebih Betang Sangkuwu di Desa Tumbang
bebas. Tujuan dari wawancara jenis ini Marak (empat orang) meliputi :
adalah untuk menemukan permasalahan  Kepala Bidang Kasi
secara lebih terbuka, dimana pihak yang Pemerintahan Umum,
diajak wawancara diminta pendapat, dan Pemerintah Daerah Katingan
ide-idenya. Dalam melakukan (satu orang).
wawancara, peneliti perlu mendengarkan  Camat Katingan Tengah (satu
secara teliti dan mencatat apa yang orang) Mantir Kecamatan
16
dikemukakan oleh informan . Katingan Tengah (satu orang).
Tujuan dari teknik wawancara  Damang Kecamatan Katingan
tak berstruktur yang peneliti pilih ini Tengah (satu orang).
guna menganalisis permasalahan dari Adapun kriteria informan
masalah yang peneliti angkat. penelitian, yaitu :
Dalam penelitian yang menjadi a. Berdasarkan lamanya tinggal / lama
sebanyak dua puluh orang (20 orang) domisili di Desa Tumbang Marak (5
informan, yaitu : tahun-keatas).
a. Aparatur Desa Tumbang Marak (dua b. Berdasarkan usia (25 tahun- keatas).
orang). c. Berdasarkan peran fungsional di Desa
b.Mantir Desa Tumbang Marak (dua Tumbang Marak / Aparatur Desa
orang). Tumbang Marak.
d. Berdasarkan pekerjaan.

15
Ibid., Hlm. 231-232.
16
Ibid hlm. 233-234.
Jurnal Sosiologi Nusantara, Vol.1 No 1, Desember 2015 |9

3. Dokumen penarikan kesimpulan yang akan di


Dokumen merupakan catatan lanjutkan dengan proses verifikasi.
peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen 2. Pengkajian data adalah sebagai
yang digunakan dalam penelitian ini sekumpulan informasi tersusun yang
berbentuk monografi desa, profil desa, memberi kemungkinan adanya
hasil perjanjian kesepakatan pembuatan penarikan kesimpulan dan
batas tanah adat. Dokumen yang pengambilan tindakan selanjutnya.
berbentuk gambar misalnya foto ataupun 3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi
gambar terkait keperluan penelitian. dengan menggunakan komponen
Studi dokumen merupakan pelengkap utama yaitu reduksi data, pengkajian
dari penggunaan metode observasi dan data, penarikan kesimpulan dan
17
wawancara dalam penelitian kualitatif. verifikasi, akan memudahkan peneliti
Menurut Miles dan Huberman untuk menganalisa data yang
1984, bahwa penelitian ini menggunakan diperoleh dalam penelitian mengenai
teknik analisa data interaktif. Model sengketa tanah adat Betang
interaktif ini terdiri dari tiga hal utama Sangkuwu di Desa Tumbang Marak,
reduksi data, pengkajian data, penarikan Kecamatan Katingan Tengah,
kesimpulan atau verifikasi. Analisis ini Kabupaten Katingan (analisis konflik
merupakan sebuah proses yang berulang terhadap perebutan hak kepemilikan
dan berlanjut secara terus-menerus. tanah adat Betang Sangkuwu).
(Miles dan Huberman,1984 ).
1. Reduksi data adalah proses pemilihan HASIL DAN PEMBAHASAN
atau seleksi, pemusatan perhatian 1. Peran Otoritas
pada penyederhanaan dan Seperti yang dikemukakan
pengabstrakan data yang berlangsung Dahrendrof yang menganalisis konflik
terus hingga laporan akhir penelitian dengan mengidentifikasi berbagai peran
disusun. Proses reduksi data untuk otoritas dan kekuasaan dalam
lebih menajamkan, menggolongkan, masyarakat. Ia mendefinisikan
mengarahkan serta kekuasaan : "Kemungkinan bahwa satu
mengorganisasikan data sehingga aktor dalam suatu hubungan sosial akan
memudahkan untuk dilakukan berada dalam posisi melakukan
perlawanan tanpa melihat kemungkinan
17
Ibi., Hlm. 240
J u r n a l S o s i o l o g i N u s a n t a r a , V o l . 1 N o 1 , D e s e m b e r 2 0 1 5 | 10

perlawanan itu menyerah" (Dahrendrof. keterlibatan kepala desa sebagai


1959:166). Hal ini terlihat pada otoritas penggerak pihak kelompok masyarakat
yang dimiliki Bapak. Guyur sebagai asli Desa Tumbang Marak dan
Kepala Desa Tumbang Marak yang keterlibatan sekretaris desa dan mantir
memegang kekuasaan di desa tersebut adat desa sebagai anggota pihak
dengan menggerakkan masyarakat asli kelompok masyarakat asli Desa
Desa Tumbang Marak untuk melakukan Tumbang Marak dengan kepentingan
perlawanan terhadap pihak Penampil. yang sama.
Dahrendorf mengatakan Dahrendorf, adapun kelompok
pertentangan yang terjadi karena kedua adalah kelompok kepentingan
golongan yang berkuasa berusaha yang terdiri dari kelompok semu yang
mempertahankan status quo. Hal lebih luas. Kelompok kepentingan ialah
tersebut terlihat dimana Bapak. Guyur yang menjadi sumber nyata timbulnya
selaku Kepala Desa Tumbang Marak konflik dalam masyarakat. Hal ini dilihat
bersama aparatur desa Tumbang Marak bahwa konflik bermula dari pengklaiman
dan melibatkan Mantir Desa Tumbang dan tuntutan pihak kelompok Penampil
Marak mempertahankan kepemilikan tentang kepemilikan Betang Sangkuwu.
tanah adat Betang Sangkuwu adalah
milik masyarakat asli Desa Tumbang 2. Konflik Laten
Marak selain karena cerita dari Kepentingan laten adalah tingkah
pembakas Lewu tentang kepemilikan laku potensil (―undercurrents behavior‖)
Betang Sangkuwu adalah milik nenek yang telah ditentukan bagi seseorang
moyang masyarakat asli Desa Tumbang karena dia menduduki peranan tertentu
Marak, juga karena lokasi berdirinya tetapi masih belum disadari. Artinya,
Betang Sangkuwu berada di wilayah tingkah laku potensil merupakan tingkah
Desa Tumbang Marak. laku yang dapat memunculkan konflik,
Dahrendorf melihat yang terlibat namun tidak disadari. Hal ini temukan
konflik adalah kelompok semu (quasi bahwa konflik perebutan hak
group), yaitu para pemegang kekuasaan kepemilikan Betang Sangkuwu telah
atau jabatan dengan kepentingan yang mengarah kepada sikap saling curiga dan
sama karena munculnya kelompok saling gunjing antar pihak berkonflik,
kepentingan. Hal ini dilihat dari
J u r n a l S o s i o l o g i N u s a n t a r a , V o l . 1 N o 1 , D e s e m b e r 2 0 1 5 | 11

dan saling ancam antara kedua pihak sehingga ditempuhnya mediasi sekitar
berkonflik. bulan Oktober 2014 yang difasilitasi
oleh Pemerintah Daerah Katingan
3. Konflik Manifest melalui Tim Terpadu yang dibentuk
Dalam konflik yang terjadi antar berdasarkan SK dari Sekretaris Daerah.
pihak kelompok Penampil dengan pihak
kelompok masyarakat asli Desa 4. Faktor Penghambat Upaya
Tumbang Marak, terdapat konflik Penyelesaian Sengketa
manifest yaitu kepentingan-kepentingan a. Sikap gengsi sosial budaya : nilai
yang terwujud kepermukaan dalam harga diri
bentuk tujuan-tujuan yang disadari, hal Jadi terdapat sikap gengsi sosial
ini terwujud dalam bentuk saling tuntut budaya berupa nilai harga diri yang kuat
mengajukan tuntutan antar kedua pihak oleh pihak Penampil yaitu, antara lain :
yang berkonflik tentang siapa yang  Sikap dimana tidak adanya
berhak memiliki tanah adat tersebut, keinginan dari pihak Penampil
seperti : untuk mundur dari konflik karena
Adanya pihak Penampil yang penggerak sudah memobilisasi
membuat laporan hak kepemilikan tanah dan menjanjikan kepada
adat Betang Sangkuwu yang anggotanya bahwa Betang
disampaikan kepada Damang Kecamatan Sangkuwu adalah milik Desa
sehingga dilaksanakan upacar adat Rantau Asem, serta janji
Dayak Hinting, serta adanya upaya- mengenai per kepala keluarga
upaya pengumpulan bukti dari pihak akan mendapatkan bagian
kelompok masyarakat Desa Tumbang masing-masing Rp 30.000.000,-
Marak baik meminta dukungan dengan /KK (tiga puluh juta Rupiah per
pembakas lewu terkait yang mengetahui kepala keluarga), sedangkan hasil
asal usul Betang Sangkuwu, dan juga Mediasi tidak memenuhi hal
adanya upaya pembuatan silsilah tersebut. Jadi, hal itu yang
keturunan baik dari pihak kelompok membuat pihak kelompok
Penampil, ataupun pihak kelompok Penampil yang saat ini di
masyarakat asli Desa Tumbang Marak. gandengi oknum KCW enggan
Serta upaya pengaduan ke kabupaten untuk mundur dari konflik dan
J u r n a l S o s i o l o g i N u s a n t a r a , V o l . 1 N o 1 , D e s e m b e r 2 0 1 5 | 12

akan mengangkat masalah ke sama-sama merupakan teori struktural.


ranah hukum positif Dalam teori Dahrendorf yang peneliti
(pengadilan). Dengan kata lain identifikasi yaitu berupa saling ancam
terdapat nilai harga diri dari merupakan salah satu bentuk konflik
penggerak kelompok tersebut Laten, sedangkan hal tersebut dalam
guna mempertahankan tujuannya. konsep kekerasan Johan Galtung
 Sikap dimana adanya keinginan termasuk dalam kekerasan langsung.
besar dari pihak Penampil dalam Bahwa kekerasan langsung itu tidak
mempertahankan tanah adat hanya dengan kekerasan menimbulkan
Betang Sangkuwu dijadikan korban fisik, tetapi juga ada kekerasan
sebagai situs budaya guna langsung dengan bentuk lain. Johan
melestarikan peninggalan nenek Galtung "Ancaman atau teror dari satu
moyang mereka atas nama kelompok yang menyebabkan ketakutan
Temanggung Doho nenek dan trauma psikis juga merupakan
moyang Desa Rantau Asem, bentuk kekerasan langsung"18. Hal
sedangkan hasil mediasi tidak tersebut peneliti identifikasi sebagai
mengeluarkan hasil tentang siapa sebuah ancaman atau teror, dimana
yang memiliki hak kepemilikan dengan adanya saling ancam membuat
tanah adat Betang Sangkuwu. masyarakat Desa Tumbang Marak
Hal ini terkait dengan pihak menjadi ketakutan.
Penampil yang telah mengakui
dan memperjuangkan tujuannya c. Kekerasan Kultural
bahwa mereka adalah keturunan Galtung menekankan makna
Temanggung Doho. kekerasan budaya yang ia maksud
bukanlah hendak menyebut kebudayaan
b. Kekerasan Langsung sebagai keseluruhan sistemnya, namun
Adapun digunakannya konsep aspek-aspek dari kebudayaan itu.
kekerasan Johan Galtung dalam Galtung memberi definisi kekerasan
penelitian, guna menjadi teori budaya ―kekerasan budaya adalah aspek-
pendukung yang menjelaskan tentang aspek dari kebudayaan, ruang simbolis
konflik bersifat Laten serta adanya
18
Santoso, Thomas. 2002. Cetakan pertama.
hubungan antar kedua teori tersebut Teori-TeoriKekerasan. Surabaya : Ghalia
Indonesia Hlm. 122.
J u r n a l S o s i o l o g i N u s a n t a r a , V o l . 1 N o 1 , D e s e m b e r 2 0 1 5 | 13

dari keberadaan masyarakat manusia nenek moyang masyarakat asli Desa


dicontohkan oleh agama dan ideologi, tumbang Marak, sedangkan pihak
bahasa dan seni, ilmu pengetahuan kelompok Penampil memiliki cerita
empiris dan formal (logis, materis)- yang bahwa tanah adat tersebut milik nenek
bisa digunakan untuk menjustifikasi atau moyang mereka yaitu Temanggung
melegitimasi kekerasan struktural dan Doho orang Desa Rantau Asem. Ketiga,
19
langsung.‘‘ (Galtung, 1990: 291) . perbedaan tuntutan dimana pihak
Galtung menjelaskan bahwa atribut masyarakat asli desa menuntut agar
budaya dapat digunakan sebagai bentuk dijadikan situs budaya Betang Sangkuwu
perlawanan, terkait hal tersebut dimana milik masyaakat Desa Tumbang Marak,
terdapat perlawanan dari pihak Penampil sedangkan pihak Penampil menuntut
dengan bentuk melakukan Hinting Pali tanah adat Betang Sangkuwu di jadikan
(mediasi secara adat Dayak) yang situs budaya milik nenek moyang Desa
ditempuh sebagai jalan lain dari pihak Rantau Asem, dan meminta agar pihak
Penampil, karena selama ini ketika pihak perusahaan membayar denda karena
Penampil berurusan melalui prosedur terpakai tanah adat Betang Sangkuwu.
perusahaan selalu dipersulit.
b. Pemicu konflik
5. Penyebab Konflik Pemicu konflik yang terjadi
a. Akar konflik merujuk pada makna tanah menurut
Pertama, keberadaan perusahaan. Fiona Atkins, arti penting tanah itu pada
Dari temuan data bahwa sebelum hakikatnya muncul karena tanah
berdirinya perusahaan di sekitar tanah mempunyai apa yang dinamakan Fiona
adat Betang Sangkuwu tidak pernah Atkins (1990) sebagai Rent.20
terjadi konflik perebutan hak Mengingat tanah tersebut
kepemilikan atas tanah adat Betang merupakan tanah adat tempat untuk
Sangkuwu. Kedua, perbedaan versi memuja Sang Pencipta (nilai sakral-
cerita tentang kepemilikan tanah adat, budaya) atau termasuk pada Rent
pihak masyarakat asli memiliki cerita Ricardian sehingga adanya tuntutan agar
bahwa kepemilikan tanah adat tersebut Betang Sangkuwu dijadikan situs
adalah milik Oko Apang Beren yaitu
20
Suharso Pujo. 2002. Tanah, Petani, Politik
Pedesaan.Cetakan Pertama. Solo : Pondok
19
Ibid hlm. 123. Edukasi
J u r n a l S o s i o l o g i N u s a n t a r a , V o l . 1 N o 1 , D e s e m b e r 2 0 1 5 | 14

budaya. Tanah adat tersebut secara jelas Sangkuwu di Desa Tumbang Marak
mengandung nilai ekonomi yaitu dengan hanya sisa-sisa bangunan saja. Penyebab
adanya tuntutan pihak Penampil kepada konflik, dan konflik yang terjadi yang
perusahaan untuk ganti rugi tanah dikaitkan dengan Rent Ricardian, dan
terpakai seluas 10.000 Ha (sepuluh ribu Rent Social (harga diri), dan nilai
Hektar) sebesar Rp. 32 Miliyar (tiga ekonomi saling berhubungan. Dimana,
puluh dua Miliyar rupiah). Sengketa penyebab konflik dapat membentuk
tanah adat yang terjadi tidak lepas dari konflik Laten dan konflik Manifest
apa yang disebut dengan Rent Sosial, karena adanya aktor (peran otoritas) dan
dimana adanya upaya mempertahankan atau pelaku konflik yang menggerakkan,
kepemilikan tanah adat Betang melakukan perlawanan untuk
Sangkuwu oleh masyarakat asli Desa mempertahankan dan memperjuangkan
Tumbang Marak, guna memegang teguh tujuan ataupun kepentingan baik nilai
peninggalan nenek moyang mereka. harga diri atau Rent Social, Rent
Dalam hal tersebut terdapat sosial Ricardian, dan adanya nilai ekonomi
previlages atau harga diri sebagai tanah adat Betang Sangkuwu. Konflik
masyarakat asli Desa Tumbang Marak. yang terjadi telah menempuh upaya
penyelesaian yaitu secara mediasi yang
KESIMPULAN diadakan di Kabupaten Kasongan dan
Sengketa tanah adat Betang Hinting Pali (denda adat) secara adat
Sangkuwu di desa Tumbang Marak Dayak yang diadakan di lokasi sengketa,
sudah terjadi pada tahun 2005, dan mulai yang difasilitasi oleh Tim Terpadu
menguak pada tahun 2013, dan pada dengan melibatkan pihak perusahaan,
tahun 2014 sengketa terangkat ke warga Desa Tumbang Marak, dan kedua
Kabupaten. Perebutan hak kepemilikan pihak yang berkonflik. Kondisi saat ini,
tanah adat yang berada di tengah konflik antar kedua kelompok sudah
perkebunan perusahaan pengolahan meredam, sedangkan kepemilikan tanah
kelapa sawit PT. Karya Dewi Putera, adat Betang Sangkuwu belum diketahui
dengan luas tanah adat ± 25 Ha (dua siapa yang berhak memilikinya.
puluh lima Hektar), berada di Blok L34 Berdasarkan analisa konflik
dengan titik koordinat X 112.890235 terhadap perebutan hak kepemilikan
dan Y 1.445735, dimana kondisi Betang tanah adat Betang Sangkuwu,
J u r n a l S o s i o l o g i N u s a n t a r a , V o l . 1 N o 1 , D e s e m b e r 2 0 1 5 | 15

pandangan penulis terhadap Mantir Desa Tumbang Marak hendaknya


penyelesaian akhir dari sengketa tanah tidak memihak salah satu pihak tetapi
adat Betang Sangkuwu bahwa, benar-benar menjadi penengah dalam
ditemukan penyelesaian yang sulit masalah ini, dan harusnya
terhadap sengketa yang terjadi. Sengketa memperhitungkan kepentingan bagi
tidak akan dapat terselesaikan sejauh masyarakat Desa Tumbang Marak secara
kedua pihak kelompok yang keseluruhan. Harusnya penyelesaian
memperebutkan hak kepemilikan tanah masalah ini seimbang, sehingga tidak
adat Betang Sangkuwu tidak melakukan ada pihak yang merasa dirugikan agar
kesepakatan mengenai siapa nama dari benar-benar kedua pihak dapat
kepemilikan Betang Sangkuwu. Untuk menerima keputusan tanpa keberatan,
melakukan hal tersebutpun, perlu sehingga tanah adat Betang Sangkuwu
dilakukan penelusuran terlebih dahulu dapat dimanfaatkan secara bersama dan
mengenai siapa itu Oko Apang Beren, semestinya, sesuai kegunaannya.
dan siapa itu Temanggung Doho.
DAFTAR PUSTAKA
Hendaknya perlu penelitian mendalam
dengan melibatkan para ahli yang Berita Acara Kesepakatan Pembuatan
memang dapat membuktikan dengan Batas Tanah Adat tgl 14 Maret
2005 & 27 Maret 2005 di
ilmiah tentang asal usul dan siapa
Tumbang Marak.
keturunan dari pemilik Betang
Sangkuwu. Adapun, yang menjadikan Dahrendorf, Ralf. 1986. Konflik dan
Konflik Dalam Masyarakat
masalah ini sulit diselesaikan adalah
industri: Sebuah Analisis Kritik /
tuntutan yang berbeda terkait dengan Ralf Dahrendorf ; Penerjemah,
adanya nilai ekonomi tanah adat Betang Ali Mandan. Edisi 1, Cetakan.
Jakarta : Rajawali.
Sangkuwu, melihat kemungkinan jika
tuntutan ini terus dan tetap Jailan, M. Syahran. Ragam Penelitian
diperjuangkan maka keberatan dari Qualitative (Ethnografi,
pihak perusahaan dalam memenuhi Fenomenologi, Grounded
Theory, dan Studi
tuntutan tersebut. Kasus).http://download.portalgar
Adapun kritikan bagi pihak LSM uda.org/article.php?article=25270
atau organisasi yaitu KCW, serta 8&val=6813&title=Ragam%20P
enelitian%20Qualitative%20(Eth
Aparatur Desa Tumbang Marak dan
nografi,%20Fenomenologi,%20G
J u r n a l S o s i o l o g i N u s a n t a r a , V o l . 1 N o 1 , D e s e m b e r 2 0 1 5 | 16

rounded%20Theory,dan%20Stud Peraturan Gubernur Kalimantan Tengah


i%20Kasus)7 /1/2015. nomor 13 tahun 2009 Tentang
Tanah Adat Dan Hak-Hak Di
Limbong, Bernhard. 2012. Konflik Atas Tanah Di Provinsi
Pertanahan. Jakarta Selatan : Kalimantan Tengah.
Margaretha Pustaka.
Wirawan, I.B. 2012. Teori-Teori Sosial
Narwoko, Dwi J. &Suyanto, Dalam Tiga Paradigma (Fakta
Bagong.2004. Edisi Keempat. Sosial, Definisi Sosial, dan
Sosiologi : Teks Pengantar Dan Perilaku Sosial). Cetakan ke-1.
Terapan. Jakarta : Kencana. Jakarta : Kencana Prenada Media
Group.
Santoso, Thomas. 2002. Cetakan
pertama. Teori-Teori Kekerasan. Widen, Kumpiyadi.
Surabaya : Ghalia Indonesia. http://kumpiadywiden.com/2013/
01/23/potensi-konflik-dalam-era-
Suharso, Pujo. 2002. Tanah, Petani, otonomi-daerah-di-kalimantan-
Politik Pedesaan.Cetakan tengah/ . 16/12/2014
Pertama. Solo : Pondok Edukasi.

Susan, Novri. 2010. EdisiPertama,


Cetakan Ke-2.Pengantar
Sosiologi Konflik dan Isu-Isu
Kontemporer. Jakarta : Kencana.
.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Cetakan Ke-19. Bandung :
Alfabeta.

Usop, Sidik. R. Kebijakan Pemerintah


Provinsi Kalimantan Tengah
Terhadap
MasyarakatAdat.http://Www.Gcf
taskforce.Org/Documents/May_
Aceh/Side_Event_Presentations/
Sidik%20usop,%20kebijakan%2
0pemerintah%20provinsi%20kali
mantan%20tengah%20terhadap%
20masyarakat%20adat.Pdf16/12/
2014.

You might also like