Professional Documents
Culture Documents
1 No 1, Desember 2015 |1
ABSTRACT
The conflict on the customary land of Betang Sangkuwu in Tubang Marak
village occured because of the struggle for the ownership of customary land of Betang
Sangkuwu located in the middle of the palm oil processing plantation company,
namely PT Karya Dewi Putera (PT KDP). The fight for customary land ownership of
Betang Sangkuwu occurred between the indigenous people of Tubang Marak village
and the comers settling in this village, called penampil.
This study uses a phenomenological study with a qualitative approach, which
examines the phenomenon to be developed. The source of data in this reseach came
from primary data, which were collected through direct and in-dept interviews between
the researcher and informants (the subject), observations, recordings and field notes.
Data analysis techniques used are data reduction, analysis of data, and the conclusion
and verification.
The results showed that in the process of customary land disputes in Betang
Sangkuwu of Tumbang Marak village there were actors who played roles (roles of
authority). The conflict occured because of the root triggered by economic values,
social values (social rent/social previlages), and rent ricardian (sacred cultural values).
The conflict was in the form of latent conflict, namely slandering, suspicion,
and threatened each other, as well as manifest conflict in the form of blaming each
other. Efforts have been made, namely the mediation and hinting (a customary fine) in
Dyak customary. The fight for customary land ownership rights of Betang Sangkuwu
in Tumbang Marak village has not been completed. The penampil community together
with KCW personnels would raise the issue to the positive law. Yet,since the
indigenous people of Tumbang Marak village were willing to accept the results of the
mediation, the relationship between parties involved the conflict in Tumbang Marak
village was getting better.
yang lebih mendalam tentang partisipan c. Warga Desa Tumbang Marak atau
dalam menginterpretasikan situasi dan warga netral (empat orang).
fenomena yang terjadi, dimana hal ini d. Pihak kelompok masyarakat lokal
tidak bias ditemukan pada observasi15. Desa Tumbang Marak (empat orang).
Esterberg dalam Sugiyono f. Pihak Kelompok warga pendatang
(2002), mengemukakan wawancara yang menetap di Desa Tumbang
semi struktur. Jenis wawancara ini yang Marak atau disebut Penampil (empat
digunakan dalam penelitian ini, dimana orang).
sudah termasuk dalam kategori in-dept g. Tim terpadu sengketa tanah adat
interview, dalam pelaksanaannya lebih Betang Sangkuwu di Desa Tumbang
bebas. Tujuan dari wawancara jenis ini Marak (empat orang) meliputi :
adalah untuk menemukan permasalahan Kepala Bidang Kasi
secara lebih terbuka, dimana pihak yang Pemerintahan Umum,
diajak wawancara diminta pendapat, dan Pemerintah Daerah Katingan
ide-idenya. Dalam melakukan (satu orang).
wawancara, peneliti perlu mendengarkan Camat Katingan Tengah (satu
secara teliti dan mencatat apa yang orang) Mantir Kecamatan
16
dikemukakan oleh informan . Katingan Tengah (satu orang).
Tujuan dari teknik wawancara Damang Kecamatan Katingan
tak berstruktur yang peneliti pilih ini Tengah (satu orang).
guna menganalisis permasalahan dari Adapun kriteria informan
masalah yang peneliti angkat. penelitian, yaitu :
Dalam penelitian yang menjadi a. Berdasarkan lamanya tinggal / lama
sebanyak dua puluh orang (20 orang) domisili di Desa Tumbang Marak (5
informan, yaitu : tahun-keatas).
a. Aparatur Desa Tumbang Marak (dua b. Berdasarkan usia (25 tahun- keatas).
orang). c. Berdasarkan peran fungsional di Desa
b.Mantir Desa Tumbang Marak (dua Tumbang Marak / Aparatur Desa
orang). Tumbang Marak.
d. Berdasarkan pekerjaan.
15
Ibid., Hlm. 231-232.
16
Ibid hlm. 233-234.
Jurnal Sosiologi Nusantara, Vol.1 No 1, Desember 2015 |9
dan saling ancam antara kedua pihak sehingga ditempuhnya mediasi sekitar
berkonflik. bulan Oktober 2014 yang difasilitasi
oleh Pemerintah Daerah Katingan
3. Konflik Manifest melalui Tim Terpadu yang dibentuk
Dalam konflik yang terjadi antar berdasarkan SK dari Sekretaris Daerah.
pihak kelompok Penampil dengan pihak
kelompok masyarakat asli Desa 4. Faktor Penghambat Upaya
Tumbang Marak, terdapat konflik Penyelesaian Sengketa
manifest yaitu kepentingan-kepentingan a. Sikap gengsi sosial budaya : nilai
yang terwujud kepermukaan dalam harga diri
bentuk tujuan-tujuan yang disadari, hal Jadi terdapat sikap gengsi sosial
ini terwujud dalam bentuk saling tuntut budaya berupa nilai harga diri yang kuat
mengajukan tuntutan antar kedua pihak oleh pihak Penampil yaitu, antara lain :
yang berkonflik tentang siapa yang Sikap dimana tidak adanya
berhak memiliki tanah adat tersebut, keinginan dari pihak Penampil
seperti : untuk mundur dari konflik karena
Adanya pihak Penampil yang penggerak sudah memobilisasi
membuat laporan hak kepemilikan tanah dan menjanjikan kepada
adat Betang Sangkuwu yang anggotanya bahwa Betang
disampaikan kepada Damang Kecamatan Sangkuwu adalah milik Desa
sehingga dilaksanakan upacar adat Rantau Asem, serta janji
Dayak Hinting, serta adanya upaya- mengenai per kepala keluarga
upaya pengumpulan bukti dari pihak akan mendapatkan bagian
kelompok masyarakat Desa Tumbang masing-masing Rp 30.000.000,-
Marak baik meminta dukungan dengan /KK (tiga puluh juta Rupiah per
pembakas lewu terkait yang mengetahui kepala keluarga), sedangkan hasil
asal usul Betang Sangkuwu, dan juga Mediasi tidak memenuhi hal
adanya upaya pembuatan silsilah tersebut. Jadi, hal itu yang
keturunan baik dari pihak kelompok membuat pihak kelompok
Penampil, ataupun pihak kelompok Penampil yang saat ini di
masyarakat asli Desa Tumbang Marak. gandengi oknum KCW enggan
Serta upaya pengaduan ke kabupaten untuk mundur dari konflik dan
J u r n a l S o s i o l o g i N u s a n t a r a , V o l . 1 N o 1 , D e s e m b e r 2 0 1 5 | 12
budaya. Tanah adat tersebut secara jelas Sangkuwu di Desa Tumbang Marak
mengandung nilai ekonomi yaitu dengan hanya sisa-sisa bangunan saja. Penyebab
adanya tuntutan pihak Penampil kepada konflik, dan konflik yang terjadi yang
perusahaan untuk ganti rugi tanah dikaitkan dengan Rent Ricardian, dan
terpakai seluas 10.000 Ha (sepuluh ribu Rent Social (harga diri), dan nilai
Hektar) sebesar Rp. 32 Miliyar (tiga ekonomi saling berhubungan. Dimana,
puluh dua Miliyar rupiah). Sengketa penyebab konflik dapat membentuk
tanah adat yang terjadi tidak lepas dari konflik Laten dan konflik Manifest
apa yang disebut dengan Rent Sosial, karena adanya aktor (peran otoritas) dan
dimana adanya upaya mempertahankan atau pelaku konflik yang menggerakkan,
kepemilikan tanah adat Betang melakukan perlawanan untuk
Sangkuwu oleh masyarakat asli Desa mempertahankan dan memperjuangkan
Tumbang Marak, guna memegang teguh tujuan ataupun kepentingan baik nilai
peninggalan nenek moyang mereka. harga diri atau Rent Social, Rent
Dalam hal tersebut terdapat sosial Ricardian, dan adanya nilai ekonomi
previlages atau harga diri sebagai tanah adat Betang Sangkuwu. Konflik
masyarakat asli Desa Tumbang Marak. yang terjadi telah menempuh upaya
penyelesaian yaitu secara mediasi yang
KESIMPULAN diadakan di Kabupaten Kasongan dan
Sengketa tanah adat Betang Hinting Pali (denda adat) secara adat
Sangkuwu di desa Tumbang Marak Dayak yang diadakan di lokasi sengketa,
sudah terjadi pada tahun 2005, dan mulai yang difasilitasi oleh Tim Terpadu
menguak pada tahun 2013, dan pada dengan melibatkan pihak perusahaan,
tahun 2014 sengketa terangkat ke warga Desa Tumbang Marak, dan kedua
Kabupaten. Perebutan hak kepemilikan pihak yang berkonflik. Kondisi saat ini,
tanah adat yang berada di tengah konflik antar kedua kelompok sudah
perkebunan perusahaan pengolahan meredam, sedangkan kepemilikan tanah
kelapa sawit PT. Karya Dewi Putera, adat Betang Sangkuwu belum diketahui
dengan luas tanah adat ± 25 Ha (dua siapa yang berhak memilikinya.
puluh lima Hektar), berada di Blok L34 Berdasarkan analisa konflik
dengan titik koordinat X 112.890235 terhadap perebutan hak kepemilikan
dan Y 1.445735, dimana kondisi Betang tanah adat Betang Sangkuwu,
J u r n a l S o s i o l o g i N u s a n t a r a , V o l . 1 N o 1 , D e s e m b e r 2 0 1 5 | 15