Professional Documents
Culture Documents
RISALAH TAUHID
(1)
RISALAH TAUHID
(2)
Niat Siwak
Niat Ngaji
َنَو ْيُت الَّتَعَمُّل َو الَّتْع ِلَمْي َو الَّتَذ ُّكَر َو الَّتْذ ِكَرْي َو الَّنْفَع َو اِاْلْنِتَفاَع
َو اْلِح َّث َعَىل َتَمُّس ِك ِبِكَتاِب اِهّٰلل َو ُس َّنِة َر ُس ْو هّٰلِل َص ىَّل اُهّٰلل
َو اُّدل َعٓاَء َعىَل الُهٰد ى َو اِّدل اَل َةَل َعىَل اْلَخ ِرْي. َعَلْي ِه َو َس َمَّل
َو اْبِتَغٓاَء َم ْر َض اِتِه َو ُقْر ِبِه َو َثَو اِبِه َم َع الُّلْط ِف َو اْلَع اِف َيِة َو ُح ْس ِن
اْلَخ اِتَم ِة َو َص اَل ِح اْلَع اِق َبِة َو ِا ىٰل َح َرْض ِة الَّنىِب َص ىَّل اُهّٰلل َعَلْي ِه
َو َس َمَّل اْلَفاَحِتْة
Nawaitut-ta’alluma wa ta’lima wat-tadzak-kuroo wat-tadzkiiro wan-naf’a
wal intifaa’a wal his-sa ‘alaa tamas-suki bikitaabillahi wa sunnati
rosuulillahi shollallaahu ‘alaihi wasallam wad-dua’a ‘alal hudaa wad-
dilaalata ‘alal khoiri wabtighoo’a mardhotihi wa qurbihi wa tsawa’a bihi
ma’al-lutfi wal ‘aafiyah wa husnil khotimah wa shola hil ‘aaqibah wa ilaa
hadrotin-nabi shollallohu ‘alaihi wasallam alfatihah….
(4)
Muqodimah
(Pendahuluan)
َالّٰلُهَّم َص ِّل َعىٰل َح ِب ْي ِب َك َس ِّي ِد اَن ُم َح َّم ٍد َّو َعىٰل ٰا ِهِل َو ْحَص ِب ِه
َاَمْجِع َنْي٣× َو َس ْمِّل
Allahumma sholli 'alaa habiibika sayyidinaa Muhammadin wa'alaa aalihii
wa shohbihi wa salim
َاَّو ُل َو اِج ٍب َعىَل اِاْلْنَس اِن َمْع ِر َفُة اِاْلِهٰل اِب ْس ِتَقاِن
AWWALU WAAJIBIN ‘ALAL INSANI MA’RIFATUL ILAHI BISTIQONI
Pertama yang wajib / diwajibkan, tegasnya ‘fardlu ‘ain” artinya tidak bisa
diwakilkan atas manusia adalah ma’rifat kepada tuhanya dengan
mencari ilmu yang menjurus kepada keyakinan yaitu:
Dasar hukum ‘AQO’ID yang 50 (lima puluh) tersebut ada 3 (tiga) yaitu:
WAJIB, MUSTAHIL, JAIZ.
Keterangan wajib
Yang dimaksud wajib disini bukan wajib syar’i, akan tetapi agama
memerintahkan dan mewajibkan manusia mencari ‘ilmu agama berarti
tidak lepas dari hukum syara’ dan kalimat tersebut diatas tidak lepas dari
hukum syara’ berarti tidak lepas dari pahala
Dan istilah “wajib” disini adalah wajib aqli yaitu ‘aqidah bi ma’na tsubut
artinya pasti
(6)
1. Yang dinamakan
wajib 'aqli dhoruri
Yaitu, seperti kita dengan akal dan pikiran kita menemukan sesuatu
benda atau “jirim” menempat pada tempatnya dan kalau tidak bergerak
pasti diam, peristiwa tersebut tidak usah dipikir-pikir iagi, sebab pasti
demikian
2. Yang dinamakan
wajib 'aqli nazhori
Jadi
“wajib, mustahil, jaiz” bagi Allah dan para Rosul dapatnya di temukan /di
terima oleh akal ini harus dengan dalil nazhori ( bangsa nazhori ), inilah
yang dinamakan ilmu nazhori"
(8)
َفاْلَو اِج ُب ُه َو اِذٌّل ْى اَل ُيَتَص َّو ُر ىِف اْلَع ْقِل َعَد ُم ُه
FAL WAJIBU HUWAL_LADZI LAA YUTASHOW-WARU / yatashowaru
FIL 'AQLI ADAMUHU
artinya:
yang dinamakan “WAJIB” bagi hukum akal /' aqli yaitu yang tidak bisa di
ketemukan, artinya tidak bisa di terima oleh akal yaitu, sebaliknya
rupanya “WUJUD” yaitu adamnya perkara ,
1. Yang dinamakan
Mustahil 'aqli dhoruri
Yaitu, seperti kita dengan akal dan pikiran kita tidak menemukan
sesuatu benda atau “jirim” tidak menempat pada tempatnya dan tidak
bergerak atau diam, atau tatkala terlihat diam si gerak pindah ketempat
lain atau tatkala terlihat diam si gerak tersembunyi di diam
2. Yang dinamakan
Mustahil 'aqli nazhori
yaitu, seperti kita dengan akal dan pikiran kita tidak menemukan /
memastikan mustahil tatkala ada suatu benda yang bergerak orang
mengatakan di gerakan oleh Allah artinya Allah ikut bergerak.
Dan ketika seseorang menghendaki sesuatu dan supaya berhasil dan
tertarik pasti dengan propaganda dan provokasi disebut tipu muslihat itu
mustahil bagi sifat Sidik dan Amanah bagi rosulullah itulah salah satu
contoh sifat mustahil bagi Allah dan para rosul
sifat yang mustahil bagi Allah dan para Rosul itu dengan sifat wajib bagi
Allah adam sampai dengan Abkama
dan sifat wajib bagi para Rosul Kidzib sampai dengan Baladah dengan
dalil “mustahil ‘aqli nazhori.
Itulah sifat yang mustahil bagi Allah dan para rosul itu dengan dalil
mustahil ‘aqli nazhori
(10)
َو اْلُمْس َتِح ْي ُل ُه َو اِذٌّل ْى اَل ُيَتَص َّو ُر ىِف اْلَع ْقِل ُو ُج ْو ُد ُه
WAL MUSTAHILU HUWAL LADZI LAA YUTASHOW-WARU
/ yatashowaru FIL 'AQLI WUJUDUHU,
artinya;
Sebaliknya yang di namakan “MUSTAHIL”bagi hukum akal yaitu perkara
yang tidak bisa di temukan, artinya tidak bisa di terima oleh akal
wujudnya barang yang mustahil / “ADAM"
1, Yang di namakan .
“Jaiz ‘aqli dhoruri”
seperti orang dagang boleh untung boleh rugi, atau kita boleh senang
boleh sedih, boleh suka boleh benci.
2.Yang di namakan
“Jaiz ‘aqli nazhori”
adalah Jaiznya Allah ta'ala pada mumkin dan kita dapat mengertinya
melalui dalil Jaiz ‘aqli nazhori bahwasanya Allah sah menciptakan
wujud, sah menciptakan adam, sah menciptakan untung, sah
menciptakan rugi, atau sah menciptakan senang, sah menciptakan
sedih,
Dan “Jaiz ‘aqli nazhori” bagi para Rosul, walaupun para rosul tergolong
mumkin, akan tetapi para rosul di sifati maksum.
Jadi jaiz nya para rosul hanya di lihat basyariahnya saja atau sifat
seperti manusia pada umumnya dengan dalil dhoruri
Oleh karena itu untuk mengetehui sifat jaiz para rosul harus dengan dalil
bangsa nazhoriyah atau Jaiz ‘aqli nazhori.
Oleh karena itu para rosul Maksum sedangkan manusia pada umumnya
tidak maksum
(12)
َاِذَّل ْى ُيَتَص َّو ُر ىِف اْلَع ْقِل ُج ْو ُد ُه َو َعَد ُم ُه َعىَل َس ِب ْيِل الَّتَنُّو ِب
AL LADZI YUTASH-SHOWWARU FIL ‘AQLI WUJUDUHU WA
ADAMUHU ‘ALAA SABILlT-TANAW-WUBl
Artinya:
Yang ditemukan bagi 'aqli (bangsa akal) wujudnya dan Adamnya si
barang atas dasar silih berganti, atau dikatakan “IWADHUN” ( tukar
menukar ) atau
Wajib ‘aqli
Mustahil ‘aqli:
Jaiz ‘aqli:
NATlJAH (kesimpulannya)
Bahwasanya “wajib, mustahii, jaiz”
Menjadi dasar hukum ‘aqli bagi ‘aqo'id yang 50 (lima puluh)
(14)
BAB JAIZ
Jaiz bagi Allah Ta'ala adalah 1 ( satu ) yaitu:
Untuk mengetahui sifatnya perkara yang jaiz, maka jaiz tersebut di bagi
menjadi 2 (dua)
hal ini bukan berarti jaiz ada 2 (dua), jaiz tetap ada satu
sebagaimana tersebut diatas
َتَّزَن ُهُه َتَع اىَل َع ِن ااْل ْع َر اِض ىِف َاْفَع اِهِل َو َاْح اَك ِم ِه
2. TANAZ-ZA HU-HU TA'ALA ‘ANIL 'A RODI FI AF 'AL-LIHI WA AH
KAMIHI
artinya:
Maha suci bagi Allah ta'ala, lepas/ nafi mengambil faedah dalam
beberapa fi'ilnya Allah ta'ala dan hukum-hukumnya
Mustahilnya:
َو َيْس َتِح ُل َعَلْي ِه َتَع اىَل َاْلَغْر ُض ىِف َاْفَع اِهِل َو َاْح اَك ِم ِه
2. WA YASTAHILU ALAIHI TA'ALA AL GHORDHU FI AF'AL-LIHI WA
AHKAMIHI
artinya:
Dan mustahil bagi Allah ta'ala mengambii faedah dalam beberapa fi'ilnya
Allah dan hukum~hukumnya
(16)
Wajibnya:
ِجَي ُب َاْن اَل اَت ْء ِثَرْي ِلَش ٍئْي ِم َن اْلُمْم ِكَناِت ىِف َط ِب ِع ِه
1. YA JIIU AN LAA TA'TSIRO LI SYAB'IN MINAL MUMKINATI Bl
THOBIHI, artinya.
Wajib, bahwasanya tidak ada ta'sir bagi sesuatu dan beberapa mumkin
dengan wataknya
و ِجَي ُب َاْن اَل اَت ْء ِثَرْي ِلَش ٍئْي ِم َن اْلُمْم ِكَناِت ِبُقَّو اِتِه
2. WA YA JIBU ANLA TA'SIRO LI SYAE'IN MINAL MUMKINATI BI
QUW-WATIHI, artinya:
Dan "WAJIB" , bahwasanya tidak ada ta'sir bagi sesuatu dari beberapa
mumkin dengan kekuatannya.
َو َيْس َتِح ُل اَت ْء ِثٌرْي ِلَش ٍئْي ِم َن اْلُمْم ِكَناِت ِبَط ِب ِع ِه
1. WA YASTAHILU TA'TSIRUN _LI SYAE'IN MINAL MUMKINATI Bl
THOBIHI, artinya:
Dan “MUSTAHIL” punya ta'tsir bagi sesuatu dari beberapa mumkin
dengan wataknya
َو َيْس َتِح ُل اَت ْء ِثٌرْي ِلَش ٍئْي ِم َن اْلُمْم ِكَناِت ِبُقَّو اِتِه
2. WA YASTAHILU TA'TSIRUN LI SYAE'IN MINAL MUMKINATI Bl
QUW-WATIHI, artinya:
Dan “MUSTAHIL” punya ta'tsir bagi sesuatu dari beberapa mumkin
dengan kekuatannya
َتْنِب ْيٌه
BAB MUTAQOD ( )اَب ُب اْلُم ْعَتَقِد
Sifat 20 (dua puluh) yang wajib bagi dzatnya Allah ta'ala di bagi menjadi
4 (empat):
1. Sifat Nafsiah
2. Sifat Salbiyah
3. Sifat ma'ani
4. Sifat Ma'nawiyah
2. ADAM
Karena wujud dinamakan sifat yang menunjukan adanya sifatnnya si
dzat, maka di namakan “AlNU DZAT" artinya kenyataan atau fakta
adanya maka kata - kata “adam" termasuk kebalikannya juga karena
adam pun larinya kepada yang di sifati “adam" maka adam boleh di
katakan tidak ada
(18)
SIFAT SALBIYAH
1.QIDAM
Qidam artinya dahulu, ma’nanya tidak ada awal atau tidak ada
permulaan
Mustahil HUDUTS
Artinya “BAHARU ma’nanya ada permulaannya atau ada awalnya bagi
Allah mustahil ada awalnya atau ada permulaannya
2. BAQO
“Baqo” artinya kekal, ma'nanya tidak terkena rusak, tegasnya tidak
terkena masa/ zaman dan tidak ada habisnya, tegasnya akhir tidak ada
penghabisannya
Mustahil FANA
Artinya “Rusak” ma'nanya terkena akibat atau terkena zaman disebut di
makan “zaman”
Artinya "mukholafatu lil hawaditsi" Allah ta'ala bagi sifatnya ialah bagi
Allah ta'ala bukan ”A'ROD" dan "GHORODH" yang artinya yang selalu
berubah karena sifat Allah ta'ala tidak terpengaruh sedangkan sifat
hawadits 'A'rod dan Ghorodh artinya selalu berubah dan terpengaruh
itulah yang di namakan lemah atau “DHOlF”
Artinya: "mukholafatu lil hawadits" Allah ta'ala bagi fi'ilnya ialah yaitu
ti'llnya Allah ta'ala “TA'SlR” sedangkan perbuatannya hawadits “KASAB
IKHTIAR" artinya tidak punya ta'sir dasar semua perbuatannya hawadits
membutuhkan satu dengan yang lainnya itulah yang di sebut “AJZUN”
artinya lemah. tegasnya kekuatannya tergantung pada yang lain berarti
tidak “QUDRAT” bagi hawadits di situlah lemah bagi dalam perbuatan
Mustahil IFTIQOR
“lFTIQOR” artinya butuh pada dzat lain
ma'nanya bersandar dengan dzat lain, bersandar kepada dzat lain
sebab ada sendirinya masih bersandar dengan dzat lain atau butuh
dengan dzat Iainya
seperti bikin meja, adapun kolong ada dengan sendirinya, itupun masih
di sebut iftikor, sebab adanya kolong, tergantung meja
(20)
5. WAHDANIYAT
(22)
Patokan Qidam:
Patokan Baqo:
َو اْلُم َخ اَلَفُة ِلْلَح َو اِد ِث َنِفٌي ُم َم اَثِةَّل ِلْلَح َو اِد ِث
3. WAL MUKHOLAFATU LIL KHAWADITS NAFIYU MUMATSAL
LATIL LIL HAWADITSI Artinya:
Yang di namakan
" MUKHOLAFATUL LIL KHAWADTSI"
atau yang di sebut berbeda dari semua khawadits yaitu Nafinya sama
dengan semua yang ada pada khawadits
(23)
tegasnya,
Allah ta'ala maha suci dari menempat dan yang menentukan, sebab
Allah ta'ala bukan jirim atau maha suci dari yang yang mewujudkan,
ya'ni lepas dari dzat
lain ( ketergantungan) yang lazimnya di sebut ”MU'ALAQ”
contoh:
kolong tergantung pada mejanya
(24)
Patokan Wahdaniyat.
َو اْلَو ْح َد ِنَّية َيِه َعَد ُم َتَع ُد ٍّد
5. WAL WAHDANIYAT HIYA ADAMU TA'ADUD-DIN
artinya:
yang di namakan “WAHDANIYAT” yaitu SATU' bukan jumlah yang
lazimnya disebut “ESA”
Karena kalo Esa itu jumlah, berarti merupakan benda atau jirim.
“Terjumlah” pada wujudnya seperti satu, tetap bersusun dan
berhubungan seperti dua, tiga dan seterusnya
“Terhitung” atau terukur pada Sifat nafsiahnya seperti besar, kecil,
panjang, pendek dan seterusnya
“Terbilang" atau sebutan pada rupanya bentuk seperti depan, belakang,
atas bawah dan seterusnya .
”Tergandeng” berkaitan pada rupa dzatnya yaitu kulit, daging, tulang,
tenaga dan seterusnya
ِاْعْمَل
Sifat Ma'ani ( )ِص َفٌة َم َع اْىِن
Artinya sifat ma’ani yaitu:
yang “MAWUJUD” seandainya tidak terhalang oleh hijab atau
penghalang, niscaya kita kita bisa melihat keseluruhannya sifat ma'ani,
akan tetapi sifat ma'ani yang akan kita lihat adalah sifat mukholafahnya
kepada khawadits,
' maka tak bisa di sorahkan (dikaya-kaya)
1. HAWA
2. NAFSU
3. SYAlTAN
4. DUNYA
Jadi selagi kita masih ada hammud-dunya, maka tidak bisa melihat
hakekatnya sifat “MA’ANI” yang ada pada dzatnya Allah ta'ala
(26)
SIFAT MA'ANI
Adapun sorahnya:
Perbuatan “mumkin" membutuhkan satu dengan yang lainnya seperti
mengangkat suatu benda yang dilakukan pada mumkin bergandengan
satu dengan yang lainnya berarti menunjukan lemahnya, maka disebut
“KHASAB IKHTIAR"
Adapun :
Jadinya barang yang di perbuat oleh khawadits atau khasab ikhtiar
khawadits adalah “TA'SlR”nya Allah ta'ala
3. ILMU ( )ِعٌمْل
Yang dinamakan 'ILMU artinya MENGERTI
Ma’nanya “INKISAF WAL IFTIDHOH” artinya terbuka dan jelas
Maksudnya menjawab persoalan (persoalan yang timbul pada setiap
insan) jadi terjawab, inkisaf ademnya (lega hati)
adapun patokan ilmu kepada:
1. WAJIB
2. MUSTAHIL
3. JAIZ
Sebab manusia kalau tidak mengerti Wajib, Mustahil, Jaiz maka orang
tersebut dikatakan “Jahil” atau kata lainnya kumprung hukumnya tidak
berilmu atau disebut “Ahmak”
Adapun sorahnya:
“HIDUP" dibagi menjadi ( dua )
1. HAYAN BI RUUHIN (hidup bersama ruh)
2. HAYAN BI GHOERI RUHIN ( hidup tidak bersama ruh)
Hidup bersama ruh, bagi khawadits dalilnya adalah adanya panca indra
atau di sebut “KHOMSATUL HAWASl”
artinya panca indra yang dirasakan oleh hawasi baik ni'mat atau adzab
yang dirasakan oleh bangsa ruh.
Dan perasaan tersebut dinamakan “MAKSUSAT” artinya indra.
sedangkan “RUH” min amri rob-bi, artinya dari perkaranya Allah atau
urusannya Aliah ( majaZ)
Sedangkan kita hanya di beri perasaan. `
Perasaan hanya bisanya merasakan, dan di sahkan karena adanya si
hidup ( HAYAT) kita tidak lepas dari ruh
Sedangkan Allah ta'ala maha suci dari bersama ruh
Hidup tidak bersama ruh, bagi khawadits dalilnya dengan tidak adanya
panca indra atau di sebut “KHOMSATUL HAWASI” artinya panca indra,
berarti tidak ada yang dirasakan seperti tumbuhan atau disebut nabati
(30)
Keterangan Hayat
Karena kalau tidak ada wajibnya persifatan Allah ta’ala dengan salah
satu persifatan tersebut diatas, maka lemah bagi Allah ta'ala
Dan apabila Allah ta’ala lemah maka, tidak ada wujud sekalian alam
Akan tetapi tidak wujudnya alam itu batal artinya tidak benar.
Karena sudah fakta akan adanya alam ini, berarti wajib persifatan Allah
ta'ala dengan sifat yang 4 ( empat ) tersebut di atas
Sifat yang empat selain' dari “QUDRAT, lRODAT, ILMU" itu hanya
“TAQWIYAN” artinya menguatkan lughot atau materi bahasa
Sebab dalam sifat Qudrat sudah mengandung sifat Irodat, Ilmu
Adapun sifat Hayat di sebut “THUSOH HlHU 'ALAA TSUBUTlHlM”
artinya mengesahkan atas sifat tersebut, kususnya sifat yang tersebut di
atas tadi
Sebab kalau kalau tidak ada sifat Hayatpun, maka batal juga
keseluruhan sifat yang lainnya, jadi sifat Hayatpun termasuk
“TAQWIYAN” atau penguat materi bahasa atau lughot sifat lainnya
Mustahilnya UMYUN (
)ْمُع ٌي
Yang dinamakan “UMYUN" artinya BUTA bagi Allah ta'ala
artinya mustahil mendengarnya Allah ta'ala dengan alat yaitu MATA
atau indra
Adapun sorahnya:
Seperti yang ada pada mumkin ketika mendengar dengan alat yaitu
indra mata dan melihatnya setelah ada yang di lihat
Ketika ada rupa atau barang yang dzohir lazimnya disebut kongkrit baru
kita melihat baik dengan alat atau indra
Berarti penglihatan khawadits dituntun dan ada awalnya atau ada
adamnya mendengar.
Dan indra adalah alatnya bangsa nafsu yang disebut bangsa batiniah
yang lazimnya disebut abstrak
Jadi, ma’na hakekatnya bashor bagi allah ta'ala maha suci dari hal
tersebut diatas
dan maha suci dari adam baik “ADAM SABlQ" atau “ADAM ZAMANl"
yang disebut “ADAM LAHIQ”
(32)
5. SAMA'UN ( )َمَسٌع
Yang namanya "SAMA" artinya MENDENGAR bagi Allah ta'ala.
Ma’anya "NAFI" dengan alat yang rupanya telinga atau indra berarti tuli
Sebab telinga adalah alat atau indra untuk mendengar
Adapun sorahnya:
Seperti yang ada pada mumkin ketika mendengar dengan alat yaitu
indra telinga dan mendengarnya setelah ada yang di dengar
Ketika ada suara baru kita mendengar baik dengan alat atau indra
Adapun sorahnya:
Seperti yang ada pada mumkin ketika berbicara dengan alat yaitu mulut
dan berbicaranya setelah ada yang dibicarakan baik dengan huruf,
suara, tulisan atau susunan kalimat
Dan KALAM Allah ta'ala tidak di dahului adam “SABlQ” dan nafi dari
“ADAM LAHlQ” maka, Allah ta'ala maha suci dari hal tersebut diatas,
maka disebut “KALAM" nya Allah ta'ala “QODlM” dan ta'aluknya sifat
kalam pada WAJIB< MUSTAHlL< JAlZ.
(34)
(35)
Artinya Ta'aluq,
“TANJlZlL HUDUTSUN" ( tanjizil huduts ) bagi sifat QUDRAT yaitu:
Bahwasanya Allah ta'ala menciptakan atau mewujudkan mumkin dan
meng-adamkan mumkin akan tetapi sudah dikongkrit itulah yang di
namakan ta'aluq “Tanjizil Huduts" bagi sifat QUDRAT
Jadi Ta'aluq sifat “QUDRAT" yaitu di namakan “TAKSIS” tegasnya:
Bahwasanya Allah ta'ala memastikan atau menentukan kepada mumkin
dengan sifat “JAlZ”nya Allah ta'ala kepada mumkin
Dan ta'aluqnya sifat “IRODAT”juga dinamakan “TAK'SlR'
Seperti menciptakan atau mewujudkan mumkin dan meng-adamkan
mumkin dan zaman / masanya mumkin, tempatnya mumkin, letaknya
mumkin, muqodarnya mumkin, perkira'annya mumkin dan sebagainya
(36)
ArtinyaTa'aluq .
"SULUHlL QODIM" ( suluhi qodim ) bagi sifat IRODAT yaitu:
ArtinyaTa’aluq
“TANJIZIL QODIM” ( tanjizil qodim ) bagi sifat IRODAT yaitu:
Jadi artinya Ta'aluq bagi sifat KALAM yaitu bahwasanya Allah ta'ala
menunjukan segala sesuatu dengan sifat kalamnya
Tegasnya menceritakan perkara yang wajib bagi Allah
Dan menceritakan perkara yang wajib dan perkara yang mustahil bagi
Allah seperti “Ma Itta khodza Shohibatan wala waladan artinya tidak
mengabil teman atau istri dan anak bagi Allah ta’ala
Dan menceritakan perkara yang jaiz seperti yang di ucapkan Rosulallah
“Kholiqu kulli syae’in” artinya yang menciptakan segala sesuatu
(41)
KETERANGAN
Ma'na sifat MA'ANl yang 7 ( tujuh )
SIFAT MA'NAWIYAH
ِص َفْة َم ْع َنِو َيْة
(42)
SIFAT MA'NAWIYAH
1. QODIRON ( )َقاِد ًر ا
Yang dinamakan “QODIRON” artinya maha kuasa Adapun ma'nanya
"META'SlRI”
Tegasnya Fi'ilnya Allah
Sebab fi'ilnya Allah ta'ala tidak dengan alat, sebab kalua dengan alat
berarti khasab ikhtiar, dan fi'ilnya Allah taa`ala tidak membutuhkan dzat
lain, kalau butuh dzat lain berarti lemah (Allah maha suci dari hal
tersebut )
3. ‘ALIMAN ( )َعاِلًم ا
Yang dinamakan "ALIMAN" artinya maha MENGERTI Adapun
kedudukan ilmu menjawab persoalan yang timbul pada setiap insan,
dan untuk mengerti hujjah adalah mengerti dasar hukum, rupanya
Wajib, Mustahil, Ja’iz yang diterima akal
Akal adalah abstrak, kongkritnya disebut hati, seperti pikiran juga
abstrak kongkritnya di sebut otak
(Allah ta'ala maha suci dari hal tersebut )
artinya tidak dengan hati dan otak
contoh:
Seperti suatu perkara yang mengharuskan kita memberitahukan apabila
ada orang belum tahu maka di beritahukan sama orang yang sudah
tahu timbulah materi kata - kata kalam dan karena sudah menjadi dialog
maka terdengarlah suara dan kalimat yang tersusun
Dan kalam yang tidak di suarakan dengan suara atau tulisan atau
susunan kalimat ( yang disebut lisan hal ) kemudian disuarakan dan
ditulis dengan susunan kalimat di sebut “ KITAB ” itulah kalam bagi
mumkin
(Allah maha suci dari tersebut diatas )
karna kalam Allah tidak di awali atau di sertai adam
sedangkan lisan hal pada khawadits di awali adam
Mustahilnya ABKAMA ( )َاْبَمَك
Yang dinamakan “ABKAMA” artinya MEMBISU
artinya mustahil berbicaranya Allah ta'ala dengan alat yaitu mulut
Dan mustahil berbicaranya Allah ta’ala huruf, suara, tulisan atau
susunan kalimat (Lisan hal)
(47)
SIFAT SALBIYAH
Wajib: Mustahil:
1. QIDAM 1 KHUDUTS
2. BAQO 2. FANA
3. MUKHALAFATU LIL KHAWADHITSI 3. MUMATSALA LIL
KHAWADHITSI
4. QlYAMUHU BINAFSIHI 4. IFTIQOR
5. WAHDANIYAT 5. TA'ADUD
SIFAT MA'ANI
Wajib: Mustahil;
1. QUDRAT 1. ADJUN
2. IRODAT 2. KAROHAT
3. ILMU 3. JAHLUN
4. HAYAT 4. MAUTUN
5. SAMA’ 5. SOMAMUN
6. BASHOR 6. UMYUN
7. KALAM 7. BUKMUN
SIFAT MA'NAWIYAH
Wajib: Mustahil:
1 QODIRON 1. ADJIJAN
2. MURIDHAN 2. KARIHAN
3. ALIMAN 3. JAHILAN
4. HAYAN 4. MAETAN
5. SAMI'AN 5. ASOMA
6. BASHIRON 6. AKMA
7. MUTAKALlMAN 7. ABKAMA
Yang menjadikan ketetapan syarat sahnya syahadat tauhid
(48)
SIFAT ROSUL
*Sifat wajib bagi rosul ada 4 ( Empat )yaitu:
Sifat wajib
1. SIDIQ (ِص ِدْيق )
*Sifat wajib bagi Rosulallah ialah “SIDIQ” bahwasanya apa yang
disampaikan (Wahyu) apa adanya tidak dl rekayasa dan propaganda
yang dikalamnya benar dan bisa dibenarkan
Sifat mustahil
1. KIDZIB ( ِكِذْيب )
Sifat mustahil bagi Rosulallah ialah “KHIZIB” bahwasanya apa yang
disampaikan (Wahyu ) di rekayasa atau tipu muslihat dan propaganda
( sihir) dan yang dikalamnya bohong atau mengada - ada dan
membohongi
Akan tetapi hakekat nya kalam Allah (AL- QUR'AN) yang bukan huruf,
bukan suara, bukan tulisan
Akan tetapi dapat di mengerti kemudian dapat menceritakan
pengertiannya sehingga orang dapat mengerti itulah yang di sebut
“KOLA ROSULALLAH” atau disebut risalahnya Allah
Mustahilnya
Sifat Jaiz yang mustahil Bagi Rosul
'Sifat mustahilnya hal JA'IZ bagi rosul adalah persifatan tuhan
karna walau pun kalam rosul hakekatnya kalam Allah akan tetapi
adanya kalam Allah kepada perisalahnya di awali adam maka kalam
rosul di sebutnya
“KHADITS” bukan kalam “QODIM”
(51)
آل ِاٰل َه ِااَّل ُهّٰللاdan dijadikan sahnya rukun islam yang pedama yaitu
mengucapkan 2 (dua) syahadat
Asyhadu alaa ila ha' ilallah ( )َأْش َه ُد َأْن َال ِإٰل َه ِإَّال ُهللا
( Syahadat Thauhid )
yang akan menjadi kita berdzikir pada allah melalui amal ibadah
Secara Syareat, Hakekat, Torekot, Ma'rifat yang telah di ajar kan beliau
syeikhuna Abah
MUHAMMAD ASMU'I NAWAWI
ibni MUHAMMAD RUSLAN
ibni MUHAMMAD MA'RUF
ibni MUHAMMAD UMAR
(52)