You are on page 1of 21

IDENTITAS NASIONAL

Makalah

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu:

Nurdin Syahid, M.Ag.

Disusun oleh :

Farid Abdul Kholik NIM : 1232120100

Khalishah Ebina Azzahra NIM: 1232120081

Virginia Rosanda NIM: 1232120102

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INDONESIA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan Rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul “Identitas Nasional”
tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan. Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dan juga ilmu
pengetahuan bagi pembaca terkait Identitas Nasional.

Sholawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad Saw. Tidak
lupa Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Nurdin Syahid, M.Ag,
selaku dosen Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Islam Negeri Sunan
Gunung Djati dan juga kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini. Penulis berharap tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
juga wawasan terkait bidang yang sedang ditekuni oleh penulis. Namun terlepas dari itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini dan
makalah selanjutnya.

Penyusun,

Bandung, 13 Maret 2024

ii
DAFTAR ISI

MAKALAH ........................................................................................................................................
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... II
DAFTAR ISI .................................................................................................................................. III
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG ...................................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH ...............................................................................................................1
C. TUJUAN....................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................................3
A. HAKIKAT BANGSA DAN NEGARA.............................................................................................3
B. UNSUR DAN TERJADINYA NEGARA INDONESIA ........................................................................7
1. UNSUR NEGARA ......................................................................................................................7
C. PENGERTIAN DAN CAKUPAN IDENTITAS NASIONAL ...............................................................10
1. PENGERTIAN IDENTITAS NASIONAL .......................................................................................10
BAB III SIMPULAN......................................................................................................................17
1. SIMPULAN ..............................................................................................................................17
2. SARAN ...................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pesatnya perkembangan zaman pada dewasa ini, khususnya pada era globalisasi
ini berbagai perubahan pun terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Perubahan tersebut
mempunyai dampak positif dan juga negatif. Hal baiknya adalah Anda dapat dengan
mudah mengakses informasi secara lokal, nasional, dan internasional. Namun, dampak
negatifnya adalah banyaknya budaya asing yang masuk ke dalam masyarakat dan
berkembang lebih jauh di sana. Situasi ini dapat mengancam identitas nasional.

Krisis identitas nasional bisa saja muncul, terutama di kalangan generasi muda
yang lebih rentan terhadap dampak globalisasi. Peningkatan kesadaran secara
komprehensif diperlukan untuk menyampaikan kepada generasi muda pentingnya
memahami jati diri bangsa. Salah satunya dimulai dengan cara mengenal hakikat bangsa
kita.

Menjaga jati diri bangsa sangatlah penting. Identitas nasional merupakan


sesuatu yang sudah sangat menyatu dan mencerminkan jati diri sebuah bangsa.
Pembentukan jati diri bangsa sudah menjadi keputusan yang disepakati bersama untuk
melestarikan dan membela bangsa serta berusaha memperbaiki segala kesalahan yang
ada di dalamnya. Oleh karena itu, adanya identinas nasional membuat satu bangsa
berbeda dengan bangsa yang lain.1

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang mengenai makalah tentang Identitas Nasional, maka
dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Apa itu hakekat bangsa dan negara?

2. Apa unsur dan terjadinya negara Indonesia?


3. Apa pengertian dan cakupan indentitas nasional?
4. Apa saja dinamika identitas nasional?
5. Apa saja identitas perguruan tinggi?

1
Kuswanto, (2023a). Identitas Nasional. Buku Identitas Nasional.
http://repository.undar.ac.id/id/eprint/47/5/3.%20Buku%20IDENTITAS%20NASIONAL.pdf
1
C. Tujuan
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, berdasarkan latar belakang dan
rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk memahami hakekat bangsa dan negara;
2. Untuk mengetahui dan memahami unsur dan terjadinya negara Indonesia;
3. Untuk mengetahui apa yang termasuk dalam cakuoan identitas bangsa;
4. Untuk mengetahui dinamika identitas nasional;

5. Untuk mengetahui identitas nasional.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Bangsa dan Negara


Sekitar tahun 1835, istilah "natie" menjadi populer. Dalam penelitian sejarah,
istilah "bangsa", "nasionalitas", "kebangsaan", "nasionalisme", atau "paham
kebangsaan", semuanya mengandung ide-ide yang sulit didefinisikan. Akibatnya, para
ahli di bidang politik, sosiologi, dan antropologi sering tidak setuju mengenai makna
istilah-istilah tersebut. Dalam bahasa Indonesia, selain istilah "bangsa", ada juga istilah
"nasionalisme", yang berasal dari kata asing "nation", yang bersinonim dengan
"bangsa." Tidak ada definisi ilmiah yang objektif untuk kata "bangsa”.2

Terdapat dua konsep bangsa:

1. Dalam sosiologis dan antropologis, konsep bangsa adalah komunitas


masyarakat yang berdiri sendiri di mana setiap warganya dianggap sebagai
satu kesatuan berdasarkan ras, bahasa, keyakinan, budaya, dan faktor
lainnya.

2. Dalam pengertian politik, bangsa merupakan suatu komunitas yang tinggal


di wilayah yang sama dan tunduk pada negara bagian mereka sebagai
otoritas tertinggi, baik di dalam maupun di luar. Oleh karena itu, bangsa
dalam pengertian politik adalah bangsa yang sudah bernegara, mengakui,
dan tunduk pada negara yang bersangkutan. Sebuah bangsa terbentuk
setelah merka bernegara. Ini adalah contoh kemunculan bangsa Indonesia
(arti politis) setelah terciptanya lagu Indonesia Raya.

Istilah bangsa dalam kamus ilmu politik adalah “natie” dan “nation”, artinya
masyarakat yang bentuknya diwujudkan oleh sejarah dan memiliki unsur sebagai
berikut :

a. Satu kesatuan bahasa ;

b. Satu kesatuan daerah ;

c. Satu kesatuan ekonomi ;

2
Sulisworo, D., Wahyuningsih, T., & Arif, D. B. (1970, January 1). Identitas Nasional. Go to start page!
https://eprints.uad.ac.id/9433/
3
d. Satu Kesatuan hubungan ekonomi ;

e. Satu kesatuan jiwa yang terlukis dalam kesatuan budaya.

Ernest Renan, yang pertama kali menggunakan istilah "bangsa" pada 11 Maret
1882, menganggap bangsa sebagai dasar spiritual yang berasal dari: (1) Kemuliaan
bersama di masa lalu, yang merupakan aspek historis. (2) Keinginan untuk hidup
bersama (le désir de vivre ensemble) saat ini, yang merupakan aspek solidaritas,
mempergunakan warisan masa lalu, baik untuk saat ini maupun masa depan. Ernest
Renan juga mengatakan bahwa plebisit adalah syarat utama adanya bangsa, yaitu suatu
hal yang memerlukan persetujuan bersama saat ini, yang mengandung hasrat untuk
hidup bersama dan bersedia mengorbankan sesuatu untuk mempertahankannya. Jika
warga negara bersedia mengorbankan sesuatu untuk kelangsungan hidup negara
mereka, negara itu akan tetap bersatu (Rustam E. Tamburaka, 1999 : 82).

Pada dasarnya, orang-orang yang telah bersatu berkomitmen untuk membangun


masa depan yang indah bersama. dengan membuat negara yang bertanggung jawab
untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan bersama secara adil. Adanya kehendak
atau kemauan bersama, atau nasionalisme, adalah komponen objektif terpenting dari
suatu bangsa. Rasa persatuan dan kesatuan bangsa, bahasa, dan cita-cita adalah dasar
dari keanekaragaman dalam kehidupan bangsa.

Secara sosiologis, suatu bangsa terdiri dari "kelompok paguyuban" yang secara
alami ditakdirkan untuk hidup bersama dan berbagi nasib. Contohnya, negara Republik
Indonesia yang terdiri terdiri dari lebih dari 300 suku yang berbicara 200 bahasa yang
berbeda.3 Budiyanto dalam Ilmu Tata Negara memberikan tiga definisi tentang istilah
"bangsa", yaitu:4

1. Ernest Rinan (Prancis) : Adanya bangsa digerakkan oleh keinginan untuk


bersatu dan perasaan persahabatan yang kuat.

2. Otto Baurer (Jerman) : Bangsa adalah kelompok orang yang memiliki


persamaan sifat yang berkembang karena persamaan nasib.

3. Hans Kohn (Jerman) : Dalam sejarah, bangsa adalah hasil dari upaya
manusia. Tidak mungkin untuk menentukan secara ilmiah bagaimana suatu
bangsa terdiri dari kumpulan orang yang beragam. Kebanyakan negara

3
Ainul Yakin, Pendidikan Multikultural, Pilar Mulya, Yogyakarta, 2005.
4
Budiyanto, Dasar-Dasar Ilmu Tata Negara, Erlangga, Jakarta, 1998.
4
memiliki elemen objektif yang membedakannya dari negara lain. Contoh
elemen tersebut merupakan persamaan keturunan, wilayah, bahasa, adat
istiadat, kesamaan politik, perasaan, dan agama adalah beberapa faktor.

Setiap negara memiliki empat pilar aspirasi, menurut Fredrich Hert.

1. Keinginan untuk mencapai kesatuan nasional, yaitu kesatuan sosial, ekonomi,


politik, agama, kebudayaan, komunikasi, dan solidaritas.

2. Keinginan untuk mencapai kemerdekaan dan kebebasan penuh, yaitu bebas


dari campur tangan dan dominasi negara asing terhadap masalah dalam
negerinya.

3. Keinginan untuk kemandirian, keunggulan, individualitas, keaslian, atau


kekhasan. Menjunjung tinggi bahasa nasional yang mandiri, misalnya.

4. Keinginan untuk menonjol di antara bangsa-bangsa dalam mengejar


kehormatan, pengaruh, dan prestise.5

Nilai kebangsaan, menurut Parangtopo, didefinisikan sebagai tindakan sekelompok


orang yang sama dengan ikatan sosiokultural yang jelas.6 Namun, menurut Bintoro,
Indonesia adalah negara kebangsaan, yaitu suatu komunitas politik yang dibentuk,
dibangun, dan beroperasi sesuai dengan perspektif kebangsaan.

Sedangkan istilah negara dalam perkembangannya telah digunakan sejak zaman


dahulu. Periode perkembangan ini dapat diklasifikasikan menjadi zaman Kuno atau Klasik,
zaman Tengah, zaman Modern, atau zaman Kontemporer. Walau bagaimanapun, para ahli
menggunakan istilah yang berasal dari nama tempat, seperti Yunani, Romawi, Cina, Arab,
dll. 7 Pada masa Yunani Kuno, Aristoteles (384–322 SM) merumuskan istilah negara dalam
bukunya "Politica". Pada masa itu, negara disebut "polis", yang berarti negara kota, tempat
tinggal bersama antara warga negara dengan pemerintah dan benteng untuk melindungi
mereka dari serangan musuh. Daripada itu, lihat Sparta dan Athena, yang merupakan negara
pertama yang memiliki pemerintahan dengan sistem demokrasi langsung.

Istilah "negara" kemudian digunakan di seluruh dunia. Saat itu, Cina sudah
mengenal negara dengan birokrasi yang terlatih yang telah berdiri selama ribuan tahun.

5
Departemen Dalam Negeri, Sosialisasi Kebangsaan, Modul 8, Depdagri Dirjen Kesatuan
Bangsa, 2003.
6
Idup Suhadi, dan AM. Sinaga, Wawasan Kesatuan dalam Rangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia, Lembaga Admistrasi Negara RI, 2003.
7
Pudja Pramana, Ilmu Negara, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2009.
5
Namun, sejak konsolidasi kerajaan-kerajaan Perancis, Spanyol, dan Swedia empat atau
lima ratus tahun yang lalu, Eropa disebut sebagai lahirnya negara modern.8 Di Indonesia,
istilah "negara" sudah ada sejak zaman kerajaan kuno. Dalam bahasa Jawa, istilah "negara"
berarti "kerajaan", "keraton", dan "rakyat".9 Istilah "kerajaan" digunakan pada awalnya di
negara-negara Barat dan masih digunakan hingga hari ini. Beberapa istilah yang bermakna
kerajaan, seperti imperium, Rijk, dan Reich, telah digunakan sejak zaman Romawi hingga
saat ini. Seperti halnya istilah "Imperium Romanium", yang merujuk pada wilayah yang
dikuasai oleh negara Romawi.10

Istilah "negara" di Indonesia berasal dari bahasa Sanksekerta, "nigari", yang berarti
"kota". Selain itu, istilah ini telah digunakan sejak abad kelima, seperti yang dapat dilihat
dari penamaan Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat dan penggunaan nama kitab
Majapahit yang dikenal sebagai negara Kertagama dan penulisnya, Mpu Prapanca. Dengan
demikian, negara Indonesia lebih suka menggunakan istilah "negara" daripada negara-
negara Eropa. Selain itu, istilah "negara modern", baik dalam peristilahan maupun
definisinya, sebenarnya berasal dari dunia barat, khususnya Eropa Barat. Istilah ini baru
muncul pada abad ke-16 karena pertumbuhan revolusi selama berabad-abad.11

Istilah "negara" telah diterima dan dianggap sebagai suatu konsep yang menunjukkan
sebuah organisasi negara yang bersifat territorial (kewilayahan) dan memiliki kekuasaan
tertinggi yang diperlukan untuk menjaga kepentingan dan mencapai tujuan bersama. Sejak
saat itu, istilah ini ditafsirkan dalam berbagai arti, antara lain sebagai berikut:12

a. Negara didefinisikan sebagai penguasa, yang memiliki kekuasaan tertinggi atas


persekutuan rakyat dan tinggal di suatu wilayah.

b. Negara didefinisikan sebagai persekutuan rakyat, yaitu suatu bangsa yang tinggal di
suatu wilayah dan di bawah kekuasaan tertinggi berdasarkan hukum yang sama.

c. Berdasarkan penafsiran di atas, kita dapat mengatakan bahwa negara didefinisikan


dalam dua arti: formil atau materil. Dalam arti formil, negara adalah suatu organisasi
kekuasaan yang dikelola oleh pemerintah pusat atau pemerintah (staat-overheid).
Kewenangan pemerintah untuk menggunakan kekerasan fisik secara hukum merupakan

8
A. Zaim Rofiqi, Memperkuat Negara Tata Pemerintahan dan Tata Dunia Abad 21, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 2005.
9
E. Utrecht, Pengantar Ilmu Hukum, Ichtiar, Jakarta, 1966.
10
Victor Situmorang, Inti Sari Ilmu Negara, Bina Aksara, Jakarta, 1987.
11
E. Utrecht, Pengantar Ilmu Hukum, Ichtiar, Jakarta, 1966.
12
I Nengah Suantra, Nurmawati, Ilmu Negara, Uwais Inspirasi Indonesia, Denpasar,
2017.
6
ciri negara. Negara secara materil dapat didefinisikan sebagai suatu staat-gemenschap
atau negara sebagai persekutuan hidup.

Adapun definisi negara menurut para ahli:

1) Menurut Aristoteles, negara adalah suatu kesatuan masyarakat atau persekutuan, bukan
keluarga, desa, atau kampung, yang berusaha mencapai kebaikan yang tertinggi bagi
manusia.

2) Dalam bukunya Staatrecht Van Nederlands Indie, Logemann menggambarkan negara


sebagai organisasi kemasyarakatan yang menggunakan kekuatan untuk mengatur dan
mengelola masyarakat.

3) Menurut Marsilius, negara adalah entitas dengan dasar hidup dan tujuan utama,
menyelenggarakan dan mempertahankan perdamaian.

4) Menurut Woodrow Wilson, negara adalah sekelompok orang yang hidup berdasarkan
hukum di wilayah tertentu.

5) Menurut buku Mac Iver The Web of Government, bibit sebuah negara adalah keluarga,
sehingga negara bukanlah persekutuan hukum.

Negara adalah suatu sistem hukum yang menetapkan bagaimana setiap anggota
masyarakat bertanggung jawab atas tindakannya. Dengan kata lain, undang-undang
tersebut dibuat oleh pemerintah atau penguasa yang berwenang. Dengan munculnya
undang-undang yang menentukan siapa yang bertanggung jawab atas apa yang mereka
lakukan, terjadi ketertiban hukum. Jadi, negara memiliki sistem hukum yang memaksa.

B. Unsur dan terjadinya Negara Indonesia

1. Unsur Negara

Suatu negara memiliki pemerintahan yang berdaulat dan memiliki otoritas untuk
mengatur segala hal yang berkaitan dengan kepentingan umum. Proses sejarah, budaya,
dan politik yang panjang dapat dianggap sebagai penyebab berdirinya sebuah negara.
Negara terdiri dari:
a. Wilayah
Wilayah termasuk perbatasan negara-negara yang diakui secara internasional,
yang biasanya ditetapkan dalam konstitusi negara tersebut. Sumber daya alam
negara seperti tambang, hutan, dan air ada di wilayah ini, serta darat, laut, dan

7
udara. Menurut Pasal 1 Ayat (1) UUD 1945, wilayah Indonesia terdiri atas
daratan, perairan, dan ruang udara bagian atas. Hal ini menunjukkan bahwa
wilayah Indonesia meliputi segala sesuatu yang berada dalam batas-batas
geografis negara tersebut.
Dengan mengatur dan melaksanakan semua kebijakan dan kegiatan
pemerintah untuk kepentingan rakyat, wilayah negara memainkan peran
penting dalam keberadaan negara. Selain itu, Budiardjo menekankan bahwa
batas yang jelas sangat penting untuk menghindari klaim atau konflik dengan
negara lain. Batasan wilayah ini dapat ditetapkan melalui perjanjian
internasional atau metode hukum lainnya (Budiardjo 2002).
b. Penduduk
Salah satu komponen paling penting dalam pembentukan negara disebutkan
dalam buku Miriam Budiardjo (2012), "Pengantar Ilmu Politik." Penduduk
adalah kelompok orang yang saling terkait yang memiliki budaya, bahasa, dan
kebiasaan yang sama. Penduduk adalah sumber daya manusia, baik dalam
jumlah maupun kualitasnya, yang memainkan peran penting dalam
pembangunan negara. Menurut bukunya, penduduk juga didefinisikan sebagai
kelompok orang yang tinggal dan menetap di luar batas wilayah negara
tersebut dan dibawah kendali pemerintah negara (Budiardjo 2012).
Penduduk suatu negara juga menentukan kekuasaan politiknya. Karena rakyat
adalah sumber legitimasi negara, kekuasaan politik berada di tangan rakyat.
Tanpa dukungan rakyat, negara tidak akan memiliki legitimasi dan kekuasaan
politiknya tidak akan bertahan lama.
c. Pemerintahan
Pemimpin tertinggi negara, biasanya disebut sebagai presiden atau kepala
negara, bertanggung jawab atas pemerintahan ini, yang juga memiliki sistem
kekuasaan yang terdiri dari eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Pemerintahan dianggap sebagai organisasi tertinggi di negara, dengan
kemampuan untuk mengambil keputusan, melaksanakan kebijakan, dan
mengawasi aparatur negara secara efektif, menurut Prof. Dr. Miriam Budiardjo
(2014).
Pada saat yang sama, Prof. DR mengatakan bahwa pemerintahan Mochtar
Mas'oed sebagai bagian dari negara dapat digambarkan sebagai suatu sistem
kekuasaan yang secara resmi mengatur, mengarahkan, mengurus, dan

8
membela negara dan semua aspek kehidupan masyarakat di wilayah tertentu
(Mas'oed 2017).
d. Kedaulatan dan Pengakuan Diplomatik
Kedaulatan negara adalah salah satu asas negara Indonesia, menurut Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Menurut Pasal 1 Ayat
2 UUD 1945, "Indonesia adalah bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil
dan makmur, diperintah oleh hukum, diperintah oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, dan berdasarkan kepercayaan pada
bangsa. "Tuhan Yang Maha Esa." Dengan demikian, rakyat Indonesia yang
diwakili oleh pemerintah yang sah memiliki kedaulatan negara Indonesia.
(MPR Sekretariat, 2008).
Sebuah negara memiliki pengakuan negara lain, yang menunjukkan bahwa
negara tersebut diakui sebagai entitas yang merdeka dan berdaulat. Salah satu
syarat untuk menjadi anggota masyarakat internasional adalah mendapatkan
pengakuan dari negara lain dalam hubungan internasional. Pengakuan negara
lain adalah proses di mana negara lain secara resmi mengakui keberadaan
negara baru. Ini dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti pengakuan
diplomatik, pengakuan de facto, atau pengakuan hukum (Soesilo 2018).

2. Ketuhanan Yang Maha Esa


Semua kepercayaan sesuai dengan nilai pertama sebagai pandangan agama. Setiap
warga negara Indonesia berhak untuk memilih agama atau kepercayaan mereka sendiri
tanpa terpengaruh oleh individu atau kelompok lain. Ada enam agama yang diakui secara
resmi di Indonesia: Islam, Khatolik, Kristen, Hindu, Buddha, dan Konghucu.Sebagai
warga negara Indonesia yang menganut prinsip-prinsip Pancasila, mereka wajib
menunjukkan toleransi terhadap orang-orang dari berbagai agama. Semua agama
mengajarkan nilai-nilai moral. Warga Indonesia, baik mayoritas maupun minoritas, tetap
sama.
3. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Dalam Pancasila, nilai kedua mengandung prinsip dasar kemanusiaan yang harus
dihormati. Setiap orang Indonesia harus menghormati kedua nilai ini. Nilai beradap dan
keadilan harus bersama-sama dalam kehidupan sehari-hari. Adil berarti seimbang, setara,
dan sama di setiap aspek kehidupan. Orang harus bersikap adil satu sama lain tanpa
mempertimbangkan agama, ras, jabatan, atau bentuk fisik mereka. Pada dasarnya, orang-

9
orang yang memiliki kemampuan untuk menghargai dan dihargai memahami konsep adil.
Adab berarti etika, sopan santun, akhlak, dan moral yang baik. Budi pekerti harus menjadi
standar utama bagi semua orang yang hidup bersama. Jika setiap orang bersikap baik satu
sama lain, lingkungan akan menjadi harmonis.
4. Persatuan Indonesia
Nasionalisme adalah nilai ketiga yang harus dipupuk setiap warga Indonesia. Rakyat
Indonesia memiliki banyak perbedaan, oleh karena itu, semboyan Bhineka Tunggal
Ika yang berarti "berbeda-beda tetapi tetap satu" digunakan sebagai patokan. Tetap
bersatu tidak dihalangi oleh perbedaan agama, ras, suku, atau budaya. Di tengah
perselisihan, Indonesia tetap utuh.
5. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan
Menurut nilai keempat, setiap orang memiliki hak asasi yang sama. Demokrasi ada
di Indonesia. Sehingga hasilnya adil untuk semua orang, keputusan dibuat berdasarkan
musyawarah bersama. Untuk memecahkan masalah, musyawarah sangat membantu,
mulai dari bertukar pendapat hingga mencapai satu tujuan. Oleh karena itu, pemimpin
yang jujur, cerdas, dan bertanggung jawab penuh atas keputusan yang dibuat diperlukan.
6. Keadilan Sosial bagi Seuruh Rakyat Indonesia
Keadilan di segala bidang kehidupan adalah tujuan dari sila kelima. Adil secara
individu dan sosial merupakan definisi adil. Rakyat Indonesia memiliki hak dan
kewajiban warga negara yang sama. Tidak ada yang membuat perbedaan dalam hal
ekonomi, sosial, politik, dll.

C. Pengertian dan cakupan Identitas Nasional

1. Pengertian Identitas Nasional


"Identitas" berasal dari kata "identitas" dalam bahasa Inggris, yang berarti ciri-ciri,
tanda-tanda, atau jati diri yang membedakan seseorang atau sesuatu dari orang lain.13
Identitas tidak terbatas pada individu, tetapi juga pada kelompok. Identitas adalah sifat
unik yang menerangkan dan sesuai dengan kesadaran diri seseorang, golongan, kelompok,
komunitas, atau negara. Identitas adalah atribut yang dimiliki setiap entitas untuk
membedakannya dari yang lain. Nasional juga berarti bahwa seseorang harus paling setia
kepada negaranya. Jadi, identitas nasional dapat didefinisikan sebagai kepribadian

13
Hadi dalam Yosephus Sudiantara, Kewargaan Negara Indonesia, Universitas Katolik
Soegijapranata, Semarang, 2021.
10
nasional atau jati diri yang membedakan suatu negara dari negara lain.

Identitas nasional terdiri dari kelompok besar yang dihubungkan oleh kesamaan
fisik, seperti budaya, agama, dan bahasa, serta kesamaan nonfisik, seperti keinginan,
kehendak, cita-cita, dan tujuan. Identitas bangsa atau identitas nasional adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan kumpulan orang seperti ini. Ini menghasilkan tindakan
kelompok yang diorganisasikan, yang menunjukkan nilai-nilai budaya yang berkembang
dari berbagai aspek kehidupan ratusan suku yang bersatu di Indonesia. Dalam konteks ini,
Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila berfungsi sebagai dasar dan arah pengembangannya.
Hakikat Identitas nasional adalah Pancasila yang aktualisasinya tercermin dalam penataan
kehidupan.

Karena itu, jika Indonesia ingin tetap eksis dalam menghadapi globalisasi, mereka
harus mempertahankan jati diri dan identitas nasionalnya, yang merupakan kepribadian
bangsa, sebagai dasar untuk mengembangkan kreativitas budaya yang relevan dengan
globalisasi. Sebagai hasil dari pengalaman berbagai negara di seluruh dunia selama era
globalisasi, yang dipenuhi dengan tantangan yang berpotensi menghancurkan
nasionalisme, muncul kembali rasa nasionalisme.

2. Cakupan Identitas Nasional

Cakupan identitas nasional dapat didefinisikan sebagai ukuran atau standar yang
dapat digunakan untuk menggambarkan karakteristik yang membedakan suatu negara.
Faktor-faktor yang termasuk dalam cakupan identitas nasional termasuk elemen
kebudayaan, seperti norma, bahasa, adat istiadat, dan teknologi, serta elemen alam atau
ciri yang sudah terbentuk, seperti lokasi geografis. Sesuatu yang terjadi dalam suatu
masyarakat dan mencari ciri atau identitas nasional biasanya mempunyai normatif sebagai
berikut:14

a. Identitas nasional menggambarkan cara orang berperilaku dalam kehidupan


sehari-hari mereka. Identitas nasional ini berasal dari kebiasaan dan adat
istiadat. Ramah tamah, hormat kepada orang tua, dan gotong royong adalah
beberapa contoh kebiasaan dan adat istiadat ini.

b. Lambang-lambang yang biasanya ada dalam undang-undang, seperti Garuda


Pancasila, Bendera, Bahasa, dan Lagu Kebangsaan, merupakan ciri-ciri negara

14
Ningsih, R. (n.d.). Modul 12 Identitas Nasional - Rahmah Ningsih, S.H., Ma Modul Pembelajaran 12 Pendidikan.
Studocu. https://www.studocu.com/id/document/universitas-mulawarman/pendidikan-kewarga-negaraan/modul-12-
identitas-nasional/47272240
11
dan secara simbolis menggambarkan tujuan dan fungsi negara.

c. Alat perlengkapan yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu, seperti


bangunan, teknologi, dan peralatan manusia. Bangunan seperti Borobudur,
Prambanan, Masjid, dan Gereja, serta peralatan manusia seperti pakaian adat
dan teknologi bercocok tanam, dan teknologi seperti pesawat terbang dan kapal
laut.

d. Suatu bangsa memiliki tujuan yang ingin dicapai, dan identitas yang berasal
dari tujuan ini selalu berubah dan berubah, seperti prestasi dalam bidang
tertentu atau budaya yang unggul.

Berdasarkan ukuran parameter sosiologis, elemen-elemen yang membentuk


identitas nasional Indonesia mencakup bukan hanya budaya dan kebiasaan individu, tetapi
juga kelompok bangsa yang majemuk, di mana kemajemukan merupakan elemen atau
parameter pembentuk identitas yang melekat pada setiap warganya, suku bangsa,
kebudayaan, dan bahasa maupun fisik seperti kondisi geografis.15

a. Suku Bangsa

Suku bangsa adalah kelompok sosial yang unik yang sama coraknya dengan
umur dan jenis kelamin. Indonesia dikenal sebagai negara dengan banyak suku
bangsa; ada sekitar 300 suku yang tinggal di negara ini, dan setiap suku
memiliki adat istiadat, kebiasaan, dan norma mereka sendiri. Namun,
perbedaan ini membuat suku-suku ini mampu bersatu untuk mewujudkan
masyarakat yang adil dan sejahtera.

b. Kebudayaan

Menurut sosiologi, seni, ilmu pengetahuan, teknologi, dan adat-istiadat adalah


bagian dari kebudayaan. Kebudayaan sebagai bagian dari identitas nasional
bukanlah sesuatu yang spesifik untuk setiap orang. Kebiasaan pribadi
bukanlah kebudayaan. Dalam suatu kelompok, kebudayaan harus dimiliki
bersama, yang berarti anggota kelompok memiliki berbagai pola berpikir dan
berkelakuan yang dipelajari bersama. Hal-hal yang dimiliki bersama ini harus
menjadi sesuatu yang unik dan unik di antara banyak kebiasaan pribadi yang

15
Ningsih, R. (n.d.). Modul 12 Identitas Nasional - Rahmah Ningsih, S.H., Ma Modul Pembelajaran 12 Pendidikan.
Studocu. https://www.studocu.com/id/document/universitas-mulawarman/pendidikan-kewarga-negaraan/modul-12-
identitas-nasional/47272240
12
sangat berbeda.

c. Bahasa

Bahasa adalah identitas nasional yang berasal dari salah satu lambang negara.
Bahasa juga merupakan keistimewaan manusia, terutama dalam hal hubungan
sosial. Bahasa manusia memiliki simbol yang memungkinkan kata-kata
mewakili arti apa pun, bahkan jika kata itu tidak mewakili sesuatu atau sesuatu.
Bahasa Melayu dahulunya digunakan sebagai bahasa transaksi perdagangan
internasional di kepulauan nusantara antara berbagai suku bangsa Indonesia
dan pedagang asing, meskipun di Indonesia ada banyak bahasa daerah yang
mewakili berbagai suku dan etnis. Bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan
Bangsa Indonesia pada tahun 1928 dan menjadi bahasa nasional setelah
kemerdekaan.

d. Kondisi Geografi

Identitas didasarkan pada kondisi geografis. Kedudukan geografis wilayah


negara menunjukkan lokasi negara dalam ruang, tempat, dan waktu. Ini
membuat batas wilayahnya di atas bumi menjadi jelas pada titik tertentu.
Corak dan tata susunan di dalamnya ditentukan oleh lokasi geografis tersebut,
serta keadaan dan kondisi lingkungannya. Kondisi geografis wilayah sebuah
negara akan berdampak. Negara memiliki lokasi geografis unik yang
membedakannya dari negara lain.

D. Dinamika Identitas Nasional

Identitas nasional Indonesia mencakup nilai-nilai, sejarah, dan aspirasi yang


menghubungkan suatu komunitas manusia. Identitas nasional juga dapat dipahami
sebagai kondisi yang mempengaruhi dinamika bangsa. Salah satu faktor yang
memengaruhi identitas nasional adalah globalisasi, terutama dalam era yang dikenal
sebagai Era 4.0

Beberapa tantangan dalam mempertahankan identitas nasional di era globalisasi


antara lain:16

Siagian, N., & Alia, N. (2020). “Mengenal Identitas Nasional Indonesia dalam Perspektif Pendidikan
16

Kewarganegaraan: Kajian atas Isu-Isu Multikultural dan Hak Asasi Manusia.” Jurnal Pendidikan Tambusai
13
1. Hedonisme: Masyarakat cenderung mengutamakan kesenangan pribadi tanpa
memperhatikan nilai-nilai nasional.

2. Menurunnya Sikap Gotong Royong: Semangat gotong royong yang dulu kuat
kini mengalami penurunan.

3. Memudarnya Rasa Nasionalisme dan Patriotisme: Beberapa orang lebih


bangga menggunakan produk asing daripada produk lokal.

4. Memudarnya Sikap Sopan Santun: Ketidakpedulian terhadap lingkungan dan


sesama.

Contoh dinamika kehidupan yang sekaligus menjadi tantangan terkait dengan


masalah identitas nasional Indonesia. Perhatikan sejumlah kasus dan peristiwa dalam
kehidupan sehari-hari yang sering kali kita jumpai:

1. Lunturnya nilai-nilai luhur dalam praktik kehidupan berbangsa dan beneregara.


(Contoh: rendahnya semangat gotong royong, kepatuhan hukum, kesantunan,
kepedulian, dan lain-lain).

2. Nilai –nilai Pancasila belum dijadikan sebagai acuan sikap dan perilaku sehari-hari.
(Contoh: menyontek, plagiat, buang sampah sembarangan, dan lain-lain).

3. Rasa nasionalisme dan patriotisme yang luntur dan memudar. (Contoh: lebih bangga
menggunakan produk asing daripada produk bangsa sendiri).

4. Lebih bangga menggunakan bendera asing dari pada bendera merah putih dan lebih
bangga menggunakan bahasa asing daripada menggunakan bahasa Indonesia.

Azyumardi Azra (Tilaar, 2007) mengatakan bahwa saat ini Pancasila menjadi sulit
dan dimarginalkan di setiap aspek kehidupan masyarakat Indonesia karena tiga faktor
berikut: (1) liberalisme politik muncul; (2) Pancasila digunakan sebagai alat politik; dan (3)
munculnya desentralisasi atau otonomi daerah.

Upaya untuk mempertahankan identitas nasional melibatkan:

14
1. Menerapkan Nilai-Nilai Pancasila: Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara harus
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Menanamkan Rasa Cinta Tanah Air dan Nasionalisme: Pendidikan yang memperkuat
rasa cinta tanah air dan nasionalisme.

3. Mengutamakan Sikap Persatuan dan Kesatuan: Menghargai keragaman dan


memperkuat persatuan.

4. Memanfaatkan Situs Jejaring Sosial: Memanfaatkan media sosial untuk memperkuat


identitas nasional.

E. Identitas Perguruan Tinggi

Identitas perguruan tinggi merupakan aspek penting yang memengaruhi citra dan
reputasi lembaga pendidikan. Dalam konteks Indonesia, tantangan dalam
mempertahankan identitas perguruan tinggi di era globalisasi melibatkan berbagai faktor.
Berikut adalah penjelasan mengenai identitas perguruan tinggi :

1. Identitas Perguruan Tinggi

Identitas perguruan tinggi mencakup karakteristik dan ciri khas yang membedakan
satu lembaga dari yang lain. Identitas ini melibatkan nilai-nilai, sejarah, budaya, dan
citra yang melekat pada perguruan tinggi. Identitas perguruan tinggi juga mencakup
aspek seperti:

a. Nama Brand: Bagaimana perguruan tinggi dikenal dan dipersepsikan oleh


masyarakat.

b. Nilai-Nilai: Nilai-nilai yang dianut dan diterapkan oleh perguruan tinggi.

c. Tradisi dan Budaya: Kegiatan, acara, dan praktik yang menjadi bagian dari
identitas perguruan tinggi.

d. Prestasi dan Reputasi: Capaian akademik, riset, dan kontribusi terhadap


masyarakat.

15
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Identitas Perguruan Tinggi

Beberapa faktor yang memengaruhi identitas perguruan tinggi meliputi:

a. Inklusi Sosial: Bagaimana perguruan tinggi melibatkan berbagai kelompok


dalam kegiatan dan kebijakan.

b. Kesetaraan Ekonomi: Bagaimana perguruan tinggi memastikan kesempatan


yang setara bagi semua mahasiswa.

c. Keadilan Politik: Bagaimana perguruan tinggi memperlakukan semua anggota


komunitas secara adil.

d. Pendekatan Merata dalam Pendidikan: Bagaimana perguruan tinggi


menyediakan pendidikan yang merata dan berkualitas.

e. Pemahaman Nilai-Nilai Nasional: Bagaimana perguruan tinggi memperkuat


pemahaman akan nilai-nilai nasional.

3. Implikasi Politik dan Dampak Positif

Implikasi politik dari identitas perguruan tinggi mencakup partisipasi


politik yang adil, kebebasan berekspresi, dan transparansi kelembagaan. Dampak
positifnya termasuk pemanfaatan keragaman sebagai sumber kekuatan dan
inovasi, pembangunan ekonomi, peningkatan kualitas hidup, dan pembentukan
identitas nasional yang kuat.

16
BAB III
SIMPULAN

1. Simpulan

Identitas nasional dipengaruhi oleh banyak faktor, baik internal maupun eksternal; faktor-
faktor ini bekerja sama satu sama lain untuk membentuk identitas nasional, yang menggabungkan
karakteristik sosial dan budaya masyarakat. Oleh karena itu, identitas Indonesia terdiri dari banyak
suku yang berbeda, dan setiap suku memiliki identitas unik. banyak tradisi, tarian, dan cara lain,
misalnya. Namun, identitas nasional Indonesia mulai hilang seiring dengan globalisasi. Menurut
sumber legal-formal, empat identitas nasional pertama meliputi bendera, bahasa, dan lambang
negara serta lagu kebangsaan. Jati diri bangsa Indonesia merupakan suatu hasil kesepakatan
bersama bangsa tentang masa depan berdasarkan pengalaman masa lalu. Jati diri bangsa harus selalu
mengalami proses pembinaan melalui pendidikan demi terbentuknya solidaritas dan perbaikan
nasib di masa depan.

2. Saran

Diharapkan dengan dibuatnya makalah ini dapat menambah ilmu dan wawasan sehingga
pembaca dapat meningkatkan kemampuan membaca cepat. Pemakalah menyadari makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan
penulis terima demi kesempurnaan makalah ini dan makalah selanjutnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Sulisworo, D., Wahyuningsih, T., & Arif, D. B. (1970, January 1). Identitas Nasional.

Ningsih, R. (n.d.). Modul 12 Identitas Nasional - Rahmah Ningsih, S.H., Ma Modul Pembelajaran
12 Pendidikan.

Kuswanto, (2023a). Identitas Nasional. Buku Identitas Nasional.

Siagian, N., & Alia, N. (2020). “Mengenal Identitas Nasional Indonesia dalam Perspektif
Pendidikan Kewarganegaraan: Kajian atas Isu-Isu Multikultural dan Hak Asasi Manusia.”
Jurnal Pendidikan Tambusai.

Brata, I. (2016). “Kearifan Budaya Lokal Perekat Identitas Bangsa.” Jurnal Bakti Saraswati.

Eny, I. (2017). “Batik Sebagai Identitas Kultural Bangsa Indonesia Di Era Globalisasi.” Gema,
30(52), 2456–72.
Bahar, S. (1996). Integrasi Nasional Teori, Masalah, dan Strategi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Bangsa, Hakikat. “Identitas Nasional / Bangsa Hakikat Identitas Nasional.”

18

You might also like