You are on page 1of 54

SISTEM KEMIH

dr. Simon Marpaung, M.Kes


Departemen Fisiologi
Fakultas Kedokteran
Universitas HKBP Nommensen
Medan

1
SISTEM KEMIH
PENDAHULUAN
Ginjal melakukan berbagai fungsi
yang ditujukan untuk
mempertahankan homeostasis.
Fungsi spesifik yang dilakukan oleh ginjal,
yang sebagian besar ditujukan untuk
mempertahankan kestabilan lingkungan
cairan internal adalah :
1. Mempertahankan keseimbangan H2O dalam
tubuh.
2
2. Mengatur jumlah dan konsentrasi sebagai
besar ion CES, termasuk Na+, Cl-, K+, HCO3-
, Ca2+, Mg2+, SO42-, PO43-, dan H+. Bahkan
fluktuasi minor pada konsentrasi sebagian
elektrolit ini dalam CES dapat menimbulkan
pengaruh besar.
3. Memelihara volume plasma yang sesuai,
sangat berperan dalam pengaturan jangka
panjang tekanan darah arteri, melalui peran
ginjal sebagai pengatur keseimbangan
garam dan H2O.
4. Membantu memelihara keseimbangan
asam basa tubuh dengan menyesuaikan
pengeluaran H+ dan HCO3- melalui urin. 3
5. Memelihara osmolaritas (konsentrasi zat
terlarut) berbagai cairan tubuh.
6. Mengekskresikan (eliminasi) produk-
produk sisa (buangan) dari metabolisme
tubuh, misalnya urea, asam urat, dan
kreatinin.
7. Mengekskresikan banyak senyawa asing.
8. Mensekresikan eritropoietin.
9. Mensekresikan renin.
10.Mengubah vitamin D menjadi bentuk
aktifnya.

4
Ginjal membentuk urin; bagian lain
dari sistem kemih adalah saluran-
saluran yang mengangkut urin
keluar.
Sistem kemih terdiri dari organ pembentuk
urin – ginjal – dan struktur-struktur yang
menyalurkan urin dari ginjal ke luar tubuh.
Setiap ginjal dipasok (diperdarahi) oleh arteri
renalis dan vena renalis.
Urin mengalir ke sebuah rongga pengumpul
sentral, pelvis ginjal. Dari situ urin disalurkan
ke dalam ureter, yang menyalurkan urin dari
setiap ginjal ke sebuah kandung kemih. 5
Dari kandung kemih ke luar tubuh melalui
sebuah saluran, uretra.

6
Nefron adalah satuan fungsional
ginjal.
Setiap ginjal terdiri dari sekitar satu juta
satuan fungsional. Fungsi primer ginjal
adalah menghasilkan urin. Nefron adalah
satuan terkecil yang mampu membentuk urin.
Ginjal membentuk dua daerah khusus –
daerah sebelah luar yang tampak granuler,
korteks ginjal, dan daerah bagian dalam.
Piramida ginjal disebut sebagai medula ginjal.
Setiap nefron terdiri dari komponen vaskuler
dan komponen tubulus. Bagian dominan pada
7
komponen vaskuler adalah glomerulus, suatu
berkas (tuft) kapiler berbentuk bola tempat
filtrasi sebagian air dan zat terlarut dari darah
yang melewatinya.
Arteri renalis secara sistematis terbagi-bagi
untuk menjadi pembuluh-pembuluh halus
yang dikenal sebagai arteriol aferen. Arteriol
aferen menyalurkan darah ke kapiler
glomerulus untuk membentuk arteriol eferen.
Arteriol eferen adalah satu-satunya arteriol di
dalam tubuh yang mendapat darah dari
kapiler. Di kapiler glomerulus, tidak terjadi
ekstraksi O2 atau nutrien dari darah untuk
dipakai oleh jaringan ginjal serta tidak 8
terjadi penambahan zat sisa dari jaringan di
sekitar kapiler.
Arteriol eferen segera terbagi-bagi menjadi
serangkaian kapiler kedua, kapiler
peritubulus, yang memperdarahi jaringan
ginjal dan penting dalam pertukaran antara
sistem tubulus dan darah selama perubahan
cairan yang difiltrasi menjadi urin. Kapiler
peritubulus menyatu untuk membentuk
venula yang akhirnya mengalir ke vena
renalis.
Komponen tubulus berawal dari kapsul
Bowman, suatu invaginasi berdinding
rangkap yang melingkupi glomerulus untuk 9
mengumpulkan cairan yang difiltrasi oleh
kapiler glomerulus. Keberadaan seluruh
glomerulus dan kapsul Bowman yang terkait
di korteks menyebabkan gambaran daerah
korteks yang granuler.
Dari kapsul Bowman, cairan yang difiltrasi
mengalir ke dalam tubulus proksimal, yang
seluruhnya terletak di dalam korteks dan
sangat bergelung (berliku-liku). Segmen
berikutnya, lengkung Henle, membentuk
lengkung tajam atau berbentuk U atau yang
terbenam ke dalam medula ginjal. Pars
desendens lengkung Henle terbenam dari
korteks ke dalam medula; pars asendens 10
berjalan kembali ke atas ke dalam korteks.
Pars asendens kembali ke daerah glomerulus
dari nefronnya sendiri, tempat saluran
tersebut melewati garpu yang dibentuk oleh
arteriol aferen dan eferen. Di titik ini, sel-sel
tubulus dan sel-sel vaskuler mengalami
spesialisasi untuk membentuk aparatus
jukstaglomerulus (juxta berarti “di samping”),
suatu struktur yang berperan penting dalam
mengatur fungsi ginjal. Tubulus kembali
membentuk gelungan menjadi tubulus distal,
yang seluruhnya juga terletak di korteks.
Tubulus distal mengalirkan isinya ke dalam
duktus atau tubulus pengumpul, ke dalam 11
medula untuk mengosongkan cairan (yang
sekarang telah berubah menjadi urin) ke
dalam pelvis ginjal.
Dua jenis nefron – nefron korteks dan nefron
jukstamedula – yang dibedakan berdasarkan
lokasi dan panjang sebagian strukturnya.
Kapiler peritubulus nefron jukstamedula
membentuk lengkung vaskuler tajam yang
dikenal sebagai vasa rekta (“pembuluh
lurus”). Duktus-duktus pengumpul dari nefron
korteks dan jukstamedula berjalan sejajar
dengan pars asendens dan desendens
lengkung Henle dan vasa rekta nefron
jukstamedula, menciptakan gambaran 12
bergaris-garis pada medula. Sekitar 80%
nefron pada manusia merupakan jenis
korteks.

13
Tiga proses dasar ginjal adalah
filtrasi glomerulus, reabsorpsi
tubulus, dan sekresi tubulus.
Pada saat darah mengalir melalui glomerulus,
terjadi filtrasi plasma bebas, protein
menembus kapiler glomerulus ke dalam
kapsul Bowman. Proses ini dikenal sebagai
filtrasi glomerulus. Setiap hari terbentuk rata-
rata 180 liter (sekitar 47,5 galon) filtrat
glomerulus. Volume plasma rata-rata pada
orang dewasa adalah 2,75 liter, berarti bahwa
seluruh volume plasma tersebut difiltrasi
sekitar enam puluh lima kali oleh ginjal setiap
harinya. 14
Pada saat filtrat mengalir melalui tubulus, zat-
zat yang bermanfaat bagi tubuh dikembalikan
ke plasma kapiler peritubulus. Perpindahan
bahan-bahan yang bersifat selektif dari bagian
dalam tubulus (lumen tubulus) ke dalam
darah ini disebut sebagai reabsorpsi tubulus.
Dari 180 liter plasma yang difiltrasi setiap hari,
rata-rata 178,5 liter diserap kembali, dengan
1,5 liter sisanya terus mengalir ke pelvis ginjal
untuk dikeluarkan sebagai urin.
Proses ginjal ketiga, sekresi tubulus, yang
mengacu pada perpindahan selektif zat-zat
dari darah kapiler peritubulus ke dalam lumen
tubulus, merupakan rute kedua bagi zat dari 15
darah untuk masuk ke dalam tubulus ginjal.
Cara pertama zat berpindah dari plasma ke
dalam lumen tubulus adalah melalui filtrasi
glomerulus. Sekitar 20% dari plasma yang
mengalir melalui kapiler glomerulus disaring
ke dalam kapsul Bowman; 80% sisanya terus
mengalir melalui arteriol eferen ke dalam
kapiler peritubulus.
Ekskresi urin mengacu pada eliminasi zat-zat
dari tubuh di urin. Proses ini bukan suatu
proses terpisah, tetapi merupakan hasil dari
ketiga proses pertama. Semua konstituen
plasma yang mencapai tubulus – yaitu yang
difiltrasi atau disekresi – tetapi tidak 16
direabsorpsi, akan tetap berada di dalam
tubulus dan mengalir ke pelvis ginjal untuk
diekskresikan sebagai urin.

17
FILTRASI GLOMERULUS
Membran glomerulus seratus kali
lipat lebih permeabel daripada
kapiler-kapiler di tempat lain.
Cairan yang difiltrasi dari glomerulus ke
dalam kapsul Bowman harus melewati tiga
lapisan yang membentuk membran
glomerulus, yaitu :
1. Dinding kapiler glomerulus.
2. Lapisan gelatinosa aseluler yang dikenal
sebagai membran basal (basement
membrane).
3. Lapisan dalam kapsul Bowman. 18
Secara kolektif, ketiga lapisan ini berfungsi
sebagai saringan molekul halus yang
menahan sel darah merah dan protein plasma,
tetapi melewatkan H2O dan zat terlarut lain
yang ukuran molekulernya cukup kecil.

19
Tekanan darah kapiler glomerulus
adalah gaya pendorong utama yang
berperan untuk menginduksi filtrasi
glomerulus.
Terdapat tiga gaya fisik yang terlibat dalam
filtrasi glomerulus, yaitu :
1. Tekanan darah kapiler glomerulus.
2. Tekanan osmotik koloid plasma.
3. Tekanan hidrostatik kapsul Bowman.
Tekanan darah kapiler glomerulus adalah
tekanan cairan yang ditimbulkan oleh darah di
dalam kapiler glomerulus.
20
Laju filtrasi sebenarnya, yaitu laju filtrasi
glomerulus (glomerular filtration rate, GFR),
bergantung tidak saja pada tekanan filtrasi
netto, tetapi juga pada seberapa luas
permukaan glomerulus yang tersedia untuk
penetrasi dan seberapa permeabelnya
membran glomerulus (yaitu seberapa tingkat
“kebocoran”nya). Sifat-sifat membran
glomerulus ini secara kolektif disebut sebagai
koefisien filtrasi (Kf).
Dengan demikian :
GFR = Kf x tekanan filtrasi netto

21
Lapisan-Lapisan Membran
Glomerulus
Untuk dapat difiltrasi, suatu bahan harus
melewati :
1. Pori-pori antara sel-sel endotel di kapiler
glomerulus.
2. Membran basal aseluler.
3. Celah filtrasi antara tonjolan-tonjolan
podosit di lapisan dalam kapsul Bowman.

22
Faktor tersering yang menyebabkan
perubahan GFR adalah perubahan
tekanan darah kapiler glomerulus.
Tekanan osmotik koloid plasma dan tekanan
hidrostatik kapsul Bowman tidak berada di
bawah kontrol dan pada keadaan normal,
pada dasarnya tidak berubah-ubah. Keduanya
dapat berubah secara patologis tidak sengaja
mempengaruhi GFR. Karena tekanan osmotik
koloid plasma melawan filtrasi, penurunan
konsentrasi protein plasma, yang mengurangi
tekanan osmotik tersebut, menyebabkan
peningkatan GFR. 23
Misalnya pada pasien luka bakar luas yang
kehilangan sejumlah besar cairan plasma
kaya – protein melalui kulit yang terbakar.
Sebaliknya, pada situasi dengan tekanan
osmotik koloid plasma yang meningkat,
misalnya pada dehidrasi karena diare, GFR
menurun. Tekanan hidrostatik kapsul
Bowman dapat meningkat secara tidak
terkontrol dan filtrasi dapat berkurang pada
keadaan obstruksi saluran kemih misalnya
akibat adanya batu ginjal atau hipertrofi prostat.
Pembendungan cairan di belakang obstruksi
meningkatkan tekanan hidrostatik kapsul
Bowman. 24
GFR dikontrol oleh dua mekanisme, keduanya
ditujukan untuk menyesuaikan aliran darah
glomerulus dengan mengatur kaliber dan
resistensi arteriol aferen. Keduanya adalah :
1. Otoregulasi, yang ditujukan untuk
mencegah perubahan spontan GFR.
2. Kontrol simpatis ekstrinsik, yang ditujukan
untuk pengaturan jangka panjang tekanan
darah arteri.

25
Otoregulasi GFR
Karena tekanan darah arteri adalah gaya yang
mendorong darah ke dalam glomerulus,
tekanan darah kapiler glomerulus. GFR akan
meningkat setara dengan peningkatan
tekanan arteri jika hal-hal lain konstan.
Penurunan tekanan darah arteri akan disertai
dengan penurunan GFR. Perubahan GFR
spontan semacam itu sebagian besar dicegah
oleh mekanisme pengaturan intrinsik yang
dicetuskan oleh ginjal itu sendiri, suatu
proses yang dikenal sebagai otoregulasi. 26
Sebagai contoh, jika GFR meningkat akibat
adanya peningkatan tekanan arteri, tekanan
filtrasi netto dan GFR dapat dikurangi menjadi
normal oleh konstriksi arteriol aferen.
Sebaliknya, apabila GFR turun akibat penurunan
tekanan arteri, tekanan glomerulus dapat
ditingkatkan ke normal melalui vasodilatasi
arteriol aferen, yang memungkinkan lebih
banyak darah masuk walau gaya yang
mendorongnya berkurang.

27
Terdapat dua mekanisme intrarenal yang
berperan dalam otoregulasi, yaitu :
1. Mekanisme miogenik, yang berespons
terhadap perubahan tekanan di dalam
komponen vaskuler nefron.
2. Mekanisme umpan balik tubulo-
glomerulus, yang mendeteksi perubahan
aliran melalui komponen tubulus nefron.

28
Mekanisme Miogenik
Otot polos vaskuler arteriol berkontraksi
secara inheren sebagai respons terhadap
peregangan yang menyertai peningkatan
tekanan di dalam pembuluh. Sebaliknya,
arteriol aferen yang tidak teregang secara
inheren melemas, sehingga aliran darah ke
dalam glomerulus meningkat walaupun terjadi
penurunan tekanan arteri.
Mekanisme umpan-balik tubulo-glomerulus
melibatkan aparatus jukstaglomerulus.
29
Apabila GFR meningkat akibat peningkatan
tekanan arteri, cairan yang difiltrasi dan
mencapai tubulus distal lebih banyak
daripada normal. Sebagai respons, sel-sel
makula densa memicu pengeluaran zat-zat
kimia vasoaktif dari aparatus
jukstaglomerulus, yang kemudian
menyebabkan konstriksi arteriol aferen dan
menurunkan aliran darah glomerulus, serta
memulihkan GFR ke normal. Beberapa zat
kimia berhasil diidentifikasi, sebagian adalah
vasokonstriktor (misalnya endotelin) dan
sebagian lainnya vasodilator (misalnya
bradikinin). 30
Kontrol Simpatis Ekstrinsik GFR
Kontrol ekstrinsik atas GFR yang diperantarai
oleh masukan sistem saraf simpatis ke
arteriol aferen, ditujukan untuk mengatur
tekanan darah arteri. Sistem saraf
parasimpatis tidak menimbulkan pengaruh
apapun pada ginjal.
Jika volume plasma menurun, tekanan darah
arteri menurun akan dideteksi oleh
baroreseptor arkus aorta dan sinus karotikus,
yang mengawali refleks saraf untuk
meningkatkan tekanan darah ke tingkat
normal. 31
Respons refleks ini dikoordinasikan oleh
pusat kontrol kardiovaskuler di batang otak
dan terutama diperantarai oleh peningkatan
aktivitas simpatis ke jantung dan pembuluh
darah. Peningkatan curah jantung dan
resistensi perifer total membantu
meningkatkan tekanan darah ke arah normal,
volume plasma tetap berkurang. Salah satu
komponsasi untuk penurunan volume plasma
adalah reduksi pengeluaran urin, dilakukan
melalui penurunan GFR.

32
GFR dapat dipengaruhi oleh
perubahan koefisien filtrasi.
Perubahan-perubahan GFR akibat perubahan
tekanan filtrasi netto. Namun, laju filtrasi
glomerulus juga bergantung pada koefisien
filtrasi (Kf) selain pada tekanan filtrasi netto.
Kedua faktor yang menentukan Kf – luas
permukaan dan permeabilitas kapiler
glomerulus – dapat dimodifikasi oleh aktivitas
kontraktil di dalam membran.

33
Setiap berkas glomerulus disatukan oleh sel-
sel mesangium. Sel-sel ini juga berfungsi
sebagai fagosit dan mengandung elemen-
elemen kontraktil (yaitu filamen mirip aktin).
Konstraksi sel-sel mesangium ini menutup
sebagian dari kapiler filtrasi, sehingga luas
permukaan yang tersedia untuk filtrasi di
dalam berkas glomerulus berkurang.
Penurunan Kf ini akan menyebabkan
penurunan GFR. Stimulasi simpatis
menyebabkan sel-sel mesangium
berkontraksi, sistem simpatis untuk
menurunkan GFR.
34
Jumlah celah merupakan penentu
permeabilitas; semakin banyak celah yang
tersedia, semakin besar permeabilitas.
Aktivitas kontraktil podosit, yang pada
gilirannya mempengaruhi permeabilitas dan
Kf.
Kontrol filtrasi glomerulus (baik melalui
penyesuaian resistensi arteriol aferen
maupun Kf) serta kontrol reabsorpsi tubulus
berkaitan satu sama lain secara kompleks.

35
REABSORPSI TUBULUS
Reabsorpsi tubulus bersifat sangat
selektif, bervariasi, dan sangat luar
biasa.
Semua konstituen plasma, kecuali protein,
secara non diskriminatif difiltrasi bersama-
sama melintasi kapiler glomerulus. Bahan-
bahan esensial yang difiltrasi perlu
dikembalikan ke darah melalui proses
reabsorpsi tubulus, yaitu perpindahan bahan
secara sendiri-sendiri berlainan dari lumen
tubulus ke dalam kapiler peritubulus.
36
Tubulus memiliki kapasitas reabsorpsi yang
tinggi bagi bahan-bahan yang diperlukan oleh
tubuh dan kurang atau tidak memiliki daya
reabsorpsi untuk bahan-bahan yang tidak
bermanfaat. Hanya bahan-bahan esensial
yang berlebihan, misalnya elektrolit yang
diekskresikan dalam urin. Sebaliknya, di
dalam urin terdapat filtrasi produk sisa dalam
persentase yang besar. Pada saat H2O dan
konstituen lain yang bermanfaat direabsorpsi,
zat-zat sisa yang tetap berada dalam cairan
tubulus menjadi sangat pekat.

37
Tubulus biasanya mereabsorpsi 99% dari H2O
yang difiltrasi (178 liter/hari), 100% gula yang
difiltrasi (1,13 kg/hari), dan 99,5% garam yang
difiltrasi (0,16 kg/hari).

38
Reabsorpsi tubulus melibatkan
transportasi transepitel.
Di seluruh panjangnya, tubulus memiliki
ketebalan satu lapisan sel dan terletak
berdekatan dengan kapiler peritubulus di
sekitarnya.
Untuk dapat direabsorpsi, suatu bahan harus
melewati lima sawar terpisah.
Langkah 1. Melintasi membran luminal sel
tubulus.
Langkah 2. Melewati sitosol.
Langkah 3. Menyeberangi membran
basolateral sel tubulus. 39
Langkah 4. Berdifusi melintasi cairan
interstisium.
Langkah 5. Menembus dinding kapiler.
Keseluruhan rangkaian langkah-langkah
tersebut dikenal sebagai transportasi
transepitel.
Terdapat dua jenis reabsorpsi tubulus –
reabsorpsi pasif dan reabsorpsi aktif. Pada
reabsorpsi pasif, semua langkah bersifat
pasif, yaitu tidak ada penggunaan energi
untuk memindahkan secara netto bahan
tersebut, yang terjadi karena mengikuti
penurunan gradien elektrokimia atau osmotik.
40
Direabsorpsi secara aktif apabila salah satu
dari kelima rangkaian langkah tersebut
memerlukan energi. Bahan-bahan yang
secara aktif direabsorpsi merupakan bahan
yang penting bagi tubuh, misalnya glukosa,
asam amino, dan nutrien organik lainnya,
serta Na+ dan elektrolit lain, misalnya PO42-.

41
Mekanisme transportasi Na+-K+
ATPase yang bergantung energi di
membran basolateral penting untuk
reabsorpsi Na+.
80% kebutuhan energi total ginjal digunakan
untuk transportasi Na+. Na+ direabsorpsi di
seluruh tubulus, tetapi dengan tingkat yang
berbeda-beda di berbagai bagiannya. Dari
semua Na+ yang difiltrasi, dalam keadaan
normal 99,5% direabsorpsi, dengan rata-rata
67% direabsorpsi di tubulus distal dan
tubulus pengumpul.
42
Reabsorpsi natrium memiliki peran penting
yang berbeda-beda di setiap segmen tersebut.
Reabsorpsi natrium di tubulus proksimal
berperan penting dalam reabsorpsi
glukosa, asam amino, H2O, Cl-, dan urea.
Reabsorpsi natrium di lengkung Henle,
bersama dengan reabsorpsi Cl-, bergantung
pada kebutuhan tubuh untuk menyimpan
atau membuang H2O.
Reabsorpsi natrium di bagian distal nefron
bersifat variabel dan berada di bawah
kontrol hormon, menjadi penting dalam
mengatur volume CES.
43
Aldosteron merangsang reabsorpsi
Na+ di tubulus distal dan tubulus
pengumpul; peptida natriuretik
atrium menghambatnya.
Di tubulus proksimal dan lengkung Henle,
persentase reabsorpsi Na+ yang difiltrasi
bersifat konstan seberapapun beban Na+.

44
Sistem Renin – Angiotensin –
Aldosteron
Ginjal mensekresikan hormon renin sebagai
respons terhadap penurunan NaCl/volume
CES/tekanan darah arteri. Renin mengaktifkan
angiotensinogen, suatu protein plasma yang
diproduksi oleh hati, menjadi angiotensin I.
Angiotensin I diubah menjadi angiotensin II
oleh angiotensin-converting enzyme yang
diproduksi oleh paru. Angiotensin II
merangsang korteks adrenal untuk
mensekresikan hormon aldosteron, yang
merangsang reabsorpsi Na+ oleh ginjal. 45
Retensi Na+ menimbulkan efek osmotik yang
menahan lebih banyak H2O di CES. Retensi
Na+ dan H2O tersebut bersama-sama
membantu mengkoreksi rangsangan semula
yang mengaktifkan sistem renin – angiotensin
– aldosteron ini. Angiotensin II juga
menimbulkan efek-efek lain yang membantu
menghilangkan rangsangan semula.

46
Glukosa dan asam amino
direabsorpsi oleh transportasi aktif
sekunder yang bergantung pada
Na+.
Sejumlah besar molekul organik yang
mengandung nutrisi, misalnya glukosa dan
asam amino difiltrasi setiap harinya. Karena
zat-zat ini secara normal direabsorpsi secara
total kembali ke darah oleh mekanisme yang
bergantung energi dan Na+ yang terletak di
tubulus. Glukosa dan asam amino mendapat
“tumpangan gratis” dari proses reabsorpsi
Na+ yang menggunakan energi. 47
Kecuali Na+, bahan yang
direabsorpsi secara aktif
memperlihatkan maksimum
transportasi.
Setiap pembawa bersifat spesifik untuk jenis
bahan yang dapat mereka angkut; sebagai
contoh, pembawa kotransportasi glukosa
tidak dapat mengangkut asam amino, atau
sebaliknya. Kecepatan reabsorpsi maksimum
tercapai apabila semua pembawa yang
spesifik untuk suatu bahan “terisi penuh”
atau jenuh.
48
Maksimum tubulus (Tm) adalah jumlah
maksimum suatu bahan yang dapat diangkut
secara aktif oleh sel-sel tubulus dalam
rentang waktu tertentu. Kecuali Na+, semua
bahan yang direabsorpsi secara aktif
memperlihatkan Tm. Setiap bahan yang
difiltrasi yang jumlahnya melebihi Tm tidak
akan direabsorpsi dan akan keluar tubuh
melalui urin.

49
Reabsorpsi Glukosa
Konsentrasi glukosa normal dalam plasma
adalah 100 mg glukosa/100 ml plasma.
Jumlah plasma yang difiltrasi per menit dalam
keadaan normal adalah 125 ml (GFR rata-rata
= 125 ml/menit), setiap menit lewat 125 mg
glukosa ke dalam kapsul Bowman. Jumlah
setiap bahan yang difiltrasi per menit, yang
dikenal sebagai beban filtrasi (filtered load),
dapat dihitung sebagai berikut :
Beban filtrasi suatu bahan = konsentrasi
bahan dalam plasma x GFR
Beban filtrasi glukosa = 100 mg/100 ml x 125
ml/min = 125 mg/min 50
Penanganan Glukosa oleh Ginjal
sebagai Fungsi dari Konsentrasi
Glukosa Plasma.
Pada GFR yang konstan, jumlah glukosa yang
difiltrasi per menit berbanding lurus dengan
konsentrasi glukosa di dalam plasma. Semua
glukosa yang difiltrasi dapat direabsorpsi
sampai mencapai maksimum tubulus (Tm),
jumlah maksimum glukosa yang dapat
dipindahkan secara aktif oleh sel-sel tubulus
per menit. Ekskresi glukosa dalam urin belum
terjadi sampai jumlah glukosa yang
difiltrasi/menit melebihi Tm. 51
Pada titik tersebut, jumlah glukosa yang
direabsorpsi menjadi maksimum (senilai
dengan Tm), sedangkan sisanya tertinggal di
filtrat untuk diekskresikan dalam urin.
Ambang ginjal adalah konsentrasi plasma
pada saat Tm tercapai dan glukosa mulai
muncul di urin.

52
Reabsorpsi Urea
Urea adalah suatu produk sisa yang berasal
dari penguraian protein.

53
Reabsorpsi Pasif Urea di Akhir
Tubulus Proksimal.
a. Di kapsul Bowman dan di awal tubulus
proksimal, konsentrasi urea sama dengan
konsentrasinya di plasma dan cairan
interstisium di sekitarnya.
b. Di bagian akhir tubulus proksimal, 65% dari
filtrat semula telah direabsorpsi, sehingga
terjadi pemekatan urea di dalam filtrat yang
tersisa. Hal ini menciptakan gradien
konsentrasi yang mendorong reabsorpsi
pasif urea.
54

You might also like