You are on page 1of 18

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN

PENGERTIAN FILSAFAT DAN FILSAFAT PENDIDIKAN

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 1


DIVA TRIANAMORA 4133341081
NURI ANDRIANI 4133341064
NURUL AZMI 4133341008
NURWENNY RATNA DEWI 4133341071
SONDANG SITINJAK 4133341075

DOSEN PEMBIMBING
Dra. Mastiana Ritonga, M.pd

JURUSAN: PENDIDIKAN BIOLOGI EKSTENSI B

TAHUN AJARAN 2015/2016


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Atas Rahmat dan
Karunia-NYA maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah PENGERTIAN
FILSAFAT DAN FILSAFAT PENDIDIKAN . Penyusunan makalah ini adalah merupakan
salah satu tugas agar mahasiswa terlatih guna meningkatkan motifasi belajar mahasiswa.
Dalam penyusunan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan baik teknis
penyusunan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik
dan saran sangat saya harapkan demi penyempurnaan penyusunan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini saya menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada ibu selaku dosen pembawa mata fisiologi hewan. Secara khusus kami juga
menyampaikan terima kasih kepada teman-teman yang sedikit ikut membantu kami.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi yang
membutuhkan, khususnya bagi kami sendiri sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
Amin Yaa Robbal Alamiin.

Wassalam.

MEDAN ,07 september 2015

Penulis

i
Daftar isi

Kata pengantar ................................................................................................. i

Daftar isi........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................

1.1 latar belakang ................................................................................ 1

1.2 tujuan ............................................................................................. 2

BAB II ISI ........................................................................................................

2.1 sejarah filsafat .............................................................................. 3

2.2 pengertian filsafat ........................................................................ 3

2.3 tujuan berfilsafat .......................................................................... 6

2.4 alasan berfilsafat .......................................................................... 7

2.5 peranan berfilsafat ....................................................................... 9

2.6 pengertian fisafat pendidikan ....................................................... 11

BAB III PENUTUP .........................................................................................

3.1 kesimPulan ................................................................................... 14

DAFTAR P USTAKA ..................................................................................... 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 tinjauaan teoritis

Pengetahuan di mulai dari rasa ingin tahu,kepastian di mulai dengan rasa ragu-ragu
dan filsafat di mulai denn kedua-duanya. Berfilsafat didorong utuk mengetahui apa yang
telah kita tahu danapa yang kita belum tahu. berfilsafat berari berendah hati bahwa tidak
semuanya akan pernah kita ketahui dan kesemestaan yang seakan tak terbatas ini. demikian
juga filsafat berarti mengoreki diri, semacam keberanian untuk terus terang, seberapa jauh
sebenarnya kebenaran yang kita cari telah kita jngkau.

Ilmu pengetahuan merupkan pengetahuan yang telah gemuli sejak bangku sekolah
dasar sampai pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi. Berfilsafat berarti merendahkan hati
mengevaluasi segenap pengetahuan yang telah kita ketahui. Seorang yang brfilsaat dapat di
umpamakan seorang yang berpijak di bumi dan menengadah ke bintang-bintang. Dia ingin
mengethui hakikat dirinya dalam kesemestaan galaksi. Atau rang yang berdiri di puncak
tertinggi, dan memandangi ke lembah dan ngarai di bawahnya. Dia ingin menyimak
kehadirannya dengan kesemestaan yang di tatapnya. Karakteristik filsafat yang utama adalah
sifatnya yang menyeluruh. Seorang ilmuan tidak puas lagi mengenal ilmu yang hanya dari
segi pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin melihat ilmu dalam konstelasi pengetahuan yang
lainnya. Dia ingin ahu kajian ilmu moral, kaitan ilmu dangan agama. Dia ingin yakin apakah
ilmu membawa kebahagian untuk dirinya (Jujun S, 2009).

Filsafat, sebagai daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami,
mendalami, dan menyelami secara radikal dan integral serta sisitematis mengenal ketuhanan,
alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana
hakikatnya yang dapat dicapai oleh akal manusia dan bagaimana sikap manusia seharusnya
setelah mencapai pengetahuan itu, hakikat filsafat selalu menggunakan ratio (pikiran), dalam
perjalanan hidupnya manusia di hadapkan kepada pengalaman-pengalaman peristiwa
alamiyah yang ada di sekitarnya. Pengalaman-pengalaman lahir ini merupakan sejarah
hidupnya yang mengesankan dan kemudian mendorong untuk melakukan perubahan-
perubahan bagi kepentingan hidup dan hidupnya

Filsafat membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam, maka dikatakan
kebenaran filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan

1
kebenaran ilmu yang sifatnya relatif. Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang
bisa diamati oleh manusia saja. Sesungguhnya isi alam yang dapat diamati hanya sebagian
kecil saja, diibaratkan mengamati gunung es, hanya mampu melihat yang di atas permukaan
laut saja. Semantara filsafat mencoba menyelami sampai kedasar gunung es itu untuk meraba
segala sesuatu yang ada melalui pikiran dan renungan yang kritis.

Sedangkan pendidikan merupakan salah satu bidang ilmu, sama halnya dengan ilmu-
ilmu lain. Pendidikan lahir dari induknya yaitu filsafat, sejalan dengan proses perkembangan
ilmu, ilmu pendidikan juga lepas secara perlahan-lahan dari dari induknya. Pada awalnya
pendidikan berada bersama dengan filsafat, sebab filsafat tidak pernah bisa membebaskan diri
dengan pembentukan manusia. Filsafat diciptakan oleh manusia untuk kepentingan
memahami kedudukan manusia, pengembangan manusia, dan peningkatan hidup manusia.

1.2 tujuan

1. untuk mengetahui pengertian dari filsafat secara etimologi


2. untuk mengetahui pengertian filsafat secara terminologi
3. untuk mengetahui sejarah dari filsafat
4. untuk mengetahui tujuan dan manfaat berfilsafat
5. untuk mengetahui pengertian filsafat pendidikan

2
BAB II

ISI

2.1 sejarah filsafat

). Menurut tradisi, phytagoras dan sokrateslah yang pertama-tama menyebut diri sebagai
philosophos yaitu sebagai protes terhadap kaum sophist, kaum terpelajar pada waktu itu
yang menamakan dirinya bijaksana padahal kebijaksanaan mereka itu hanya semu saja.

Sebagai protes terhadap kesombongan mereka, maka sokrates lebih suka menyebut
diri pecinta kebijaksanaan artinya orang yang ingin mempunyai pengetahuan yang luhur
(sophia) itu. melihat keluhuran yang di kejar itu, maka ia tidak mau berkata bahwa ia telah
mempunyai, telah memiliki atau menguasainya.

Namun ini sudah semestinya, sebab dalam filasafat orang tidak pernah akan dapat
mengatakan selesai bejar, kerena luas dan dalamnya filsafat itu orang tidak dapat
menguasainya dengan sempurna.

Selama manusia masih hidup dalam dunia ini, harus berusaha untuk mengejarnya.
Lebih baik di katakan orang ingin menguasainya, dengan menyebut diri filsuft saja.

Menurut sejarah, phiytagoras (572-497 SM ) adalah orang yang pertama kali memakai
kata philosophia. Ketika di tanya apakah beliau orang yang bijaksana, maka phytagoras
dengan rendah hati menyebut dirinya sebagai philosophos, yakni pecinta kebijaksanaan
(lover of wisdom).

2.2 pengertian filsafat

Pengertian filsafat dari satu ahli filsafat atau filsuf dan ahli filsafat lainnya selalu
berbeda dan hampir sama banyaknya dengan ahli filsafat itu sendiri. Namun demikian filsafat
dapat di tinjau dari dua segi, yaitu secara etimologi daan terminologi.

2.2.1 penegrtian secara etimologi

Kata filsafat dalam bahasa indonesia memiliki padanan kata philosophia (latin).
Philosophy (inggris), philosophic (jerman, belanda, prancis), falsafah (arab). Semua istilah
itu bersumber pada istilah bahasa yunani philosophia. Istilah itu dari philein yang berarti

3
mencintai, sedangkan philos yang berarti teman, kawan, sahabat selanjutnya istilah
sophos yang berartibijaksana sedangkan sophia yang berarti kebijaksanaan.

Ada dua arti secara etimologi dari filsafat yang sedikit berbedaa. Pertama, apabila
istilah filsafat mengacu pada asal kata philein dan sophos, maka artinya mencintai hal-hal
ang bersifat bijaksana (bijaksana di maksud sebagai kata sifat). Kedua, apa bia filsafat
mengacu pada asal kata philos dan sophia maka artinya adalah teman/kawan/sahabat
kebijaksanaan (kebijaksanaan yang di maksud sebagai kata benda). filsafat yang di
jabarkan dari perkataan philosophid dari bahasa yunani tersebut yang berarti: cinta akan
kebijaksanaan ( love of wisdom).

Banyak sumber yang menegaskan bahwa sophia mengandung arti yang lebih luas dari pada
kebijaksanaan. Artinya ada berbagai macam antara lain:

(1.) Kerajinan,
(2.) Kebenaran pertama,
(3.) Pengetahuan yang luas,
(4.) Kebijaksanaan yang intelektual,
(5.) Pertimbangan yang sehat,
(6.) Kecerdikan dalam memutuskan hal-hal yang praktis.
Dengan demikian pengertian kata filsafat itu sangat umum, yang intinya adalah
mencari keutamaan mental (the pursuit of mental excellence).
Di lihat dari pengertian praktisnya, filsafat berarti alam pikiran atau alam berfikir.
Berfilsafat artinya berfikir. Namun, tidak semua berfikir berarti berfilsafat. Berfilsafat artinya
adalah berfikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sebuah semboyan mengatakan
bahwa : setiap manusia adalah filsuf. Semboyan ini benarjuga, sebab semua manusia berfikir.
Tetapi secara umum semboyan itutidak benar, sebab tidak semua manusia yang berfikir
adalah filsuf.
Filsuf hanyalah orang yang memiirkan hakekat segala sesuatu denagn sungguh-
sungguh dan mendalam. Tegasnya : filasafat adalah hasil akal seorang manusia yang mencari
dan memikirkan sesuatu kebenaran dan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain: filasafat adalah
ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu.
Mohammad hatta mengemukakan penegertian apa filsafat itu lebih baik tidak di bicarakan
terlebih dahulu. Nanti, bila orang telah banyak membaca atau mempelajari filsafat, orang itu
akan mengerti dengan sendirinya apa filsafat itu menurut konasi filsafat yang di tangakapnya.

4
Langeveld juga berpendapat begitu. Katanya, setelah orang berfilasafat sendiri, barulah ia
maklum apa filsafat itu : dan makin dalam ia berfilsafat akan mengerti ia apa filsafat itu.
Poetdjawijatna menyatakan bahwa kata filsafat berasal dari kata arab yang
berhubungan rapat dengn kata yunani, bahkan asalna memang dari kata yunani. Kaya
yunaninya ialah philosophia. Dalam bahwa bahasa yunani kata philosophia merupakan kata
majemuk yang terdiri atas philo dan sophia. Philo artinya cinta dalam arti yang luas, yaitu
ingin, dan kerena itu ; sophia artinya kebijaksanaan yang artinya pandai penegrtian yang
mendalam. Jadi menurut namanya saja silsafat boleh di artikan ingin mencapai pandai, cinta
pada kebijaksanaan. ( Dr. Ahmad tafsir :4)
2.2.2 pengertian secara terminologi
Karena luasnya ligkungan pembahasan ilmu filsafat maka tidak mustahil, kalau bnyak di
antara para ahli filsafat memberikan defenisinya secara berbeda-berbeda. Coba perhatikan
defenisi defenisi ilmu filsafat dari filsuft barat dan timur di bawah ini:
1. Plato (427-437 SM) seorang filsuft yunani yang yang termashur murid socrates dan
guru aristoteles engatakan : filsafat adalah penegetahuan tentang segala yang ada (
ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli ).
2. Aristoteles (384 SM 322 SM ) mangatakan : filasafat adalah ilmu pengetahuan yang
meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika,
retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika ( filsafat menyelidiki sebab asas segala
benda).
3. Marcus tullius cicero (106 SM-43 SM ) politicus dan ahli pidato romawi,
merumuskan, : filasafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan
usaha-usaha untuk mencapainya).
4. Al- farabi (wafat 950 SM) filsuft muslim terbesar sebelum ibnu sina , mengatakan:
filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujuddan bertujuan untuk
menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
5. Immanuel kant (1724- 1804 M ), yang sering di sebut raksasa fikir barat, mengatakan
: filsafat itu ilmu pook dan pangkal segala penegtahuan yang mencakup di dalamnya 3
persoalan, yaitu :
a. Apakah yang dapat kita ketahui ? ( di jawab oleh meta fisika)
b. Apakah ang boleh kita kerjakan ? ( di jawab oleh etika)
c. Sampai di manakah pengharapan kita? (di jawab oleh antropologi)
6. Prof. Dr. Fuad hasan , guru besar fisikologi UI, menyimpulan: filsafat adalah suatu
ikhtisar untuk berfikir radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu gejala, dari akarnya

5
suatu hal tang hendak di masalahkan. Dan dengan jalan penjajakan yang radikal itu
filsafat berusaha untuk sampai pada kesimpulan-kesimpulan yang universal.
7. Drs H, hasbullah bacry merumuskan, ilmu filsafat adalah ilmu yang enyelisiki segala
sesuatu dengan mandalammengenai keutuhan, alam semesta dan manusia, sehingga
dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat di
capai oleh aka manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah
mencapai pangetahuan itu.
8. Konsep prancis bacon, filsafat merupakan induk agung dari ilmu-ilmu, dan filsafat
mengenai pengetahuan sebagai bisangnya.
9. Konsep jhon dewey, sebagai tokoh paragmatisme, berpendapat bahwa filafat haruslah
dipandang sebagai suatu pengungkapan mengenai suatu perjuangan manusia secara
terus menerus dalam upaya melakukan penyelesaiaan sebagai tradisi yang membentuk
budi manusia terhadap kecenderungan-kecenderungan ilmiah dan cita-cita politik
yang baru dan tidak sejalan dengan wewenangyang di akui. Tegasnya filsafat sebagai
suatu alat untuk membuat penyesuaian-penyesuaian di antara yang lama dan yang
baru dalam suatu kebudayaan.
10. N, driyarkata, filsafat adalah perenungan yang sedaam-dalamnya tentang sebab-sebab
ada dan berbuat perenungan tentang kenyataan (reality) yang sedalam-dalamnya,
sampai ke mengapa yang penghabisan.
11. Notonegoro, filsafat itu adalah menelaah hal-hal yang menjadi objeknya dari sudut
intinya yang mutlak dan yang terdalam, yang tetap dan yang tidak berubah, dan di
sebut hakekat.
12. Konsep ran descartes, filsafat merupaka sekumpulan segala pengetahuan, dimana
tuhan, aam dan manusia, menjadi pokok penyelidikannya.
13. i.r. poedjawijatna, filsafat ialah ilmu yang berusaha mencari sebab dalam-dalamnya
bagi segala sesuatu berdasarkan atas fikiran belaka.
2.3 tujuan kefilsafatan
Filsafat bertujuan untuk:
mencari hakekat dari suatu gejala atau fenomena secara mendalam.
Untuk mengetahui segala sesuatuyang tidak hanya secara lahiriah tetapi juga hakiki
sehingga memperluas cara pandang kita tentang sesuatu.

Filsafat mempunyai tujuan untuk membicarakan keberadaan yang membahas lapisan


terakhir dari segala sesuatu atau membahas masalah-masalah yang paling dasar.Tujuan

6
filsafat adalah mencari hakikat dari suatu objek/gejala secara mendalam.Adapun pada
pengetahuan empiris hanya membicarakan gejala-gejala Membicarakan gejala masuk ke
hakikat itulah dalam filsafat.Untuk sampai kepada hakikat haruslah melalui metode yang
khas dari filsafat.

2.4 alasan berfilsafat

Terdapat 3 kecenderungan manusia yang membuat manusia berfilsafat. Ketiga hal inilah
yang memancing rasa ingin tahu manusia sehingga manusia berfilsafat untuk mendapatkan
jawaban atas rasa ingin tahunya. Ketiga hal tersebut antara lain :
1. Kekaguman atau keheranan. Manusia dapat merasa kagum atau heran karena
merasakan, melihat atau mendengar sesuatu yang tidak biasa mereka ketahui. Ketika
manusia heran, ia akan mulai berpikir apakah ia sedang tidak ditipu oleh panca
inderanya yang sedang keheranan. Hal ini membuat rasa ingin tahu mereka muncul
terhadap objek yang membuat rasa kagum dan heran tersebut. Rasa heran ini
mendorong manusia untuk berpikir lebih mendalam, menyeluruh dan kritis untuk
memperoleh kepastian dan kebenaran yang hakiki. Berpikir secara mendalam,
menyeluruh dan kritis seperti ini disebut dengan berfilsafat.
2. Keraguan atau kesangsian. Manusia dapat merasa ragu terhadap suatu objek karena
mereka telah mempunyai pandangan tersendiri terhadap objek tersebut sebelumnya.
Selanjutnya, manusia menggunakan filsafat sebagai sarana untuk menemukan
jawaban atas keraguan mereka terhadap kebenaran persepsi yang telah mereka miliki
sebelumnya atau ingin membuktikan sesuatu yang baru.
3. Kesadaran akan keterbatasan. Manusia yang menyadari bahwa dirinya mempunyai
keterbatasan akan mencari cara untuk mengatasi keterbatasan yang ia miliki. Disini
manusia menggunakan filsafat sebagai sarana menemukan jalan untuk mengatasi
keterbatasan yang mereka alami. Apabila seseorang merasa bahwa ia sangat terbatas
dan terikat terutama pada saat mengalami penderitaan atau kegagalan, maka dengan
adanya kesadaran akan keterbatasannya itu manusia berfilsafat. Ia akan memikirkan
bahwa diluar manusia yang terbatas, pastilah ada sesuatu yang tidak terbatas yang
dijadikan bahan kemajuan untuk menemukan kebenaran yang hakiki.
Dalam rangka berfilsafat itu, ada empat sikap batin yang diperlukan:

1. Keberanian untuk menguji secara kritis hal-hal yang kita yakini.

7
2. Kesediaan untuk mengajukan hipotesis-hipotesis tentatif dan memberikan tanggapan
awal terhadap suatu pernyataan filsafat, tidak peduli sekonyol apa pun tampaknya
tanggapan kita pada saat itu.
3. Tekad untuk menempatkan upaya mencari kebenaran di atas kepuasan karena
menang atau kekecewaan karena kalah dalam perdebatan.
4. Kemampuan untuk memisahkan kepribadian seseorang dari materi diskusi, agar tidak
menyebabkan kekaburan berpikir atau konflik pribadi sehingga dapat menghambat
proses diskusi filsafat.

Bagi manusia, berfilsafat dapat juga bermula dari adanya suatu kesadaran akan
keterbatasan pada dirinya. Apabila seseorang merasa bahwa ia sangat terbatas dan terikat
terutama pada saat mengalami penderitaan atau kegagalan, maka dengan adanya kesadaran
akan keterbatasannya itu manusia berfilsafat. Ia akan memikirkan bahwa di luar manusia
yang terbatas, pastilah ada sesuatu yang tidak terbatas yang dijadikan bahan kemajuan untuk
menemukan kebenaran yang hakiki.

A. Persoalan Filsafat

Ada enam persoalan yang selalu menjadi bahan perhatian para filsuf dan memerlukan
jawaban secara radikal, dimana tiap-tiapnya menjadi salah satu cabang dari filsafat yaitu :
ada, pengetahuan, metode, penyimpulan, moralitas, dan keindahan.

1. Tentang Ada

Persoalan tentang ada (being) menghasilkan cabang filsafat metafisika; dimana sebagai
salah satu cabang filsafat metafisika sendiri mencakup persoalan ontologis, kosmologi
(perkembangan alam semesta) dan antropologis (perkembangan sosial budaya manusia).
Ketiga hal tersebut memiliki titik sentral kajian tersendiri.

2. Tentang Pengetahuan ( knowledge )

Persoalan tentang pengetahuan ( knowledge ) menghasilkan cabang filsafat epistemologi (


filsafat pengetahuan ). Istilah epistemologi sendiri berasal dari kata episteme dan logos.
Episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori. Jadi, epistemologi merupakan salah satu
cabang filsafat yang mengkaji secara mendalam dan radikal tentang asal mula pengetahuan,
struktur, metode dan validitas pengetahuan.

8
3. Tentang Metode( method )

Persoalan tentang metode ( method ) menghasilkan cabang filsafat metologi atau kajian /
telaah dan penyusunan secara sistematik dari beberapa proses dan azas-azas logis dan
percobaan yang sistematis yang menuntun suatu penelitian dan kajian ilmiah; atau sebagai
penyusun ilmu-ilmu vak.

4. Tentang Penyimpulan

Logika ( logis ) yaitu ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir tepat dan benar.
Dimana berpikir adalah kegiatan pikiran atau akal budi manusia. Logika sendiri dapat dibagi
menjadi 2, yaitu logika ilmiah dan logika kodratiah. Logika bisa menjadi suatu upaya untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti : Adakah metode yang dapat digunakan untuk
meneliti kekeliruan pendapat? Apakah yang dimaksud pendapat yang benar? Apa yang
membedakan antara alasan yang benar dengan alasan yang salah? Filsafat logika ini
merupakan cabang yang timbul dari persoalan tentang penyimpulan.

5. Tentang Moralitas (morality)

Moralitas menghasilkan cabang filsafat etika ( ethics ). Etika sebagai salah satu cabang
filsafat menghendaki adanya ukuran yang bersifat universal.

6. Tentang Keindahan

Estetika adalah salah satu cabang filsafat yang lahir dari persoalan tentang keindahan.
Merupakan kajian kefilsafatan mengenai keindahan dan ketidakindahan. Lebih jauhnya lagi,
mengenai sesuatu yang indah terutama dalam masalah seni dan rasa serta norma-norma nilai
dalam seni.

2.5 peranan berfilsafat

Filsafat, termasuk juga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk memberikan
petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan atau
paedagogik. Suatu praktek kependidikan yang didasarkan dan diarahkan oleh suatu filsafat
pendidikan tertentu, akan menghasilkan dan menimbulkan bentuk-bentuk dan gejala-gejalan
kependidikan yang tertentu pula. Hal ini adalah data-data kependidikan yang ada dalam suatu
masyarakat tertentu.

9
Peranan Filsafat Pendidikan dalam Pengembangan Ilmu Pendidikan
Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaimana mengorganisasikan proses
pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang
kebijakan dan prinsip-rinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik
pendidikan atau proses pendidikan menerapkan serangkaian
Peranan pendidikan di dalam kehidupan manusia, lebih-lebih dalam zaman modern
ini diakuisebagai sesuatu kekuatan yang menentukan prestasi dan produktivitas seseorang.
Tidak ada suatu fungsidan jabatan di dalam mesyarakat tanpa melalui proses pendidikan.
Seluruh aspek kehidupan memerlukan proses pendidikan dalam arti demikian, terutama
berlangsung di dalam dan oleh lembaga-lembaga pendidikan formal (sekolah, universitas).
Akan tetapi scope pendidikan lebih daripadanya hanya pendidikan formal itu.
Di dalam masyarakat keseluruhan terjadi pula proses pendidikan
kembangankepribadian manusia. Proses pendidikan yang berlangsung di dalam kehidupan
sosial yang disebut pendidikan informal ini, bahkan berlangsung sepanjang kehidupan
manusia.Tujuan Filsafat Pendidikan
Adapaun 4 Tujuan Filsafat Pendidikan menurut Edward J. Power, sebagai berikut:

1. Tujuan Filsafat Pendidikan Inspirational


Adalah to express utopian ideals for the formal and informal education of human
beings Atau artinya adalah untuk mengekspresikan tentang pendidikan yang ideal atau
pendidikan yang dicita-citakan.
Contoh tujuan filsafat pendidikan inspirational antara lain sebagaimana tercermin
dalam filsaat pendidikan Plato yang termuat dalam karyanya yang berjudul Republik Plato
mengekspresikan suatu model pendidikan yang dicita-citakan atau diidamkan dalam ragka
mendidik manusia agar menjadi warga Negara yang cakap, bertanggung jawab, dan mampu
berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, sesuai dengan statusnya dan
tingkat kebajikan yang dapat disumbangkannya kepada Negara idaman.
2. Tujuan Filsafat Pendidikan Analytical
Adalah to descover and interpret meaning in educational discourse and practice
atau artinya adalah tujuan filsafat pendidikan tiada lain untuk menemukan dan
menginterpretasi makna perkataan atau tulisan mengenai konsep pendidikan dan praktek
pendidikan.
Contoh tujan filsafat pendidikan yang bersifat analytical antara lain sebagaimana
tercermin dalam filsafat pendidikan dikemukakan oleh Israel schefflers berjudul the

10
language of education. Edwar J Power mengemukakan bahwa: bahwa di Amerika serikat
karya Israel Schelffers dalam karyanya the language of education merupakan sebuah essei
filsafat pendidikan yang representative yang bertujuan analytical. Schefflers menggunakan
analisis linguistic untuk menemukan kejelasan idea-idea atau konsep-konsep dalam literature
pendidikan.
3. Tujuan Filsafat Pendidikan yang Bersifat Presfective
Adalah to give clear and precise directions for educational practice with a commitment
to their implementation atau tujuan filsafat pendidikan yang bersifat prespektif tiada lain
untuk memberikan kejelasan da arah yang tepat bagi praktek pendidikan dengan suatu
komitmen untuk mengimplimentasikannya. Tujuan filsafat pendidikan adalah memberikan
petunjuk tentang tujuan dan cara-cara pendidikan yang seharusnya untuk dapat
diimplimentasikan.
Contoh tujuan filsafat pendidikan yang bersifat prespective antara lain sebagaimana
tercermin dalam filsafat pendidikan dari Herbart dalam karyanya the science of education;
Hutchin dalam karyanya The higher learning in america; dan Maritain dalam karyanya
education and the crossroads. Filsafat pendidikan Herbart antara lain memberikan petunjuk
bahwa: moralitas adalah satu dan keseluruhan pekerjaan pendidikan dan Herbart juga
memberikan petunjuk bahwa mengajar hendaknya didasarkan pada minat dan tahapan yang
runtut dan jelas. Menurutnya bahwa metode pendidikan hendaknya didasarkan kepada
psikologi.
4. Tujuan Filsafat Pendidikan yang Bersifat Investigations dan Inquiry
Adalah to inquire into policies and practices adopted in education with a view to either
justification or reconstrucction atau tujuan filsafat pendidikan yang bersifat investigasi dan
inkuiri adalah untuk menyelidiki kebijakan-kebijakan dan praktek-praktek pendidikan untuk
menjastifikasi atau merekontruksikannya kembali.
Contoh Tujuan filsafat pendidikan yang bersifat investigasi dan inkuiri tercermin dalam
filsafat pendidikan Jhon Dewey dalam karyanya berjudul Democracy and Education
2.6 penegertian filsafat pendidikan

Filsafat pendidikan adalah studi ihwal tujuan, hakikat, dan isi yang ideal dari
pendidikan. Peran filsafat dalam dunia pendidikan ialah memberi kerangka acuan bidang
filsafat pendikan, guna mewujudkan cita-cita pendidikan yang diharapkan oleh suatu
masyarakat dan bangsa. Filsafat pendidikan dapat didefinisikan sebagai teori yang mendasari
alam pikiran ihwal pendidikan atau suatu kegiatan pendidikan.

11
Menurut Al-Syaibany dalam Jalaludin & Idi (2007: 19), filsafat pendidikan
adalah aktivitas pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat sebagai jalan untuk
mengatur, menyelaraskan, dan memadukan proses pendidikan. Artinya, filsafat pendidikan
dapat menjelaskan nilai-nilai dan maklumat-maklumat yang diupayakan untuk
mencapainya. Dalam hal ini, filsafat, filsafat pendidikan, dan pengalaman kemanusiaan
merupakan faktor yang integral. Filsafat pendidikan juga bisa didefinisikan sebagai kaidah
filosofis dalam bidang pendidikan yang menggambarkan aspek-aspek pelaksanaan
falsafah umum dan menitikberatkan pada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan
yang menjadi dasar dari filsafat umum dalam upaya memecahkan persoalan-persoalan
pendidikan secara praktis.
Sementara Dewey dalam Jalaludin & Idi (2007: 20) menyampaikan bahwa
filsafat pendidikan merupakan suatu pembentukan kemampuan dasar yang fundamental,
baik yang menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional),
menuju tabiat manusia. Sementara menurut Thompson (Arifin, 1993: 2), filsafat
artinya melihat suatu masalah secara total dengan tanpa ada batas atau implikasinya; ia
tidak hanya melihat tujuan, metode atau alat-alatnya, tapi juga meneliti dengan saksama
hal-hal yang dimaksud. Keseluruhan masalah yang dipikirkan oleh filosof tersebut
merupakan suatu upaya untuk menemukan hakikat masalah, sedangkan suatu hakikat itu
dapat dibakukan melalui proses kompromi.
Lebih jauh Barnadib (Jalaludin & Idi, 2007: 20), menyatakan bahwa filsafat
pendidikan merupakan ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan dalam bidang pendidikan. Baginya filsafat pendidikan merupakan aplikasi
sesuatu analisis filosofis terhadap bidang pendidikan. Sedangkan menurut seorang ahli
filsafat Amerika, Brubachen (Arifin, 1993: 3), filsafat pendidikan adalah seperti
menaruh sebuah kereta di depan seekor kuda, dan filsafat dipandang sebagai bunga,
bukan sebagai akar tunggal pendidikan. Filsafat pendidikan itu berdiri secara bebas dengan
memperoleh keuntungan karena punya kaitan dengan filsafat umum. Kendati kaitan ini
tidak penting, tapi yang terjadi ialah suatu keterpaduan antara pandangan filosofis dengan
filsafat pendidikan, karena filsafat sering diartikan sebagai teori pendidikan dalam segala
tahap. Lebih jauh, Alwasilah (2008: 15) menyatakan bahwa filsafat pendidikan dapat
didefinisikan sebagai teori yang mendasari alam pikiran ihwal pendidikan atau suatu kegiatan
pendidikan.
Masalah-masalah pendidikan yang berkaitan dengan masalah filsafah, seperti :

12
Hakikat kehidupan yang baik, karena pendidikan akan berusaha untuk pencapaiannya
sebagai tujuannya.
Haikat manusia,karena manusia merupakan mahluk yang menerima dan
melaksanakan pendidikan.
Hakikat masyarakat, karena endidikan pada hakikatnya merupakan duatu proses sosial
Hakikat realitas akhir, karena semua pengetahuan akan berusaha untuk mencapainya
(al- syabani,1979,30)

13
BAB III

3.1 kesimpulan
dari makalah ini dapat di simpulkan Di lihat dari pengertian praktisnya, filsafat berarti
alam pikiran atau alam berfikir. Berfilsafat artinya berfikir. Filsuf hanyalah orang yang
memiirkan hakekat segala sesuatu denagn sungguh-sungguh dan mendalam. Tegasnya :
filasafat adalah hasil akal seorang manusia yang mencari dan memikirkan sesuatu kebenaran
dan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain: filasafat adalah ilmu yang mempelajari dengan
sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu.

Terdapat 3 kecenderungan manusia yang membuat manusia berfilsafat. Ketiga hal


inilah yang memancing rasa ingin tahu manusia sehingga manusia berfilsafat untuk
mendapatkan jawaban atas rasa ingin tahunya. Kekaguman atau keheranan. Keraguan atau
kesangsian. Kesadaran akan keterbatasan.

Filsafat pendidikan adalah studi ihwal tujuan, hakikat, dan isi yang ideal dari
pendidikan. Peran filsafat dalam dunia pendidikan ialah memberi kerangka acuan bidang
filsafat pendikan, guna mewujudkan cita-cita pendidikan yang diharapkan oleh suatu
masyarakat dan bangsa. Filsafat pendidikan dapat didefinisikan sebagai teori yang mendasari
alam pikiran ihwal pendidikan atau suatu kegiatan pendidikan..

14
Daftar pustaka

Alisyahbana, sutan takdir. 1975. Perkembangan sejarah kebudayaan indonesia dilihat dari
jurusan nilai-nilai. Jakarta: yayasan idayu.

Dewey, jhon.1933. how we think. Chikago: henry regnery

H.A. fuad ihsan. 2010. Filsafat ilmu. Jakarta : rineka cipta

Jujun s, suriasumantri. 2009. Filsafat ilmu. Jakarta: pustaka sinar harapan.

15

You might also like