You are on page 1of 12

JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI

DOI: https://doi.org/10.21009/JPUD.072 DOI: https://doi.org/10.21009/JPUD.072.02

KONSEP PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA PADA


ANAK USIA DINI

MUTIARA MAGTA

PGPAUD Universitas Pendidikan Ganesha


Jl. Udayana No. 11, Bali. E-mail: m_magta@yahoo.com

Abstract: The aim of this study is to detect the form of development from the application of Ki
Hajar Dewantara’s education concept in early childhood. By using qualitative methods approach,
this research was conducted in two places, Taman Indria Ibu Pawiyatan Yogyakarta and Taman
Indria Jakarta. Research was carried out by observation, interview and documentation. Data were
analyzed using the Miles and Huberman technique, through the process of data reduction, data
display and research data verification. The results of data analysis indicate (1) that the concept of
education Ki Hajar Dewantara always applicable (2) forms of activities for early childhood
education is to develop the senses, such as playing, singing, dancing and storytelling (3) the
education process is done by cultural approach as playing traditional games, sing traditional
songs, storytelling, using surround natural materials as learning media is a unique of the concept
of education Ki Hajar ewantara, (4) factors that hinder and support the implementation of Ki
Hajar Dewantara’s education concept from the school, external and internal factors.

Keyword: The concept of education Ki hajar Dewantara, early childhood

Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mendeteksi pengembangan penerapan konsep pendidikan Ki
Hajar Dewantara pada anak usia dini. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode kualitatif,
dilakukan didua tempat Taman Indria Ibu Pawiyatan Yogyakarta dan Taman Indria Jakarta.
Penelitian dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Data dianalisis
menggunakan teknik Miles dan Huberman, melalui proses reduksi data, display data dan verifikasi
data peneliti. Hasil analisis data menunjukkan (1) konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara selalu
berlaku; (2) bentuk kegiatan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan indra, seperti
bermain, bernyanyi, menari dan bercerita; (3) proses pendidikan dilakukan dengan pendekatan
budaya seperti permainan tradisional, menyanyikan lagu-lagu tradisional, bercerita, menggunakan
bahan alami sebagai media pembelajaran adalah keunikan dari konsep pendidikan Ki Hajar
ewantara, (4) factor internal dan eksternal yang menghambat dan mendukung pelaksanaan konsep
pendidikan Ki Hajar Dewantara di sekolah.

Kata kunci: Konsep pendidikan Ki hajar Dewantara, anak usia dini

Pendidikan adalah sesuatu yang di manapun di dunia ini. Upaya


universal dan berlangsung terus dan memanusiakan manusia melalui
tak terputus dari generasi ke genarasi pendidikan itu diselenggarakan

221
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 7 Edisi 2, November 2013

sesuai dengan pandangan hidup dan anak dari situasi budaya yang
dalam latar sosial-kebudayaan setiap mengelilinginya. Hampir semua
masyarakat tertentu. Keberhasilan lembaga pendidikan anak usia dini
anak usia dini dalam pendidikan menjadikan belajar menulis,
sangat bergantung pada orang membaca dan berhitung sebagai
dewasa, yaitu orang tua dan guru. kegiatan inti. Orang tua dan guru
Sesuai dengan pengertian pendidikan seakan memaksakan harapan anak
anak usia dini yang tercantum dalam kepada anak untuk menjadi pintar
UU RI No.20 Tahun 2003 tentang secara akademik dan melupakan
Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 kodrat anak untuk tumbuh serta
Pasal 1 Butir 14 yang menyatakan berkembang secara alami.
bahwa pendidikan anak usia dini Ki Hajar Dewantara, seorang
adalah suatu upaya pembinaan yang tokoh pendidikan nasional
ditujukan kepada anak sejak lahir menyatakan bahwa pendidikan anak
sampai usia enam tahun yang usia dini merupakan masa peka atau
dilakukan melalui pemberian masa penting bagi kehidupan anak,
rangsangan pendidikan untuk dimana pada masa tersebut masa
membantu pertumbuhan dan terbukanya jiwa anak sehingga
perkembangan jasmani dan rohani segala pengalaman yang diterima
agar anak memiliki kesiapan dalam anak pada masa usia di bawah tujuh
memasuki pendidikan lebih lanjut. tahun akan menjadi dasar jiwa yang
Pernyataan tersebut menguatkan menetap, sehingga pentingnya
pemahaman bahwa anak usia dini pendidikan di dalam masa peka
sangat membutuhkan seorang bertujuan menambah isi jiwa bukan
“pembina” untuk tumbuh dan merubah dasar jiwa. Lebih lanjut, Ki
berkembang. Hajar Dewantara mengatakan bahwa
Kenyataannya pendidikan pendidikan yang diselenggarakan
bagi anak usia dini saat ini hanya untuk anak usia dini adalah
diselenggarakan untuk pendidikan yang membebaskan
mengembangkan kemampuan selama tidak ada bahaya yang
kognitifnya saja dan menjauhkan mengancam.
Konsep Pendidikan…
Mutiara Magta

Ki Hajar Dewantara Melihat kenyataan tersebut


mendirikan Taman Indria (sebutan muncul pertanyaan peneliti,
lain dari Taman Kanak-kanak) di bagaimana perkembangan penerapan
Yogyakarta sebagai langkah awal konsep pendidikan Ki Hajar
dalam perjuangannya menciptakan Dewantara saat ini?. Secara khusus
bangsa yang merdeka setelah lama muncul pertanyaan-pertanyaan yang
berkecimpung melalui dunia menjadi rinci: (1) bagaimana proses
jurnalistik. Saat ini Taman Indria penerapan konsep pendidikan Ki
sudah menyebar di hampir seluruh Hajar Dewantara pada anak usia
wilayah Indonesia termasuk di dini?; (2) apa relevansi konsep
Jakarta. Tidak hanya taman indria, pendidikan Ki Hajar Dewantara
namun jenjang berikutnya juga terhadap kebutuhan bangsa Indonesia
didirikan oleh Ki Hajar Dewantara saat ini?; (3) apa yang menjadi
yaitu, taman muda (SD), taman keunikan dari konsep pendidikan Ki
dewasa (SMP), Taman Madya Hajar Dewantara?; (4) faktor apa saja
(SMA). Seluruh jenjang ini masuk yang mempengaruhi penerapan
dalam sekolah yang disebut konsep Ki Hajar Dewantara saat ini?;
Perguruan Taman Siswa. Sayangnya, (5) Adakah perbedaan
seiring berjalannya waktu ajaran Ki penyelenggaraan Taman Indria
Hajar Dewantara pun mulai luntur, khususnya di Yogyakarta dan
kalimat terkenal “tutwuri handayani” Jakarta?
pun tampaknya mulai hilang dari Berdasarkan latar belakang
dunia pendidikan nasional, padahal masalah penelitian di atas maka
tutwuri handayani dijadikan sebagai tujuan penelitian ini adalah
semboyan pendidikan bangsa menyusun informasi tentang
Indonesia. Guru-guru hanya mampu penerapan konsep pendidikan Ki
menyebutkan tanpa mampu Hajar Dewantara pada anak usia dini,
menjelaskan apa makna dari kalimat menyusun informasi tentang
tersebut. relevansi konsep pendidikan Ki
Hajar Dewantara terhadap kebutuhan
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 7 Edisi 2, November 2013

bangsa Indonesia saat ini, menyusun Pernyataan Stern didukung


informasi tentang keunikan konsep oleh Piaget, menurutnya anak
pendidikan Ki Hajar Dewantara, dan memiliki sifat aktif dan penuh rasa
menyusun informasi tentang faktor ingin tahu sehingga membentuk
penghambat dan faktor pendukung pengetahuan dan pemahaman
penerapan konsep pendidikan Ki melalui proses pengalaman
Hajar Dewantara saat ini serta beradaptasi dengan lingkungan
menyusun informasi tentang (Mcdevitt, 2004). Montessori juga
perbedaan penerapan konsep menyatakan hal sama, menurutnya
pendidikan Ki Hajar Dewantara di anak memiliki bawaan, kemampuan
Yogyakarta dan Jakarta. dan perkembangannya masing-
masing, sehingga setiap anak
Anak Usia Dini membutuhkan perhatian secara
Beberapa ahli pendidikan individual (Montessori, 2008).
mencetuskan teori-teori yang melatar Dengan demikian, dapat dipahami
belakangi berkembangnya bahwa setiap anak usia dini memiliki
pendidikan anak usia dini. John sifat bawaan dan kemampuan yang
Locke menyatakan bahwa anak berbeda dimana lingkungan
seperti kertas putih, baik buruknya sekitarnya menjadi media belajar
anak dipengaruhi oleh lingkungan untuk memunculkan dan
(Morrison, 2007). Pernyataan John mengembangkan kemampuan yang
Locke berbeda dengan teori dimilikinya.
Schopenheur yang menyatakan
bahwa anak sangat dipengaruhi oleh Proses Pendidikan Anak Usia Dini
faktor pembawaan yang bersifat Menurut Ki Hajar Dewantara
kodrati dan tidak dapat diubah oleh Dipengaruhi pemikiran
lingkungan. Pernyataan kedua ahli Frőbel yang memberikan kebebasan
tersebut dibantah oleh Stern, pada anak yang diatur secara tertib
menurutnya anak dipengaruhi dan pemikiran Montessori yang
keduanya, baik itu lingkungan dan membebaskan anak-anak seakan-
faktor bawaan. akan secara tak terbatas, maka Ki
Konsep Pendidikan…
Mutiara Magta

Hajar Dewantara merumuskan lingkungan mempengaruhi seseorang


sebuah semboyan “tutwuri dan seterusnya. Oleh sebab itu,
handayani” yakni memberi keteladanan mutlak dibutuhkan oleh
kebebasan yang luas selama tidak anak-anak, Ki Hajar Dewantara
ada bahaya yang mengancam kanak- menyebutnya Ing Ngarsa Sung
kanak. Inilah sikap yang terkenal Tulada, dimana guru harus menjadi
dalam hidup kebudayaan bangsa kita teladan untuk anak didiknya.
sebagai sistem “among”. Teori yang mendukung
Pendidikan anak usia dini pemikiran Ki Hajar Dewantara
berdasarkan pemikiran Ki Hajar adalah teori Rousseau, yaitu orang
Dewantara didasarkan pada pola dewasa berperan sebagai pendidik
pengasuhan yang berasal dari kata dengan dukungan (support) kepada
“asuh” artinya memimpin, anak untuk dapat berkembang secara
mengelola, membimbing. Pendidikan alami. Elkind juga percaya bahwa
dilaksanakan dengan memberi anak-anak membutuhkan dukungan
contoh teladan, memberi semangat yang kuat untuk bermain dan
dan mendorong anak untuk kegiatan yang dipilihnya sendiri
berkembang (Sujiono, 2009). dengan tujuan untuk dapat bertahan
Pemikiran ini sesuai dengan dalam stres yang ada sekarang dalam
pernyataan Bandura, bahwa anak lingkungan anak (Soemiarti, 2003).
mengobservasi perilaku orang Dukungan yang diberikan dapat
dewasa dan menirunya. Lebih lanjut berupa motivasi dan penyediaan
teori kognitif sosial Bandura media belajar. Dalam sistem among,
menyatakan bahwa perilaku, hal ini disebut sebagai Ing Madya
lingkungan dan orang atau kognisi Mangun Karsa. Jadi, kebebasan yang
merupakan faktor penting di dalam diberikan pada anak usia dini
perkembangan. Perilaku dapat sesungguhnya memerlukan
mempengaruhi individu dan bimbingan yang bersifat keteladanan
sebaliknya individu tersebut dapat sebagai bentuk perwujudan
mempengaruhi lingkungan, kepemimpinan orang dewasa dan
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 7 Edisi 2, November 2013

membutuhkan dorongan atau Pendekatan budaya yang


motivasi orang dewasa kepada anak digunakan Ki Hajar Dewantara
dalam menjalani proses hidupnya dalam pendidikan anak usia dini
secara alami yaitu ketika anak adalah dengan melalui permainan,
bermain atau kegiatan-kegiatan yang nyanyian, dongeng, olaraga,
diminati anak. sandiwara, bahasa, seni, agama dan
Proses pembelajaran yang lingkungan alam. Sejalan dengan
dilakukan Ki Hajar Dewantara teori Bronfenbrenner yang
kepada anak usia dini dilakukan mangatakan bahwa perkembangan
dengan pendekatan budaya yang ada anak yang dipengaruhi oleh konteks
dilingkungan anak-anak. Menurutnya mikrosistem (keluarga, sekolah dan
untuk menyempurnakan teman sebaya), konteks mesosistem
perkembangan budipekerti anak- (hubungan keluarga dan sekolah,
anak jangan dilupakan dasar sekolah dengan sebaya dan sebaya
“Bhinneka Tunggal Ika”, yaitu dengan individu), konteks ekosistem
mementingkan segala unsur-unsur (latar sosial orang tua dan kebijakan
kebudayaan yang baik-baik pemerintah) dan konteks
dimasing-masing daerah kanak- makrosistem (pengaruh lingkungan
kanak sendiri, dengan maksud pada budaya, norma, agama, dan
tingkatan-tingkatan yang lebih tinggi lingkungan sosial di mana anak
melaksanakan “konvergensi” dibesarkan.
seperlunya, menuju kearah persatuan Ki Hajar Dewantara juga
kebudayaan Indonesia secara menyatakan bahwa mendidik anak
evolusi. sesuai dengan alam dan kecil itu bukan atau belum memberi
jaman (Ki Hajar Dewantara, 1977). pengetahuan akan tetapi baru
Ki Hajar Dewantara membentuk berusaha akan sempurnanya rasa
sistem pendidikan yang bersumber pikiran. Adapun segala tenaga dan
pada kebudayaan sendiri dan tingkah laku itu sebenarnya besar
kepercayaan atas kekuatan sendiri pengaruhnya bagi hidup batin; juga
untuk tumbuh. hidup batin itu berpengaruh besar
atas tingkah laku lahir. Jalan
Konsep Pendidikan…
Mutiara Magta

perantaranya didikan lahir ke dalam dalam kebebasannya tersebut


batin yaitu panca indera. Maka dari terdapat tuntunan dan bimbingan dari
itu latihan panca indera merupakan pendidik kepada anak yang
pekerjaan lahir untuk mendidik batin bersumber pada kebudayaan
(pikiran, rasa, kemauan, nafsu dll). lingkungan anak, dimana nilai budi
Pemikiran tersebut dilatari pekerti, nilai seni, nilai budaya,
oleh pemikiran Frőbel dan kecerdasan, ketrampilan dan agama
Montessori. Frőbel memberi yang menjadi kekuatan diri anak
pelajaran panca indera tetapi tetap untuk tumbuh berkembang melalui
yang diutamakan adalah permainan panca inderanya. Kebudayaan yang
anak, kegembiraan anak, sehingga dimaksud adalah kebudayaan sehari-
pelajaran panca indera diwujudkan hari yang mengelilingi kehidupan si
menjadi barang-barang yang anak seperti nyanyian, permainan,
menyenangkan anak. Sedangkan dongeng, alam sekitar dan
Montessori mementingkan pelajaran sebagainya.
panca indera dengan memberikan
kemerdakaan anak yang luas tetapi METODE PENELITIAN
permainan tidak dipentingkan. Ki Penelitian ini menggunakan
Hajar Dewantara menggabungkan pendekatan penelitian kualitatif studi
keduanya, menurutnya pelajaran kasus. Penelitian dilakukan di Taman
panca indera dan permainan anak Indria Ibu Pawiyatan Yogyakarta dan
tidak terpisah. Segala tingkah laku Taman Indria Jakarta pada tahun
dan segala keadaan hidupnya anak- 2012. Teknik pengumpulan data
anak sudah diisi oleh Sang Maha dilakukan dengan observasi,
Among (Tuhan) dengan segala alat- wawancara dan dokumentasi, dimana
alat yang bersifat mendidik si anak. sumber datanya adalah guru, anak,
Proses pembelajaran pada proses pembelajaran dan pengurus
anak usia dini menurut pemikiran Ki Majelis Luhur sebagai pengayom
Hajar Dewantara berlangsung secara dari Perguruan Taman Siswa. Data
alamiah dan membebaskan. Namun dianalisis dengan menggunakan
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 7 Edisi 2, November 2013

teknik analisis Miles dan Huberman lagu daerah, cerita-cerita khas daerah
di mana cara menganalisis data dan menggunakan bahan-bahan alam
dengan mereduksi data, display data sekitar sebagai media belajar, serta
dan verifikasi data. Uji keabsahan bahasa daerah sebagai alat
data dilakukan dengan perpanjangan komunikasi. Pendekatan budaya
pengamatan, meningkatkan inilah yang menjadi keunikan dari
ketekunan dan melakukan triangulasi konsep pendidikan Ki Hajar
yaitu mengecek data dari berbagai Dewantara. Kegiatan seperti
sumber, berbagai cara dan waktu permainan tradisional, nembang
serta teori yang ada (Sugiyono, (bernyanyi), cerita-cerita daerah
2005). selain dapat mengembangkan aspek
perkembangan juga memuat
HASIL DAN PEMBAHASAN pendidikan karakter karena
Berdasarkan temuan di didalamnya terdapat banyak pesan
lapangan, maka hasil penelitian moral yang bisa disampaikan kepada
adalah bentuk kegiatan pembelajaran anak didik. Selain itu penggunaan
di Taman Indria Ibu Pawiyatan bahasa daerah sebagai alat
Yogyakarta dan Taman Indria komunikasi adalah cara untuk
Jakarta adalah kegiatan melestarikan bahasa daerah yang
pengembangan pancaindera seperti semakin tergerus oleh bahasa asing.
bermain, bernyanyi, bercerita, Pendekatan budaya
menari, senam dan renang. Kegiatan- merupakan langkah awal dalam
kegiatan tersebut tidak hanya dapat mengenalkan budaya Indonesia
mengembangkan pancaindera namun kepada anak-anak sejak dini.
juga aspek perkembangan yang lain, Pengenalan budaya akan
seperti perkembangan koginitif, mengantarkan anak untuk mencintai
motorik, bahasa, sosial dan emosi. budayanya sendiri. Inilah yang
Kegiatan-kegiatan tersebut dibutuhkan oleh bangsa Indonesia
dilakukan dengan menggunakan saat ini. Kecintaan terhadap budaya
pendekatan budaya seperti bermain sendiri merupakan bentuk rasa
permainan tradisional, bernyanyi nasionalisme terhadap bangsa sendiri
Konsep Pendidikan…
Mutiara Magta

serta dapat melestarikan kekayaan kalanya guru bersikap tegas terhadap


budaya bangsa Indonesia termasuk anak. Ini dilakukan saat anak
bahasa. Hal ini juga mencerminkan melakukan kegiatan-kegiatan yang
rasa percaya diri serta bentuk akan membahayakan, tidak hanya
kemerdakaan yang luas, sesuai cita- secara fisik namun juga terhadap
cita Ki Hajar Dewantara yang situasi yang membahayakan perilaku
menginginkan bangsa Indonesia anak. Guru akan menegur anak jika
merdeka secara fisik maupun anak berbicara dan bersikap yang
pemikiran. nsosialve, situasi ini disebut sebagai
Proses pembelajaran yang Tutwuri Handayani.
dilakukan berdasarkan rumusan Adapun faktor-faktor yang
sistem among yang dibuat oleh Ki menghambat penerapan konsep
Hajar Dewantara. Guru selalu pendidikan Ki Hajar Dewantara
menjaga sikap dan bicaranya agar adalah kurang maksimalnya
menjadi teladan anak untuk bersikap penataran terhadap guru mengenai
dan berbicara yang baik, situasi ini ajaran Ki Hajar Dewantara, belum
adalah proses Ing Ngarsa Sung ada tim supervisi yang mengawasi
Tulada bahwa guru berada di depan penerapan ajaran Ki Hajar
untuk menajdi contoh positif anak, Dewantara, regulasi pemerintah yang
selain itu guru juga selalu berseberangan dengan ajaran Ki
memotivasi anak didik sebagai Hajar Dewantara dan keinginan
perwujudan Ing Madya Mangun masyarakat yang mengingkan anak-
Karsa. Hal ini dilakukan untuk anaknya belajar membaca dan
membantu anak didik mencapai menulis di Taman Indria. Namun
tujuan pembelajaran. Guru juga demikian, masih ada faktor
memberikan kebebasan bagi anak pendukung seperti masih adanya
seperti memberi kesempatan pada beberapa guru dan pengurus
anak untuk bebicara dan Perguruan Taman Siswa yang masih
mengungkapkan perasaan serta ide- memahami ajaran Ki Hajar
ide anak. Namun demikian, ada Dewantara, selain itu orang tua yang
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 7 Edisi 2, November 2013

masih mempercayakan anak-anaknya Selain itu melalui pendekatan


untuk bersekolah di Perguruan multicultural ini, anak belajar untuk
Taman Siswa khususnya Taman menghargai setiap perbedaan yang
Indria. ada, sehingga memupuk rasa
Temuan lapangan juga persatuan dan kesatuan.
menghasilkan data yang
menyebutkan bahwa ada perbedaan SIMPULAN
penerapan konsep pendidikan di Berdasarkan hasil penelitian
kedua Taman Indria. Perbedaan ini di atas, ditarik kesimpulan bahwa
muncul pada pendekatan budaya konsep pendidikan Ki Hajar
sebagai keunikan konsep pendidikan Dewantara masih dapat terus
Ki Hajar Dewantara. Taman Indria diterapkan, namun diperlukan
Ibu Pawiyatan Yogyakarta dengan penyesuaian terhadap perkembangan
sangat mudah melakukan pendekatan saat ini. Pendidikan yang bersifat
budaya karena memang budaya kebangsaan dan nasionalisme selalu
sehari-hari anak hanya satu yaitu dibutuhkan untuk mendidik jiwa
budaya Jawa. Seperti yang sudah merdeka para anak bangsa agar
disebutkan di atas, pendekatan mampu mempertahankan persatuan
budaya tersebut dilakukan dengan dan kesatuan serta selalu mencintai
permainan tradisional, nembang, tanah airnya sehingga mampu
cerita-cerita khas Jawa, dan berpikir dan bersikap mandiri demi
menggunakan bahasa Jawa sebagai kemajuan bangsa. Pendekatan
alat komunikasi. Sedangkan Jakarta, budaya yang dilakukan guru
dengan segala kompleksitas latar merupakan keunikan dari konsep
belakang budaya masyarakat pendidikan Ki Hajar Dewantara pada
membuat guru sulit untuk melakukan anak usia dini. Selain itu penerapan
pendekatan budaya. Padahal dengan konsep pendidikan Ki Hajar
pendekatan multicultural anak didik Dewantara berkaitan dengan
Taman Indria Jakarta akan semakin pemberian kegiatan-kegiatan
kaya mengenai pengetahuan budaya pembelajaran yang dapat
Indonesia yang sangat beragam. mengembangkan pancaindera anak
Konsep Pendidikan…
Mutiara Magta

di Taman Indria Ibu Pawiyatan Persatuan Taman


Siswa,1977.
Yogyakarta dan Taman Indria
Dodge,Diane Trister, The Creative
Jakarta, sudah cukup baik. Curriculum For Preschool.
Washington: Quality Books,
Kegiatan-kegiatan pem-
Inc., 2009.
belajaran yang diberikan pada anak Hall, Calvin S. & Gadner Lidsey,
Theories of
didik adalah kegiatan yang dapat
Personality.Canada: John
mengembangkan pancaindera dan Wiley and Sons, 1981.
Jonker, Jan. dkk,Metodologi
aspek perkembangan melalui proses
Penelitian.Jakarta: Salemba
pendidikan sistem among, yaitu Ing Empat, 2011.
Kartono, Kartini. Psikologi Anak.
Ngarsa Sung tulada, Ing Madya
Bandung: Mandar
Mangun Karsa dan Tutwuri Maju,2007.
Ki Soenarno Hadiwijoyo dan Ki
Handayani. Adanya faktor-faktor
Sugeng Subagya, Sistem
internal maupun ekstenal yang Among, Konsep dan
Implementasinya.(Yogyakar
menghambat pelaksanaan konsep
ta: Majelis Luhur Persatuan
pendidikan Ki Hajar Dewantara di Taman Siswa, 2005.
McDevitt, Teresa M & Jeane Ellis
lingkungan Perguruan Taman Siswa.
Ormrod, Child
Development, Educating
and Working with Children
Daftar Pustaka
and Adolescents. New
Bredekamp, Sue. Developmentally
Jersey: Pearson Education,
Approriate Practice in
2004
Early Education Program
Merriam, Sharan B. Qualitative
Serving from Birth Through
Research and Case Study
Age 8. Washington:
Applications in Education.
NAECY,1992.
San Fransisco: Jossey-
Brewer, Jo Ann. Introduction to
Bass,1998.
Early Childhood Education:
Moleong, Lexy J. Metodologi
Preschool Through Primary
Penelitian Kualitatif.
Grades. United States:
Bandung: Alfabeta,2005.
Pearson Education Inc.,2007.
Montessori, Maria. The Absorbent
Crezwell, John W. Qualitative
Mind. Yogyakarta: Pustaka
Inquiry & Research Design:
Belajar,2008.
Choosing Among Five
Morrison, S George. Early
Approaches.New Delhi: Sage
Childhood Education
Publications, 2007.
Today. United States:
Dewantara, Ki Hajar. Pendidikan.
Yogyakarta: Mejelis Luhur
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI
Volume 7 Edisi 2, November 2013

Pearson Merril Prentice Suyuti, HA. “Pendidikan Sistem


Hall, 2007. Among Pada Sekolah Dasar
Morrisson, Goerge S. Dasar-Dasar Taman Siswa” Jakarta,2003.
Pendidikan Anak Usia Tirtaraharja, Umar. dan S.L.La Sulo,
Dini.Jakarta: Indeks, 2012. Pengantar Pendidikan.
Patmonodewo, Soemiarti. Jakarta: Rineka Cipta, 2005.
Pendidikan Anak Pra Wangid, Muhammad Nur. “Sistem
Sekolah. Jakarta: Rineka Among Pada Masa Kini,
Cipta,2003. Kajian Konsep dan Praktik
Pidarta, Made.Landasan Pendidikan”. Jurnal
Kependidikan. Jakarta: Kependidikan Vol.39 No.2
Rineka Cipta, 2007. November 2009.
Roopnarine, Jaipul L. dan James E.
Johnson. Pendidikan Anak
Usia Dini dalam Berbagai
Pendekatan. Jakarta:
Kencana Prenada Media
Group, 2011.
Santoso, Soegeng. Konsep
Pendidikan Anak Usia Dini
Menurut Pendirinya.
Jakarta,2011.
Santrock, John W. Perkembangan
Anak. Jakarta:
Erlangga,2007.
Solso, Robert L, Otto H. Maclim dan
M Kimberly Maclim.
Pikologi Kognitif. Jakarta:
Erlangga,2008.
Sugiyono. Memahami Penelitian
Kualitatif. Bandung:
Alfabeta,2005.
Sujiono, Yuliani Nurani.Konsep
Dasar Pendidikan Anak
Usia Dini. Jakarta:
Indeks,2009.
Surjomihardjo, Addurachman. Ki
Hajar Dewantara dan
Taman Siswa dalam Sejarah
Indonesia Modern. Jakarta:
Sinar Harapan,1986.
Suryabrata, Sumadi. Metodologi
Penelitian. Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 2010.

You might also like