Professional Documents
Culture Documents
Pengaruh Suhu Penyimpanan Dan Pengkondisian Kembali TERHADAP KUALITAS UMBI KENTANG (Solanum Tuberosum Linn) Sebagai Bahan Baku Potato Chips
Pengaruh Suhu Penyimpanan Dan Pengkondisian Kembali TERHADAP KUALITAS UMBI KENTANG (Solanum Tuberosum Linn) Sebagai Bahan Baku Potato Chips
Dilla Elviana*, Dr. Ali Asgar Ir., MP**, Dra. Ela Turmala Sutrisno Ir., Msc**
ABSTRACT
This research aims to study the effect of storage temperature and conditioning back to the
quality of potato tubers as raw material for potato chips. The results are also expected to give hints on
the potato tuber raw materials for the manufacture of potato chips better so will enhance the economic
value of potato tubers and encourages farmers to increase the amount of production of high-quality
potatoes each year so expect the welfare of the farmers will get better.
The method used in this study is two-factor with 3 levels and 4 levels in a randomized block
design with three replications thus obtained 36 experimental plots. Response variable in this study is
the analysis of water content, starch content, reducing sugar content, violence tubers, weight loss,
tuber rot and organoleptic tests for color, flavor, crispness and appearance of potato chips.
The results showed that the storage temperature treatment and conditioning back and their interaction
was not significantly different to the water content and starch content.
Interaction between storage temperature and conditioning back significantly different potato
tuber reducing sugar. Reducing sugar content of potato tubers s1p4 treatment is 0.81%, ie 0.95% s2p2,
s2p3 are 0.88%, 0.77% s2p4 ie, s3p1 are 0.89%, 0.79% s3p2, s3p3 0 , ie 76% and 0.75% s3p4. So it
can be concluded that the above treatments potato tubers can be accepted by the potato processing
industry chips.Perlakuan storage temperature and conditioning back significantly different potato tuber
texture. Violence best for making potato chips was 2.33 seconds on the treatment mm/100gram/10 p1
(conditioning at room temperature for 9 days). Interaction between storage temperature and
conditioning back significantly different potato tuber weight loss. Weight loss of potato tubers that are
the 2,49% s1p4 treatment, storage and conditioning treatment back temperatures and their interaction
was not significantly different to the tuber rot. Storage temperature and conditioning treatments
significantly different back color and appearance of potato chips based preference level panelists. The
most preferred color panelists namely s3 treatment (storage temperature of 10 ° C) and p4
(conditioning back in the room temperature at 9 days) are 2.56 and 2.73. Sightings are most panelists
favored treatment s3 (storage temperature of 10 ° C) and p4 (conditioning back in 9 days at room
temperature), namely 2.66 and 2.79. Conditioning treatment of potato tubers back significantly affect
the flavor and crispness of potato chips based preference level panelists. The most favored flavor
panelists are on p2 treatment (conditioning back in 3 days at room temperature) is 2.48. The most
preferred crispness panelist on p3 treatment (conditioning back in 6 days at room temperature) is 2.30.
Kelompok Ulangan II
1 2 3
s3p4 s1p3 s3p3
4 5 6
s3p2 s3p1 s1p4
7 8 9
s1p1 s2p1 s2p3
10 11 12
s1p2 s2p4 s2p2
Kelompok Ulangan III
1 2 3
s2p3 s1p4 s3p3
4 5 6
s3p1 s2p1 s1p2
7 8 9
s3p2 s3p4 s2p1
10 11 12
s2p2 s2p4 s1p3
Grading Afkir
Suhu Penyimpanan
4°C Penimbangan
7°C
10°C
PenyimpananCool Storage 60 hari
Reconditioning
(S) p1 p2 p3 p4
a a a a
s1 84,32 84,18 84,01 84,79
A A A A
a a a a
s2 84,76 83,36 83,67 86,05
A A A A
a a a a
s3 84,65 84,96 83,67 85,27
A A A A
KK (CV)% 1,29%
Keterangan:
- Setiap kolom dengan huruf besar yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada
taraf 5% dan setiap baris dengan huruf kecil yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata pada taraf 5%.
- Notasi huruf kecil dibaca vertikal sedangkan notasi huruf besar dibaca horizontal.
dingin dengan kelembaban yang
Hasil Uji statistik menyebutkan berkisar antara 95%-100%, maka
bahwa faktor suhu penyimpanan (S), semakin tinggi kadar air dalam umbi
pengkondisian kembali di suhu ruang kentang tersebut karena kelembaban
(P), dan interaksi antara suhu udara yang tinggi yang dapat
penyimpanan dan pengkondisian menghambat air hasil respirasi dan
kembali (SP) tidak berbeda nyata transpirasi umbi kentang menguap ke
terhadap kadar air umbi kentang untuk udara dalam ruang pendingin. Air dalam
pembuatan potato chips. umbi cenderung untuk bergerak ke
Menurut Teori, semakin lama daerah yang kelembaban udaranya
penyimpanan umbi kentang pada suhu lebih kecil seperti udara di suhu kamar.
Oleh karena itu penurunan kadar air
umbi kentang yang disimpan pada suhu
kamar lebih cepat jika dibandingkan menentukan sifat komoditas tersebut,
dengan penurunan kadar air umbi seperti pada beras, kentang dan lain
kentang yang disimpan pada suhu lain. Selama proses kemasakan buah
dingin. terjadi metabolisme yang berhubungan
Hasil penelitian BALITSA dengan perubahan kandungan gula,
menyebutkan bahwa varietas kentang asam-asam organik, dan senyawa-
yang sesuai untuk olahan adalah yang senyawa yang berperan penting dalam
memiliki kandungan air ± 75%. perubahan warna, tekstur dan citarasa
Berdasarkan hasil uji statistik (Subramanyam et. al, 1976).
dapat disimpulkan setiap perlakuan tidak Hasil analisis variansi pada tabel
berbeda nyata dengan perlakuan 6 menunjukkan bahwa tidak ada
lainnya sehingga menurut kriteria ini perbedaan yang nyata pada perlakuan
tidak ada perlakuanpenyimpanan umbi suhu penyimpanan (S), pengkondisian
kentang yang kadar airnya memenuhi kembali di suhu ruang (P), dan interaksi
syarat untuk pembuatan potato chips. antara suhu penyimpanan dan
(2). Kadar Pati pengkondisian kembali (SP) terhadap
Pati merupakan senyawa yang kadar pati umbi kentang.
tersimpan dalam organ tanaman dan
Tabel 6. Pengaruh Interaksi Suhu Penyimpanan (S) dengan Pengkondisian Kembali (P)
Terhadap Kadar Pati Umbi Kentang (%)
Suhu Penyimpanan Pengkondisian Kembali (P)
(S) p1 p2 p3 p4
a a a a
s1 8,94 8,50 8,00 9,15
A A A A
a a a a
s2 9,56 8,22 8,47 8,87
A A A A
a a a a
s3 10,53 8,91 8,47 9,27
A A A A
KK (CV)% 13,80%
Keterangan:
- Setiap kolom dengan huruf besar yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada
taraf 5% dan setiap baris dengan huruf kecil yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata pada taraf 5%.
- Notasi huruf kecil dibaca vertikal sedangkan notasi huruf besar dibaca horizontal.
Tabel 6 menunjukkan bahwa faktor suhu penyimpanan (S),
pengkondisian kembali di suhu ruang bahwa setiap perlakuan tidak berbeda
(P), dan interaksi antara suhu nyata dengan kadar pati umbi kentang
penyimpanan dan pengkondisian sehinga belum adanya kentang yang
kembali (SP) tidak berbeda nyata kadar patinya memenuhi standar untuk
terhadap kadar pati umbi kentang untuk pembuatan keripik kentang.
pembuatan potato chips.
(3). Kadar Gula Reduksi
Penyimpanan umbi kentang
Gula merupakan senyawa
pada suhu dingin 4°C akan mengubah
organik dan termasuk karbohidrat yang
keseimbangan pati dan gula dalam
mempunyai kandungan nutrisi yaitu
komoditi kentang. Kecepatan respirasi
sebagai sumber kalori. Gula ada dua
dan perubahan gula menjadi pati
macam yaitu gula pereduksi dan gula
menurun dan gula terakumulasi di dalam
non-pereduksi.
jaringan. Hal ini disebabkan karena
Gula reduksi ialah senyawa
selama penyimpanan suhu dingin
essensial dalam reaksi pencoklatan
kandungan pati yang terdapat dalam
karena akan memberikan gugus karbonil
umbi diubah menjadi gula oleh enzim
yang diperlukan untuk interaksi dengan
fosforilase. Oleh sebab itu kandungan
gugus amino bebas.
gula yang terdapat dalam umbi
Sifat pereduksi dari suatu
merupakan kebalikan dari kandungan
molekul gula ditentukan oleh ada atau
pati yang terdapat dalam umbi.
tidaknya gugus hidroksi asetal. Dimana
Akumulasi gula yang tinggi dan pati
pada glukosa, hidroksi asetal aktif pada
yang rendah tidak diinginkan untuk
rantai atom karbon nomor 1, sedangkan
pembuatan potato chips karena akan
fruktosa mempunyai gugus ketosa,
mempengaruhi penampakan keripik
gugus aktif yang terletak pada atom
kentang sehingga tidak disukai
karbon nomor 2.
konsumen.
Hasil uji jarak berganda Duncan
Berdasarkan standar PT.
untuk faktor pengaruh suhu penyimpanan,
Indofood dalam Basuki et al, (2005)
pengkondisian kembali di suhu ruang dan
hasil konversi dengan tabel pada
interaksi antara suhu penyimpanan dan
Rastovski dan Van, (1981) (hal 43)
pengkondisian kembali dapat dilihat pada
maka kadar pati yang memenuhi
tabel 7.
standar untuk pembuatan keripik
kentang minimal 11,90%.
Hasil statistik menunjukkan
Tabel 7. Pengaruh Interaksi Suhu Penyimpanan (S) dengan Pengkondisian Kembali (P)
Terhadap Kadar Gula Reduksi Umbi Kentang (%)
Suhu Penyimpanan Pengkondisian Kembali (P)
(S) p1 p2 p3 p4
B b b a
s1 1,44 1,07 1,00 0,81
C B B A
B b ab a
s2 1,32 0,95 0,88 0,77
C B AB A
A a a a
s3 0,89 0,79 0,76 0,75
A A A A
KK (CV)% 8,68%
Keterangan:
- Setiap kolom dengan huruf besar yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada
taraf 5% dan setiap baris dengan huruf kecil yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata pada taraf 5%.
- Notasi huruf kecil dibaca vertikal sedangkan notasi huruf besar dibaca horizontal.
keseimbangan aktivitas respirasi yang
Berdasarkan hasil analisis terhadap baru dan sebagian besar gula akan
kadar gula reduksi umbi kentang teroksidasi menjadi karbondioksida dan
menunjukkan bahwa suhu penyimpanan, air sehingga kadar gula menjadi rendah.
pengkondisian kembali di suhu ruang dan Dalam penyimpanan umbi kentang pada
interaksi antara suhu penyimpanan dan suhu dingin terjadinya akumulasi gula
pengkondisian kembali berbeda nyata adalah akibat secara relatif aktivitas enzim
terhadap kadar gula reduksi umbi kentang lebih tinggi dibandingkan dengan
untuk pembuatan potato chips. kecepatan penggunaan dalam respirasi.
Umbi kentang yang disimpan diatas Menurut Tranggono dan Sutardi
suhu kritis yaitu 10°C akan menyebabkan (1990), Kentang mengandung enzim
tingginya aktivitas repirasi selama amilase dan fosforilase. Enzim amilase
penyimpanan sehingga perubahan gula tidak aktif pada suhu dingin 4°C tetapi
menjadi pati semakin rendah dan gula sebaliknya fosforilase aktif pada suhu
akan terakumulasi didalam jaringan dingin ini sehingga berperan dalam
kentang. Pengkondisian kembali umbi perubahan pati menjadi gula pada
kentang pada suhu ruang dilakukan agar kentang yang disimpan pada suhu ini.
terjadi kenaikan aktivitas respirasi dalam Enzim fosforilase mampu memecah
jangka waktu tertentu yang diikuti dengan ikatan 1,4-glukosidik pati dengan
bantuan asam atau ion fosfat,
sedangkan amilase memerlukan
molekul air. Fosforilase dapat memecah 3.1.2. Pengaruh Suhu Penyimpanan
amilosa secara tuntas. Sedangkan dan Pengkondisian Kembali Terhadap
enzim amilase ternyata aktivitasnya Hasil Analisa Fisika Umbi Kentang
meningkat bersamaan dengan untuk Pembuatan Potato Chips.
terjadinya pertunasan dimana hal ini Pengaruh Suhu Penyimpanan
diperlukan untuk metabolisme dan Pengkondisian Kembali Terhadap
karbohidrat untuk diangkut ke tunas Hasil Analisa Fisika umbi kentang untuk
yang baru tumbuh. pembuatan potato chips.
Menurut penelitian Pantastico
(1). Kekerasan Kentang
(1975) yang menyatakan bahwa
Kekerasan umbi kentang hasil
kandungan gula reduksi yang diterima
penelitian ini menunjukkan bahwa
oleh industri pengolahan keripik kentang
perlakuan suhu penyimpanan (S) dan
yaitu 1%. Jadi dari hasil uji statistik
pengkondisian kembali di suhu ruang
dapat disimpulkan kadar gula reduksi
(P) berbeda nyata terhadap kekerasan
yang dapat diterima industri pengolahan
umbi kentang. Sedangkan interaksi
potato chips adalah perlakuan s1p4
antara suhu penyimpanan dan
yaitu 0,81%, s2p2 yaitu 0,95%, s2p3
pengkondisian kembali (SP) tidak
yaitu 0,88%, s2p4 yaitu 0,77%, s3p1
berbeda nyata. Data hasil pengamatan
yaitu 0,89%, s3p2 0,79%, s3p3 0,76%
dan perhitungan dapat dilihat pada tabel
dan s3p4 yaitu 0,75%.
8 dan 9.
Tabel 8. Pengaruh Suhu Penyimpanan (S) Terhadap Kekerasan Umbi Kentang Untuk
Pembuatan Potato Chips.
Tabel 9. Pengaruh Pengkondisian Kembali (P) Terhadap Kekerasan Umbi Kentang Untuk
Pembuatan Potato Chips.
Tabel 10. Pengaruh Interaksi Suhu Penyimpanan (S) dengan Pengkondisian Kembali (P)
Terhadap Susut Bobot Umbi Kentang (%)
Suhu Penyimpanan Pengkondisian Kembali (P)
(S) p1 p2 p3 p4
a a ab a
s1 2,49 2,79 3,26 3,53
A AB B B
b b b b
s2 3,30 4,19 3,64 4,51
A BC AB C
c a a c
s3 4,20 3,44 2,82 5,58
B A A C
KK (%) 11,19%
Keterangan:
- Setiap kolom dengan huruf besar yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada
taraf 5% dan setiap baris dengan huruf kecil yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata pada taraf 5%.
- Notasi huruf kecil dibaca vertikal sedangkan notasi huruf besar dibaca horizontal.
Berdasarkan pengamatan dan pengkondisian kembali di suhu ruang
uji statistik dapat dilihat bahwa (P) serta interaksi diantara keduanya
perlakuan suhu penyimpanan (S) dan berpengaruh terhadap susut bobot umbi
kentanguntuk pembuatan potato chips. disimpan pada suhu tersebut dan
Susut bobot berkisar antara 2,49-5,58%. pengkondisian kembali di suhu ruang
Ada kecenderungan bahwa semakin hanya 0 hari sehingga perubahan gula
lama umbi disimpan maka semakin reduksi menjadi pati tidak significant.
besar susut bobotnya, hasil penelitian ini Maka dapat di ambil kesimpulan bahwa
sesuai dengan hasil percobaan Ali bahan baku kentang terbaik yang
Asgar dan Asandhi (1992) bahwa digunakan untuk pembuatan potato
semakin lama umbi disimpan, semakin chips adalah susut bobot terendah yaitu
besar susut bobotnya. Nilai tertinggi dari pada perlakuan s1p1 dengan nilai
persentase susut bobot selama 2,49%.
penyimpanan ialah perlakuan s3p4 (3). Umbi busuk
(penyimpanan pada suhu 10°C Penyakit layu menyebabkan
kemudian pengkondisian kembali di busuk pada umbi kentang sehingga
suhu kamar selama 9 hari) yaitu 5,58%. mempengaruhi warna keripik yang
Hal ini karena kadar gula reduksi yang dihasilkan. Penyakit layu kentang
terakumulasi selama penyimpanan suhu disebabkan oleh beberapa pathogen,
dingin diubah menjadi pati dan terjadi terutama adalah bakteri Ralstonia
peningkatan proses respirasi dan solanacearum. Penyebab lainnya
transpirasi sehingga umbi kentang diantaranya genus pseudomonas,
melepaskan air dan karbondioksida ke bacillus, dan clostridium. Bakteri layu
udara dalam ruangan. Ini juga Ralstonia solanacearumsangat toleran
menyebabkan berat umbi kentang terhadap dingin dan sering ditemukan di
menjadi semakin berkurang. Sedangkan dataran tinggi maupun subtropika.
susut bobot yang nilainya paling rendah Tanaman kentang yang terserang
ialah perlakuan s1p1 (penyimpanan bakteri ini akan menunjukkan gejala layu
pada suhu 4°C kemudian pengkondisian pada tanaman dan busuk coklat pada
kembali di suhu kamar 0hari) yaitu ikatan vaskuler dengan virulensi yang
2,49%. Ini dikarenakan selama tinggi.
penyimpanan suhu dingin zat-zat pati Data hasil pengamatan dan
dalam kentang di ubah menjadi gula perhitungan umbi busuk dapat dilihat
reduksi yang menyebabkan pada tabel 11.
berkurangnya berat umbi kentang yang
Tabel 11. Pengaruh Interaksi Suhu Penyimpanan (S) dengan Pengkondisian Kembali (P)
Terhadap Umbi Busuk Kentang (%)
Suhu Penyimpanan Pengkondisian Kembali (P)
(S) p1 p2 p3 p4
a a a a
s1 0,71 0,71 0,71 0,71
A A A A
a a a a
s2 0,71 0,71 0,71 0,71
A A A A
s3 a a a a
0,71 0,71 0,71 0,79
A A A A
KK (%) 5,58%
Keterangan:
- Setiap kolom dengan huruf besar yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada
taraf 5% dan setiap baris dengan huruf kecil yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata pada taraf 5%.
- Notasi huruf kecil dibaca vertikal sedangkan notasi huruf besar dibaca horizontal.
chilling injuring perlahan-lahan
Tabel 11 menunjukkan bahwa mengalami pemulihan pada kulitnya dan
faktor suhu penyimpanan (S), hampir kembali normal seperti semula.
pengkondisian kembali di suhu ruang Umbi yang disimpan disuhu
(P), dan interaksi antara suhu 10°C kemudian dilakukan pengkondisian
penyimpanan dan pengkondisian kembali di suhu kamar 9 hari
kembali (SP) tidak berbeda nyata menyebabkan 1 umbi yang busuk
terhadap umi busuk kentang untuk karena selama penyimpanan di suhu
pembuatan potato chips. kritis 10°C aktivitas respirasi tetap terjadi
Selama penyimpanan di suhu dan perombakan karbohidrat gula
dingin, banyak umbi yang mengalami reduksi cenderung menjadi pati
chilling injuring yaitu berupa sisi umbi sehingga lebih mudah terkontaminasi
yang menjadi lunak terutama pada suhu mikroba yaitu kapang. Hal ini sesuai
4°C karena penyimpanan umbi kentang dalam Syarief dan Halid (1991)
di bawah suhu kritisnya yaitu 10°C meyatakan bahwa diantara polisakarida
menyebabkan umbi kentang tidak dapat yang dapat menjadi sumber karbon dari
melakukan proses metabolismenya energi untuk kapang terutama pati,
secara sempurna di suhu ekstrim selulosa dan lignin.
tersebut tetapi dapat mencegah
3.1.3. Pengaruh Suhu Penyimpanan
kontaminasi mikroba yang akan masuk
dan Pengkondisian Kembali Terhadap
Uji Organoleptik potato chips.
ke dalam umbi. Kemudian setelah
Pengaruh Suhu Penyimpanan
dilakukan pengkondisian kembali di
dan Pengkondisian Kembali Terhadap
suhu kamar, umbi yang mengalami
Uji Organoleptik potato chips. dan kadang-kadang sangat menentukan
(1). Warna sebelum faktor lain dipertimbangkan.
Penilaian uji organoleptik Industri menginginkan varietas
dengan uji tingkat kesukaan dilakukan yang apabila digoreng memberikan
terhadap warna potato chips untuk warna yang baik. Warna kecoklatan
mengetahui pengaruh suhu (browning) setelah digoreng tidak
penyimpanan dan pengkondisian dikehendaki karena menurunkan
kembali umbi kentang sehingga dapat kualitas terutama rasanya jadi pahit,
diketahui penerimaan konsumen juga protein dan asam amino serta
terhadap produk tersebut. bahan lainnya yang bermanfaat hilang
Warna penting bagi banyak dari produk (Rastovski, 1981).
makanan, baik makanan yang tidak Hasil analisis variansi pada
diproses maupun bagi makanan yang lampiran 10 menunjukkan bahwa tingkat
diproses. Warna memegang peranan kesukaan panelis terhadap warna potato
penting dalam penerimaan makanan. chips akibatsuhu penyimpanan (S) dan
Selain itu warna dapat memberikan pengkondisian kembali disuhu kamar (P)
petunjuk mengenai perubahan kinia adalah berbeda nyata. Sedangkan
dalam makanan, seperti pencoklatan interaksi antara suhu penyimpanan dan
dan pengkaramelan. Warna merupakan pengkondisian kembali disuhu kamar
hasil dari indera mata yang bisa menjadi (SP) tidak berbeda nyata. Data hasil
pertimbangan dalam pemilihan suatu pengamatan dan perhitungan dapat
produk. Menurut Winarno (1992), secara dilihat pada tabel 12 dan 13.
visual faktor warna tampil lebih dahulu
Tabel 12. Pengaruh Suhu Penyimpanan (S) Terhadap Warna Keripik Kentang
Tabel 13. Pengaruh Pengkondisian Kembali (P) Terhadap Warna Keripik Kentang.
Tabel 15. Pengaruh Pengkondisian Kembali (P) Terhadap Rasa Keripik Kentang.
Tabel 19. Pengaruh Pengkondisian Kembali (P) Terhadap Penampakan Keripik Kentang.
Nilai Rata-rata Rasa
Perlakuan
PenampakanKentang
9 hari (p4) 2,79 a
3 hari (p2) 2,80 a
6 hari (p3) 2,87 a
0 hari (p1) 3,24 a
KK (CV)% 6,14%
Keterangan:
- Nilai rata-rata yang ditandai dengan huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang
nyata pada taraf 5% menurut uji lanjut duncan.