You are on page 1of 11

EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN OBAT PADA TAHAP PENDISTRIBUSIAN DI

PUSKESMAS I DENPASAR BARAT TAHUN 2008


1 1
Rr. Tanti Marlina L1; I G.N.A. Dewantara P ; Ni Luh Putu Vidya Paramita
1
Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana

ABSTRACT

Evaluation of medicine management distribution in Puskesmas 1 West Denpasar during


2008 had done. This research was involving the data of LPLO, the price list of the indicator
medicine, stock card of the indicator medicine, list of rejected medicine and LPLO of each Pustu
Puskesmas 1 West Denpasar during 2008. The aim of this research is to know evaluation of
medicine management distribution in Puskesmas 1 West Denpasar during 2008.
The first indicator in this research is the level of the availability of the indicator medicine
which covered the value of the avaibility and the precentage of the indicator medicine with safety
state showed a good result. Nevertheless, there still was a worse value and percentage on Piridoxin
(Vitamin B6) 10 mg 0,51; 51% in January 2008. The second indicator in this research is the
precision of the indicator medicine which showed a quiet good result, but some drugs still had bad
values < 60% in certain months. The third indicator is the precision of the medicine distribution to
the health service sub unites Pustu I, Pustu II and Pustu III which had a quiet good result although
some medicine in each Pustu still had bad values <60%. The fourth indicator is the vacuum time of
the indicator medicine. This resulted a good percentage, but in December 2008, 2 indicator
medicine had bad values, which were Piridoxin (Vitamin B6) 10 mg -1,36; -136% and Vitamin B
Complex -0,62: -62%. The last indicator is the value of the rejected medicine which was caused by
unappropriate distribution system. This resulted a good value.

Key words: evaluation of medicine management, medicine distribution, Puskesmas 1 West


Denpasar.
.

PENDAHULUAN upaya kesehatan secara menyeluruh,


berjenjang dan terpadu. Puskesmas adalah
Kesehatan adalah salah satu unsur penting penanggung jawab penyelenggara upaya
bahkan sangat strategis dalam upaya kesehatan untuk jenjang tingkat pertama. Pada
pembangunan manusia. Dengan kondisi saat ini puskesmas telah didirikan di hampir
kesehatan yang optimal, seseorang ataupun seluruh pelosok tanah air (DepKes R.I., 2006).
masyarakat suatu daerah bahkan suatu negara Sarana pelayanan kesehatan di Kota
akan mempunyai kesempatan dan kemampuan Denpasar salah satunya adalah Puskesmas I
yang lebih besar untuk memenuhi Denpasar Barat, yang terletak diperkotaan
kebutuhannya akan pendidikan dan ekonomi yang padat penduduk dengan keberadaan
yang pada gilirannya akan berdampak pada penduduk yang heterogen. Menurut Badan
meningkatnya kualitas sumber daya manusia Pusat Statistik Kota Denpasar tahun 2008
sebagai pelaku pembangunan (DepKes R.I., didapatkan data bahwa jumlah penduduk
2007). Terdapat kaitan yang erat antara kawasan Denpasar Barat paling banyak
peningkatan kualitas sumber daya manusia dibandingkan dengan kawasan Denpasar
dengan pembangunan kesehatan yang lainnya seperti Denpasar Selatan, Denpasar
merupakan bagian integral dan terpenting dari Timur dan Denpasar Utara. Salah satu upaya
pembangunan nasional (DepKes R.I., 2006). peningkatan mutu pelayanan kesehatan di
Untuk mencapai tujuan pembangunan Puskesmas dapat dilakukan dengan
kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai meningkatkan pelayanan pengobatan yang
berkaitan erat dengan pengelolaan obat secara retrospektif yaitu mengambil data tahap
(DepKes R.I., 1992). pendistribusian obat pada tahun 2008.
Pengelolaan obat adalah suatu urutan Lokasi dan Waktu Penelitian
kegiatan yang mencangkup perencanaan, Penelitian ini dilakukan di Puskesmas I
pengadaan, penyimpanan, distribusi dan Denpasar Barat yang terletak di Jalan Gunung
penggunaan obat dengan tujuan untuk Rinjani Banjar Sanga Agung. Waktu penelitian
menjamin kelangsungan ketersediaan dan dilakukan dari bulan Juli sampai bulan
keterjangkauan pelayanan obat yang efektif, September tahun 2009 di Puskesmas I
efisien dan rasional (DepKes R.I., 2007). Denpasar Barat.
Sebelumnya telah dilakukan penelitian Bahan dan Alat Penelitian
tentang Evaluasi Pengelolaan Obat pada Tahap 1. Lembar Laporan Pemakaian dan Lembar
Perencanaan, Tahap Pengadaan dan Tahap Permintaan Obat (LPLPO) di Puskesmas I
Penyimpanan di Puskesmas I Denpasar Barat, Denpasar Barat selama periode tahun
sehingga pada penelitian ini dilanjutkan 2008.
dengan Evaluasi Pengelolaan Obat Pada Tahap 2. Lembar Laporan Pemakaian dan Lembar
Pendistribusian Obat Di Puskesmas I Denpasar Permintaan Obat (LPLPO) setiap Pustu
Barat. Hal ini dikarenakan, pendistribusian Puskesmas I Denpasar Barat selama
obat yang baik akan dapat memenuhi periode tahun 2008.
kebutuhan obat sub unit pelayanan kesehatan 3. Kartu stok masing-masing obat indikator
yang ada di wilayah kerja puskesmas dengan Puskesmas I Denpasar Barat selama
jenis, mutu dan jumlah obat yang baik serta periode tahun 2008.
kedatangan obat yang tepat waktu. Proses 4. Catatan harga masing-masing obat
distribusi yaitu serangkaian kegiatan yang indikator di Puskesmas I Denpasar Barat
menyangkut aspek-aspek penerimaan, selama periode tahun 2008.
pengecekan, pengendalian persediaan, 5. Daftar obat rusak akibat kurang baiknya
penyimpanan, penyerahan kebutuhan obat ke sistem distribusi di Puskesmas I Denpasar
sub unit pelayanan kesehatan yang ada Barat selama periode tahun 2008
diwilayah kerja puskesmas serta penyerahan Batasan Operasional
obat kepada pasien (DepKes R.I., 2007). Batasan operasional dari penelitian ini adalah
Upaya-upaya perbaikan dan sebagai berikut:
penyempurnaan dalam pengelolaan obat 1. Puskesmas sampel adalah Puskesmas I
khususnya tahap pendistribusian obat perlu Denpasar Barat yang terletak di Jalan
dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah Gunung Rinjani Banjar Sanga Agung.
yang terjadi di Puskesmas. Salah satu masalah 2. Kualitas pengelolaan obat dinilai
pokok yang sering terjadi adalah obat-obatan menggunakan indikator pada tiap tahap
yang tersedia di Puskesmas belum seluruhnya pengelolaan obat.
sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan 3. Indikator tahap pendistribusian obat
setempat. Berdasarkan hal ini perlu dilakukan meliputi:
penelitian tentang sistem pengelolaan obat a. Ketepatan Kebutuhan Jumlah Obat
yaitu pada tahap distribusi obat di Puskesmas I Indikator Yang Disediakan Oleh
Denpasar Barat sehingga mutu pelayanan Puskesmas Dengan Kebutuhan Jumlah
kesehatan dapat ditingkatkan mengingat peran Obat Indikator Yang Digunakan.
puskesmas sangat penting sebagai ujung dapat diukur dengan 2 parameter, yaitu:
tombak pelayanan kesehatan di Indonesia. a.1 Tingkat Ketersediaan Obat Indikator
Cara menghitungnya: jumlah obat
METODE PENELITIAN indikator yang tersedia di Puskesmas
perbulan (x) dibagi dengan jumlah
Rancangan Penelitian pemakaian obat indikator perbulan (y).
Penelitian bersifat deskriptif evaluatif Rumus:
untuk mengevaluasi sistem pengelolaan obat x
pada tahap pendistribusian obat di Puskesmas I Tingkat ketersediaan obat = bulan
y
Denpasar Barat. Pengumpulan data dilakukan
a.2 Persentase Obat Indikator Dengan Tingkat kaplet 500 mg, Antasida tablet doen,
Aman Parasetamol 500 mg, Klorfeniramina maleat
Rumus: tingkat ketersediaan obat x 100%. (CTM), Asam askorbat (Vitamin C),
b. Persentase Ketepatan Permintaan Jumlah Obat Deksametason 0,5 mg, Prednison 5 mg,
Indikator. Piridoksin (Vitamin B6) 10 mg, Vitamin B
Cara menghitungnya: jumlah jenis obat komplek.
indikator yang didistribusikan oleh DinKes (x)
dibagi dengan seluruh jenis obat indikator HASIL DAN PEMBAHASAN
yang diminta (y) dikali 100%.
x Dalam mengevaluasi sistem pengelolaan
Rumus: x 100% obat pada tahap pendistribusian obat di
y
Puskesmas 1 Denpasar Barat, digunakan lima
c. Persentase Ketepatan Distribusi Obat Ke Sub indikator yaitu ketepatan kebutuhan jumlah
Unit Pelayanan Kesehatan obat indikator yang disediakan oleh
Cara menghitungnya: jumlah obat setiap Puskesmas dengan kebutuhan jumlah obat
indikator yang didistribusikan (x) dibagi indikator yang digunakan, presentase
dengan jumlah obat indikator yang diminta (y) ketepatan permintaan jumlah obat indikator,
dikali 100%. presentase ketepatan distribusi obat ke sub unit
x pelayanan kesehatan, waktu kekosongan obat
Rumus: x 100%
y indikator, persentase dan nilai obat rusak
d. Waktu Kekosongan Obat Indikator akibat kurang baiknya sistem distribusi obat.
Cara menghitung waktu kekosongan obat 1. Ketepatan Kebutuhan Jumlah Obat
adalah kekurangan obat perbulan (x) dibagi Indikator Yang Disediakan Oleh
dengan jumlah pemakaian obat perbulan (y). Puskesmas Dengan Kebutuhan Jumlah
Cara menghitung kekurangan obat (x) adalah Obat Indikator Yang Digunakan.
stok obat perbulan (a) dikurangi pemakaian a. Tingkat Ketersediaan Obat Indikator
obat perbulan (b). Dari hasil yang didapatkan untuk nilai
Cara menghitung persentase waktu ketersediaan obat setiap indikator
kekosongan obat adalah waktu kekosongan perbulannya selama tahun 2008 didapatkan
obat perbulan dikali 100%. hasil yang relatif baik. Semakin besar nilai
x ketersediaan obat indikator yang tercapai
Rumus : waktu kekosongan obat = tiap bulannya maka semakin besar pula
y
Rumus : kekurangan obat (x) = a – b jumlah obat indikator perbulan yang
Rumus : persentase waktu kekosongan obat = tersedia di Puskesmas tersebut. Terlalu
besar ketersediaan jumlah obat yang
x
x 100% dicapai tiap bulannya akan dapat
y memberikan dampak yang buruk
e. Persentase Dan Nilai Obat Rusak Akibat khususnya untuk obat-obat yang
Kurang Baiknya Sistem Distribusi pemakaiannya tidak terlalu besar atau
Cara menghitungnya: jumlah jenis obat yang jarang digunakan, seperti terjadi
rusak pada saat kedatangan obat (x) dibagi penumpukan obat yang berlebih yang
dengan total jenis obat yang tersedia (y) nantinya akan dapat menyebabkan
x terjadinya kadaluwarsa obat.
Rumus: persentase obat rusak = x 100%
y Selama tahun 2008, juga terjadi nilai
(BPOM, 2001). ketersediaan obat yang buruk. Terjadi pada
Rumus nilai obat rusak = jumlah obat yang obat indikator Piridoksin (Vitamin B6) 10
rusak pada saat kedatangan obat x harga per mg pada bulan Januari dengan nilai 0,51.
kemasan Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya
4. Jenis obat yang digunakan sebagai indikator obat kosong yang berakibat terjadinya
dalam penelitian adalah 10 jenis obat generik kekurangan obat sehingga proses distribusi
terbanyak yang dipakai selama tahun 2008, untuk sub unit puskesmas atupun
yaitu Gliserin guayakolat 100 mg, Amoksisilin penyerahan obat ke tangan pasien juga
akan terganggu sehingga tidak dapat tersebut dapat memenuhi kebutuhan akan obat
memenuhi kebutuhan akan obat tersebut. pada bulan tersebut.
b. Persentase Obat Indikator Dengan Selama tahun 2008, juga terjadi persentase
Tingkat Aman obat indikator dengan tingkat tidak aman
Dari hasil yang didapatkan untuk ditunjukkan dengan nilai persentase kurang
persentase obat indikator dengan tingkat aman dari 100. Keadaan ini hanya terjadi pada obat
selama tahun 2008 didapatkan hasil yang indikator Piridoksin (Vitamin B6) 10 mg pada
relatif baik. Keadaan dengan nilai ini, bulan Januari dengan nilai 51% yang
menggambarkan bahwa jumlah ketersediaan menunjukkan bahwa ketersediaan obat
obat indikator tiap bulannya dapat memenuhi indikator Piridoksin pada bulan Januari hanya
tingkat pemakaian obat indikator tiap dapat memenuhi setengah dari yang
bulannya. Semakin tinggi persentase obat diperlukan, dengan kata lain jumlah
indikator dengan tingkat aman yang diperoleh ketersediaan obat di puskesmas lebih kecil
tiap bulannya maka semakin aman pula dibandingkan jumlah pemakaiannya.
ketersediaan obat pada bulan tersebut yang
artinya jumlah obat yang tersedia pada bulan
Tabel 1. Tingkat Ketersediaan Obat Indikator di Puskesmas 1 Denpasar Barat tahun 2008.
Nilai Ketersediaan Obat Indikator Perbulan
Kode
No Tahun 2008
obat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 A 5,29 6,86 2,30 1,08 6,02 4,08 3,21 2,28 1,82 1,37 1,93 1,35
2 B 6,22 2,54 2,35 1,80 1,71 1 1 1 2,09 1,20 2,13 1,33
3 C 4,86 4,52 2,69 2,40 3,34 1,64 3,34 2,29 5,14 4,24 3,12 3,52
4 D 3,32 1,70 1,32 1 1,86 1,15 1,70 1,05 1,96 1,02 2,21 1,31
5 E 3,34 1,76 1,57 1,03 3,33 2,39 2,92 1,83 2,89 1,45 1,65 1
6 F 6,00 4,62 1,69 2,55 3,60 1,56 1,37 1 2,32 1,33 2,45 1,66
7 G 3,83 5,71 2,89 3,76 9,52 10,25 4,10 4,54 12,47 3,21 4,65 5,97
8 H 2,87 1,51 2,12 2,04 1,57 1,48 3,58 2,41 6,00 4,76 6,74 5,26
9 I 0,51* 4,33 4,35 4,73 9,99 3,47 3,21 2,65 5,57 2,79 2,60 4,04
10 J 2,85 1,63 1,62 1 2,86 2,99 2,65 3,45 6,41 3,49 4,83 3,74
Keterangan :
A = Gliserin guayakolat 100 mg; B = Amoksisilin kaplet 500 mg; C = Antasida tablet doen; D = Parasetamol 500 mg; E =
Klorfeniramina maleat (CTM); F = Asam askorbat (Vitamin C); G = Deksametason 0,5 mg; H = Prednison 5 mg ; I =
Piridoksin (Vitamin B6) 10 mg ; J = Vitamin B komplek.
>1 = tingkat ketersediaan obat yang baik
< 1* = tingkat ketersediaan obat yang buruk
1 = tingkat ketersediaan obat yang tepat
Tabel 2. Persentase Obat Indikator dengan Tingkat Aman di Puskesmas 1 Denpasar Barat tahun
2008.
Nilai Persentase Obat Indikator Perbulan
Kode
No Tahun 2008 (%)
obat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 A 529 686 230 108 602 408 321 228 182 137 193 135
2 B 622 254 235 180 171 100 100 100 209 120 213 133
3 C 486 452 269 240 334 164 334 229 514 424 312 352
4 D 332 170 132 100 186 115 170 105 196 102 221 131
5 E 334 176 157 103 333 239 292 183 289 145 165 100
6 F 600 462 169 255 360 156 137 100 232 133 245 166
7 G 383 571 289 376 952 1025 410 454 1247 321 465 597
8 H 287 151 212 204 157 148 358 241 600 476 674 526
9 I 51* 433 435 473 999 347 321 265 557 279 260 404
10 J 285 163 162 100 286 299 265 345 641 349 483 374
Keterangan :
A = Gliserin guayakolat 100 mg; B = Amoksisilin kaplet 500 mg; C = Antasida tablet doen; D = Parasetamol 500 mg; E =
Klorfeniramina maleat (CTM); F = Asam askorbat (Vitamin C); G = Deksametason 0,5 mg; H = Prednison 5 mg ; I = Piridoksin
(Vitamin B6) 10 mg ; J = Vitamin B komplek.
< 100 %* = persentase obat indikator dengan tingkat tidak aman (buruk)
> 100% = persentase obat indikator dengan tingkat aman yang baik
100% = persentase obat indikator dengan tingkat aman yang tepat
2. Persentase Ketepatan Permintaan Amoksisilin kaplet 500 mg dengan nilai 22,4%
Jumlah Obat Indikator. pada bulan Mei, Antasida tablet doen dengan
nilai 50% terjadi pada bulan Mei dan pada bulan
Tabel 3. Persentase Ketepatan Permintaan Juli, Vitamin C dengan nilai 50% terjadi pada
Obat di Puskesmas 1 Denpasar Barat Tahun bulan Juli serta Prednison 5 mg dengan nilai
2008. 50% dan 46,66% yang terjadi pada bulan Maret
Nilai Persentase Ketepatan Permintaan Obat dan bulan Mei. Keadaan dengan nilai 22,4% dan
Kode Indikator tiap 2 bulan Tahun 2008 46,66% menunjukkan bahwa hanya sedikit
No
obat (%)
sekali jumlah permintaan obat oleh puskesmas
1 3 5 7 9 11
yang dapat dipenuhi oleh sumber penyedia obat
1 A 100 100 100 100 100 100
2 B 100 66,66 22,4* 66,66 100 100
sedangkan nilai 50% yang dicapai menunjukkan
3 C 100 - 50* 50* 100 100 bahwa hanya setengah dari total jumlah
4 D 100 66,66 76,66 100 100 100 permintaan obat oleh pukesmas yang dapat
5 E 100 100 100 100 100 100 dipenuhi oleh sumber penyedia obat. Tidak
6 F 100 66,66 75 50* 100 100 terpenuhinya semua permintaan obat yang
7 G 100 100 100 100 100 100 diminta oleh puskesmas pada sumber penyedia
8 H 100 50* 46,66* 100 100 - obat disebabkan karena keterbatasan anggaran
9 I 100 100 100 100 100 - dana dalam pengadaan obat dari Dinas
10 J 100 100 85,71 80 100 - Kesehatan Kota Denpasar atau kurang
Keterangan : tersedianya obat di Gudang Farmasi.
A = Gliserin guayakolat 100 mg; B = Amoksisilin kaplet
500 mg; C = Antasida tablet doen; D = Parasetamol 500
mg; E = Klorfeniramina maleat (CTM); F = Asam 3. Persentase Ketepatan Distribusi Obat Ke
ascorbat (Vitamin C); G = Deksametason 0,5 mg; H = Sub Unit Pelayanan Kesehatan.
Prednison 5 mg ; I = Piridoksin (Vitamin B6) 10 mg ; J = Terdapat 3 buah hasil persentase ketepatan
Vitamin B komplek. distribusi obat, yaitu persentase ketepatan
0 = nilai persentase ketepatan permintaan obat
distribusi obat indikator Pustu I, Pustu II dan
yang buruk sekali
< 60%* = nilai persentase ketepatan permintaan obat Pustu III.
yang buruk Nilai persentase ketepatan distribusi obat
≥ 60% = nilai persentase ketepatan permintaan obat indikator pada Pustu I tiap bulannya selama
yang cukup baik tahun 2008 sebagian besar menunjukkan nilai
≥ 70% = nilai persentase ketepatan permintaan obat
lebih dari 85%, menggambarkan bahwa telah
yang baik
≥ 85% = nilai persentase ketepatan permintaan obat terjadi persentase ketepatan permintaan obat
yang baik sekali yang baik sekali. Nilai ini menunjukkan bahwa
- = tidak ada transaksi (permintaan - penerimaan) semua permintaan obat yang dipesan oleh
Puskesmas Pembantu I dapat dipenuhi oleh
Dari hasil yang didapatkan untuk sumber penyedia obat yaitu puskesmas I
persentase ketepatan permintaan obat indikator Denpasar Barat. Terdapat pula persentase
tiap 2 bulan selama tahun 2008 didapatkan hasil ketepatan permintaan obat dengan nilai (-),
yang relatif baik, menunjukkan bahwa semua yang terjadi pada beberapa jenis obat indikator
permintaan obat yang dipesan oleh puskesmas pada bulan-bulan tertentu selama tahun 2008.
dapat dipenuhi oleh sumber penyedia obat Nilai ini, menggambarkan bahwa tidak terjadi
puskesmas yaitu oleh Dinas Kesehatan Kota permintaan obat oleh Puskesmas Pembantu I
Denpasar. Dengan terpenuhinya semua kepada sumber penyedia obat yaitu Puskesmas
permintaan obat yang diajukan oleh puskesmas I Denpasar Barat, karena masih tersedianya sisa
maka proses distribusi obat akan dapat berjalan obat pada bulan sebelumnya yang telah
dengan lancar sehingga puskesmas nantinya diperkirakan sisa tersebut akan masih dapat
akan dapat juga memenuhi kebutuhan akan obat memenuhi kebutuhan untuk bulan berikutnya.
pada sub unit puskesmas dan pasien.. Selama tahun 2008, juga terjadi nilai persentase
Selama tahun 2008, juga terjadi nilai persentase ketepatan permintaan obat yang buruk,
ketepatan permintaan obat yang buruk, ditunjukkan dengan nilai kurang dari 60%,
ditunjukkan dengan nilai kurang dari 60%. seperti Gliserin guayakolat 100 mg,
Terjadi pada beberapa obat indikator seperti Parasetamol 500 mg, Klorfeniramina maleat,
Deksametason dan Vitamin B komplek. nilai (-), ini terjadi pada beberapa jenis obat
Keadaan dengan nilai menunjukkan bahwa indikator pada bulan-bulan tertentu selama
hanya setengah dari total jumlah permintaan tahun 2008. Nilai ini, menggambarkan bahwa
obat oleh Pukesmas Pembantu yang dapat tidak terjadi permintaan obat oleh Puskesmas
dipenuhi oleh Puskesmas I Denpasar Barat. Pembantu II dan III kepada sumber penyedia
Nilai persentase ketepatan distribusi obat obat yaitu Puskesmas I Denpasar Barat, karena
indikator pada Pustu II dan Pustu III tiap masih tersedianya sisa obat pada bulan
bulannya selama tahun 2008 sebagian besar sebelumnya yang telah diperkirakan bahwa sisa
menunjukkan nilai lebih dari 85% tepatnya tersebut masih dapat memenuhi kebutuhan
hasil yang didapat adalah 100%, sehingga untuk bulan berikutnya.
menggambarkan bahwa semua permintaan obat Selama tahun 2008, juga terjadi nilai
yang dipesan oleh Puskesmas Pembantu II dan persentase ketepatan permintaan obat yang
III dapat dipenuhi oleh sumber penyedia obat buruk pada Pustu II dan Pustu III yang
yaitu puskesmas I Denpasar Barat. Keadaan ini ditunjukkan dengan nilai kurang dari 60%.
dapat berdampak pada terganggunya proses Nilai ini menunjukkan bahwa hanya setengah
distribusi obat karena kurangnya jumlah obat dari total jumlah permintaan obat oleh
yang diperlukan dalam pemenuhan kebutuhan Pukesmas Pembantu II dan III yang dapat
obat di puskesmas tersebut. Terdapat pula dipenuhi oleh Puskesmas I Denpasar Barat.
persentase ketepatan permintaan obat dengan

Tabel 4. Persentase Ketepatan Distribusi Obat Indikator Pustu I Tahun 2008

Nilai Persentase Ketepatan Distribusi Obat Indikator Perbulan


Kode Tahun 2008 (%)
No
obat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 A 100 100 100 - 50* - 100 100 100 100 100 66,66
2 B 50* 100 100 100 100 100 100 66,66 100 100 100 66,66
3 C 100 - - 100 - - 100 - 100 - - -
4 D 33,33* 100 100 100 100 100 56* 50* 84,24 100 100 100
5 E 33,33* 33,33* 100 100 100 100 34,2* 100 100 100 100 33,33*
6 F 100 - 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
7 G 50* 50* 100 - - - - 100 - - - 100
8 H 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
9 I 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
10 J 100 50* 100 51,5* 100 100 69,15 100 100 100 100 100
Keterangan :
A = Gliserin guayakolat 100 mg; B = Amoksisilin kaplet 500 mg; C = Antasida tablet doen; D = Parasetamol 500
mg; E = Klorfeniramina maleat (CTM); F = Asam askorbat (Vitamin C); G = Deksametason 0,5 mg; H = Prednison
5 mg ; I = Piridoksin (Vitamin B6) 10 mg ; J = Vitamin B komplek.
0 = nilai persentase ketepatan permintaan obat yang buruk sekali
< 60%* = nilai persentase ketepatan permintaan obat yang buruk
≥ 60% = nilai persentase ketepatan permintaan obat yang cukup baik
≥ 70% = nilai persentase ketepatan permintaan obat yang baik
≥ 85% = nilai persentase ketepatan permintaan obat yang baik sekali
- = tidak ada transaksi (permintaan - penerimaan)
Tabel 5. Persentase Ketepatan Distribusi Obat Indikator Pustu II Tahun 2008

Nilai Persentase Ketepatan Distribusi Obat Indikator Perbulan


Kode Tahun 2008 (%)
No
obat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 A 100 100 - 100 100 100 - 100 100 - 100 -
2 B 100 100 100 100 100 100 - 100 - - 100 100
3 C - - - - - 100 - - 100 - 100 -
4 D 50* 100 100 100 100 100 - 100 - 100 100 100
5 E 100 100 - 100 100 100 - 100 100 - 100 -
6 F - - - - - 100 - - 100 - 100 -
7 G - 100 - - 100 - - - - 100 100 100
8 H 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
9 I 100 - 100 100 100 100 100 100 100 100 - 100
10 J - - - - - - - - - - - -
Keterangan :
A = Gliserin guayakolat 100 mg; B = Amoksisilin kaplet 500 mg; C = Antasida tablet doen; D = Parasetamol 500
mg; E = Klorfeniramina maleat (CTM); F = Asam askorbat (Vitamin C); G = Deksametason 0,5 mg; H =
Prednison 5 mg ; I = Piridoksin (Vitamin B6) 10 mg ; J = Vitamin B komplek.
0 = nilai persentase ketepatan permintaan obat yang buruk sekali
< 60%* = nilai persentase ketepatan permintaan obat yang buruk
≥ 60% = nilai persentase ketepatan permintaan obat yang cukup baik
≥ 70% = nilai persentase ketepatan permintaan obat yang baik
≥ 85% = nilai persentase ketepatan permintaan obat yang baik sekali
- = tidak ada transaksi (permintaan - penerimaan)

Tabel 6 Persentase Ketepatan Distribusi Obat Indikator Pustu III Tahun 2008

kode Nilai Persentase Ketepatan Distribusi Obat Indikator Perbulan Tahun 2008 (%)
No
obat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 A 100 - - 100 - - 100 - - - 100 100
2 B 100 100 100 100 100 100 100 100 - 100 100 100
3 C - 100 100 - - 100 100 - 100 - - -
4 D 50* 100 - 100 - - 100 - 100 100 100 100
5 E 100 - - 100 - 100 100 - - 100 - 100
6 F 100 - - - - 100 100 - - - - -
7 G 100 - - 100 - - 100 - - - 100 100
8 H - - - - - 100 - - 100 - 100 -
9 I 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
10 J 100 - - 100 - - 100 - - - 100 100
Keterangan :
A = Gliserin guayakolat 100 mg; B = Amoksisilin kaplet 500 mg; C = Antasida tablet doen; D = Parasetamol 500
mg; E = Klorfeniramina maleat (CTM); F = Asam askorbat (Vitamin C); G = Deksametason 0,5 mg; H =
Prednison 5 mg ; I = Piridoksin (Vitamin B6) 10 mg ; J = Vitamin B komplek.
0 = nilai persentase ketepatan permintaan obat yang buruk sekali
< 60%* = nilai persentase ketepatan permintaan obat yang buruk
≥ 60% = nilai persentase ketepatan permintaan obat yang cukup baik
≥ 70% = nilai persentase ketepatan permintaan obat yang baik
≥ 85% = nilai persentase ketepatan permintaan obat yang baik sekali
- = tidak ada transaksi (permintaan - penerimaan)
obat Keadaan dengan tidak adanya kekosongan
4. Waktu Kekosongan Obat indikator obat tiap bulannya menggambarkan bahwa
Tabel 7. Waktu Kekosongan Obat Indikator di jumlah setiap obat indikator yang tersedia tiap
Puskesmas 1 Denpasar Barat Tahun bulan sesuai dengan kebutuhan obat yang
2008. digunakan tiap bulan, sehingga proses distribusi
Waktu Kekosongan Obat Indikator Perbulan di obat menjadi lancar. Namun pada bulan tertentu
kode Puskesmas I Denpasar Barat
No terjadi pula kekosongan obat ditunjukkan dengan
obat Tahun 2008
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 nilai kurang dari 0 yaitu, terjadi pada obat
1 A 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 B 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Piridoksin dan obat Vitamin B Komplek. Nilai ini
3 C 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 menunjukkan terjadinya kekosongan obat akibat
4 D 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 dari persediaan obat yang ada di puskesmas lebih
5 E 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 kecil dari pemakaiannya.
6 F 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 G 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 H 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Berdasarkan hasil yang didapatkan pada
I
- persentase waktu kekosongan obat indikator
9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1,36*
- perbulan di puskesmas I denpasar barat tahun
J
10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.62* 2008 menunjukkan hasil yang relatif baik yaitu
Keterangan : tidak terjadi kekosongan obat. Keadaan ini
A = Gliserin guayakolat 100 mg; B = Amoksisilin kaplet
500 mg; C = Antasida tablet doen; D = Parasetamol 500
menunjukkan tingkat keberhasilan yang dicapai
mg; E = Klorfeniramina maleat (CTM); F = Asam askorbat oleh Puskesmas I Denpasar Barat dalam
(Vitamin C); G = Deksametason 0,5 mg; H = Prednison 5 memenuhi kebutuhan akan obat tiap bulannya
mg ; I = Piridoksin (Vitamin B6) 10 mg ; J = Vitamin B Namun pada bulan tertentu terjadi pula
komplek. persentase waktu kekosongan obat ditunjukkan
0 = tidak terjadi kekosongan obat
<0 = terjadi kekosongan obat
dengan nilai kurang dari 0% yaitu obat
Piridoksin dan obat Vitamin B Komplek.
Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa Semakin kecil nilai persentase waktu
sebagian besar obat indikator tiap bulannya kekosongan obat yang dicapai menunjukkan
selama tahun 2008 memilki nilai waktu bahwa semakin sedikit pula persentase tingkat
kekosongan obat adalah 0 yang menunjukkan ketersediaan obat tersebut. Keadaan ini akan
hasil relatif baik yaitu tidak terjadi kekosongan membawa dampak kekosongan obat

Tabel 8. Persentase Waktu Kekosongan Obat Indikator di Puskesmas 1 Denpasar Barat Tahun 2008.
Persentase Waktu Kekosongan Obat Indikator Perbulan di Puskesmas I
kode Denpasar Barat Tahun 2008 (%)
No
obat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 A 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
2 B 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
3 C 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
4 D 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
5 E 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
6 F 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
7 G 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
8 H 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% -
I
9 136%*
10 J 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% -62%*
Keterangan :
A = Gliserin guayakolat 100 mg; B = Amoksisilin kaplet 500 mg; C = Antasida tablet doen; D =
Parasetamol 500 mg; E = Klorfeniramina maleat (CTM); F = Asam askorbat (Vitamin C); G =
Deksametason 0,5 mg; H = Prednison 5 mg ; I = Piridoksin (Vitamin B6) 10 mg ; J = Vitamin B
komplek.
0% = tidak terjadi kekosongan obat
< 0% = terjadi kekosongan obat
5. Persentase Dan Nilai Obat Rusak Dari hasil yang didapat untuk persentase
Akibat Kurang Baiknya Sistem dan nilai obat rusak akibat kurang baiknya
Distribusi Obat. sistem distribusi obat selama tahun 2008
tidak terjadi kerusakan obat akibat kurang
Tabel 9. Nilai Obat Rusak Akibat Kurang baiknya sistem distribusi obat. Dengan
Baiknya Sistem Distribusi Obat di keadaan ini maka permintaan akan obat
Puskesmas 1 Denpasar Barat oleh Puskesmas dapat terpenuhi dengan
tahun 2008. jumlah serta kualitas obat yang baik serta
no kode obat x y (Rp) z Keterangan kedatangan obat yang tepat waktu.
1 A 0 3370 0 baik
2 B 0 650 0 baik
3 C 0 2220 0 baik SIMPULAN
4 D 0 370 0 baik
5 E 0 1864 0 baik
1. Tingkat ketersediaan obat indikator di
6 F 0 2324 0 baik Puskesmas 1 Denpasar Barat tahun 2008
7 G 0 3810 0 baik relatif baik, hanya beberapa obat indikator
8 H 0 10 0 baik seperti Piridoksin (Vitamin B6) 10 mg
9 I 0 5745 0 baik
yang mengalami terjadinya tingkat
10 J 0 3053 0 baik
Keterangan :
ketersediaan obat yang buruk.
A = Parasetamol 500 mg; B = Klorfeniramina maleat 2. Persentase ketepatan permintaan obat di
(CTM); C = Vitamin B komplek; D = Amoksisilin kap 500 Puskesmas 1 Denpasar Barat tahun 2008
mg; E = Asam askorbat (Vitamin C); F = Gliserin
guayakolat 100 mg; G = Prednison 5 mg; H = Piridoksin
relatif baik namun terdapat persentase
(Vitamin B6) 10 mg; I = Deksametason 0,5 mg; J = ketepatan permintaan obat yang buruk
Antasida tablet doen. yaitu obat Amoksisilin kaplet 500 mg,
Keterangan:
x = jumlah obat yang rusak Antasida tablet doen, Asam askorbat, dan
y = harga satuan obat indikator (dalam Rupiah) Prednison 5 mg.
z = nilai obat indikator yang rusak (x.y) 3. Persentase ketepatan distribusi obat
0 = tidak terjadi obat rusak
>0 = terjadi obat rusak indikator pada masing-masing Pustu
Puskesmas 1 Denpasar Barat tahun 2008,
Tabel 10. Persentase obat rusak akibat kurang yaitu:
baiknya sistem distribusi obat di a) Pustu I Puskesmas 1 Denpasar Barat
Puskesmas 1 Denpasar Barat tahun 2008, relatif baik. Adapun
tahun 2008. beberapa obat yang mengalami
no kode obat x y obat rusak (%) Persentase ketepatan distribusi obat
1 A 0 117.000 0 yang buruk adalah Gliserin guayakolat
2 B 0 108,000 0 100 mg, Amoksisilin 500 mg,
3 C 0 85,000 0 Parasetamol 500 mg, Klorfeniramina
4 D 0 75,600 0
maleat (CTM), Deksametason 0,5 mg,
5 E 0 85,000 0
Vitamin B komplek.
6 F 0 41,000 0
7 G 0 39,000 0
8 H 0 25,600 0 b) Pustu II dan Pustu III Puskesmas 1
9 I 0 34,000 0 Denpasar Barat tahun 2008, relatif
10 J 0 31,000 0 baik. Adapun beberapa obat yang
mengalami Persentase ketepatan
Keterangan : distribusi distribusi obat yang buruk
A = Gliserin guayakolat 100 mg; B = Amoksisilin kaplet 500 adalah Parasetamol 500 mg, yang
mg; C = Antasida tablet doen; D = Parasetamol 500 mg; E =
Klorfeniramina (CTM); F = Asam askorbat (Vitamin C); G = terjadi pada bulan Januari tahun 2008.
Deksametason 0,5 mg; H = Prednison 5 mg ; I = Piridoksin 4. Waktu kekosongan obat indikator di
(Vitamin B6) 10 mg ; J = Vitamin B komplek. Puskesmas 1 Denpasar Barat tahun 2008,
x = jumlah jenis obat yang rusak pada saat
kedatangan obat relatif baik, namun 2 obat indikator yaitu
y = total jenis obat yang tersedia Piridoksin (Vitamin B6) 10 mg dan
obat rusak (%) = x.y Vitamin B komplek menunjukkan terjadi
0 = tidak terjadi obat rusak
>0 = terjadi obat rusak kekosongan obat pada bulan Desember
tahun 2008.
DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Anonima. 2007. Kondisi Umum Denpasar
Barat. Available from : DepKes R.I. 2003. Pedoman Pengelolaan
http://www.denbar. denpasarkota.go.id. Obat Publik Dan Perbekalan
Opened : 09 mei 2009. Kesehatan Di Puskesmas. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat
Anonimb. 2008. Kondisi Geografis Denpasar. Dan Makanan Departemen Kesehatan
Available from : http:// Republik Indonesia.
www.pertanian.denpasarkota.go.id.
Opened : 09 mei 2009. DepKes R.I. 2004. Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Tantang
Anonimc . 2008. Profil Puskesmas I Denbar Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan
Dan Kondisi Umum. Available Masyarakat. Jakarta: Departemen
from:http://www.pertanian. Kesehatan Republik Indonesia.
denpasarkota.go.id. Opened : 09 mei
2009. DepKes R.I. 2006. Pedoman Pengelolaan
Puskesmas Di Perkotaan. Jakarta:
Aziz, S., M.J.Herman., Abdul Mun’im. 2005. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat
Kemampuan Petugas Menggunakan Dan Makanan Departemen Kesehatan
Pedoman Evaluasi Pengelolaan Dan Republik Indonesia. .
Pembiayaan Obat, Majalah Ilmu
Kefarmasian, Vol. II, No.2, Agustus DepKes R.I. 2007. Pedoman Pengelolaan
2005, 62-73. Available Obat Publik Dan Perbekalan
from:http://jurnal.farmasi.ui.ac.id/pdf/2 Kesehatan Di Daerah Kepulauan.
005/v02n02/sriana0202,pdf. Oponed: Jakarta: Departemen Kesehatan
12 Mei 2009. Republik Indonesia.

BPOM. 2001. Evaluasi Pengelolaan Dan Muninjaya, A.A.Gede. 2004. Manajemen


Penggunaan Obat Kabupaten/Kota Kesehatan, edisi 2. Jakarta: Buku
Dan Puskesmas. Badan Pengawas Obat Kedokteran EGC.
Dan Makanan.
Pendit, B.U. 1999. Manajemen Pelayanan
DepKes R.I. 1987. Pedoman Pengelolaan Kesehatan Primer, Edisi 2. Jakarta:
Obat Di Puskesmas. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Puskesmas. 2008. Laporan Bulanan Data
Kesakitan. Puskesmas I Denpasar
DepKes R.I. 1989. Pedoman Perencanaan Barat.
Dan Pengelolaan Obat. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Quick, J.D., dkk. 1997. Managing Drug
Dan Makanan Departemen Kesehatan Supply, 2nd ed. USA: Kumarin Press
Republik Indonesia. Connecticut.

DepKes R.I. 1990. Pedoman Perencanaan Setiawan. D., dkk., 2005. Indikator
Dan Pengelolaan Obat. Jakarta: Pengelolaan Obat. Fakultas Farmasi.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Jakarta: UGM.
Dan Makanan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Seto, Soerjono., Yunita Nita,Lily Triana. 2004.
Manajemen Farmasi. Airlangga
DepKes R.I. 1992. Pedoman Pengelolaan Universitas Press. Surabaya.
Dasar di Puskesmas. Jakarta:

You might also like