You are on page 1of 19

MAKALAH

MASYARAKAT MADANI DAN KESEJAHTERAAN UMAT

DOSEN PENGAMPUH : MUHAMMAD SADDANG, S.Si.,M.Pd.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2

KELAS : PENDIDIKAN MATEMATIKA 2022 A

1. PUTRI AMELIA (H0222003)


2. SRI WARDANI (H0222006)
3. BIWIASTY SAYADI (H0222308)
4. SELVIA NUR (H0222310)
5. ABD.KADIR (H0222337)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
2022
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT. Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya atas berkat dan
Rahmat-Nya sehingga kami diberikan kemudahan dalam menyusun makalah ini
dan mampu menyelesaikan dengan tepat pada waktunya yang berjudul
“MASYARAKAT MADANI DAN KESEJAHTERAAN UMAT”. Tidak lupa juga
sholawat serta salam atas junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Serta
kepada keluarga , saudara, sahabat, dan kerabatnya.

Selain sebagai tugas, kami membuat makalah ini untuk memberikan


pengetahuan tambahan kepada pembaca tentang “MASYARAKAT MADANI
DAN KESEJAHTERAAN UMAT”. Pada kesempantan ini kami mengucapkan
terimakasih kepada dosen pengampuh matakuliah Pendidikan Agama Islam, ustadz
Muhammad Saddang, S.Si.,M.Pd. terhadap tugas yang di berikan kepada kami.
Kami juga ingin mengucapkan terimakasih terhadap pihak-pihak yang turut
membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Makalah ini kami susun atas dasar pengembangan penalaran kami yang
berpedoman pada sumber-sumber informasi yang ada diinternet. Dalam
penyusunan makalah ini penulis menyadari masih banyak kesalahan yang
dilakukan. Oleh karena itu, kami meminta kritik dan saran membangun, sehingga
kami lebih baik lagi ke depannya. Semoga makalah ini dapat bermamfaat untuk
menambah pengetahuan pembaca dan kita semua.

Majene, 30 Oktober 2022

KELOMPOK 2

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I (PENDAHULUAN)
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 1
1.3 Tujuan .................................................................................................... 1
BAB II (PEMBAHASAN)
1. Masyarakat Madani ................................................................................. 2
2. Ciri-Ciri Masyarakat Madani .................................................................. 3
3. Upaya dalam Membangun Masyarakat Madani ..................................... 5
4. Kesejahteraan Umat ................................................................................ 5
5. Hubungan Masyarakat Madani dan Kesejahteraan Umat ....................... 7
BAB III (PENUTUP)
1. Kesimpulan .......................................................................................... 14
2. Saran .................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 15
LAMPIRAN ................................................................................................ 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar Belakang
Masyarakat Madinah banyak dirujuk sebagai salah satu contoh masyarakat
mempunyai sifat-sifat baik. Seperti, pelaksanaan amar ma’ruf nahi munkar yang
sejalan dengan petunjuk Allah swt., maupun persatuan dan kesatuan.
Meneladani sikap Nabi Muhammad saw. bukan hanya penampilan fisik belaka,
tapi sikap yang beliau lakukan saat berhubungan dengan sesama umat Islam
ataupun dengan umat lain, seperti menjaga persatuan umat Islam, menghormati
dan tidak meremehkan kelompok lain, berlaku adil kepada siapa saja, tidak
melakukan pemaksaan agama, dan sifat-sifat luhur lainnya.
Sifat dan sikap tersebut cocok diterapkan di masyarakat, khususnya
masyarakat Muslim. Dengan begitu, Muslim bersikap seimbang (tawassuth)
dalam mengejar kebahagiaan dunia dan akhirat. Jika sikap yang melekat pada
masyarakat Madinah mampu diteladani umat Islam saat ini, maka kebangkitan
Islam hanya menunggu waktu saja.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan masyarakat madani?
2. Apa ciri-ciri masyarakat madani?
3. Upaya apa yang bisa dilakukan untuk membangun masyarakat madani?
4. Apa yang dimaksud kesejahteraan umat?
5. Bagaimana hubungan masyarakat madani dengan kesejahteraan umat?
1.3 Tujuan
1. Mengetahhui pengertian masyarakat madani.

2. Mengethaui ciri-ciri masyarakat madani.

3. Mengetahui upaya-upaya dalam membangun masyarakat madani.

4. Mengetahui pengertian kesejahteraan umat.

5. Mengethaui hubungan antara masyarakat madani dengan


kesejahteraan umat.

1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Masyarakat Madani
a. Pengertian Umum
Tokoh yang pertama kali mengungkapkan istilah Masyarakat
Madani adalah Anwar Ibrahim dan dikembangkan di Indonesia oleh
Nurcholish Madjid. Istilah masyarakat madani selain mengacu pada
konsep civil society juga berdasarkan pada konsep negara madinah
yang dibangun Nabi Muhammad SAW pada tahun 622 M.
Masyarakat madani bisa diartikan sebagai masyarakat yang
beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang maju dalam
penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi.
b. Pengertian Masyarakat Madani dalam Perspektif Islam
Dalam perspektif Islam, Madani, merupakan istilah dari bahasa
arab “mudun”,atau “madaniyah”, yang mengandung arti peradaban.
Dalam bahasa inggris istilah tersebut berasal dari civil society lebih
mengacu kepada penciptaan peradaban. Kata al-din, yang umumnya
diterjemahkan sebagai agama, berkaitan dengan al-tamaddun atau
peradaban. Keduanya menyatu ke dalam pengertian al-madinah yang
arti harfiahnya adalah kota. Dengan demikian, masyarakat madani
mengandung tiga hal, yakni: agama, peradaban, dan perkotaan. Dari
konsep ini tercermin bahwa agama merupakan sumbernya, peradaban
sebagai prosesnya, dan masyarakat kota adalah hasilnya. Karena
madani berasal dari kata arab tamaddun atau madinah yang berarti
peradaban, dengan demikian masyrakat madani mengacu pada
masyarakat yang beradab.
Menurut Sanaky dalam Kusuma (2016), secara bahasa kata
madinah adalah penyerapan dari kosakata Arab yang mempunyai dua
pengertian. Pertama, madinah berarti kota atau disebut dengan
"masyarakat kota”. Kedua, “masyarakat peradaban” karena madinah
adalah juga penyerapan dari kata tamaddun ataumadaniyah yang

2
berarti “peradaban”, yang dalam bahasa Inggris dikenal sebagai civility
dancivilization. Kata sifat dari kata madinah adalah madani.
Secara istilah, masyarakat madani adalah komunitas Muslim
pertama di kota Madinah yang dipimpin langsung oleh Rasul Allah
SAW dan diikuti oleh keempat al-Khulafa al-Rasyidun. Masyarakat
madani adalah model masyarakat kota yang dibangun oleh Nabi
Muhammad SAW selepas hijrah ke Madinah.
Ada dua masyarakat madani dalam sejarah, yaitu:
1. Masyarakat Saba’, yaitu masyarakat di masa Nabi Sulaiman.
Masyarakat yang hidup aman sejahtera, dianugerahkan kepada
mereka rezeki yang melimpah, tetapi mereka tidak mensyukuri
nikmat yang diberikan oleh Allah, akhirnya Allah turunkan azab
kepada mereka berupa banjir bandang yang menghancurkan
kehidupan mereka. Cerita mengenai ini ada pada QS Saba’ ayat
15-17.
2. Masyarakat Madinah. Dibawah pimpinan Rasulullah adalah
masyarakat ideal dalam konsep Islam. Masyarakat yang tunduk
dan patuh kepada pemimpin, meskipun mereka terdiri dari dari
berbagai agama dan kepercayaan; kaum muslimin yang
mayoritas, yahudi, nasrani dan watsani. Mereka hidup rukun,
saling menghormati, dan menjalankan agama dan kepercayaan
masing-masing.

2. Ciri-Ciri Masyarakat Madani


Secara umum, ciri-ciri masyarakat madani yaitu hadirnya sikap
toleransi, prinsip pluralisme dan juga pengakuan terhadap hak asasi pada
setiap elemen pribadi manusia yang ada dalam sebuah kelompok
masyarakat.
Ada beberapa karakteristik masyarakat madani, yaitu :
1. Adanya integrasi antar individu.

3
2. Kekuasaan tersebar merata di semua lapisan masyarakat dengan tujuan
meminimalisasi dominasi kalangan tertentu.
3. Program-program pembangunan berbasis masyarakat dicukupi dan
mayoritasnya dikuasai oleh negara.
4. Kreativitas masyarakat berkembang dengan cepat dan tidak dibatasi
oleh rezim otoriter.
5. Kepentingan individu atas negaranya terjembatani dengan baik.
6. Loyalitas dan kepercayaan masyarakat meningkat.
7. Masyarakat dibebaskan melakukan berbagai kegiatan melalui
lembagai sosial dari beragam perspektif.
8. Bertuhan, artinya masyarakat memiliki agama, mengakui adanya
Tuhan dan menempatkan hukum Tuhan sebagai pedoman yang
mengatur kehidupan social.
9. Damai.
10. Tolong menolong.
11. Toleran.
12. Keseimbangan antara hak dan kewajiban social.
13. Peradaban tinggi, artinya bahwa masyarakat tersebut memiliki
kecintaan terhadap ilmu pengetahuan dan memanfaatkan kemajuan
ilmu pengetahuan untuk umat manusia.
14. Berakhlak mulia.
Dari karakteristik tersebut, dapat diambil karakteristik yang sesuai
dengan pandangan islam, yaitu:
1. Berlandas hukum Allah
2. Aman dan damai
3. Tolong menolong
4. Toleransi
5. Keseimbangan antara hak dan kewajiban
6. Peradaban tinggi
7. Menguasai pengetahuan dan teknologi
8. Berakhlak mulia

4
3. Upaya Mewujudkan Masyarakat Madani
Upaya paling mudah mewujudkan masyarakat madani, khususnya di
Indonesia ialah dari diri sendiri. Sikap paling utama adalah beriman pada Allah,
karena masyarakat madani berlandas hukum Allah. Selain itu, sikap toleransi
harus dijunjung, mulai dari lingkungan terdekat; diri sendiri , lingkungan
sekitar hingga akhirnya ke lingkungan yang lebih besar. Dari hal itu, akan
tercapai kondisi aman dan damai. Selain toleransi, rasa empati dan simpati
harus dikuatkan, agar antar individu tidak terjadi kesenjangan yang tinggi,
sikap tolong menolong akan terbentuk.

4. Kesejahteraan Umat
a. Pengertian
Kesejahteraan Umat terdiri dari dua kata yaitu Kesejahteraan dan
Umat. Kesejahteraan berasal dari kata dasar sejahtera. Sejahtera artinya
aman, santosa, dan makmur, selamat (terlepas dari segala macam
gangguan, kesukaran, dan sebaginya). Kesejahteraan adalah “hal dalam
keadaan sejahtera, keamanan , keselamatan, dan ketentraman (kesenangan
hidup dan sebagainya), kemakmuran. Umat, dalam KBBI berarti para
penganut atau pengikut suatu agama. Umat dalam bahasa Ibrani modern
yaitu Ummah berarti bangsa. Ummah adalah sebuah kata dan frasa dari
bahasa Arab yang berarti “masyarakat” atau “bangsa”. Masyarakat
merupakan kumpulan beberapa individu yang berkumpul bersama, hidup
bersama dengan saling berhubungan atau pertalian satu sama laiinya.
Berdasarkan pengertian di atas maka kesejahteraan umat merupakan
keadaan yang menyebabkan umat/masyarakat merasa aman, santosa,
makmur, dan selamat serta terlepas dari segala macam gangguan dan
kesukaran.
b. Faktor-Faktor yang Mempengeruhi Kesejahteraan
Kesejahteraan umat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
membentuk kesejahteraan tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhi

5
kesejahteraan umat, tapi ada empat pokok yang utama dalam mewujudkan
kesejahteraan umat, yaitu :
1) Ilmunya para ulama (orang-orang yang berilmu). Misalnya, dalam
agama Islam untuk mewujudkan kesejahteraan ummatnya diperlukan
ilmu dari para ulama. Ilmu dimaksud adalah baik ilmu yang
berhubungan dengan Islam maupun yang bersifat ilmu sosial, ekonomi,
dan teknologi. Ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Islam, tentu saja untuk
mengenal Islam itu sendiri dengan lebih mendalam. Sedangkan ilmu-
ilmu sosial dan ekonomi adalah untuk memimpin ummat dan
mensejahterakan rakyat. Begitu juga ilmu tehnologi adalah untuk
mencapai kemajuan dibidang tehnologi.
Menyangkut dengan ini, Nabi SAW pernah mengkhawatirkan suatu saat
akan datang suatu masa dimana Islam hanya tinggal namanya saja dan
Alquran hanya tinggal tulisannya saja. Jadi, ilmunya para Ulama itu
sangat penting.
2) Adilnya pemimpin. Baik pemimpin dari tingkat nasional hingga sampai
tingkat terkecil (RT/RW). Keadilan seorang pemimpin itu, kata Ihsan,
hendaklah seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW, dimana beliau
pernah bersabda, "Seandainya Fatimah Binti Muhammad mencuri pasti
kupotong tangannya." Itu mencerminkan bahwa penegakan hukum
tidak boleh tajam ke bawah, tapi tumpul ke atas. Kalau seorang
pemimpin sudah adil, tak perlu lagi pengawal karena rakyatnya akan
mengawalnya dimanapun dia berada.
Dalam Islam, ada ketentuan memilih atau mengangkat seorang
pemimpin. Di antaranya pemimpin itu haruslah orang yang beriman,
tidak boleh dari orang-orang kafir sesuai dengan surat Al-Maidah ayat
51. Kafir di sini, terbagi dalam dua kriteria yakni kafir dalam hal aqidah
(non-Muslim) maupun kafir nikmat (orang Islam yang tidak
menjalankan ajaran Islam). "Kedua-dua jenis kafir ini akan
menghancurkan Islam. Kafir Aqidah menghancurkan Islam dari luar,
sedangkan kafir nikmat menghancurkan Islam dari dalam.

6
3) Kedermawanan kaum hartawan (orang-orang kaya). Kedermawanan
orang-orang kaya akan sangat membantu kesejahteraan masyarakat
terutama dari golongan dhuafa.
4) Do’anya orang-orang fakir-miskin. Rasulullah mengingatkan kepada
kita untuk berhati-hati terhadap doanya orang miskin. Bila mereka
dizalimi, niscaya doanya pasti akan dikabulkan Allah. Demikian juga
sebaliknya tatkala dibantu, doanya akan mengangkat derajat orang-
orang yang membantunya. Wallahualam.

5. Hubungan Masyarakat Madani dan Kesejahteraan Umat


Masyarakat madani masih menjadi suatu impian bagi seluruh bangsa tak
terkecuali Republik Indonesia tercinta. Masyarakat madani dan kesejahteraan
umat adalah cita-cita kita bersama. Membicarakannya, pasti kita akan merujuk
pada kejayaan masyarakat Madinah zaman Nabi Muhammad SAW. Ya, karena
memang pada zamannya berhasil menjadi miniatur masyarakat dengan banyak
sifat-sifat yang baik.
Dengan terwujudnya masyarakat madani maka kesejahteraan umat akan
terwujud. Masyarakat madani dan kesejahteraan umat bisa didapatkan dalam
kehidupan yang mendasarkan pada prinsi-prinsip berikut :
1. Jangan mengeksploitasi orang lain. (QS As-Syura’, 26:183)
2. Yang diberi kelebihan rezeki, hendaknya menyalurkan sebagian untuk
orang lain, (QS. An-Nahl 16:71)
3. Dalam harta mereka, terdapat hak orang lain, (QS. Dzaariyat 51:19).
4. Bisikan yang paling baik :
• Mengajak bersedekah,
• berbuat ma’ruf,
• atau mengadakan perdamaian di antara manusia, (QS. An-Nisa’
4:114).
Dari prinsip tersebut, hubungan masyarakat madani dengan
kesejahteraan masyarakat diwujudkan dengan sistem ekonomi islam.
Penerapan yang bisa dilakukan masyarakat adalah dengan Zakat dan Wakaf.

7
a. Masyarakat Madani dan Kesejahteraan Umat Melalui Zakat
Masyarakat madani dan kesejahteraan umat secara konsep ekonomi
Islam dapat dicapai melalui pemberdayaan zakat. Zakat adalah memberikan
harta yang telah mencapai nisab dan haul kepada orang yang berhak
menerimanya dengan syarat-syarat tertentu.
Nisab adalah ukuran tertentu dari harta yang dimiliki yang
mewajibkan dikeluarkannya zakat, sedangkan haul adalah berjalan genap
satu tahun. Zakat juga berarti kebersihan, setiap pemeluk Islam yang
mempunyai harta cukup banyaknya menurut ketentuan (nisab) zakat,
wajiblah membersihkan hartanya itu dengan mengeluarkan zakatnya.
Sesuai dalam Q.S At-Taubah ayat 103, Allah SWT berfirman ;

َ َ‫ص ٰلوتَك‬
‫س َك ٌن‬ َ ‫علَ ْي ِه ْۗ ْم ا َِّن‬ َ ُ ‫صدَقَةً ت‬
َ ‫ط ِه ُر ُه ْم َوتُزَ ِك ْي ِه ْم ِب َها َو‬
َ ‫ص ِل‬ َ ‫ُخ ْذ ِم ْن ا َ ْم َوا ِل ِه ْم‬
‫ع ِل ْي ٌم‬
َ ‫س ِم ْي ٌع‬ ‫لَّ ُه ْۗ ْم َو ه‬
َ ُ‫ّٰللا‬

“Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan


mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu
(menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar,
Maha Mengetahui”.

Adapun harta-harta yang wajib dizakati itu yaitu:


1. Harta yang berharga, seperti emas dan
2. Hasil tanaman dan tumbuh-tumbuhan
3. Binatang ternak, seperti unta, sapi, kambing, dan
4. Harta
5. Harta galian termasuk juga harta rikaz.

Berikut ini macam-macam zakat beserta besarannya:

1. Zakat Fitrah : Adalah zakat yang dikeluarkan menjelang hari Raya


Idul Fitri oleh setiap individu. Besarnya adalah 2,5 kg atau 3,5 liter
beras yang biasa dikonsumsi. Pembayaran zakat fitrah dapat
dilakukan dengan cara membayarkan harga dari makanan pokok.

8
2. Zakat penghasilan/profesi : Adalah zakat yang dikeluarkan dari
penghasilan profesi jika sudah mencapai nilai tertentu (nisab). Cara
menghitung zakat profesi : nisab sebesar 5 wasaq atau 652,8 kg
gabah atau setara dengan 520 kg beras. Besar zakat profesi yaitu 2,5
persen.
3. Zakat investasi adalah zakat yang dikenakan terhadap harta yang
diperoleh dari hasil investasi. Zakat investasi dikeluarkan pada saat
menghasilkan sedangkan modalnya tidak dikenakan zakat. Besar
zakat investasi yang dikeluarkan 5% untuk penghasilan kotor dan
10% untuk penghasilan bersih.
4. Zakat saham dan deposito : Saham atau deposito yang telah
mengendap selama satu tahun dan mencapai nilai minimal (nishab)
setara 85 gram emas wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5 persen.
5. Zakat tabungan : Uang simpanan yang telah mengendap selama satu
tahun dan mencapai nilai minimal (nishab) setara 85 gram emas
wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5 persen.
6. Zakat emas atau perak : Nishab emas 85 gram, sedangkan perak 595
gram. Besar zakat 2,5 persen.
7. Zakat hadiah dan sejenisnya. Hadiah terkait dengan gaji,
ketentuannya sama dengan zakat profesi dan dikeluarkan saat
menerima. Besar zakatnya 2,5%. Sementara itu untuk komisi, jika
komisi dari hasil presentase keuntungan perusahaan kepada
pegawai, maka zakat yang dikeluarkan 10%. sedangkan komisi dari
hasil profesi, misalnya makelar, besar zakatnya 2,5%. Sementara
hibah, jika sumber hibah tidak di duga-duga maka zakat yang
dikeluarkan sebesar 20%. Jika sumber hibah sudah di duga dan
diharapkan, maka hibah tersebut digabungkan dengan kekayaan
yang ada. Besarnya 2,5%.
Adapun orang yang berhak menerima zakat adalah:
1. Fakir, ialah orang yang tidak mempunyai dan tidak pula berusaha.

9
2. Miskin, ialah orang yang tidak cukup penghidupannya dengan
pendapatannya sehingga ia selalu dalam keadaan kekurangan.
3. Amil, ialah orang yang pekerjaannya mengurus dan mengumpulkan
zakat untuk dibagikan kepada orang yang berhak menerimanya.
4. Muallaf, ialah orang yang baru masuk Islam yang masih lemah
imannya.
5. Riqab, ialah hamba sahaya atau budak belian yang diberi kebebasan
berusaha untuk menebus dirinya agar menjadi orang merdeka.
6. Gharim, ialah orang yang berhutang yang tidak ada kesanggupan
membayarnya.
7. Fi-sabilillah, ialah orang yang berjuang di jalan Allah demi
menegakkan Islam.
8. Ibnussabil, ialah orang yang kehabisan biaya atau perbekalan dalam
perjalanan yang bermaksud baik (bukan untuk maksiat). Zakat
memiliki hikmah yang besar, bagi muzakki, mustahik, maupun bagi
masyarakat muslim pada umumnya. Bagi muzakki zakat berarti
mendidik jiwa manusia untuk suka berkorban dan membersihkan
jiwa dari sifat kikir, sombong dan angkuh yang biasanya menyertai
pemilikan harta yang banyak dan berlebih. Bagi mustahik, zakat
memberikan harapan akan adanya perubahan nasib dan sekaligus
menghilangkan sifat iri, dengki dan suuzon terhadap orang-orang
kaya, sehingga jurang pemisah antara si kaya dan si miskin dapat
dihilangkan. Bagi masyarakat muslim, melalui zakat akan terdapat
pemerataan pendapatan dan pemilikan harta di kalangan umat
Islam. Sedangkan dalam tata masyarakat muslim tidak terjadi
monopoli, melainkan sistem ekonomi yang menekankan kepada
mekanisme kerja sama dan tolong-menolong.

10
b. Masyarakat Madani dan Kesejahteraan Umat Melalui Wakaf

Masyarakat Madani dan Kesejahteraan Umat secara konsep Islam


juga dapat dicapai melalui adanya wakaf. Istilah wakaf berasal
dari waqb artinya menahan. Wakaf adalah menyerahkan suatu hak milik
yang tahan lama zatnya kepada seseorang atau nadzir (penjaga wakaf) baik
berupa perorangan maupun berupa badan pengelola dengan ketentuan
bahwa hasil atau manfaatnya digunakan untuk hal-hal yang sesuai dengan
syariat Islam.

Wakaf berfungsi sebagai ibadah kepada Allah dan berfungsi sosial.


Dalam fungsinya sebagai ibadah, diharapkan wakaf akan menjadi bekal
bagi si wakif di kemudian hari. Wakaf merupakan satu bentuk amalan yang
pahalanya akan terus mengalir selama harta wakaf itu dimanfaatkan.
Sedangkan dalam fungsi sosialnya, wakaf merupakan aset amat bernilai
dalam pembangunan umat.

Dalil tentang wakaf terdapat dalam Q.S Al-Baqarah ayat 261

‫س ْۢنبُلَة‬
ُ ‫سنَاب َل في ُكل‬ َ ‫ّللا َك َمثَل َحبَّة ا َ ْۢنبَتَت‬
َ ‫سب َع‬ ٰ ‫سبيل‬ َ ‫َمث َ ُل الَّذينَ يُنفقُونَ اَم َوالَ ُهم في‬
‫عليم‬َ ‫ّللاُ َواسع‬ ٰ ‫ف ل َمن يَّش َۤا ُء ۗ َو‬
ُ ‫ُضع‬ ٰ ‫مائَةُ َحبَّة ۗ َو‬
ٰ ‫ّللاُ ي‬
“Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir
biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah
melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha
Mengetahui.”

Dalam ayat tersebut, Allah mengatakan mengenai keutamaan yang


akan didapat oleh seorang muslim apabila melakukan infaq fii sabilillah.
Wakaf memang termasuk dalam infaq fi sabilillah yakni menyedekahkan
harta benda di jalan Allah. Amalan sedekah tersebut memiliki nilai yang
sangat berharga, bahkan pahalanya akan menjadi berlipat ganda karena
Allah menghendaki hal tersebut terjadi.

11
c. Masyarakat Madani dan Kesejahteraan Umat Melalui Hibah

Masyarakat madani dan kesejahteraan umat dapat dicapai pula


melalui adanya hibah. Menurut bahasa, kata hibah berasal berarti memberi
atau pemberian dengan sukarela dengan mengalihkan hak atas sesuatu
kepada orang lain. Menurut istilah, hibah adalah adalah akad atau perjanjian
yang menyatakan perpindahan milik seseorang kepada orang lain di waktu
ia masih hidup tanpa mengharapkan penggantian sedikitpun.

Dasar hukum hibah disebutkan dalam hadist Nabi berikut ini, hibah
hukumnya sunnah bahkan dianjurkan. Dalam suatu riwayat dari Abu
Hurairah dikatakan bahwa

“Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: Saling


memberi hadiahlah kamu sekalian, niscaya kamu akan saling mencintai.”

Maka hadits tersebut, dapat dipahami bahwa setiap pemberian atau


hadiah merupakan suatu perbuatan baik yang dianjurkan karena pemberian
dapat menumbuhkan rasa saling mencintai dan juga dapat menghilangkan
kebencian antara sesama manusia khususnya antara pemberi dan penerima.
Karena hibah merupakan pemberian yang mempunyai akibat hukum
perpindahan hak milik, maka pihak pemberi hibah tidak boleh meminta
kembali harta yang sudah dihibahkanya, sebab hal itu bertentangan dengan
prinsip-prinsip hibah.

d. Masyarakat Madani dan Kesejahteraan Umat Melalui Wasiat

Masyarakat madani dan kesejahteraan umat juga akan dicapai


melalui adanya wasiat. Menurut istilah, wasiat adalah pesan terakhir yang
diucapkan dengan lisan atau disampaikan dengan tulisan oleh seseorang
yang merasa akan wafat berkenaan dengan harta benda yang ditinggalkan.
Dalam Al- Quran kata wasiat mempunyai beberapa arti, di antaranya berarti
menetapkan, memerintahkan, dan mensyariatkan.

12
Dasar tentang wasiat terdapat dalam Q.S Al-Baqarah ayat 180

ِ ‫صيَّةُ ِل ْل َوا ِلدَي ِْن َو ْاْلَ ْق َر ِبيْنَ ِب ْال َم ْع ُر ْو‬


‫ف‬ ِ ‫ض َر ا َ َحدَ ُك ُم ْال َم ْوتُ ا ِْن ت ََركَ َخي ًْرا ۖ ْۨال َو‬
َ ‫ب َعلَ ْي ُك ْم اِذَا َح‬ َ ِ‫ُكت‬
ْۗ َ‫َحقًّا َعلَى ْال ُمت َّ ِقيْن‬

“Diwajibkan atas kamu, apabila maut hendak menjemput seseorang


di antara kamu, jika dia meninggalkan harta, berwasiat untuk kedua
orang tua dan karib kerabat dengan cara yang baik, (sebagai)
kewajiban bagi orang-orang yang bertakwa.”
Makna ayat tersebut ialah Diwajibkan atas kamu, wahai
orang-orang yang beriman, apabila tanda-tanda maut atau kematian
hendak menjemput seseorang di antara kamu seperti usia tua, rambut
memutih, gigi rontok, kulit mengendur, jika dia meninggalkan harta
yang banyak, maka hendaknya berwasiat dan memberi pesan yang
disampaikan kepada orang lain untuk dilaksanakan setelah kamu
meninggal dunia.

13
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Masyarakat madani menurut Islam adalah masyarakat yang
beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang maju dalam
penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi, dan menjadikan Al-
Quran sebagai pedoman. Karakteristik masyarakat madani menurut
islam adalah berlandaskan hukum Allah, aman dan damai, tolong
menolong, toleransi, keseimbangan antara hak dan kewajiban,
peradaban tinggi, menguasai pengetahuan dan teknologi, dan berakhlak
mulia.
Kesejahteraan umat adalah kondisi masyarakat sejahtera.
Prinsipnya adalah tidak mengeksploitasi orang lain, memberi kelebihan
rezeki, kepada yang tidak mampu, dan bersedekah. Masyarakat madani
erat sekali hubungannya dengan kesejahteraan umat. Penerapannya
adalah melalui zakat dan wakaf. Zakat adalah memberikan harta yang
telah mencapai nisab dan haul kepada orang yang berhak menerimanya
dengan syarat-syarat tertentu. Sedangkan Wakaf adalah memindahkan
hak milik pribadi menjadi milik satu badan yang memberi manfaat bagi
masyarakat.
2. Saran
Dengan mengetahui dan memaknai maksud masyarakat madani
dan kesejahteraan umat, diharapkan masyarakat, pemerintah, dan
lainnya mampu menerapkannya, terutama di Indonesia, sebagai
masyarakat muslim kedua terbesar di dunia. Dengan begitu,
kesenjangan antara masyarakat, dan antara masyarakat dengan
pemerintah dapat dikurangi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran dan Terjemahannya. (2008). Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Badar, A. K. (2013, Desember 10). Masyarakat Madani dan Kesejahteraan Umat.


Dipetik Februari 22, 2017, dari Makalah:
http://makalahkite.blogspot.co.id/2013/12/masyarakat-madani-dan
kesejahteraan-umat.html
N/A. (2008, Juni). Makalah Masyarakat Madani. Dipetik Maret 19, 2017, dari Fix
My World: https://fixguy.wordpress.com/makalah-masyarakat-madani/

Prasetyo, W. T. (2015, Maret 14). Masyarakat Madani dan Kesejahteraan Umat.


Dipetik Februari 27, 2017, dari Warnai Dunia:
http://weningtprasetyostory.blogspot.co.id/2015/03/masyarakat-madani-
dan-kesejahteraanumat.html

Triyono, A. (2022, May 22). Masyarakat Madani dan Kesejahteraan Umat. From
HAIDUNIA: https://www.haidunia.com/guru-berperan-memujudkan-
mayarakat-madani/
Wisnu Manupraba, B. H. (2015). Dipetik Maret 19, 2017, dari Tafsirq.com:
tafsirq.com

15
LAMPIRAN

SESI TANYA JAWAB :

16

You might also like