Professional Documents
Culture Documents
Analisa Bahan Ajar KB 2
Analisa Bahan Ajar KB 2
1. Tuliskan minimal 3 (tiga) konsep beserta deskripsinya yang Anda temukan di dalam bahan
ajar;
2. Lakukan kontekstualisasi atas pemaparan materi dalam bahan ajar dengan realitas sosial;
3. Merefleksikan hasil kontekstualisasi materi bahan ajar dalam pembelajaran bermakna.
Jawaban:
1. Ada 3 (tiga) konsep beserta deskripsinya yang Anda temukan di dalam bahan ajar, yaitu:
a. Konsep dan Ketidakadilan Gender. Ketidakadilan gender masih menjadi persoalan dan
tantangan dalam masyarakat secara umum dan mirisnya kondisi ini masih terjadi juga di
dalam gereja yang seharusnya mengajarkan dan mewartakan kasih serta kesetaraan dan
keadilan bagi perempuan dan laki-laki sebagai gambar dan rupa Allah. Ketidaksetaraan dan
ketidakadilan yang dialami perempuan di dalam gereja dipengaruhi oleh berbagai unsur, di
antaranya ekklesiologi dan kepemimpinan gereja yang didominasi patriarkhi, juga
penafsiran Alkitab yang bias gender. Gender adalah suatu karakteristik sifat pembeda antara
laki-laki dan perempuan yang terbentuk baik dalam lingkungan sosial maupun budaya.
Misal-nya laki-laki harus kuat, tegas, pemberani, rasional, pemimpin dan sebagainya,
sementara perempuan penyayang, perhatian, lemat-lembut, cengeng, keibuan dan
sebagainya. Oleh karena itu, karakteristik tidaklah bersifat kodrat atau dapat saling
dipertukarkan antara satu sama lain dan seharusnya karakteristik tersebut terlepas dari
tindakan diskriminasi masyarakat. Alkitab menjelaskan bahwa gender merupakan sebuah
karakteristik yang bisa saling dipertukarkan antara satu sama lain dan dapat dimiliki
oleh keduanya. Kitab Kejadian mengajarkan bahwa manusia diciptakan dalam bentuk
laki-laki dan perempuan sebagai mitra yang setingkat dan sederajat yang hendaknya saling
tolong-menolong, tidak di keluarga saja, melainkan juga di lingkungan publik. Demikianlah
manusia menurut rencana Allah, Allah membedakan jenis kelamin manusia tetapi tidak
membedakan peran antara keduanya.
b. Konsep Gereja dan Krisis Ekologi. Krisis ekologi merupakan ancaman dunia yang sangat
mematikan. Gereja terpanggil menyuarakan suara nabiahnya dalam menangani krisis
tersebut, baik itu melalui pengajaran, khotbah maupun tindakan konkrit. Dengan
keikutsertaan gereja dalam mengatasi krisis ekologi tersebut, diharapkan supaya semua
orang dan terutama yang adalah warga Gereja akan sadar akan pentingnya hubungan alam
dengan dan dirinya sendiri. Krisis ekologi tidak akan dapat teratasi secara otomatis,
melainkan hal ini sangat membutuhkan kesadaran dan tanggung jawab seluruh pihak.
Setiap orang harus membudayakan hemat energi sesuai kebutuhan saja, dengan demikian
energi atau sumber daya alam akan terpelihara dengan baik. Sikap egoisme dan sikap
konsumeristis manusia seharusnya dikurangi bahwa dihapus, karena bumi ini hanya cukup
menyediakan kebutuhan semua orang namun tidak cukup menyediakan untuk ketamakan
manusia. Sehingga dengan pemahaman yang demikian keutuhan ciptaan akan dapat kita
pelihara dengan baik.
c. Konsep Relasi Gereja dan Budaya. Budaya tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia,
karena apapun yang dilakukan oleh manusia adalah merupakan kebudayaan itu sendiri.
Kebudayaan merupakan kehendak Allah untuk dilakukan oleh manusia, dan kehendak itu
diwujudnyatakan dalam pemberian mandat budaya kepada manusia. “Beranakcuculah dan
bertambah banyak, penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut
dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi,” demikianlah
Allah berfirman ketika memberikan mandat budaya itu kepada manusia. Jadi, kebudayaan
lahir bukan dari inisiatif manusia, bukan produk kekuatan jiwa manusia, dan bukan juga
dari hasil penggunaan akal budi manusia, melainkan merupakan mandat dari Allah Sang
Pencipta.
2. Kontekstualisasi atas pemaparan materi dalam bahan ajar dengan realitas social.
Keterlibatan gereja dalam menghadapi persoalan kemanusiaan dapat berupa
sumbangan kemanusiaan (pada daerah yang mengalami kekeringan, kelaparan, atau telah
mengalami bencana alam, misalnya) maupun usaha untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia supaya mereka dapat membangun kehidupan yang lebih baik. Mengubah
dunia bagi Kristus tidak memberikan kepada dunia cara-cara baru untuk mengatur kehidupan
sosial, tetapi memberikan kasih karunia-Nya yang memperbaharui. Gereja bukanlah
organisasi sosial, tetapi tempat manifestasi kasih karunia Allah. Tujuan Gereja bukanlah
untuk menyempurnakan dunia, tetapi untuk menawarkan rahmat pembaruan Tuhan, tetapi
dengan menawarkan rahmat ini, Gereja tidak memperbaiki dunia secara eksternal, tetapi
mengubah esensinya. Akhirnya, transformasi ini harus ditemukan terutama dalam komunitas
orang percaya itu sendiri, yaitu di gereja-gereja lokal. Ketika komunitas-komunitas ini tidak
ditransformasikan, ketika masalah-masalah yang melanda dunia tidak menemukan solusi
mereka di dalamnya – setidaknya sebagian, atau bahkan lebih ketika masalah-masalah itu
memanifestasikan dirinya lebih kuat di dalamnya daripada di dunia, maka secara alami
mereka tidak dapat memiliki dampak positif bagi dunia.