You are on page 1of 7

Khutbah Pertama

ُ ،‫هللا َأ ْكبَ ُر‬


‫هللا‬ ُ ،‫هللا َأ ْكبَ ُر‬ ُ ،‫هللا َأ ْكبَ ُر‬ ُ ، ُ‫هللا َأ ْكبَر‬ ُ ،‫هللا َأ ْكبَ ُر‬ ُ ، ُ‫هللا َأ ْكبَر‬ ُ ، ُ‫هللا َأ ْكبَر‬ ُ
ُ‫هللا َأ ْكبَر‬
ُ ، ُ‫َأ ْكبَر‬
‫س ُل رَ بِّنَا‬ ُ ‫َت ُر‬ ْ ‫ي لَوْ اَل َأنْ َهدَانَا اللَّ ُه لَ َق ْد َجاء‬ َ ‫ا ْل َحمْ ُد ِللَّ ِه الَّ ِذي َهدَانَا ِل َه َذا وَ مَا ُكنَّا ِلنَ ْهتَ ِد‬
‫ُأ‬ ‫َأ‬
َ‫ور ْثتُمُو َها ِبمَا ُك ْنتُ ْم تَعْ َملُون‬ ِ ‫ِبا ْل َح ِّق وَ نُودُوا نْ ِت ْل ُك ُم ا ْل َجنَّ ُة‬
‫ُح َّمدًا عَ ْب ُد ُه وَ رَ سُوْ لُ ُه‬ َ ‫ش َه ُد َأنَّ م‬ ْ ‫ش ِريْكَ لَ ُه وَ َأ‬ َ ‫ش َه ُد َأن الَّ ِإلَ َه ِإالَّ هللا وَ ْح َد ُه اَل‬ ْ ‫وَ َأ‬
‫ وَ عَ لَى ٰأ ِل ِه وَ صَ ْح ِب ِه وَ مَنْ وَ االَ ُه َأمَّابَ ْعدُ؛‬،‫ُح َّم ٍد‬ َ ‫سلِّ ْم عَ لَى م‬ َ َ‫ال ٰلّ ُه َّم صَ ِّل و‬
:‫هللا َح َّق تَ ْقوَ ا ُه َكمَا َقا َل تَعَالَى‬ َ ‫ اتَّقُوا‬، ُ‫َفيَآ َأيُّ َها النَّاس‬
َ‫يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا اللَّ َه َح َّق تُ َقا ِت ِه وَ اَل تَمُوتُنَّ ِإاَّل وَ َأ ْنتُ ْم مُسْ ِلمُون‬
‫ وَ َح َّر َم‬،‫هللا َل ُك ْم ِف ْي ِه الطَّعَا َم‬ ُ ‫ َأ َح َّل‬،‫ وَ ِع ْي ٌد َك ِر ْي ٌم‬،‫وَ اعْ لَمُوْ ا َأنَّ يَوْ َم ُك ْم ٰه َذا يَوْ ٌم عَ ِظ ْي ٌم‬
‫سبِّ ُحوْ ا رَ بَّ ُك ْم ِف ْي ِه‬َ ‫ َف‬، ‫ْظي ٍْم‬ ِ ‫ْح وَ تَ ْح ِم ْي ٍد وَ تَ ْه ِل ْي ٍل وَ تَع‬ٍ ‫ َف ُهوَ يَوْ ُم تَسْ ِبي‬،‫عَ لَ ْي ُك ْم ِف ْي ِه الصِّ يَا َم‬
ِ ‫وَ عَ ظِّمُوْ ُه وَ تُوْ بُوْ ا ِإلَى‬
‫هللا وَ اسْ تَ ْغ ِفرُوْ ُه‬
‫الحمْ ُد‬
َ ‫هلل‬ ِ َ‫هللا َأ ْكبَ ُر و‬ ُ ، ُ‫هللا َأ ْكبَر‬ ُ ، ُ‫هللا َأ ْكبَر‬ ُ
Ma’asyiral muslimin hafizhakumullah …
Segala puji bagi Allah. Shalawat serta salam semoga tercurah pada Nabi kita Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam.
Tak bosan-bosannya kita memanjatkan puji syukur kepada Allah atas limpahan rahmat dan karunia
sehingga terus berada dalam keadaan sehat wal afiat dan diberi umur panjang. Lebih dari itu semua,
Allah masih memberikan kepada kita nikmat iman dan Islam yang patut kita syukuri dengan
meningkatkan ketakwaan kita pada Allah,

َ‫يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ َآ َمنُوا اتَّقُوا اللَّ َه َح َّق تُ َقا ِت ِه وَ اَل تَمُوتُنَّ ِإاَّل وَ َأ ْنتُ ْم مُسْ ِلمُون‬
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan
janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran: 102).
Allah Ta’ala memerintahkan kepada kita untuk muhasabah diri dengan memperbaiki ketakwaan kita,

ْ ‫يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ َآ َمنُوا اتَّقُوا اللَّ َه وَ ْلتَ ْنظُرْ نَ ْفسٌ مَا َق َّدم‬
‫َت ِل َغ ٍد وَ اتَّقُوا اللَّ َه ِإنَّ اللَّ َه خَ ِبي ٌر‬
َ‫ِبمَا تَعْ َملُون‬
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan
apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)
Maksud ayat ini kata Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim,

‫ وَ ا ْنظُرُ وا مَا َذا ادْخَ رْ تُ ْم َأِل ْنف ُِس ُك ْم ِمنَ اَألعْ مَا ِل‬،‫سبُوا‬ َ ‫س ُك ْم َق ْب َل َأنْ ت َُحا‬
َ ‫اسبُوا َأ ْن ُف‬
ِ ‫َح‬
‫الصَّ ا ِل َح ِة ِليَوْ ِم َمعَا ِد ُك ْم وَ عَ رَ ضَ ُك ْم عَ لَى رَ ِبّ ُك ْم‬
“Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab. Lihatlah apa yang telah kalian siapkan untuk diri kalian
berupa amal shalih untuk hari di mana kalian akan kembali dan setiap amal kalian akan dihadapkan
kepada Allah.”
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada nabi akhir zaman, yang telah mendapatkan mukjizat
paling besar dan menjadi pembuka pintu surga, yaitu nabi besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi
wa sallam, kepada keluarga, sahabat dan setiap orang yang mengikuti salaf tersebut dengan baik
hingga akhir zaman.
 

‫الحمْ ُد‬ ِ َ‫هللا َأ ْكبَ ُر و‬


َ ‫هلل‬ ُ ، ُ‫هللا َأ ْكبَر‬
ُ ، ُ‫هللا َأ ْكبَر‬
ُ
Para jama’ah shalat Idulfitri rahimani wa rahimakumullah …
Bakda Ramadhan, kita diharapkan menjadi lebih baik. Ramadhan ibaratnya adalah seperti sekolah.
Kemudian ketika kita selesai dari sekolah tersebut, kita mengaplikasikan amalan kita di bulan lainnya.
Karena namanya pendidikan yang berhasil adalah pendidikan yang bisa dipraktikkan. Istilah para
ulama adalah,

‫سنَ ُة بَعْ َد َها‬ َ ‫سنَ ِة‬


َ ‫الح‬ َ ُ‫ثَوَ اب‬
َ ‫الح‬
“Balasan dari kebaikan adalah kebaikan setelahnya.”
Seharusnya kebaikan di bulan Ramadhan bisa berlanjut bakda Ramadhan.
 Shalat lima waktu bisa dilanjutkan dengan shalat lima waktu secara rutin.
 Shalat berjamaah (apalagi ditekankan bagi kaum pria) bisa dilanjutkan dengan shalat berjamaah
bakda Ramadhan kecuali ada uzur, seperti hujan yang menyulitkan, sakit, dan darurat buang hajat.
 Shalat tarawih bisa dilanjutkan dengan shalat tahajud, bakda bangun tidur malam, bisa dengan rakaat
yang kita mampu.
 Shalat witir bisa dilanjutkan bisa dilanjutkan dengan shalat witir bakda Ramadhan, bisa dilakukan
bakda Isyak langsung, sebelum tidur, atau di akhir malam sebelum masuk Shubuh.
 Shalat rawatib 12 rakaat dalam sehari yang dijamin akan dibangunkan istana di surga bisa dilanjutkan
bakda Ramadhan. Ingat, shalat qabliyah itu berarti shalat yang dilakukan ketika waktu shalat wajib itu
masuk, yang penting masih di waktunya, bisa dilakukan sebelum ataukah sesudah shalat wajib.
Sedangkan, shalat bakdiyah adalah shalat yang dilakukan bakda shalat wajib, tidak boleh sebelum
shalat wajib.
 Membaca Al-Qur’an pun bisa dirutinkan bakda Ramadhan, bagi yang punya hafalan bisa mengulang
hafalannya di dalam shalat sunnah, atau bisa sambil memegang mushaf (seperti dalam gawai/ gadget)
kemudian dibaca ketika shalat tahajud atau shalat Dhuha. Al-Qur’an pun bisa dibaca kala waktu
senggang, begitu pula dibaca saat menunggu antrian daripada hanya sekadar melihat status medsos
yang “unfaedah” (tak manfaat).
 Sedekah bisa dilanjutkan dengan sedekah berikutnya bakda Ramadhan.
 Puasa Ramadhan bisa disempurnakan dengan puasa Syawal agar mendapatkan pahala puasa setahun
penuh, dengan catatan baiknya membayar qadha’ dahulu barulah puasa Syawal.
Pokoknya kebaikan di bulan Ramadhan, baiknya terus dilanjutkan.

‫الحمْ ُد‬ ِ َ‫هللا َأ ْكبَ ُر و‬


َ ‫هلل‬ ُ ، ُ‫هللا َأ ْكبَر‬
ُ ، ُ‫هللا َأ ْكبَر‬
ُ
Para hadirin rahimakumullah …
Namun, cobaan sejatinya memang kita dapati bakda Ramadhan. Karena di bulan Ramadhan sendiri,
maksiat itu berkurang dan kebaikan itu Allah mudahkan dengan ditandai terbukanya pintu surga dan
tertutupnya pintu neraka, serta setan diikat. Bakda Ramadhan, keadaan ini berbeda. Keadaan kembali
mendapatkan ujian dengan mudahnya kita meninggalkan kebaikan, bahkan kewajiban, dan
terjerumus dalam maksiat.
 
Para jama’ah shalat Idulfitri rahimani wa rahimakumullah …

Lihat saja apa yang terjadi bakda Ramadhan?


Kita kurang memperhatikan ibadah wajib. Kalau pun memperhatikan ibadah wajib, ada kekurangan
dalam yang sunnah atau kita merasa “sudah lah cukup dengan wajib saja”. Kebiasaan kita juga
menganggap maksiat bahkan dosa besar sebagai hal yang biasa. Inilah yang disebut ghaflah, lalai.

Ar-Raghib Al-Ashfahani rahimahullah berkata, “Ghaflah adalah


kelalain karena sedikit menjaga diri dan kurang sadar.” Sedangkan, Al-
Jirjani rahimahullah berkata, “Ghaflah adalah mengikuti hawa nafsu
yang disukai.” (Mufsidaat Al-Quluub karya Syaikh Muhammad Shalih
Al-Munajjid, hlm. 90)
Ada kelalaian yang keadaannya layaknya binatang ternak, hanya paham makan, minum, tidur,
bersenang-senang, dan istirahat. Inilah yang Allah sebutkan,

‫وَ الَّ ِذينَ َك َفرُ وا يَتَ َمتَّعُونَ وَ يَْأ ُكلُونَ َكمَا تَْأ ُك ُل اَأْل ْنعَا ُم وَ النَّا ُر َم ْثوً ى لَ ُه ْم‬
“Dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang.
Dan jahannam adalah tempat tinggal mereka.” (QS. Muhammad: 12). Na’udzu billahi min dzalik,
semoga Allah melindungi kita semua dari sifat semacam ini. Inilah yang disebut dengan ghaflah
taammah, kelalaian yang sempurna.
Ada pula kelalaian yang sifatnya terkadang datang, terkadang hilang, seperti yang terjadi pada orang
saleh. Kelalaian yang bisa langsung hilang karena ingat akhirat, kelalaian ini disebut ghaflah
‘aaridhoh. Dalam ayat disebutkan,
۟ ‫ط َ ِن تَ َذ َّك‬
ِ ‫رُوا َفِإ َذا ُهم ُّمب‬
َ‫ْصرُون‬ َّ ‫ط َِٓئفٌ ِّمنَ ٱل‬
ٰ ‫ش ْي‬ ٰ ‫س ُه ْم‬
َّ ‫ِإنَّ ٱلَّ ِذينَ ٱتَّ َقوْ ۟ا ِإ َذا َم‬
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat
kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.” (QS. Al-A’raf: 201)
Ada juga kelalaian yang ada pada akhli maksiat atau orang fasik yang berulang terus menerus.
Kelalaian seperti ini disebut ghaflah mutakarriroh. Kelalaian semacam ini perlu diingatkan kapan
pun sehingga para ahli maksiat bisa kembali ke jalan yang benar, shirothol mustaqim.
 

Apa saja yang menyebabkan hati kita lalai?


Pertama: Ingin terus rehat atau beristirahat.
Kedua: Semangat dalam mencari kelezatan dunia hingga menerjang yang haram.
Ketiga: Karena sudah mati rasa terhadap dosa.
Keempat: Mengikuti hawa nafsu.
Kelima: Sibuk dengan kerja dan mencari nafkah.
Keenam: Waktu dihabiskan dengan permainan, games, dan gadget (gawai).
Ketujuh: Hidup mewah dengan pakaian, makanan dan kelezatan dunia.
Kedelapan: Cinta dunia dan merasa hidup lama.
Kesembilan: Berteman dengan orang-orang yang lalai (ghaflah).
Kesepuluh: Banyak sibuk dengan hal mubah.
 
Para jama’ah shalat Idulfitri rahimani wa rahimakumullah …

Karena sebab di atas bisa membuat kita lalai dalam


berbagai bentuk kelalaian berikut ini.
1. Enggan duduk dalam majelis ilmu untuk mempelajari agama.
2. Enggan mempelajari Al-Qur’an dengan membaca, memahami dan menghafalkannya serta mendalami
ilmu di dalamnya.
3. Enggan berdzikir kepada Allah.
4. Enggan membaca dan menghafalkan dzikir yang bisa digunakan untuk melindungi diri.
5. Lalai dalam memperhatikan niat.
6. Beramal namun tidak memperhatikan manakah amalan yang lebih prioritas dari yang lainnya.
 

Cara untuk menghilangkan ghaflah (kelalaian),


kelalaian hati
1. Berada dalam majelis ilmu.
2. Rajin berdzikir.
3. Rajin berdoa.
4. Shalat malam.
5. Ziarah kubur.
6. Tadabbur keadaan sekitar kita seperti merenungkan kematian yang ada di sekeliling kita.
7. Mengingat surga dan neraka.
Baca juga: Khutbah Jumat, Kita yang Selalu Lalai
 

‫الحمْ ُد‬ ِ َ‫هللا َأ ْكبَ ُر و‬


َ ‫هلل‬ ُ ، ُ‫هللا َأ ْكبَر‬
ُ ، ُ‫هللا َأ ْكبَر‬
ُ
Para jama’ah shalat Idulfitri rahimani wa rahimakumullah …
Kiat penting lainnya untuk menghilangkan ghaflah (kelalaian), kelalaian hati adalah berteman dengan
orang saleh, berada di sekeliling orang baik, dan meninggalkan orang-orang yang ghaflah (lalai).
Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan,

‫ى ي ُِريدُونَ وَ ْج َه ُهۥ ۖ وَ اَل تَ ْع ُد‬ ِ ‫وَ ٱصْ ِبرْ َن ْفسَكَ مَعَ ٱلَّ ِذينَ يَدْعُونَ رَ بَّ ُهم ِبٱ ْل َغد َٰو ِة وَ ٱ ْلع‬
ِ ّ ‫َش‬
َ‫عَ ْينَاكَ عَ ْن ُه ْم ت ُِري ُد ِزينَ َة ٱ ْل َحي َٰو ِة ٱل ُّد ْنيَا ۖ وَ اَل ت ُِطعْ مَنْ َأ ْغ َف ْلنَا َق ْلبَ ُهۥ عَ ن ِذ ْك ِرنَا وَ ٱتَّبَع‬
‫َهوَ ىٰ ُه وَ َكانَ َأمْ ُر ُهۥ ُفرُ طًا‬
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja
hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena)
mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami
lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati
batas.” (QS. Al-Kahfi: 28)
Keadaan teman itu dalam mendukung menjadi baik sangat penting. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ ‫اَألرْ وَ ا ُح ُجنُو ٌد م‬
َ‫ُجنَّ َد ٌة َفمَا تَعَارَ فَ ِم ْن َها اْئ تَلَفَ وَ مَا تَنَا َكرَ ِم ْن َها اخْ تَلَف‬
“Arwah itu adalah bala tentara yang berlimpah dan bermacam (masing-masing ada kesesuaian dalam
hal kebaikan dan keburukan). Yang sudah saling kenal (cocok), maka akan menyatu. Yang tidak saling
kenal (tidak cocok), pasti akan berpisah.” (HR. Bukhari, no. 3158 dan Muslim, no. 2638).
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan tentang hadits ini,

ْ ‫شرَ ار ِإلَى اَأْل‬


‫شرَ ار‬ ْ ‫ وَ اَأْل‬، ‫َفيَ ِميل اَأْلخْ يَار ِإلَى اَأْلخْ يَار‬
“Orang baik akan cenderung berkumpul dengan orang baik. Orang jelek pun demikian akan
berkumpul dengan orang jelek.” (Syarh Shahih Muslim, 16:185).

Teman yang paling dekat adalah pasangan suami istri, karena berada
dalam satu atap dan selalu bersama.
Baca juga: Kisah Ashabul Kahfi dan Pelajaran di Dalamnya
‫الحمْ ُد‬ ِ َ‫هللا َأ ْكبَ ُر و‬
َ ‫هلل‬ ُ ، ُ‫هللا َأ ْكبَر‬
ُ ، ُ‫هللا َأ ْكبَر‬
ُ
Terakhir, yang dapat menguatkan istiqamah agar sekolah Ramadhan bisa terus berlanjut bakda
Ramadhan adalah dengan terus berdoa. Coba lihat amalan sebagian ulama salaf yang luar biasa
sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah berikut ini,

ْ‫هللا ِستَّ َة‬


َ َ‫ ثُ َّم يَدْعُوْ ن‬، َ‫ش ْهرَ رَ مَضَ ان‬ َ ‫ش ُه ٍر َأنْ يُبَلِّ َغ ُه ْم‬
ْ ‫هللا ِستَّ َة َأ‬
َ َ‫َكانُوْ ا يَدْعُوْ ن‬
‫ش ُه ٍر َأنْ يَتَ َقبَّلَ ُه ِم ْن ُهم‬ْ ‫َأ‬
“Para salaf selalu berdoa kepada Allah selama enam bulan agar bisa diperjumpakan dengan bulan
Ramadhan. Kemudian mereka berdoa kepada Allah selama enam bulan agar Allah menerima amalan
mereka.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 369)
 

‫الحمْ ُد‬ ِ َ‫هللا َأ ْكبَ ُر و‬


َ ‫هلل‬ ُ ، ُ‫هللا َأ ْكبَر‬
ُ ، ُ‫هللا َأ ْكبَر‬
ُ
Para jama’ah shalat Idulfitri rahimani wa rahimakumullah …
 
Semoga doa-doa kita dapat meneguhkan kita sehingga bisa terus istiqamah bakda Ramadhan.
Semoga Allah memanjangkan umur kita dalam iman dan amal saleh, hingga diberikan kepada
kita semua husnul khatimah.

ْ‫ ِإنَّ ُه ُهوَ ا ْل َغ ُفوْ رُ ال َّر ِح ْي ُم‬،‫ستَ ْغ ِفرُوْ ُه‬ َ ُ‫َأ ُقوْ ُل َقوْ ِليْ ٰه َذا وَ َأسْ تَ ْغفِر‬
ْ ‫ َفا‬،‫هللا ِليْ وَ لَ ُك ْم‬
 

Khutbah Kedua
ُ‫هلل َأ ْكبَر‬
ُ ‫َا‬
)7x(
َّ‫ش َه ُد َأن‬
ْ ‫ش ِريْكَ َل ُه وَ َأ‬ َ َ‫هللا وَ ْح َد ُه ال‬ ُ َّ‫ش َه ُد َأنْ الَِإلَ َه ِإال‬ ْ ‫ َأ‬، َ‫ب ا ْلعَالَ ِميْن‬ِّ َ‫هلل ر‬ِ ِ ‫َا ْل َحمْ ُد‬
. َ‫ُح َّم ٍد وَ عَ لَى آ ِل ِه وَ َأصْ َح ِاب ِه َأ ْج َم ِعيْن‬ َ ‫سلِّ ْم عَ لَى م‬ َ َ‫ َاللَّ ُه َّم صَ ِّل و‬،ُ‫ُح َّمدًا عَ ْب ُد ُه وَ رَ سُوْ لُه‬
َ ‫م‬
َ‫هللا َح َّق تُ َقا ِت ِه وَ الَ تَمُوْ تُنَّ ِإالَّ وَ َأ ْنتُ ْم مُسْ ِلمُوْ ن‬
َ ‫هللا ِاتَّ ُقوْ ا‬
ِ ‫َاعبَا َد‬ ِ ‫َفي‬
‫ي‪ ,‬يَا َأيُّ َها‬ ‫ى النَّ ِب ِّ‬‫هللا وَ َمالَِئ َكتَ ُه يُصَ لُّوْ نَ عَ ل َ‬ ‫َظي ِْم “ِإنَّ َ‬ ‫ى ِفيْ ِكتَ ِاب ِه ْالع ِ‬ ‫هللا تَعَال َ‬‫َقا َل ُ‬
‫سلِّمُوْ ا تَسْ ِل ْيمًا”‪.‬‬ ‫الَّ ِذيْنَ َأ َمنُوْ ا صَ لُّوْ ا عَ لَ ْي ِه وَ َ‬
‫ْت عَ لَى ِإبْرَ ا ِه ْي َم وَ عَ لَى آ ِل‬ ‫ُح َّم ٍد َكمَا صَ لَّي َ‬ ‫ُح َّم ٍد وَ عَ لَى آ ِل م َ‬ ‫َاللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى م َ‬
‫ت عَ لَى‬ ‫ُح َّم ٍد َكمَا بَارَ ْك َ‬ ‫ُح َّم ٍد وَ عَ لَى آ ِل م َ‬ ‫َاركْ عَ لَى م َ‬ ‫ِإبْرَ ا ِه ْي َم‪ِ ،‬إنَّكَ َح ِم ْي ٌد َم ِج ْيدٌ‪ .‬وَ ب ِ‬
‫ِإبْرَ ا ِه ْي َم وَ عَ لَى آ ِل ِإبْرَ ا ِه ْي َم‪ِ ،‬إنَّكَ َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬
‫َات َاالَ ْحيآ ُء ِم ْن ُه ْم وَ ْاالَمْ وَ ِ‬
‫ات‬ ‫ات وَ ْالمُسْ ِل ِميْنَ وَ ْالمُسْ ِلم ِ‬ ‫اغ ِفرْ ِل ْل ُمْؤ ِم ِنيْنَ وَ ْال ُمْؤ ِمنَ ِ‬
‫َالل ُه َّم ْ‬
‫ُش ِر ِكيْنَ وَ ا ْنصُرْ ِعبَادَكَ ْالمُوَ ِّح ِديَّ َة‬ ‫شرْ كَ وَ ْالم ْ‬ ‫سالَ َم وَ ْالمُسْ ِل ِميْنَ وَ َأ ِذ َّل ال ِّ‬ ‫الل ُه َّم َأ ِعزَّ ْاِإل ْ‬
‫َأ‬
‫ْن وَ اعْ ِل‬ ‫وَ ا ْنصُرْ مَنْ َنصَ رَ ال ِّديْنَ وَ اخْ ُذلْ مَنْ خَ َذ َل ْالمُسْ ِل ِميْنَ وَ َد ِّمرْ عْ دَا َء ال ِّدي ِ‬
‫َك ِلمَا ِتكَ ِإلَى يَوْ َم ال ِّدي ِ‬
‫ْن‪.‬‬
‫اللَّ ُه َّم ا ْك ِفنَا ِب َحالَ ِلكَ عَ نْ َحرَ ا ِمكَ وَ َأ ْغ ِننَا ِب َفضْ ِلكَ عَ مَّنْ ِسوَ اكَ‬
‫يع سَخَ ِطكَ‬ ‫اللَّ ُه َّم إنَّا َنعُوْ ُذ ِبكَ ِمنْ زَ وَ ا ِل ِنعْ َم ِتكَ وَ تَ َحوُّ ِل عَ ا ِفيَ ِتكَ وَ ُف َجا َء ِة ِن ْق َم ِتكَ وَ َج ِم ِ‬
‫سيِِّئ ْاَألسْ َق ِام‬ ‫ُون وَ ا ْل ُج َذ ِام وَ ِمنْ َ‬ ‫ص وَ ا ْل ُجن ِ‬ ‫اللَّ ُه َّم إنَّا َنعُوْ ُذ ِبكَ ِمنَ ا ْلبَرَ ِ‬
‫آت‬ ‫ب ال َقب ِْر ‪ ،‬اللَّ ُه َّم ِ‬ ‫س ِل ‪ ،‬والبُخْ ِل وال َهرَ ِم ‪ ،‬وَ عَ َذا ِ‬ ‫اللَّ ُه َّم ِإنَّا نَعُوْ ُذ ِبكَ ِمنَ الع َْج ِز وَ ال َك َ‬
‫ت وَ ِليُّ َها وَ مَوْ الَ َها ‪ ،‬اللَّ ُه َّم ِإنَّا نَعُوْ ُذ‬ ‫ت خَ يْرُ مَنْ زَ َّكا َها ‪َ ،‬أ ْن َ‬ ‫سنَا تَ ْقوَ ا َها ‪ ،‬وَ زَ ِّكها َأ ْن َ‬ ‫نُ ُفوْ َ‬
‫شبَعُ ؛ وَ ِمنْ دَعْ وَ ٍة الَ‬ ‫س الَ تَ ْ‬ ‫شعُ ‪ ،‬وَ ِمنْ َن ْف ٍ‬ ‫ب الَ يَخْ َ‬ ‫ِبكَ ِمنْ ِع ْل ٍم ال يَ ْن َفعُ ؛ وَ ِمنْ َق ْل ٍ‬
‫يُسْ تَ َجابُ لَ َها‬
‫ت ُقلُوْ بَنَا عَ لَى طَاعَ ِتكَ‬ ‫ب َث ِبّ ْ‬ ‫يَا ُم َق ِلّبَ ال ُقلُوْ ِ‬
‫ت ُقلُوْ بَنَا عَ لَى طَاعَ ِتكَ‬ ‫ب َث ِبّ ْ‬ ‫يَا ُم َق ِلّبَ ال ُقلُوْ ِ‬
‫ت ُقلُوْ بَنَا عَ لَى طَاعَ ِتكَ‬ ‫ب َث ِبّ ْ‬ ‫يَا ُم َق ِلّبَ ال ُقلُوْ ِ‬
‫ي ال ُّد ْنيَا وَ عَ َذا ِ‬ ‫ُور ُكلِّ َها‪ ،‬وَ أ ِجرْ نَا ِمنْ ِخزْ ِ‬ ‫ُأل‬
‫ب اآل ِخرَ ِة‬ ‫أح ِسنْ عَ ا ِقبَتَنَا ِفي ا م ِ‬ ‫الله ّم ْ‬
‫ار‪.‬‬‫سنَ ًة وَ ِقنَا عَ َذابَ النّ ِ‬ ‫سنَ ًة وَ ِفي ْاَأل ِخرَ ِة َح َ‬ ‫رَ بَنَا ءَا ِتنَا ِفي ال ّد ْنيَا َح َ‬
‫‪ ‬‬
‫‪Taqobbalallahu minna wa minkum, shalihal a’maal, kullu ‘aamin‬‬
‫‪wa antum bi khairin.‬‬
‫‪Wassalaamu ‘alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.‬‬
‫‪ ‬‬
‫‪Baca juga: Khutbah Jumat, Kita yang Selalu Lalai‬‬
‫‪ ‬‬
‫–‬

‫‪Aturan Khutbah Idulfitri‬‬


‫‪1. Khutbah Idulfitri adalah sunnah setelah shalat Id.‬‬
2. Khutbah Idulfitri ada dua kali khutbah. Rukun dan sunnahnya sama dengan khutbah Jumat.
3. Disunnahkan khutbah dengan mimbar, boleh juga berkhutbah dengan duduk.
4. Khutbah pertama diawali dengan sembilan kali takbir. Khutbah kedua diawali dengan tujuh kali
takbir.
5. Rukun khutbatain (dua khutbah) ada 5, yaitu [1] memuji Allah pada kedua khutbah, [2] bershalawat
kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada dua khutbah, [3] berwasiat takwa pada kedua khutbah,
[4] membaca ayat Al-Qur’an di salah satu keduanya, dan [5] mendoakan orang-orang beriman lelaki
dan peremuan di khutbah terakhir.
6. Jamaah disunnahkan mendengarkan khutbah. Namun, mendengarkan khutbah Idulfitri bukanlah
syarat sahnya shalat Id.
Lihat Al-Mu’tamad fii Al-Fiqh Asy-Syafii, 1:555-556. Lihat pula Kifayah Al-Akhyar, hlm. 200.
 

Silakan Unduh Naskah Khutbah Idulfitri 2022:


“Realisasi Syukur Bakda Ramadhan”
 

Silakan Unduh Naskah Khutbah Idulfitri 2021:


“Berbuka Ketika Berjumpa dengan Allah”

Sumber https://rumaysho.com/36610-khutbah-idul-fitri-jaga-hati-jangan-lalai-setelah-ramadhan.html

You might also like