You are on page 1of 23

MAKALAH

HAKIKAT PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGEMBANGKAN


KEMAMPUAN UTUH SARJANA ATAU PROFESIONAL

MATA KULIAH
KEWARGANEGARAAN

DOSEN PEMBIMBING
DONA SARIANI, S.Pd., M.Pd

DISUSUN OLEH:
KELAS R.001
1. TIARA SARI (A1F123028)
2. ZAHROTIL WAHIDAH
3. SUCI RAMADHANI (A1F123011)
4. MUHAMMAD IKSAN FITRAH (A1F123015)
5. LOVALIA (A1F123029)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada kehadirat Tuhan yang maha esa, atas rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah kewarganegaraan tentang Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan Dalam
Mengembangkan Kemampuan Utuh Sarjana Atau Profesional. Pada kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing serta semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kesalahan.
Oleh karena itu kami membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun, semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan informasi serta dapat menambah
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Jambi, 3 September 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan.......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................................3
2.1 Konsep Dan Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Pencerdasan Kehidupan
Bangsa............................................................................................................................3
2.2 Menanya Alasan Mengapa Diperlukan Pendidikan Kewarganegaraan.........................5
2.3 Sumber Historis, Sosiologis Dan Politik Tentang Pendidikan Kewarganegaraan Di
Indonesia........................................................................................................................7
2.4 Argument Tentang Dinamika Dan Tantangan Pendidikan Kewarganegaraan.............11
2.5 Mendeskrispsikan Esensi Dan Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Masa
Depan............................................................................................................................14
2.6 Rangkuman Hakikat Dan Pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan.........................17
BAB III PENUTUP ...............................................................................................................18
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................18
3.2 Saran...............................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sebagai warga negara dan masyarakat, setiap manusia mempunyai kedudukan, hak
dan kewajiban yang sama, yang pokok adalah bahwa setiap orang haruslah terjamin haknya
dan mendapat status menjadi warga negara Indonesia, sehingga terhindar dari kemungkinan
menjadi warga yang tidak memiliki hak kewarnganegaraan, tetapi pada saat yang bersamaan,
setiap negara tidak boleh membiarkan seseorang mendapatkan dua hak kewarganegaraan.
Belajar tentang Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) pada dasarnya adalah belajar tentang
keindonesiaan, belajar untuk menjadi manusia yang berkepribadian Indonesia, membangun
rasa kebangsaan, dan mencintai tanah air Indonesia. Oleh karena itu, seorang sarjana atau
profesional sebagai bagian dari masyarakat Indonesia yang terdidik perlu memahami tentang
Indonesia, memiliki kepribadian Indonesia, memiliki rasa kebangsaan Indonesia, dan
mencintai tanah air Indonesia.
Pentingnya pendidikan kewarganegaraan untuk diterapkan hingga jenjang pendidikan
perguruan tingggi sebagai pedoman utuh sarjana dan juga profesional. Sehingga nantinya
dapat diterapkan dengan baik oleh seorang sarjana dan profesional. Jadi pendidikan
kewarganegaraan adalah unsur negara sebagai syarat berdirinya suatu negara jadi sangat
dibutuhkan dalam dunia pendidikan, kita sebagai mahasiswa sangat penting untuk memahami
pentingnya pendidikan kewarganegaraandalam menempuh pendidikan di jenjang perguruan
tinggi. Upaya sadar yang ditempuh secara sistematis untuk mengenalkan, menanamkan
wawasan kesadaran bernegara untuk bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap dan
perilaku sebagai pola tindakan yang cinta tanah air berdasarkan pancasiala tetap utuh dan
tegaknya NKRI.
Salah satu isi dari pernyataan Declaration of Human Rights adalah hak kemerdekaan
pendidikan dan pengajaran, serta setiap orang berhak memilih pendidikan sesuai dengan
kebutuhan/keinginannya. Negara kita Indonesia menjamin terselenggaranya pendidikan bagi
seluruh rakyatnya. Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengacu pada
Pancasila, dan diperluas dengan sumber pengetahuan lainnya guna melatih kemampuan
berfikir kritis, analis dan demokratis berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Tujuan dari
diselenggarakannya pendidikan kewarganegaraan adalah menjadikan setiap warga negara
indonesia menjadi good and smart citizen. Sungguh hal yang sangat sederhana, namun
berefek besar pada kehidupan berbangsa dan bernegara.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep dan urgensi pendidikan kewarganegaraan dalam pencerdasan
kehidupan bangsa?
2. Bagaimana menanya alasan mengapa diperlukan pendidikan kewarganegaraan?
3. Bagaimana menggali sumber historis, sosiologis dan politik tentang pendidikan
kewarganegaraan di Indonesia?
4. Bagaimana membangun argument tentang dinamika dan tantangan pendidikan
kewarganegaraan?
5. Bagaimana mendeskrispsikan esensi dan urgensi pendidikan kewarganegaraan untuk
masa depan?
6. Bagaimana rangkuman hakikat dan pentingnya pendidikan kewarganegaraan?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan masalah di atas maka tujuan penulisan diantaranya:
1. Untuk mengetahui konsep dan urgensi pendidikan kewarganegaraan dalam
pencerdasan kehidupan bangsa
2. Untuk mengetahui menanya alasan mengapa diperlukan pendidikan kewarganegaraan
3. Untuk mengetahui menggali sumber historis, sosiologis dan politik tentang
pendidikan kewarganegaraan di Indonesia
4. Untuk mengetahui argument tentang dinamika dan tantangan pendidikan
kewarganegaraan
5. Untuk mengetahui esensi dan urgensi pendidikan kewarganegaraan untuk masa depan
6. Untuk mengetahui rangkuman hakikat dan pentingnya pendidikan kewarganegaraan

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat bagi penulis dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan mengenai hakikat pendidikan kewarganegaraan dalam
mengembangkan kemampuan utuh sarjana atau profesional.

2
2. Manfaat bagi pembaca dalam penulisan makalah ini yaitu sebagai acuan atau sarana
untuk lebih megetahui tentang hakikat pendidikan kewarganegaraan dalam
mengembangkan kemampuan utuh sarjana atau professional.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dan Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Pencerdasan


Kehidupan Bangsa

Menurut Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia,


yang dimaksud warga negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan
peraturan perundang-undangan. Mereka dapat meliputi TNI, Polri, petani, pedagang, dan
profesi serta kelompok masyarakat lainnya yang telah memenuhi syarat menurut undang-
undang. Pendidikan kewarganegaraan dibentuk oleh dua kata, yaitu kata “pendidikan” dan
kata “kewarganegaraan”. Pengertian pendidikan sendiri ialah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1). Sedangkan
kewarganegaraan adalah segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara (UU
No.12 Tahun 2006 Pasal 1 Ayat 2).

Dalam pengertian negara modern, istilah “warga negara” dapat berarti warga, anggota
(member) dari sebuah negara. Warga negara adalah anggota dari sekelompok manusia yang
hidup atau tinggal di wilayah hukum tertentu yang memiliki hak dan kewajiban. Di
Indonesia, istilah “warga negara” adalah terjemahan dari istilah bahasa Belanda, staatsburger.
Selain istilah staatsburger dalam bahasa Belanda dikenal pula istilah onderdaan. Menurut
Soetoprawiro (1996) istilah onderdaan tidak sama dengan warga negara melainkan bersifat
semi warga negara atau kawula negara. Munculnya istiah tersebut karena Indonesia memiliki
budaya kerajaan yang bersifat feodal sehingga dikenal istilah kawula negara sebagai
terjemahan dari onderdaan. Setelah Indonesia memasuki era kemerdekaan dan era modern,
istilah kawula negara telah mengalami pergeseran. Istilah kawula negara sudah tidak
digunakan lagi dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia saat ini.

3
Istilah “warga negara” dalam kepustakaan Inggris dikenal dengan istilah “civic”, “citizen”,
atau “civicus”. Apabila ditulis dengan mencantumkan “s” di bagian belakang kata civic
mejadi “civics” berarti disiplin ilmu kewarganegaraan.

PKn dibentuk oleh dua kata, ialah kata “pendidikan” dan kata “kewarganegaraan”.
Untuk mengerti istilah pendidikan, Anda dapat melihat Kamus Umum Bahasa Indonesia
(KUBI) atau secara lengkap lihat definisi pendidikan dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat (1). Mari
kita perhatikan definisi pendidikan berikut ini. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1).

Secara konseptual, istilah kewarganegaraan tidak bisa dilepaskan dengan istilah warga
negara. Selanjutnya ia juga berkaitan dengan istilah pendidikan kewarganegaraan. Dalam
literatur Inggris ketiganya dinyatakan dengan istilah citizen, citizenship dan citizenship
education. Pernyataan yang dikemukakan oleh John J. Cogan, & Ray Derricott dalam buku
Citizenship for the 21st Century: An International Perspective on Education (1998) berikut
ini A citizen was defined as a ‘constituent member of society’. Citizenship on the other hand,
was said to be a set of characteristics of being a citizen’. And finally, citizenship education
the underlying focal point of a study, was defined as ‘the contribution of education to the
development of those charateristics of a citizen’.

Secara yuridis, istilah kewarganegaraan dan pendidikan kewarganegaraan di


Indonesia dapat ditelusuri dalam peraturan perundangan berikut ini. Kewarganegaraan adalah
segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara. (Undang-undang RI No.12 Tahun
2006 Pasal 1 Ayat 2) Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta
didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air (Undang-undang
RI No 20 Tahun 2003, Penjelasan Pasal 37). Berikut satu definisi PKn menurut M. Nu’man
Somantri (2001) sebagai berikut: Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan
yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan
lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang tua, yang
kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk berpikir kritis, analitis, bersikap dan
bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila

4
dan UUD 1945. Pada dasarnya tujuan pendidikan kewarganegaraan di mana pun umumnya
bertujuan untuk membentuk warga negara yang baik (good citizen).

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.12 Tahun 2012 tentang Pendidikan


Tinggi, program sarjana merupakan jenjang pendidikan akademik bagi lulusan pendidikan
menengah atau sederajat sehingga mampu mengamalkan ilmu pengetahuan dan teknologi
melalui penalaran ilmiah. Lulusan program sarjana diharapkan akan menjadi intelektual
dan/atau ilmuwan yang berbudaya, mampu memasuki dan/atau menciptakan lapangan kerja,
serta mampu mengembangkan diri menjadi profesional. Dalam Undang-Undang Republik
Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan bahwa profesional
adalah pekerjaan atau kegiatan yang dapat menjadi sumber penghasilan, perlu keahlian,
kemahiran, atau kecakapan, memiliki standar mutu, ada norma dan diperoleh melalui
pendidikan profesi.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah program


pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber
pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan
orang tua, yang kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk berpikir kritis,
analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dikatakan bahwa mata kuliah kewarganegaraan
adalah pendidikan yang mencakup Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika
untuk membentuk mahasiswa menjadi warga negara yang memiliki rasa kebangsaan dan
cinta tanah air

2.2 Menanya Alasan Mengapa Diperlukan Pendidikan Kewarganegaraan

Pertanyaan-pertanyaan yang muncul tentang pendidikan kewarganegaraan(PKn)


pastinya akan berkaitan langsung dengan tujuan pendidikankewarganegaraan itu sendiri
dimana Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah mewujudkan warga negara sadar
bela negara berlandaskan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan mengembangkan jati
diri dan moral bangsa dalam perikehidupan bangsa. Dalam konteks Indonesia, pendidikan
kewarganegaraan itu berisi antara lainmengenai pluralisme yakni sikap menghargai
keragaman, pembelajarankolaboratif, dan kreatifitas. Pendidikan itu mengajarkan nilai-
nilaikewarganegaraan dalam kerangka identitas nasional. Dengan adanya pernyataan dari

5
tujuan Pendidikan Kewarganegaraan itu, maka akan banyak pertanyaan yangakan muncul
tentang pendidikan kewarganegaraan itu sendiri.

Pendidikan kewarganegaraan mengharapkan generasi muda memiliki kesadaran


penuh akan demokrasi dan HAM. Dengan bekal kesadaran ini, mereka akan memberikan
kontribusi yang berarti dalam mengatasi berbagai masalah yang dihadapi bangsa, seperti
konflik dan kekerasan yang terjadi dalam masyarakat Indonesia, dengan cara-cara yang
damai dan cerdas. Mencetak generasi muda yang bertanggungjawab atas keselamatan dan
kejayaan tanah air adalah tujuan berikutnya. Rasa tanggung jawab ini akan tercermin dalam
partisipasi aktif generasi muda dalam pembangunan. Generasi muda yang bertanggung jawab
akan menyaring pengaruh-pengaruh dari luar, mengambil sisi positifnya dan menolak hal-hal
yang tidak sesuai dengan nilai luhur dan moral bangsa. Akhirnya, Pendidikan
kewarganegaraan diharapkan mampu menumbuhkan sikap setia kepada tanah air dan
bersedia dengan tulus iklhas untuk menyumbangkan setiap potensinya demi kemajuan tanah
air walaupun mendapat iming-iming popularitas atau harta dari pihak-pihak lain.
Tujuan pendidikan kewarganegaraan di mana pun umumnya bertujuan
untuk membentuk warga negara yang baik (good citizen). Tujuan Pendidikan
Kewarganegaraan adalah mewujudkan warga negara sadar bela negara berlandaskan
pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan mengembangkan jati diri dan moral bangsa
dalam perikehidupan bangsa. Mahasiswa adalah bibit unggul bangsa yang di mana pada
masanya nanti bibit ini akan melahirkan pemimpin dunia. Karena itulah diperlukan
pendidikan moral dan akademis yang akan menunjang sosok pribadi mahasiswa.
Kepribadian mahasiswa akan tumbuh seiring dengan waktu dan mengalami proses
pembenahan, pembekalan, penentuan, dan akhirnya pemutusan prinsip diri. Negara,
masyarakat masa datang, diperlukan ilmu yang cukup untuk dapat mendukung
kokohnya pendirian suatu Negara.

Pendidikan kewarganegaraan adalah sebuah sarana tepat untuk memberikan gambaran


secara langsung tentang hal-hal yang bersangkutan tentang kewarganegaraan pada
mahasiswa. Pendidikan Kewarganegaraan yang mengajarkan bagaimana seseorang menjadi
warga negara yang lebih bertanggung jawab. Karena kewarganegaraan itu tidak
dapat diwariskan begitu saja melainkan harus dipelajari dan di alami oleh masing-masing
orang. Apalagi negara kita sedang menuju menjadi negara yang demokratis, maka secara
tidak langsung warga negaranya harus lebih aktif dan partisipatif.

6
Oleh karena itu kita sebagai mahasiswa harus memepelajarinya, agar kita bisa
menjadi garda terdepan dalam melindungi negara. Garda kokoh yang akan terus dan terus
melindungi Negara walaupun akan banyak aral merintang di depan. Kita semua tahu bahwa
Pendidikan Kewarganegaraan mengajarkan bagaimana warga negara itu tidak hanya tunduk
dan patuh terhadap negara, tetapi juga mengajarkan bagaimana sesungguhnya warga negara
itu harus toleran dan mandiri. Pendidikan ini membuat setiap generasi baru memiliki ilmu
pengetahuan, pengembangan keahlian, dan juga pengembangan karakter publik.
Pengembangan komunikasi dengan lingkungan yang lebih luas juga tecakup dalam
Pendidikan Kewarganegaraan. Meskipun pengembangan tersebut bisa dipelajari tanpa
menempuh Pendidikan Kewarganegaran, akan lebih baik lagi jika Pendidikan ini di
manfaatkan untukpengambangan diri seluas-luasnya

2.3 Sumber Historis, Sosiologis Dan Politik Tentang Pendidikan Kewarganegaraan Di


Indonesia

Secara historis, pendidikan kewarganegaraan dalam arti substansi telah dimulai jauh
sebelum Indonesia diproklamasikan sebagai negara merdeka. Dalam sejarah kebangsaan
Indonesia, berdirinya organisasi Boedi Oetomo tahun 1908 disepakati sebagai Hari
Kebangkitan Nasional karena pada saat itulah dalam diri bangsa Indonesia mulai tumbuh
kesadaran sebagai bangsa walaupun belum menamakan Indonesia. Setelah berdiri Boedi
Oetomo, berdiri pula organisasi-organisasi pergerakan kebangsaan lain seperti Syarikat Islam,
Muhammadiyah, Indische Party, PSII, PKI, NU, dan organisasi lainnya yang tujuan akhirnya
ingin melepaskan diri dari penjajahan Belanda. Pada tahun 1928, para pemuda yang berasal
dari wilayah Nusantara berikrar menyatakan diri sebagai bangsa Indonesia, bertanah air, dan
berbahasa persatuan bahasa Indonesia. Pada tahun 1930-an, organisasi kebangsaan baik yang
berjuang secara terang-terangan maupun diam-diam, baik di dalam negeri maupun di luar
negeri tumbuh bagaikan jamur di musim hujan.

Tahun 1928 para perwakilan organisasi pemuda dari berbagai penjuru Nusantara
datang dan berkumpul. Mereka mengadakan sebuah kongres yangdinamakan dengan Kongres
Pemuda II. Adapun tujuan diadakannya kongres adalah untuk:

a. Melahirkan cita cita semua perkumpulan pemuda pemuda Indonesia.


b. Membicarakan beberapa masalah pergerakan pemuda Indonesia.

7
c. Memperkuat kesadaran kebangsaan indonesia dan memperteguh persatuan
Indonesia.

Dari kongres pemuda inilah lahirlah ikrar yang dikenal dengan Sumpah
Pemuda,sebuah tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Ikrar
inidianggap sebagai kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinyanegara
Indonesia. Momen ini pula yang menandai lahirnya bangsa Indonesia.

Secara umum, organisasi organisasi tersebut bergerak dan bertujuan membangun rasa
kebangsaan dan mencita-citakan Indonesia merdeka. Indonesia sebagai negara merdeka yang
dicita-citakan adalah negara yang mandiri yang lepas dari penjajahan dan ketergantungan
terhadap kekuatan asing. Akhirnya Indonesia merdeka setelah melalui perjuangan panjang,
pengorbanan jiwa dan raga, pada tanggal 17 Agustus 1945. Setelah Indonesia menyatakan
kemerdekaan, melepaskan diri dari penjajahan, bangsa Indonesia masih harus berjuang
mempertahankan kemerdekaan karena ternyata penjajah belum mengakui kemerdekaan dan
belum ikhlas melepaskan Indonesia sebagai wilayah jajahannya. Perjuangan mencapai
kemerdekaan dari penjajah telah selesai, namun tantangan untuk menjaga dan
mempertahankan kemerdekaan yang hakiki belumlah selesai.

Upaya pendidikan kewarganegaraan pasca kemerdekaan tahun 1945 belum


dilaksanakan di sekolah-sekolah hingga terbitnya buku Civics pertama di Indonesia yang
berjudul Manusia dan Masjarakat Baru Indonesia (Civics) yang disusun bersama oleh Mr.
Soepardo, Mr. M. Hoetaoeroek, Soeroyo Warsid, Soemardjo, Chalid Rasjidi, Soekarno, dan
Mr. J.C.T. Simorangkir. Pada cetakan kedua, Menteri Pendidikan, Pengadjaran dan
Kebudajaan, Prijono (1960), dalam sambutannya menyatakan bahwa setelah keluarnya dekrit
Presiden kembali kepada UUD 1945 sudah sewajarnya dilakukan pembaharuan pendidikan
nasional. Tim Penulis diberi tugas membuat buku pedoman mengenai kewajiban-kewajiban
dan hak-hak warga negara Indonesia dan sebab-sebab sejarah serta tujuan Revolusi
Kemerdekaan Republik Indonesia. Menurut Prijono, buku Manusia dan Masjarakat Baru
Indonesia identik dengan istilah “Staatsburgerkunde” (Jerman), “Civics” (Inggris), atau
“Kewarganegaraan” (Indonesia).

Prof. Nina Lubis (2008), seorang sejarawan menyatakan, “... dahulu, musuh itu jelas:
penjajah yang tidak memberikan ruang untuk mendapatkan keadilan, kemanusiaan, yang
sama bagi warga negara, kini, musuh bukan dari luar, tetapi dari dalam negeri sendiri: korupsi
yang merajalela, ketidakadilan, pelanggaran HAM, kemiskinan, ketidakmerataan ekonomi,

8
penyalahgunaan kekuasaan, tidak menghormati harkat dan martabat orang lain, suap-
menyuap, dll.”

Dari penyataan ini tampak bahwa proses perjuangan untuk menjaga eksistensi negara-
bangsa, mencapai tujuan nasional sesuai cita-cita para pendiri negara-bangsa (the founding
fathers), belumlah selesai bahkan masih panjang. Oleh karena itu, diperlukan adanya proses
pendidikan dan pembelajaran bagi warga negara yang dapat memelihara semangat
perjuangan kemerdekaan, rasa kebangsaan, dan cinta tanah air. PKn pada saat permulaan atau
awal kemerdekaan lebih banyak dilakukan pada tataran sosial kultural dan dilakukan oleh
para pemimpin negara bangsa. Dalam pidatonya, para pemimpin mengajak seluruh rakyat
untuk mencintai tanah air dan bangsa Indonesia. Seluruh pemimpin bangsa membakar
semangat rakyat untuk mengusir penjajah yang hendak kembali menguasai dan menduduki
Indonesia yang telah dinyatakan merdeka. Pidato-pidato dan ceramah-ceramah yang
dilakukan oleh para pejuang, serta kyai-kyai di pondok pesantren yang mengajak umat
berjuang mempertahankan tanah air.

PKn dalam dimensi sosiologis sangat diperlukan oleh masyarakat dan akhirnya
negara-bangsa untuk menjaga, memelihara, dan mempertahankan eksistensi negarabangsa.
Bagaimana sumber politis PKn pada saat Indonesia memasuki era baru, yang disebut Orde
Baru? Pada awal pemerintahan Orde Baru, Kurikulum sekolah yang berlaku dinamakan
Kurikulum 1968. Dalam kurikulum tersebut di dalamnya tercantum mata pelajaran
Pendidikan Kewargaan Negara. Dalam mata pelajaran tersebut materi maupun metode yang
bersifat indoktrinatif dihilangkan dan diubah dengan materi dan metode pembelajaran baru
yang dikelompokkan menjadi Kelompok Pembinaan Jiwa Pancasila, sebagaimana tertera
dalam Kurikulum Sekolah Dasar (SD) 1968 sebagai berikut. “Kelompok Pembinaan Jiwa
Pancasila ialah Kelompok segi pendidikan yang terutama ditujukan kepada pembentukan
mental dan moral Pancasila serta pengembangan manusia yang sehat dan kuat fisiknya dalam
rangka pembinaan Bangsa”.

Dalam Kurikulum 1968 untuk jenjang SMA, mata pelajaran Pendidikan Kewargaan
Negara termasuk dalam kelompok pembina Jiwa Pancasila bersama Pendidikan Agama,
bahasa Indonesia dan Pendidikan Olah Raga. Mata pelajaran Kewargaan Negara di SMA
berintikan: (1) Pancasila dan UUD 1945; (2) Ketetapan-ketetapan MPRS 1966 dan
selanjutnya; dan (3) Pengetahuan umum tentang PBB. Dalam Kurikulum 1968, mata
pelajaran PKn merupakan mata pelajaran wajib untuk SMA. Kurikulum Sekolah tahun l968

9
akhirnya mengalami perubahan menjadi Kurikulum Sekolah Tahun 1975. Nama mata
pelajaran pun berubah menjadi Pendidikan Moral Pancasila dengan kajian materi secara
khusus yakni menyangkut Pancasila dan UUD 1945 yang dipisahkan dari mata pelajaran
sejarah, ilmu bumi, dan ekonomi.

Secara politis, pendidikan kewarganegaraan mulai dikenal dalam pendidikan sekolah


dapat digali dari dokumen kurikulum sejak tahun 1957 sebagaimana dapat diidentifikasi dari
pernyataan Somantri (1972) bahwa pada masa Orde Lama mulai dikenal istilah:

(1) Kewarganegaraan (1957);


(2) Civics (1962); dan
(3) Pendidikan Kewargaan Negara (1968).

Pada masa awal Orde Lama sekitar tahun 1957, isi mata pelajaran PKn membahas
cara pemerolehan dan kehilangan kewarganegaraan, sedangkan dalam Civics (1961) lebih
banyak membahas tentang sejarah Kebangkitan Nasional, UUD, pidato-pidato politik
kenegaraan yang terutama diarahkan untuk "nation and charater building” bangsa Indonesia.

Pada masa pemerintahan Orde Baru, mata pelajaran PMP ditujukan untuk membentuk
manusia Pancasilais. Tujuan ini bukan hanya tanggung jawab mata pelajaran PMP semata.
Sesuai dengan Ketetapan MPR, Pemerintah telah menyatakan bahwa P4 bertujuan
membentuk Manusia Indonesia Pancasilais. Pada saat itu, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan (Depdikbud) telah mengeluarkan Penjelasan Ringkas tentang Pendidikan Moral
Pancasila (Depdikbud, 1982), dan mengemukakan beberapa hal penting sebagai berikut.
“Pendidikan Moral Pancasila (PMP) secara konstitusional mulai dikenal dengan adanya TAP
MPR No. lV/MPR/1973 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara dan Ketetapan MPR No.
II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Paneasila (P4). Dengan adanya
Ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Paneasila
(P4), maka materi PMP didasarkan pada isi P4 tersebut. Oleh karena itu, TAP MPR No. II/
MPR/1978 merupakan penuntun dan pegangan hidup bagi sikap dan tingkah laku setiap
manusia Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat serta bernegara. Selanjutnya TAP MPR
No. II/MPR?1978 dijadikanlah sumber, tempat berpijak, isi, dan evaluasi PMP.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:

1. P4 merupakan sumber dan tempat berpijak, baik isi maupun cara evaluasi mata
pelajaran PMP melalui pembakuan kurikulum 1975;

10
2. melalui Buku Paket PMP untuk semua jenjang pendidikan di sekolah maka Buku
Pedoman Pendidikan Kewargaan Negara yang berjudul Manusia dan Masyarakat
Baru lndonesia (Civics) dinyatakan tidak berlaku lagi; dan
3. bahwa P4 tidak hanya diberlakukan untuk sekolah-sekolah tetapi juga untuk
masyarakat pada umumnya melalui berbagai penataran P4.

Sesuai dengan perkembangan ipteks dan tuntutan serta kebutuhan masyarakat,


kurikulum sekolah mengalami perubahan menjadi Kurikulum 1994. Selanjutnya nama mata
pelajaran PMP pun mengalami perubahan menjadi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn) yang terutama didasarkan pada ketentuan dalam Undang-Undang
Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Pasca Orde Baru sampai saat ini, nama mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan
kembali mengalami perubahan. Perubahan tersebut dapat diidentifikasi dari dokumen mata
pelajaran PKn (2006) menjadi mata pelajaran PPKn (2013). Sebagaimana telah diuraikan di
atas, bahwa secara historis, PKn di Indonesia senantiasa mengalami perubahan baik istilah
maupun substansi sesuai dengan perkembangan peraturan perundangan, iptek, perubahan
masyarakat, dan tantangan global. Secara sosiologis, PKn Indonesia sudah sewajarnya
mengalami perubahan mengikuti perubahan yang terjadi di masyarakat. Secara politis, PKn
Indonesia akan terus mengalami perubahan sejalan dengan perubahan sistem ketatanegaraan
dan pemerintahan, terutama perubahan konstitusi.

2.4 Argument Tentang Dinamika Dan Tantangan Pendidikan Kewarganegaraan

Suatu kenyataan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) telah mengalami


beberapa kali perubahan, baik tujuan, orientasi, substansi materi, metode pembelajaran
bahkan sistem evaluasi. Semua perubahan tersebut dapat teridentifikasi dari dokumen
kurikulum yang pernah berlaku di Indonesia sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat ini.
Dinamika dan tantangan PKn sangat erat dengan perjalanan sejarah praktik
kenegaraan/pemerintahan RI Inilah ciri khas PKn sebagai mata kuliah dibandingkan dengan
mata kuliah lain. Ontologi PKn adalah sikap dan perilaku warga negara dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Status warga negara dapat meliputi penduduk yang
berkedudukan sebagai pejabat negara sampai dengan rakyat biasa. Tentu peran dan fungsi
warga negara berbeda-beda, sehingga sikap dan perilaku mereka sangat dinamis. Oleh karena

11
itu, mata kuliah PKn harus selalu menyesuaikan/sejalan dengan dinamika dan tantangan sikap
serta perilaku warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Dinamika perubahan dalam sistem ketatanegaraan dan pemerintahan serta tantangan


kehidupan yang telah mempengaruhi PKn di Indonesia mengkaji perkembangan praktik
ketatanegaraan dan sistem pemerintahan RI menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia, yakni:

(1) Periode I (1945 sd 1949);


(2) Periode II (1949 sd 1950);
(3) Periode III (1950 sd 1959);
(4) Periode IV (1959 sd 1966);
(5) Periode V (1966 sd 1998);
(6) Periode VI (1998 sd sekarang).

Dinamika dan tantangan PKn mengikuti periodisasi pelaksanaan UUD (konstitusi),


Aristoteles (1995) mengemukakan bahwa secara konstitusional “...different constitutions
require different types of good citizen... because there are different sorts of civic function.”
Secara implisit, setiap konstitusi mensyaratkan kriteria warga negara yang baik karena setiap
konstitusi memiliki ketentuan tentang warga negara. Artinya, konstitusi yang berbeda akan
menentukan profil warga negara yang berbeda. Hal ini akan berdampak pada model
pendidikan kewarganegaraan yang tentunya perlu disesuaikan dengan konstitusi yang
berlaku.

Ditetapkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003, kembali


mengurangi langkah pembudayaan Pancasila melalui pendidikan. Dalamrangka
membudayakan nilai-nilai Pancasila kepada generasi penerus bangsa.Penguat keberadaan
mata kuliah Pancasila di perguruan tinggi ditegaskan dalam Pasal 35, Pasal 2 Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2012. Pasal 2, menyebutkan bahwa pendidikan
tinggi berdasarkanUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhineka Tunggal Ika. Pasal 35 Ayat (3) menentukan
bahwa kurikulum pendidikan tinggiwajib memuat mata kuliah agama, pancasila,
kewarganegaraan, dan bahasa Indonesia.

Tantangan Pendidikan Pancasila.Tantangan ialah menentukan bentuk dan format agar


mata kuliah Pendidikan Pancasila dapat diselenggarakan di berbagai program studi
denganmenarik dan efektif. Tantangan ini berasal dari perguruan tinggi, misalnya

12
faktorketersediaan sumber daya. Adapun tantangan yang bersifat eksternal , untukmemahami
dinamika dan tantangan Pancasila pada era globalisasi.Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi
Pendidikan Pancasila untuk masa depan. Dirjen Dikti mengembangkan esensi materi
pendidikan Pancasila yangmeliputi :

1. Pengantar perkuliahan pendidikan Pancasila


2. Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia.
3. Pancasila sebagai dasar Negara.
4. Pancasila sebagai ideologi Negara.
5. Pancasila sebagai sistem Filsafat.
6. Pancasila sebagai sistem Etika.
7. Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu.

Pendekatan pembelajaran dalam mata kuliah Pendidikan Pancasila adalah pendekatan


pembelajaran yang berpusat kepada mahasiswa untuk mengetahui danmemahami nilai-nilai
Pancasila, filsafat Negara, dan ideologi-ideologi bangsa.Agar mahasiswa menjadi jiwa
pancasila dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Selain itu, urgensi pendidikan
Pancasila adalah untuk membentengi danmenjawab tantangan perubahan-perubahan dimasa
yang akan datang. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 20 tahun 2003, pasal
3menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan danmembentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangkamencerdaskan kehidupan bangsa,
pendidikan merupakan alternatif terbaik dalammelakukan sosial secara damai.

Setiap warga Negara sesuai dengan kemampuandan tingkat pendidikannya memiliki


pengetahuan, pemahaman, penghayatan, penghargaan, dan pola pengamalan Pancasila.
Contoh urgensi pendidikan Pancasila bagi suatu program studi, misalnya yang terkait dengan
tugas menyusun ataumembentuk peraturan perundang-undangan. Orang yang bertugas
untukmelaksanakan hal tersebut, harus mempunyai pengetahuan, pengertian, pemahaman,
penghayatan dan pola pengalaman yang lebih baik daripada warga Negara yang lain karena
mereka lah yang menentukan kebujakan untuk negaranya. Begitu pula dengan mahasiswa
yang lulusan prodi perpajakan dituntut memiliki berkomitmen dan bertujuan agar dapat
memberikan kontribusi terhadap pelaksanaan kewajiban perpajakan tempat kerja secara baik
dan benar.

Demikian bahwa keberadaan pendidikan Pancasila merupakan suatu program studidi


perguruan tinggi. Oleh karena itu, menjadi keharusan Pancasila disebarluaskansecara benar,

13
antara lain melalui mata kuliah di perguruan tinggi. Karena mahasiswasebagai bentuk
perubahan muda di masa depan yang akan menjadi pembangunandan pemimpin bangsa
dalam setiap tingkatan lembaga-lembaga di Negara, lembagadaerah dan sebagainya. Dengan
demikian, pemahaman nilai-nilai Pancasila dikalangan mahasiswa amat penting, yang
berprofesi sebagai pengusaha, pegawaiswasta,pegawai pemerintah, dan sebagainya. Semua
masyarakat mempunyai peran penting terhadap kejayaan bangsa di masa depan.

Pendidikan kewarganegaraan tidak hanya didasarkan pada konstitusi negara yang


bersangkutan, tetapi juga tergantung pada tuntutan perkembangan zaman dan masa depan.
Misalnya, kecenderungan masa depan bangsa meliputi isu tentang HAM, pelaksanaan
demokrasi, dan lingkungan hidup. Sebagai warga negara muda, mahasiswa perlu memahami,
memiliki kesadaran dan partisipatif terhadap gejala demikian Pendidikan Kewarganegaraan
yang berlaku di suatu negara perlu memperhatikan kondisi masyarakat. Walaupun tuntutan
dan kebutuhan masyarakat telah diakomodasi melalui peraturan perundangan, namun
perkembangan masyarakat akan bergerak dan berubah lebih cepat.

Pendidikan Kewarganegaraan yang berlaku di suatu negara perlu memperhatikan


kondisi masyarakat. Walaupun tuntutan dan kebutuhan masyarakat telah diakomodasi melalui
peraturan perundangan, namun perkembangan masyarakat akan bergerak dan berubah lebih
cepat. Era globalisasi yang ditandai oleh perkembangan yang begitu cepat dalam bidang
teknologi informasi mengakibatkan perubahan dalam semua tatanan kehidupan termasuk
perilaku warga negara, utamanya peserta didik. Kecenderungan perilaku warga negara ada
dua, yakni perilaku positif dan negatif. PKn perlu mendorong warga negara agar mampu
memanfaatkan pengaruh positif perkembangan iptek untuk membangun negara-bangsa.
Sebaliknya PKn perlu melakukan intervensi terhadap perilaku negatif warga negara yang
cenderung negatif.

2.5 Mendeskrispsikan Esensi Dan Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Masa


Depan

Pada tahun 2045, bangsa Indonesia akan memperingati 100 Tahun Indonesia merdeka.
Bagaimana nasib bangsa Indonesia pada 100 Tahun Indonesia merdeka? Berdasarkan hasil
analisis ahli ekonomi yang diterbitkan oleh Kemendikbud (2013) bangsa Indonesia akan
mendapat bonus demografi (demographic bonus) sebagai modal Indonesia pada tahun 2045.
Indonesia pada tahun 2045 akan mempunyai usia produktif (15-64 tahun) yang berlimpah.

14
Inilah yang dimaksud bonus demografi. Bonus demografi ini adalah peluang yang harus
ditangkap dan bangsa Indonesia perlu mempersiapkan untuk mewujudkannya. Usia produktif
akan mampu berproduksi secara optimal apabila dipersiapkan dengan baik dan benar,
tentunya cara yang paling strategis adalah melalui pendidikan, termasuk pendidikan
kewarganegaraan

Prof. Dr. Nadiroh, M. Pd., seorang Guru Besar Pada Prodi PPKn FIS UNJ (Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta) mengatakan bahwa,Pembentukan Karakter Bangsa
Sebagai Esensi Pendidikan Kewarganegaraan. Beliau mengukuhkan hal tersebut lantaran
fenomena dan fakta empiris yangdiberitakan di mass media akhir-akhir ini merupakan
gambaran realita kehidupan bangsa Indonesia yang sampai saat ini masih mengalami krisis
multidimensi. Jika keadaan ini dibiarkan berlarut-larut, kita akan sulit mengejar
ketertinggalan dalam upaya mencapai Millenium Developments Goals (MDG’s), yaitu:

1. Menghapuskan tingkat kemiskinan dan kelaparan


2. Mencapai Pendidikan Dasar secara Universal
3. Mendorong kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan
4. Mengurangi tingkat kematian anak
5. Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya
6. Menjamin pembangunan berkelanjutan dan pelestarian lingkungan
7. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan (United Nations
Development Group,2003).

Tujuan ini dapat tercapai jika didukung oleh masyarakat dan bangsa yang berkualitas
atau SDM Indonesia yang unggul. Untuk itulah peran pendidikan sangat penting,
sebagaimana tersirat dan tersurat dalam Undang-undang RepublikIndonesia nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat 2 dikatakan bahwa: Pendidikan
nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional
Indonesia dan tanggapterhadap tuntutan perubahan zaman.

Dalam pasal 3, dikatakan bahwa Pendidikannasional berfungsi mengembangkan


kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadimanusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

15
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.

Ekonomi Indonesia sangat menjanjikan walaupun kondisinya saat ini belum dipahami
secara luas. Saat ini, ekonomi Indonesia berada pada urutan 16 besar dan pada tahun 2030,
ekonomi Indonesia akan berada pada urutan 7 besar dunia. Saat ini, jumlah konsumen
sebanyak 45 juta dan jumlah penduduk produktif sebanyak 53%. Pada tahun 2030, jumlah
konsumen akan meningkat menjadi 135 juta dan jumlah penduduk produktif akan meningkat
menjadi 71%. Nasib sebuah bangsa tidak ditentukan oleh bangsa lain, melainkan sangat
tergantung pada kemampuan bangsa sendiri. Indonesia akan menjadi bangsa yang
bermartabat dan dihormati oleh bangsa lain. Semuanya sangat tergantung kepada bangsa
Indonesia.
Demikian pula untuk masa depan PKn sangat ditentukan oleh eksistensi konstitusi
negara dan bangsa Indonesia. PKn akan sangat dipengaruhi oleh konstitusi yang berlaku dan
perkembangan tuntutan kemajuan bangsa. Bahkan yang lebih penting lagi, akan sangat
ditentukan oleh pelaksanaan konstitusi yang berlaku. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan dapat dimaknai sebagaiwahana untuk mengembangkan dan melestarikan
nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat
diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari peserta didik baik sebagai individu,
maupunsebagai anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) berupaya mengantarkan
warganegara Indonesia menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa kebangsaandan
cinta tanah air; menjadi warga negara demokratis yang berkeadaban; yangmemiliki daya
saing: berdisiplin, dan berpartisipasi aktif dalam membangunkehidupan yang damai
berdasarkan sistem nilai Pancasila. Pendidikan Pancasiladan Kewarganegaraan berkontribusi
penting menunjang tujuan bernegara Indonesiayang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
PPKn berkaitan dan berjalan seiringdengan perjalanan pembangunan kehidupan berbangsa
dan bernegara Indonesia.
Maka kedepannya, bangsa ini harus benar-benar berpedoman terhadap
pancasila.Untuk dapat mengentaskan kemiskinan, membasmi praktik KKN (Korupsi,
Kolusi,dan Nepotisme), berbagai bentuk kejahatan, dan lain sebagainya, keberadaan
pancasila tetap harus dipertahankan. Karena jika pancasila sudah diujung tandukoleh ekses-
ekses negatif, maka akan menjadi apa bangsa ini kemudian. (Leman,2018)
Berikut adalah mengapa Pendidikan Kewarganegaraan dibutuhkan di masadepan :

16
1. Karena hancurnya berbagai macam nilai demokrasi yang dimana ada padamasyarakat
itu sendiri.
2. Terjadi sikap pemudaran terhadap berbagai kehidupan kewarganegaraandan juga nilai
komunitas pada masyarakat.
3. Terjadi sebuah sikap kemunduran dari nilai toleransi yang dimana terjadi pada
masyarakat.
4. Terjadi sebuah sikap pelemahan terhadap nilai yang dimana ada padasebuah keluarga.
5. Terjadi sebuah sikap pemudaran yang dimana berada pada sebuah nilaikejujuran.
6. Terjadi sebuah sikap maraknya praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang dimana
terjadi pada masyarakat dalam melakukan penyelenggaraanterhadap pemerintahan.
7. Terjadinya sebuah kerusakan pada sistem dan juga kehidupan ekonomi.
8. Terjadinya berbagai macam pelanggaran terhadap nilai berbangsa dan juga bernegara.

2.6 Rangkuman Hakikat Dan Pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan

1. Secara etimologis, pendidikan kewarganegaraan berasal dari kata “pendidikan” dan kata
“kewarganegaraan”. Pendidikan berarti usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya, sedangkan kewarganegaraan adalah segala hal ihwal yang berhubungan
dengan warga negara.
2. Secara yuridis, pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik
menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
3. Secara terminologis, pendidikan kewarganegaraan adalah program pendidikan yang
berintikan demokrasi politik, diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya:
pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang tua.
Kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk berpikir kritis, analitis, bersikap
dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945
4. Negara perlu menyelenggarakan pendidikan kewarganegaraan karena setiap generasi
adalah orang baru yang harus mendapat pengetahuan, sikap/nilai dan keterampilan agar
mampu mengembangkan warga negara yang memiliki watak atau karakter yang baik dan

17
cerdas (smart and good citizen) untuk hidup dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara sesuai dengan demokrasi konstitusional.
5. Secara historis, PKn di Indonesia awalnya diselenggarakan oleh organisasi pergerakan
yang bertujuan untuk membangun rasa kebangsaaan dan cita-cita Indonesia merdeka.
Secara sosiologis, PKn Indonesia dilakukan pada tataraan sosial kultural oleh para
pemimpin di masyarakat yang mengajak untuk mencintai tanah air dan bangsa Indonesia.
Secara politis, PKn Indonesia lahir karena tuntutan konstitusi atau UUD 1945 dan
sejumlah kebijakan Pemerintah yang berkuasa sesuai dengan masanya.
6. Pendidikan Kewarganegaraan senantiasa menghadapi dinamika perubahan dalam sistem
ketatanegaraan dan pemerintahan serta tantangan kehidupan berbangsa dan bernegara.
7. PKn Indonesia untuk masa depan sangat ditentukan oleh pandangan bangsa Indonesia,
eksistensi konstitusi negara, dan tuntutan dinamika perkembangan bangsa.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Secara etimologis, Pendidikan berarti usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya, sedangkan kewarganegaraan adalah segala hal ihwal yang berhubungan
dengan warga negara. Negara perlu menyelenggarakan pendidikan kewarganegaraan karena
setiap generasi adalah orang baru yang harus mendapat pengetahuan, sikap/nilai dan
keterampilan agar mampu mengembangkan warga negara yang memiliki watak atau karakter
yang baik dan cerdas (smart and good citizen) untuk hidup dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara sesuai dengan demokrasi konstitusional. Secara historis, PKn di
Indonesia awalnya diselenggarakan oleh organisasi pergerakan yang bertujuan untuk
membangun rasa kebangsaaan dan cita-cita Indonesia merdeka. Secara sosiologis, PKn
Indonesia dilakukan pada tataran sosial kultural oleh para pemimpin di masyarakat yang
mengajak untuk mencintai tanah air dan bangsa Indonesia. Secara politis, PKn Indonesia lahir
karena tuntutan konstitusi atau UUD 1945 dan sejumlah kebijakan Pemerintah yang berkuasa
sesuai dengan masanya. Pendidikan Kewarganegaraan senantiasa menghadapi dinamika
perubahan dalam sistem ketatanegaraan dan pemerintahan serta tantangan kehidupan

18
berbangsa dan bernegara. PKn Indonesia untuk masa depan sangat ditentukan oleh
pandangan bangsa Indonesia, eksistensi konstitusi negara, dan tuntutan dinamika
perkembangan bangsa.

3.2 Saran

Sudah menjadi hakikat sebagai warga negara untuk mengetahui segala sesuatu yang
berkaitan engan kebangsaan NKRI ini, semoga itu dapat kita peroleh dan mata pelajaran/mata
kuliah PKN ini sudah menjadi kewajiban bagi kita semua terutama untuk para pelajar dan
mahasiswa.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, L. (2017). Ekonomi Pembangunan dan Pembangunan Ekonomi. Tersedia secara


online di: http://www. pustaka. ut. ac. id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/ESPA4324-
M1. pdf [diakses di jambi: 3 september 2023]

Berger, Peter 1990, Revolusi Kapitalis (Terjemahan Umar LPES, Jakarta) Todaro, Michael,
2000, Pembangunan Ekonomi, Bumi AksaraLongman, Jakarta.

Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan


untuk perguruan tinggi. Jakarta: Ristekdikti.

Hurri, dkk. 2016. Pendidikan kewarganegaraan panduan untuk mahasiswa, pendidik, dan
Masyarakat secara umum. Sukabumi: Nurani

Kemahasiswaan, D. J. (2016). Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta:Kementerian Riset,


Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.

Leman. (2018, Mei 19). Urgensi dan Esensi Pendidikan Pancasila untuk masadepan. Diambil
kembali dari Wordpress:https://leman2311.wordpress.com/2018/05/19/urgensi-dan-
esensi-pendidikan-pancasila-bagi-masa-depan/

Sukartha, I Nengah, I Nyoman Suparwa, I Putrayasa, I Wayan Teguh. 2016. Pendidikan


Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : RISTEKDIKTI

19
20

You might also like