You are on page 1of 14

MAKALAH

SEJARAH DAN TATA CARA HAK CIPTA SERTA PATEN

Dosen pengampu:
Kartika Handayani, S.H, M.H.

Di susun oleh:
Zikri Ahmad Jumadil {2174201029}

Mata kuliah: Hak Atas Kekayaan Intelektual

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Kebaikan Tuhan yang maha agung telah memberikan pencerahan pikiran kepada
penulis sehingga penulis dapat segera menyelesaikan makalah ini. Oleh sebab itu, tiada kata
yang pantas selain ucapan rasa syukur tak terhingga karena penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Sejarah dan Tata Cara Hak Cipta serta Paten’’

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Karenanya,
penulis mengharapkan adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun bagi
para pembaca.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang..............................................................................................................
Rumusan Masalah.........................................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN
Sejarah Hak Cipta.........................................................................................................
Tata cara pendaftaran hak cipta....................................................................................
Sejarah Paten................................................................................................................
Ruang lingkup paten....................................................................................................
Sanksi Hukum Paten....................................................................................................
Contoh Kasus Paten.....................................................................................................
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan..................................................................................................................
Saran............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hak cipta dan paten adalah dua elemen kunci dalam hukum kekayaan intelektual yang
memiliki peran vital dalam mendukung inovasi dan melindungi hak-hak kreatif dan
penemuan. Hak cipta memberikan perlindungan terhadap karya intelektual, sementara
paten memberikan hak eksklusif atas penemuan baru. Dalam era digital dan
globalisasi, pemahaman mendalam tentang kedua konsep ini menjadi semakin
penting. Makalah ini akan membahas sejarah, tata cara, ruang lingkup, serta dampak
hukum dan kasus paten, serta bagaimana kedua aspek ini mendukung perkembangan
ilmu pengetahuan dan inovasi.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan hak cipta?
2. Apa saja tata cara pendaftaran atau permohonan hak cipta?
3. Bagaimana sejarah perkembangan paten?
4. Apa yang menjadi ruang lingkup paten?
5. Bagaimana sanksi hukum paten?
6. Apa contoh kasus hak cipta paten?
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Sejarah Hak Cipta


Konsep hak cipta dalam bahasa Indonesia merupakan terjemahan dari konsep
copyright dalam bahasa Inggris (secara harfiah artinya "hak salin"). Copyright ini
diciptakan sejalan dengan penemuan mesin cetak. Sebelum penemuan mesin ini oleh
Johannes Gutenberg, proses untuk membuat salinan dari sebuah karya tulisan
memerlukan tenaga dan biaya yang hampir sama dengan proses pembuatan karya
aslinya. Sehingga, kemungkinan besar para penerbitlah, bukan para pengarang, yang
pertama kali meminta perlindungan hukum terhadap karya cetak yang dapat disalin.

Awalnya, hak monopoli tersebut diberikan langsung kepada penerbit untuk menjual
karya cetak. Baru ketika peraturan hukum tentang copyright mulai diundangkan pada
tahun 1710 dengan Statute of Anne di Inggris, hak tersebut diberikan ke pengarang,
bukan penerbit. Peraturan tersebut juga mencakup perlindungan kepada konsumen
yang menjamin bahwa penerbit tidak dapat mengatur penggunaan karya cetak tersebut
setelah transaksi jual beli berlangsung. Selain itu, peraturan tersebut juga mengatur
masa berlaku hak eksklusif bagi pemegang copyright, yaitu selama 28 tahun, yang
kemudian setelah itu karya tersebut menjadi milik umum.

Berne Convention for the Protection of Artistic and Literary Works ("Konvensi Bern
tentang Perlindungan Karya Seni dan Sastra" atau "Konvensi Bern") pada tahun 1886
adalah yang pertama kali mengatur masalah copyright antara negara-negara berdaulat.
Dalam konvensi ini, copyright diberikan secara otomatis kepada karya cipta, dan
pengarang tidak harus mendaftarkan karyanya untuk mendapatkan copyright. Segera
setelah sebuah karya dicetak atau disimpan dalam satu media, si pengarang otomatis
mendapatkan hak eksklusif copyright terhadap karya tersebut dan juga terhadap karya
derivatifnya, hingga si pengarang secara eksplisit menyatakan sebaliknya atau hingga
masa berlaku copyright tersebut selesai.
B. Tata cara pendaftaran hak cipta

Definisi
Permohonan Pencatatan Hak Cipta adalah Mencatatkan hak eksklusif pencipta yang
timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan
diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan untuk didaftarkan
pada Pangkalan Data Kekayaan Intelektual (PDKI) dan kepemilikannya memiliki
kekuatan hukum.

Regulasi
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta;
2. Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2019 tentang Tarif dan Jasa Atas
Penerimaan Negara Bukan Pajak.

Perayaratan
1. Surat Permohonan Hak Cipta;
2. Surat Perjanjian
3. Bukti Pengalihan Hak
4. Fotocopy Surat Pencatatan Ciptaan
5. KTP
6. Surat Kuasa (Apabila Melalui Kuasa)
7. Akta Perusahaan (Apabila Pemegang Badan Hukum)
8. Dokumen Lainnya

Prosedur
1. Pemohon datang ke Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta
dengan membawah dokumen pendaftaran;
2. Pemohon ke petugas loket untuk menyerahkan berkas pendaftaran;
3. Petugas memeriksa kelengkapan berkas permohonan pendaftaran;
4. Petugas memberikan voucher pembayaran PNBP;
5. Petugas menginput permohonan melalui e-filing;
6. Petugas mencetak bukti tanda terima pendaftaran;
7. Ditindaklanjuti oleh Ditjen KI sampai dengan keluarnya sertifikat
C. Sejarah Hak Paten
Perlu dipahami bahwa hak paten tidak serta merta muncul dalam kalangan masyarakat
begitu saja. Terdapat sejarah yang berlika-liku dan juga cukup panjang sebelum
akhirnya kita dapat memperoleh hukum hak paten seperti yang kita kenal di era
modern seperti sekarang ini.

Seperti banyak berbagai macam hal, sejarah hak paten dating dari benua eropa,
tepatnya dari negara italia pada abada ke 15. Berasal dari teks yang dikenal sebagai ”
Venetian Patent Statute,” negara itu memperkenalkan istilah paten yang digunakan di
zaman modern.

Meski begitu, sejarah mencatat bahwa paten itu sendiri digunakan pada tahun 500 SM
atau sebelum masehi, di mana para sejarawan menemukan manuskrip kuno dari
Yunani yang berisi diskusi apresiatif dari mereka yang berhasil menemukan benda
mengejutkan itu.

Selain itu, di Kepulauan inggris tepatnya di kepulauan Britania Raya, tepatnya pada
abad ke-14, juga ditemukan surat-surat yang isinya mirip dengan manuskrip Yunani
kuno yang telah dibahas sebelumnya. Banyak perusahaan di pulau tersebut yang
dipatenkan karena berhasil menciptakan barang-barang yang bermanfaat bagi
masyarakat..

Cikal bakal hak paten modern secara sistematis diberikan di italia, Venesia, sekitar
pada tahun 1450, yang mana mereka mengeluarkan dekrit yang menjelaskan
mengenai penemuan inventif dan baru harus dikomunikasikan ke negara untuk bisa
memperoleh perlindungan hukum terhadap pelanggaran penggunaan benda yang
terkait.

Kemudian beberapa negara lain di Eropa menerapkan apa yang dilakukan Italia
terhadap penemuan baru tersebut. Sejarawan telah mengamati bahwa inggris dan
Prancis adalah dua negara yang berpengaruh dalam menyebarkan istilah paten di
Eropa.

Di Indonesia sendiri, istilah hak paten telah digunakan sejak zaman penjajahan
Belanda, tepatnya pada tahun 1840-an. Saat itu, pemerintah Belanda memperkenalkan
hukum kekayaan intelektual (HKI) kepada kolonial mereka di Indonesia.

Bahkan setelah Indonesia lepas dari penjajahan, kami masih menggunakan undang-
undang paten yang diperkenalkan oleh Belanda ini. Tentu saja paten di Indonesia
disesuaikan dari waktu ke waktu, sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat itu.

D. Ruang lingkup paten


Istilah paten berasal dari patent (dalam bahasa Inggris), atau patent UU No. 14
Tahun2001 adalah hak eksklusif yang diberikan negara kepada penemu (inventor)
dibidang teknologi(proses, hasil produksi, penyempurnaan, dan pengembangan proses
atau hasil produksi) selamawaktu tertentu, melaksanakan sendiri invensinya atau
memberikan persetujuan kepada oranglain unruk melaksanakannya, dalam hal ini
pemegang paten adalah penemu sebagai pemilik paten.
Hak paten adalah hak hukum yang diberikan kepada penemu untuk melindungi
temuan atau penemuan baru mereka. Ruang lingkup hak paten mencakup beberapa
aspek, termasuk:

1. Keunggulan Teknis: Hak paten melindungi penemuan yang memiliki nilai teknis.
Ini bisa berupa produk (seperti alat atau obat-obatan), proses (cara baru untuk
melakukan sesuatu), mesin (perangkat mekanis), atau komposisi materi (misalnya,
formula kimia baru). Keunggulan teknis ini harus dinyatakan dalam deskripsi
paten dan klaim paten.
2. Kebaruan: Penemuan yang dapat mendapatkan hak paten harus merupakan hal
yang baru. Artinya, penemuan tersebut tidak boleh ada sebelumnya. Jika suatu
penemuan telah ada sebelumnya atau sudah diungkapkan secara publik, maka
biasanya tidak memenuhi syarat untuk hak paten.
3. Tingkat Inventivitas: Penemuan juga harus melibatkan tingkat inventivitas yang
cukup. Ini berarti bahwa penemuan tersebut tidak boleh menjadi hal yang jelas
bagi seseorang yang ahli di bidang tersebut. Harus ada elemen kebaruan atau
inovasi yang signifikan.
4. Aplikasi Industri: Penemuan yang mendapat hak paten harus dapat diterapkan
dalam konteks industri atau perdagangan. Ini berarti penemuan tersebut harus
memiliki manfaat praktis yang dapat dimanfaatkan dalam dunia nyata.
5. Waktu Perlindungan: Hak paten memberikan perlindungan untuk jangka waktu
tertentu. Di banyak negara, hak paten umumnya berlaku selama 20 tahun sejak
tanggal pengajuan. Setelah jangka waktu ini berakhir, penemuan tersebut akan
menjadi bagian dari domain publik dan dapat digunakan oleh siapa saja.
6. Klaim Paten: Bagian paling penting dari paten adalah klaim paten. Klaim paten
menjelaskan secara rinci elemen-elemen penemuan yang dilindungi. Ini
menentukan apa yang dilindungi dan sejauh mana perlindungan diberikan.
7. Eksklusivitas: Pemegang hak paten memiliki hak eksklusif untuk memanfaatkan
penemuan tersebut dan dapat mengizinkan atau melarang orang lain untuk
melakukannya. Ini memberi insentif kepada penemu untuk berinvestasi dalam
penelitian dan pengembangan.
8. Wilayah Geografis: Hak paten berlaku di wilayah geografis tertentu, yaitu negara
di mana paten tersebut diberikan. Namun, beberapa perjanjian internasional
seperti PCT memudahkan pengajuan paten di beberapa negara sekaligus.
9. Lisensi: Pemegang hak paten juga dapat memberikan lisensi kepada pihak lain
untuk menggunakan penemuan tersebut, biasanya dalam pertukaran royalti atau
biaya lisensi.

E. Sanksi Hukum Paten


Sanksi hukum terkait dengan paten di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2016 tentang Paten. Undang-undang ini menyediakan perlindungan hukum
terhadap hak kekayaan intelektual yang terkait dengan penemuan atau inovasi yang
paten. Beberapa sanksi hukum terkait paten di Indonesia meliputi:
1. Sanksi Pidana: Undang-Undang Paten Indonesia mengatur sanksi pidana, yang
dapat mencakup denda dan/atau hukuman penjara bagi pelanggar hak paten. Ini
berlaku jika seseorang secara sengaja melakukan pelanggaran terhadap hak paten,
seperti pembajakan atau penggunaan paten tanpa izin.
2.
3. Gugatan Perdata: Pemegang hak paten memiliki hak untuk mengajukan gugatan
perdata terhadap pihak yang melanggar hak paten mereka. Pemegang paten dapat
mengajukan gugatan untuk mendapatkan ganti rugi dan/atau perintah penghentian
penggunaan paten yang melanggar.
4.
5. Ganti Rugi: Pemegang hak paten yang mengalami pelanggaran dapat mengajukan
tuntutan ganti rugi, yang dapat mencakup kerugian finansial yang telah diderita
akibat pelanggaran paten.
6.
7. Pembatalan Paten: Pihak yang merasa hak paten yang diberikan tidak seharusnya
diberikan dapat mengajukan permohonan pembatalan paten kepada Direktorat
Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) di Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia. Pembatalan paten dapat dilakukan jika paten tersebut diberikan tanpa
memenuhi syarat-syarat hukum.
8.
9. Sanksi Administratif: Selain sanksi pidana dan perdata, Undang-Undang Paten
juga memberikan kewenangan kepada DJKI untuk memberlakukan sanksi
administratif terhadap pelanggar paten. Sanksi administratif ini dapat berupa
denda atau tindakan lain yang bertujuan untuk melindungi hak paten.

F. Contoh Kasus Paten(Pelanggaran Hak Paten Slide to Unlock (Studi Kasus Apple
VS Samsung)
Slide to unlock pertama kali diperkenalkan Apple pada Januari 2007 saat peluncuran
handphone iPhone perdana, yang sengaja dibuat supaya saat iPhone dimasukkan ke
dalam kantong, layar iPhone tidak terpencet secara tidak sengaja.

Pimpinan iOS, Scott Forstall diklaim sebagai orang yang menemukan Slide to
Unlock, dengan peran serta dari enginer lain seperti Imran Chaudhri, Bas Ording,
Freddy Allen Anzures, Marcel Van Os, Stephen O. Lemay and Greg Christie. Apple
telah resmi mendapatkan paten atas desain fitur 'slide to unlock' khas iPhone.

Paten tersebut diberikan U.S. Patent and Trademark Office dan terdaftar dengan
nomor D675,639. Dalam deskripsinya, paten ini disebut sebagai 'ornamental design
for a display screen or portion thereof with a graphical user interface'.

Selain desain 'slide to unlock', Apple juga mendaftarkan paten bernomor D675,612
dengan deskripsi 'ornamental design of an electronic device', yang isinya menjelaskan
mengenai desain sudut membulat yang diusung iPhone.
Apple menuntut Samsung dan akhirnya memenangi hak paten slide-tounlock atas
Samsung setelah menjalani proses pengadilan selama empat tahun. Dengan
kemenangan tersebut, perusahaan besutan Steve Jobs tersebut berhak mendapat
royalti US$ 120 juta atau sekitar Rp 1,6 triliun.

Mahkamah Agung Amerika Serikat menyatakan tidak menerima pengajuan banding


atas kasus yang telah diperkarakan sejak 2014 tersebut. Kasus ini memperebutkan hak
paten atas slide-to-unlockdan tautan cepat. Samsung dinyatakan telah melanggar
kedua hak paten tersebut.

Keputusan tersebut sempat dibatalkan setelah dua tahun ditetapkan, tapi kembali
dipulihkan setahun setelahnya. Samsung kemudian mengajukan banding ke
Mahkamah Agung dan berakhir dengan kemenangan Apple.
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan

Makalah ini telah membahas dua aspek penting dalam perlindungan kekayaan
intelektual, yaitu hak cipta dan paten. Hak cipta memberikan pemiliknya kendali
atas karya intelektual, sedangkan paten memberikan hak eksklusif atas penemuan
baru. Dalam menjalani perkembangannya, hak cipta dan paten telah memainkan
peran penting dalam mendorong inovasi, mendukung pencipta dan penemu, serta
memberikan perlindungan hukum terhadap hak intelektual.

Sejarah hak cipta dimulai dengan Statuta Anne pada tahun 1709 di Inggris, dan
kemudian diadopsi oleh banyak negara. Tata cara pendaftaran hak cipta
melibatkan proses pengajuan permohonan kepada lembaga hak cipta yang
berwenang dan pemeriksaan untuk memastikan kelayakan karya intelektual.

Sejarah paten memiliki akar yang dapat ditelusuri kembali hingga Yunani kuno,
dengan perkembangan sistem paten modern di Venesia pada abad ke-15. Ruang
lingkup paten mencakup produk atau proses baru, dan sanksi hukum dapat
diterapkan dalam kasus pelanggaran paten.

Contoh-contoh kasus paten terkenal, seperti paten lampu pijar Thomas Edison,
menunjukkan betapa pentingnya paten dalam mendukung inovasi. Kasus-kasus
paten perangkat lunak yang melibatkan perusahaan teknologi besar juga
mencerminkan kompleksitas perlindungan hak paten dalam dunia modern.

Penting untuk diingat bahwa pemahaman yang kuat tentang hak cipta dan paten
memainkan peran kunci dalam mendorong inovasi dan melindungi hak-hak kreatif
dan penemuan di era digital yang terus berkembang. Dengan pemahaman yang
mendalam tentang kedua konsep ini, kita dapat terus memajukan kekayaan
intelektual dan meningkatkan inovasi dalam masyarakat global. Dengan itu, hak
cipta dan paten bukan hanya instrumen hukum, tetapi juga pendorong kreativitas
dan penemuan di seluruh dunia.

B. Saran

Kami membuat makalah ini untuk pembelajaran bersama. Kami mengambil dari
berbagai sumber, jadi apabila pembaca menemukan kesalahan dan kekeurangan,
maka kami sarankan mencari referensi yang lebih baik. Apabila pembaca merasa
ada kekurangan dapat membaca buku yang menjadi referensi secara lengkap.
DAFTAR PUSTAKA

Andriani, I., & Priyatno, D. (2018). Analisis Hak Paten Sebagai Alat Perlindungan
bagi Ciptaan Cendekia. Jurnal Hukum, 18(3), 231-242.

Kusumaningrum, DA, & Sholahudin, HA (2020). Perlindungan Hak Cipta


Terhadap Hasil Karya Ilmiah Berbasis Teknologi Informasi di Indonesia. Jurnal
Keamanan Sistem Informasi, 6(1), 16-28.

Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan HAM


Republik Indonesia. (2021). Panduan Permohonan dan Pendaftaran Hak Cipta.
https://dgip.go.id/layanan/hak-cipta/panduan-hak-cipta

Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia. (2021). Panduan Paten.


http://www.dgip.go.id/lay

You might also like