You are on page 1of 4

Berdasarkan analisis data pengamatan dengan pengambilan dalam 7 kali perubahan

waktu di kawasan Hutan Pantai Triangulasi Alas Purwo diketahui terdapat berbagai macam
spesies serangga malam. Dari hasil identifikasi diperoleh 162 spesies serangga malam.
Dinataranya adalah Apis dorsata, Arthroschista tricoloralis, Clinidium scluptilis, Fortiaula
auricalria, Ponerinae ponera, Coptotermes interogatus, Chloealtis conspeksa, Encytidae sp.,
Ectopsocopsis criptameriae, Aedes sollicitans, Eusattus sp., Psallus sp., Crematogester
scutellaris., Megarhysca nortoni, Dolichoderus thoraciccus, Apoanagyrus copeai, Harpalus
sp., Ectopsocopsis crytomeriae, Caliroa cerasi, Notonecta sellata, Paratioza cockerelli,
Eucinetus terminalis, Dolichoderus thoracicus, Polistes fuscatus, Psiloxy annulatus,
Crematogaster Scutellaris, Phalacrus politus, Cactoblastis cactorum, Gastrophysa viridula,
Aulachopora sp., Harpalus sp., Anopheles sp., Calosoma scrutator., Componotus
pennsylvanicus, Lepidoptera pyralidae, Antonomus grandis, Cylisticus convexus, Arrhenodes
minutus, Amphicyrta dentipes, Dermestes ates, Pycnoscelus surinamensis, Tiphia femorata,
Canthon simplex, Gastrophilus intestinalis, Polycaon stautii, Rhizophagus sayi, Cymatodera
undulate, Catonia sp., Aphanus illuminatus, Pyrgota undata, Sialis mohn, Poniceae,
Trachellus tabidus, Dyspteris arbortivaria, Phyraganea cineria, Poecilogonalos costalis,
Liburniella ornate, Allonemobius fasciatus, Empoasca fabae, Rhyopsocus bentonea, Sialis
mohri, Centrodora spesiosissima, Platypus wilsoni, Circulifer tenellus, Oecleus borea,
Ectopsocopsis cryptomerie, Tibicen pruinosa, Libunniella grnata delphacidae,
Anormenisialis, Trogoxylon prallelapipedum, Pangaeus bileanatus, Ctenicera noxia,
Trachelipus ratkhei, Anolestes druryi, Lygidae mendoxreuter, Poecilanthrax signitipennis,
Dolichoderus sp., Diapnidae sp., Dineutus sp., Tibicen cicadia., Crematogaster sp.,
Formicidae sp., Scirpophaga innotata, Plesma cinerea, Achoria giisella, Oecanthus
quadrimaculatus, Emposca fabae, Myrmica rubra, Pepsis grossa, Trialeurodes vaporariorum,
Ptychopteridae, S. Furcata brunner, Flatormenis proxima, Neokolla hieroglyphica, Chlorion
aerarium pation, Bactenicera cockerelli, Amitermes tubiformans, Phryganea cinerea,
Avlocophora similisoliver, Adelphocora rapidus, Chaetophora spinosa, Lepidiota stigma,
Aeolapetra sp., Aulachopora similis oliver, Adelphocoris rapidus, Aeolopetra sp., Oligotoma
sp., Dypteris arbortiyaria, Micropterix calthella, Leptoterna dolobrata, Anelaste druryi,
Gryllus asimilis, Oniscusasellus, Formica sp., Draeculacephala mollipes, Ordo Hemiptera,
Componotus sp., Platypus sp., Ceresa sp., Daraeocoris scutellaris., Diarsia sp., Pethalonyx
turberi, Tenicera noxia, Anomopsocus amatalis, Macronemum zebratum, Polistes fuscaus,
Ponerinae sp., Annormenisialis, Trogoxylon porolleiopedum, Anoiestes druryi, Rochelipus
rothka, Libunniella grnotadelphocidae, Oniscus asellus, Zooorotypus nubbardi, Eulophidae
sp., Colosoma ascuatur, Hydroptila hamate, Tiphia femoreta, Dolichuderus sp.,
Poecilanthraxsignatipennis, Lygidae merclox reuter, Dyspteris arbortivarta, Phryganea
cinerta, Empoacca fabae, Rhyopsocus bentanae, Centrodia spesiosissima, Euxoaexcellens
grote, Parcoblatta pennsylvanica, Chlorianaerarium patton, Aphanus illuminatus, Cylisticus
converus, Ectopsocopsis cryptomeriae, Trypoxylon clavatum, Dysdecua suturellus.
Banyak sedikitnya serangga malam yang ditemukan di kawasan Hutan Pantai
Triangulasi Alas Purwo tersebut dan Keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan tiap-tiap
spesies untuk masing-masing waktu berbeda. Perbedaan pada keanekaragaman, kemerataan,
dan kekayaan tiap-tiap spesies tidak terlepas dari kondisi lingkungan yang ada, baik faktor
biotik maupun faktor abiotik. Faktor biotik bisa berupa sumber makanan baik tumbuhan
maupun serangga yang lain. Sedangkan faktor abiotik meliputi Ph, kelembaban, suhu, dan juga
intensitas cahaya. Daerah yang keanekaragaman spesies tumbuhannya besar maka spesies
hewannya juga besar (Widagdo, 2002). Hal ini berkaitan dengan suhu dan kelembabannya
yang paling cocok bagi spesies tersebut dan banyaknya makanan yang disukainya pada waktu
tersebut., serta adanya predator yang menyebabkan serangga malam itu aktif pada jam-jam
dimana predator tidak aktif.
Andayani dalam Widagdo (2002) juga menjelaskan bahwa hewan secara aktif akan
berpindah dari lingkungan satu ke lingkungan yang lain apabila terjadi perubahan lingkungan
sementara. Jadi dapat disimpulkan bahwa kelembaban dan suhu dapat mengontrol berbagai
aktivitas hewan, seperti aktivitas bergerak dan aktivitas mencari makan.
Berdasarkan analisis Keragaman serangga malam yang ada di alas purwo berbeda-beda.
Pada pengambilan sampel pukul 20:00 WIB diperoleh indeks kekayaan sebesar 0,3678. Pada
pengambilan sampel pukul 22:00 WIB diperoleh indeks keragaman sebesar 0,3651. Pada
pengambilan sampel pukul 00:00 WIB diperoleh indeks keragaman sebesar 0,2761. Pada
pengambilan sampel pukul 02:00 WIB diperoleh indeks keragaman sebesar 0,3418 Dari data
tersebut dapat diketahui indeks keragaman terbesar terdapat pada pengambilan sampel yang
dilakukan pada pukul 20:00 WIB dengan nilai indeks keragaman sebesar 0,3678, sedangkan
indeks keragaman terkecil terdapat pada pengambilan sampel yang dilakukan pada pukul 00:00
WIB dengan nilai indeks keragaman sebesar 0,2761.
Sedangkan untuk kekayaan serangga malam, berdasarkan analisis data diperoleh juga
menunjukkan indeks kekayaan yang berbeda. Kekayaan serangga malam yang ada di alas
purwo berbeda-beda. Pada pengambilan sampel pukul 20:00 WIB diperoleh indeks kekayaan
sebesar 45,813. Pada pengambilan sampel pukul 22:00 WIB diperoleh indeks kekayaan sebesar
55,995. Pada pengambilan sampel pukul 00:00 WIB diperoleh indeks kekayaan sebesar 20,988.
Pada pengambilan sampel pukul 02:00 WIB diperoleh indeks kekayaan sebesar 41,993. Dari
data tersebut dapat diketahui indeks kekayaan terbesar terdapat pada pengambilan sampel yang
dilakukan pada pukul 22:00 WIB dengan nilai indeks kekayaan sebesar 55,995, sedangkan
indeks kekayaan terkecil terdapat pada pengambilan sampel yang dilakukan pada pukul 00:00
WIB dengan nilai indeks kekayaan sebesar 20,988.
Sedangkan untuk kemerataan serangga malam, berdasarkan analisis data diperoleh juga
menunjukkan indeks kemerataan yang berbeda. Kekayaan serangga malam yang ada di alas
purwo berbeda-beda. Pada pengambilan sampel pukul 20:00 WIB diperoleh indeks kemerataan
sebesar 0,0931. Pada pengambilan sampel pukul 22:00 WIB diperoleh indeks kemerataan
sebesar 0,0895. Pada pengambilan sampel pukul 00:00 WIB diperoleh indeks kemerataan
sebesar 0,0804. Pada pengambilan sampel pukul 02:00 WIB diperoleh indeks kemerataan
sebesar 0,0903 Dari data tersebut dapat diketahui indeks kemerataan terbesar terdapat pada
pengambilan sampel yang dilakukan pada pukul 20:00 WIB dengan nilai indeks kemeretaan
sebesar 0,0931, sedangkan indeks kemerataan terkecil terdapat pada pengambilan sampel yang
dilakukan pada pukul 00:00 WIB dengan nilai indeks kemerataan sebesar 0,0804.
Andayani dalam Widagdo (2002) juga menjelaskan bahwa hewan secara aktif akan
berpindah dari lingkungan satu ke lingkungan yang lain apabila terjadi perubahan lingkungan
sementara. Jadi dapat disimpulkan bahwa kelembaban dan suhu dapat mengontrol berbagai
aktivitas hewan, seperti aktivitas bergerak dan aktivitas mencari makan.
Menurut Irawan (1999) serangga malam merupakan golongan hewan yang
menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk beraktivitas pada malam hari. Menurut Odum
(1993) bahwa kelompok-kelompok organisme memperlihatkan pola kegiatan yang sinkron
dalam satu daur siang sampai malam. Beberapa misalnya hanya aktif pada periode gelap
(nokturnal) dan sebagian yang lain hanya aktif selama periode senja.
Irawan (1999) juga menjelaskan bahwa sebagai hewan berdarah dingin (poikilotermik)
dimana suhu tubuh meningkat dan menurun berdasarkan suhu di sekitarnya, serangga memiliki
mekanisme pertahanan diri terhadap suhu rendah. Menurut Borror, dkk (1992), beberapa
serangga yang dapat bertahan hidup pada suhu-suhu yang rendah ini, menyimpan etilen glikol
di dalam jaringan mereka untuk melindungi diri dari pembekuan. Selain itu, pencahayaan juga
berpengaruh terhadap aktivitas dan tingkah laku hewan. Hal ini sesuai dengan teori yang
diungkapkan oleh Sunjaya dalam Widagdo (2002) bahwa ada beberapa factor yang
mempengaruhi hidup serangga, diantaranya adalah faktor fisis yaitu iklim dan topografi. Faktor
fisis yang lain yang mempengaruhi aktivitas serangga adalah cahaya. Ada beberapa serangga
yangterbang pada malam hari dan mereka hanya tertarik pada cahaya lampu.
Dari hasil analisis data diketahui pada pengambilan sampel pukul 20:00 , sampel yang
diperoleh sejumlah 208 spesies. Pada pengambilan sampel pukul 22:00 WIB, sampel yang
diperoleh sejumlah 186 spesies. Pada pengambilan sampel pukul 00:00 WIB, sampel yang
diperoleh sejumlah 81 spesies. Pada pengambilan sampel pukul 02:00 WIB, sampel yang
diperoleh sejumlah 137 spesies. Sehingga dapat diketahui bahwa waktu aktif serangga malam
di kawasan Hutan Pantai Triangulasi Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi antara pukul
20.00 WIB dan jumlahnya semakin menurun apabila sudah mendekati pagi. Adanya perbedaan
jumlah spesies pada setiap perubahan waktu ini disebabkan adanya waktu aktif yaitu waktu
yang paling aktif serangga-serangga malam itu beraktifitas. Dimana setiap spesies serangga
memiliki waktu aktif yang berbeda. hal itu berkaitan dengan suhu dan kelembapannya yang
paling cocok bagi masing-masing spesies dan banyaknya makanan yang disukainya pada
waktu tersebut., serta adanya predator yang menyebabkan serangga malam itu aktif pada jam-
jam dimana predator tidak aktif.
Dominasi serangga malam pada masing-masing jam di kawasan Hutan Pantai
Triangulasi Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi adalah spesies Cylisticus convexus yang
memiliki nilai dominansi sebesar 16,17%. Sebenarnya pada penggunaan alat light trap kurang
efisien dikarenakan hewan tanah ikut masuk ke dalam jebakan ligh trap tersebut. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya hewan Cylisticus convexus yang merupakan hewan tanah yang
mendominasi pada praktikum hewan terbang malam menggunakan light trap.

Borror, T., J. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi Keenam. Terjemahan oleh
Soetiyono P. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Irawan, K.F. 1999. Kemelimpahan dan Keanekaragaman Serangga Malam di Hutan Pantai
Kawasan Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi. Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang:
IKIP

Widagdo, K. 2002. Keanekaragaman Serangga Malam pada Berbagai Ketinggian di Gunung


Arjuna. Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang: UM

You might also like