Professional Documents
Culture Documents
Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Jalan Imam Bonjol Pontianak. 78124
Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Jalan Imam Bonjol Pontianak. 78124
(The Utilization of non wood forest products (HHBK) produced woven by commuities at
Pangkalan Village Boton Sub-District Sukadana Kayong Utara District)
Abstract
Utilization of non-wood products for woven crafts isone of the pottentials in Pangkalan Buton
Village, Sukadana Subdistrict, North Kayong Regency and becomes a raw material in making
woven crafts. The research aims to obtain types of non-wood forest products for woven
handicrafts and to describe the types of woven handicraft products by the people of Pangkalan
Buton Village, Sukadana District. Research using descriptive qualitative methods. Data
Collection is done by intetview, observation, and documentation. The results showed that there
are 6 types of plants that are used by the community for woven crafts, namely bamboo rope
(Gigantochloa apus), coconut (Cocos nucifera), nipah (Nypa fruticans), pandanus thorn
(Pandanus tectoris) recam (Distranopteris linearis) and rattan candles (Calamus javensis).
These types of planys are used as raw materials for woven crafts. Bamboo Reeds are into
baskets and mistaken products. Coconut leaves are made into rattan products. Nipah leaf is
made intoa woven roofing product. Pandan thom leaves are made into woven products for table
mats, wallets, bags, pencil cases, tissues and mats. Resam rod is made into woven ring and
bracelet products. Rattan rods are made into woven basket and cupboard products.
Keybord: Non wood forest product, Types of plants, Woven crafts product, Utilization.
PENDAHULUAN
Menurut UU Kehutanan Nomor 41 HHBK menjadi salah satu peluang yang
tahun 1999, disebutkan bahwa hasil tepat untuk dikembangkan dan hal itu
hutan bukan kayu (HHBK) adalah hasil tentu saja dapat mengurangi tingkat
hutan hayati maupun non hayati. HHBK ketergantungan masyarakat terhadap
adalah hasil hutan hayati baik nabati hasil hutan kayu. Menurut penelitian
maupun hewani beserta produk turunan Njuramana dan Butarbutar (2008),
dan budidayanya kecuali kayu yang masyarakat di Timor Barat
berasal dari hutan (Permenhut memanfaatakan kemiri, asam, madu,
35/Menhut-II/2007. Pemanfaatan seedlak, kulit kayu manis, minyak kayu
HHBK di Indonesia sudah sejak lama putih, minyak gaharu, dan minyak
dilakukan oleh penduduk di sekitar cendana. Simanjuntak et al. (2017)
hutan untuk memenuhi kebutuhan hidup menyatakan masyarakat di Dusun Parit
sehari-hari. Oleh karena itu, HHBK Pangeran Desa Tanjung Saleh
tidak dapat diabaikan begitu saja karena Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten
1512
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (4) : 1512 – 1523
1513
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (4) : 1512 – 1523
A. Jenis-jenis Hasil Hutan Bukan ketupat, atap rumah, alas meja, dompet,
Kayu Penghasil Kerajinan Tangan tas, tempat pensil, tempat tissu, tikar,
Anyaman cincin, gelang, keranjang dan lemari.
Pemanfaatan HHBK untuk Hasil wawancara mengenai
kerajinan tangan anyaman yaitu bambu pemanfaatan dari HHBK untuk
tali, kelapa, nipah, pandan duri, resam, kerajinan tangan anyaman kepada
dan rotan lilin. Adapun produk yang masyarakat Desa Pangkalan Buton
dihasilkan seperti bakul, nyiru, sarang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis-jenis Hasil Hutan Bukan Kayu untuk Kerajinan Tangan Anyaman (Types
of Non Wood Forest Product for Woven Crafts)
Bagian
Buku Jenis
No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili yang
Identifikasi Anyaman
digunakan
1. Bambu tali Nyiru Gigantochloa apus (Andri Thomas) Poaceae Batang Bakul
Sarang
2. Kelapa Cocos nucifera (Andri Thomas) Areacaceae Daun
Ketupat
3. Nipah Nypa fruticans (Andri Thomas) Areacaceae Daun Atap rumah
Alas meja,
Dompet, Tas,
Tempat
4. Pandan duri Pandanus tectoris (Andri Thomas) Panddanacea Daun
Pensil,
Tempat Tisu,
Tikar
Distranopteris Cincin,
5. Resam (Andri Thomas) Gleicheniaceae Batang
linearis Gelang
(Andri Thomas) Batang Keranjang,
6. Rotan lilin Calamus javensis Areacaceae
Lemari
1514
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (4) : 1512 – 1523
sekitar 3-4 hari untuk satu bakul dari kecil, sedang, dan besar. Di Desa
proses pengambilan bahan sampai Pangkalan Buton masih memproduksi
proses akhir penganyaman. alat dapur ini terutama bagi masyarakat
2. Nyiru yang pekerjaannya sebagai petani
Nyiru atau tampi beras yang biasanya masyarakat menggunakan
biasanya di sebut masyarakat Desa tampi beras untuk membersihkan beras
Pangkalan Buton ini yaitu alat dapur yang masih bercampur dengan kotoran,
tradisonal yang terbuat dari anyaman atau dedak ataupun berupa kerikil,
bambu tali. Bentuk bundar dengan kemudian masyarakat menjual beras
diameter antara 36 hingga 70 cm. Pada yang sudah bersih tersebut. Sampai saat
bagian tepi diberi lapisan irisan bambu ini, tampi masih banyak dijumpai di
melingkar atau di daerah Kayong Utara masyarakat termasuk di daerah Kayong
dikenal dengan nama ganggang, lebar Utara tepatnya di Desa Pangkalan
dari ganggang sekitar 3-5 cm, mungkin Buton, lama pembuatan nyiru dari
nama nyiru atau tampi di masyarakat bambu ini kurang lebih 7 hari dari
lain mempunyai istilah yang berbeda. proses pengambilan bahan, pemotongan
Tampi atau nyiru dikatakan tradisional, dan pembelahan buluh bambu,
karena dibuat secara manual, penjemuran buluh bambu dan proses
menggunakan keterampilan tangan penganyaman. Produk-produk kerajinan
tanpa bantuan mesin. Harga alat dapur anyaman bambu sebagai bahan
ini relatif murah sekitar Rp. 15.000 – anyaman bakul dan nyiru dapat terlihat
35.000 tergantung besar kecilnya pada Gambar 1.
ukuran tampi. Ada yang berukuran
1515
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (4) : 1512 – 1523
1516
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (4) : 1512 – 1523
1517
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (4) : 1512 – 1523
digunakan untuk meyimpan suatu alat tulis berjalannya waktu kini perkembangannya
sehingga tersimpan dengan rapih. lebih bervariasi sehingga masyarakat lebih
Pemanfaatan pandan sebagai bahan baku menggunakan tempat pensil olahan dari
tempat pensil ini lumayan banyak diminati kayu, plastik dan lain-lain akan tetapi para
terutama bagi anak-anak yang duduk di pengrajin khusunya di Desa Pangkalan
sekolah baik itu SD, SMP, SMA, bahkan Buton tetap memproduksi hasil produk
masyarakat yang berkerja di salah satu anyamannya dengan menjualnya.
kantor dan lain-lain. Masyarakat banyak Biasanya para pengrajin memasarkan
membeli produk hasil anyaman pandan ini anyaman tempat tissu mereka kesalah satu
karena bentuknya yang unik, harganya tempat pasar yang tidak jauh dari
yang murah dan tahan lama. Harga jual kediaman para pengrajin. Harga jual beli
beli dompet yang terbuat dari pandan, tempat tissu yang terbuat dari pandan,
sekisaran Rp 10.000 sampai Rp 25.000 sekisaran Rp 22.000 dengan ukuran
yang berukuran kecil sampai besar dengan panjang 20 cm, lebar 15 cm. Masyarakat
panjang ukuran 19 cm, lebar 9 cm. Desa Pangakalan Buton membuat tempat
Masyarakat Desa Pangakalan Buton tissu ini jika ada pemesan, lama
membuat tempat pensil jika ada pembuatan tas dari pandan duri kurang
pemesanan, lama pembuatan alas meja lebih 2-3 hari.
dari pandan duri kurang lebih 2-3 hari. 6. Tikar
5. Tempat tissu Jenis pandan yang digunakan untuk
Tempat tissu merupakan anyaman tikar yaitu jenis pandan duri. Bentuk tikar
yang biasanya terbuat dari pandan duri. persegi panjang, tikar pandan sejak dulu
Bentuk tissu persegi panjang, digunakan digunakan untuk alas makan, alas duduk
sebagai tempat tissu dan biasanya dalam acara perkawinan, alas untuk jemur
diletakkan di meja makan dan ruang tamu. padi dan alas untuk tidur. Anyaman tikar
Masyarakat Desa Pangakalan Buton masih pandan yang terkenal di Kayong Utara
menggunakan tempat tissu dari anyaman yaitu motif pucuk rebung. Pucung rebung
pandan karena masyarakat berpendapat merupakan salah satu anyaman tikar
bahwa tempat tissu dari anyaman pandan pandan yang sangat populer hingga saat ini
memiliki model yang unik dan tahan lama dalam masyarakat melayu di Tanah
perawatan mudah bahan daun pandan Kayong. Motif ini melambangkan
kesan natural. Jenis pandan yang kehidupan baru yang akan tumbuh dan
digunakan yaitu jenis pandan duri. Bentuk bermanfaat bagi orang lain. Melalui
tempat tissu persegi panjang, dapat dorongan tradisi tersebut beberapa
dijadikan sebagai penyimpan tissu, hiasan kelompok masyarakat masih tetap
rumah, hiasan dinding, hiasan kantor, membuat anyaman pandan hinga saat ini.
hiasan hotel. Pemanfaatan pandan sebagai Hal ini juga didukung oleh sumber bahan
bahan baku tempat tissu ini sudah sejak baku pandan yang masih melimpah di
dulu digunakan masyarakat Desa Kabupaten Kayong Utara. Akan tetapi,
Pangkalan Buton namun seiring tidak bisa dielakan karena perkembangan
1518
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (4) : 1512 – 1523
teknologi, tikar pandan mulai ditinggalkan dengan panjang ukuran 150 cm, lebar 115
oleh masyarakat pada umunnya, sebagai cm, untuk tikar ukuran besar panjang 175
contoh tikar plastik dianggap lebih cm, lebar 132 cm. Masyarakat Desa
diterima pasar dibanding tikar pandan Pangakalan Buton membuat tikar pandan
tentunya karena tikar plastik lebih tahan ini jika ada pemesanan, lama pembuatan
lama dan lebih tahan air dibandingkan tas dari pandan duri kurang lebih 14 hari.
tikar pandan. Namun para pengrajin Menganyam pandan ini membutuhkan
khusunya di Desa Pangkalan Buton masih keterampilan khusus seseorang dalam
memepertahankan budaya dan tradisi ini membuat jaring atau simpul yang
tetap berkarya dan mengembangkan kemudian menyatukan lembar tali pandan
anyaman tikar pandan untuk disesuaikan menjadi rapat dan tersusun dengan baik
dengan situasi pasar saat ini. Pemanfaatan sesuai dengan bentuk dan ukuran yang
pandan sebagai bahan baku tikar ini masih diinginkan. Produk-produk kerajinan
tetap diproduksi oleh masyarakat Desa anyaman pandan yang dihasilkan oleh
Pangkalan Buton. Harga jual beli tikar Masyarakat Desa Pangkalan Buton dapat
yang terbuat dari pandan, sekisaran Rp terlihat pada Gambar 2.
65.000-110.000 yang berukuran sedang
Gambar 2. Produk Anyaman Pandan di Desa Pangkalan Buton (Pandan Woven Crafts
Product in Pangkalan Buton Village)
Pengambilan bahan baku untuk bahan yang sudah siap diolah. Pengolahan
anyaman pandan ini cukup jauh dan atau cara pembuatan anyaman daun
biasanya para pengrajin langsung membeli pandan ini juga sama dengan hasil
1519
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (4) : 1512 – 1523
penelitian yang dilakukan oleh Nggadas Pangkalan Buton. Harga jual beli cincin
(2019) dengan proses pengambilan daun dan gelang yang terbuat dari resam, untuk
pandan, pembuangan duri sampai proses anyaman cincin resam sekisaran Rp
penganyaman. Tumbuhan pandan sendiri 10.000 yang berukuran kecil dengan
dari daun dapat dimanfaatkan sebagai diameter 3 cm untuk cincin yang
kerajinan tangan untuk saat ini di Desa berukuran besar sekisaran Rp. 15.000
Pangkalan Buton sendiri masih dengan diameter 5 cm. Sedangkan untuk
dimanfaatkan namun untuk mendapatkan anyaman gelang resam sekisaran Rp.
bahan dasarnya mengalami kesulitan, 15.000 yang berukuran kecil dengan
padahal dari segi pemesanan sampai saat diameter 7 cm, untuk gelang yang
ini masih terus berjalan. berukuran besar sekisaran Rp.30.000
F. Produk Kerajinan Anyaman Resam dengan diameter 10 cm. Produk-produk
Pemanfaatan resam sebagai bahan anyaman resam dapat dilihat pada Gambar
baku cincin dan gelang ini masih tetap 3.
diproduksi oleh masyarakat Desa
Pada penelitian Hartanto (2015) Cara didekat rumah namun, ada juga yang
pengolahan hampir sama dengan membeli bahan yang sudah siap dianyam,
Masyarakat Desa Pangkalan Buton lama pembuatan gelang resam dari pandan
Kecamatan Sukadana Kabupaten Kayong ini yaitu memakan waktu sekitar 1-2 hari
Utara, cara pengolahanya dari proses untuk 1 cincin dan gelang. Meskipun
pengambilan batang, merayut kulit, proses membuatnya tidak begitu lama
menjemur hasil rawutan dan proses tetapi harga jualnya lumayan mahal ini
penganyaman. Masyarakat Desa dikarenakan bentuk atau motif anyaman
Pangakalan Buton membuat aksesoris nya yang lumayan rumit.
resam ini jika ada pemesanan. Untuk G. Produk Kerajinan Anyaman Rotan
pengambilan bahan bakunya para Lilin
pengrajin mengambil bahan yang ada 1. Keranjang
1520
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (4) : 1512 – 1523
1521
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (4) : 1512 – 1523
1522
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (4) : 1512 – 1523
1523