You are on page 1of 8

Pengertian Wacana dan Alat-alat Wacana

A. Pengertian Wacana

Bintar : "Aku dengar berita, ibukota negara kita akan dipindahkan ke daerah lain. Bagaimana pendapat
kamu?

Irine : "Ah itu kan hanya wacana, saya sih nggak begitu yakin."

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) kata wacana seperti pada dialog diatas diartikan
'pembicaraan. Wacana diatas berisi sebuah pembicaraan tentang ibukota yang akan dipindahkan ke
daerah lain merupakan sesuatu yang belum pasti atau tidak ada dasarnya.

tidak ada dasarnya. Demikian maksud kata 'wacana pada komunikasi verbal. Yuwono dalam Kushartanti,
dkk (2006: 91) menjelaskan bahwa kata 'wacana' seperti contoh di atas digunakan secara awam. Dalam
linguistik dikatakan oleh Yuwono (2006: 92): "Wacana adalah kesatuan makna (semantis) antarbagian di
dalam suatu bangun bahasa. Dengan makna, wacana dilihat sebagai bangun bahasa yang utuh karena
setiap bagian di dalam wacana itu berhubungan secara padu." Uraian tentang wacana pada modul ini
membahas pengertian wacana yang berkaitan dengan linguistik yaitu wacana sebagai bangun bahasa.

Chaer (2007: 267) menyatakan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang lengkap sehingga dalam
hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal yang tertinggi atau terbesar. Sebagai satuan bahasa
yang lengkap, wacana memiliki konsep, gagasan, pikiran atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh
pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar (dalam wacana lisan). Perhatikan contoh berikut ini.

(2) Adik sangat senang sekali karena ia lulus ujian.

Contoh di atas terdiri atas satu kalimat dengan dua klausa, di dalamnya terkandung satu gagasan, yaitu
tentang adik yang lulus ujian. Contoh tersebut dapat dikatakan wacana karena memiliki konsep dan
mengandung satu makna/maksud yang dapat dipahami. Sekarang bandingkan dengan contoh (3).

Ibu senang. Adik lulus ujian. (3)

Contoh (3) memang terdiri atas dua kalimat, tetapi jumlah kalimat yang banyak belum tentu merupakan
wacana yang baik. Keduanya berdiri sendiri-sendiri. Kalimat ‘Ibu senang' tidak dapat diinterpretasi
bahwa senangnya ibu disebabkan oleh adik yang lulus ujian, bisa saja rasa senang ibu disebabkan oleh
masalah lain. Jadi, dua kalimat tersebut tidak dapat dikatakan wacana yang baik karena tidak
mengandung keutuhan atau kesatuan makna dan tidak memiliki konsep, ide atau gagasan.

Nunan (1991: 18) berpendapat bahwa wacana dapat digunakan untuk mencapai tujuan dalam bentuk
transaksi dalam rangka memperoleh sesuatu yang lebih baik. Pendapat ini sejalan dengan fungsi utama
bahasa sebagai alat komunikasi. Berikut contoh wacana bersifat transaksional.

(4) (5) Pembeli : "Bagaimana? Boleh dua puluh ribu?" "Tambahlah sedikit." Pedagang Pembeli : "Baiklah,
saya tambah seribu, jadi dua puluh satu Penjual : "Ambillah." A: "Jangan lupa besok pukul 10.00." B: "Oh
iya, sampai besok.'

ribu."

Contoh (4) dan (5) merupakan wacana dalam komunikasi lisan. Dalam komunikasi tulis, wacana yang
bersifat transaksi dapat ditulis dalam bentuk surat.

Jenis surat transaksi dapat berupa surat pengingatan, surat perjanjian, surat penawaran, surat
peringatan, dan surat teguran.

Penjelasan lain tentang pengertian wacana diungkapkan oleh Hasmudi (2007) dalam web-site-nya yang
mengatakan bahwa, “Wacana merupakan satuan bahasa di atas tataran kalimat yang digunakan untuk
berkomunikasi dalam konteks sosial."

Stubbs (1983: 1) berpendapat bahwa, “Wacana merupakan penggunaan bahasa untuk berkomunikasi
dalam konteks sosial secara nyata. satuan bahasa itu dapat berupa rangkaian ujaran (lisan) atau kalimat
(tulis)." Penggunaan bahasa secara lisan dapat berupa percakapan/dialog, wawancara, ceramah, pidato,
orasi, diskusi, iklan radio, penyuluhan, dan sejenisnya. Penggunaan bahasa secara tulis seperti surat,
artikel, buku, iklan di surat kabar, tulisan di internet. Perhatikan contoh wacana lisan dan tulis berikut
ini.

(4)
Pewawancara : "Apakah Anda memiliki pengalaman kerja?" Terwawancara: "Tidak, saya baru kali ini
melamar pekerjaan."

(5) Alferd Binet, psikolog yang mengembangkan tes IQ mendukung temuan grafologi dan menegaskan
bahwa ciri-ciri karakter tertentu tercermin dalam tulisan tangan (Soemantoro, 2009: 6).

Contoh (4) merupakan wacana lisan sedangkan contoh (5) wacana tulis. Keduanya menunjukkan situasi
komunikasi dalam konteks sosial. Kedua wacana tersebut tergolong wacana yang baik karena
memperlihatkan adanya keutuhan yang mengandung konsep, ide atau gagasan di dalamnya.

Saudara, itulah beberapa pendapat tentang pengertian wacana, tentunya wacana yang baik. Uraian dan
contoh-contoh di atas diharapkan dapat membantu Anda dalam memahami pengertian wacana bahasa
Indonesia.

B. ELEMEN-ELEMEN WACANA

Elemen-elemen wacana adalah elemen atau unsur-unsur pembentuk wacana, Elemen-elemen wacana
tertata secara sistematis dan hierarkis. Perhatikan wacana berikut ini.

(6) Etika dan Estetika dalam Pendidikan yang Berbudaya

1. Pendidikan merupakan sebuah indikator penting untuk mengukur kemajuan sebuah bangsa. Jika
sebuah bangsa ingin ditempatkan pada pergaulan dunia dalam tataran yang bermartabat dan modern
maka yang pertama. tama harus dilakukan adalah mengembangkan pendidikan yang memiliki relevansi
dan daya saing bagi seluruh anak bangsa. Mengapa demikian? Karena pendidikan merupakan gerbang
untuk memahami dunia sekaligus gerbang untuk menguasai pola pikir dan kultur spesifik di dalam
pergaulan global.

2. Dalam perspektif politik pendidikan, seorang filosofi Yunani abad pertengahan mengatakan bahwa
penaklukan dunia ditentukan oleh seberapa jauh pendidikan suatu bangsa dapat dicapai dan seberapa
maju bangsa-bangsa bersangkutan menguasai ilmu pengetahuan. ini berarti sebagai simbol kemajuan
peradaban bangsa, penguasaan ilmu pengetahuan menjadi sangat penting bahkan menjadikan sebuah
prakondisi imperatif bagi keunggulan sebuah bangsa. Dalam bahasa budaya, Geertz bahkan
menganggap penguasaan ilmu pengetahuan sebagai bentuk ekspresi kemajuan berpikir dan berperilaku
sebuah bangsa.

3. Sebagai bagian tidak terpisah dari sistem kehidupan masyarakat, pembangunan pendidikan sekaligus
juga menjadi indikator penting dari proses pembangunan karakter bangsa. Karena itu, penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi sekaligus merupakan upaya mengagungkan martabat dan perilaku bangsa,
secara menyeluruh. Kemajuan-kemajuan pendidikan yang dicapai mencerminkan bagaimana bangsa
tersebut menghargai dan melindungi martabatnya di antara pergaulan masyarakat dunia.

4. Dengan demikian, tidak berlebihan pula jika cara berpolitik dan sopansantun di dalam pergaulan
antarbangsa sangat dipengaruhi tingkat pendidikan yang dimiliki dan berhasil dicapai sehingga secara
umum berpengaruh di dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat bangsa bersangkutan. Bahkan, taraf
pendidikan yang dimiliki suatu bangsa dapat memberikan gambaran bagaimana sebuah Bangsa itu
berkarakter dan berprilaku.

http://purwanto-unindra-bio2a.blogspot.com/2008/07/etika-dan-estetika-yangDiposkan oleh Purwanto


berbudaya-dalam.html Diakses 20 Juli 2010

Melalui contoh wacana di atas kita dapat melihat adanya elemen-elemen sebuah wacana. Jika
diibaratkan sesosok tubuh, wacana terdiri atas kepala dan badan. Kepala wacana adalah judul pada
wacana tersebut, sedangkan, badannya disebut tubuh wacana yang terdiri atas paragraf-paragraf.
Perhatikan gambar berikut ini.

Gambar.

Pada wacana di atas “Etika dan Estetika dalam Pendidikan yang Berbudaya". Tubuh wacana terdiri atas 4
paragraf. Keseluruhan tubuh wacana tersebut divisualisasikan sebagai berikut.

Gambar.

Berkaitan dengan elemen, dalam sebuah wacana terkandung dan noninti. Elemen inti adalah elemen
utama atau elemen penting. Elemen inti berisi informasi pokok atau informasi inti dalam wacana.
Elemen non-inti adalah elemen yang berada pada kedudukan bukan inti. Informasi dalam elemen bukan
inti merupakan informasi tambahan. Untuk lebih memahaminya perhatikan sekali lagi contoh wacana
(6) Analisislah wacana tersebut dan temukan ide pokok setiap paragrafnya.

elemen inti

Bagaimana? Anda sudah menemukan ide-ide pokoknya? Samakah temuan Anda dengan yang kami
temukan?

Etika dan Estetika dalam Pendidikan yang Berbudaya


(6)

1. Pendidikan merupakan sebuah indikator penting untuk mengukur kemajuan sebuah bangsa.

2. Seorang filosofi Yunani abad pertengahan mengatakan bahwa penaklukan dunia ditentukan oleh
seberapa jauh pendidikan suatu bangsa dapat dicapai dan seberapa maju bangsa-bangsa bersangkutan
menguasai ilmu pengetahuan.

3. Pembangunan pendidikan tidak dapat dipisahkan dari sistem kehidupan masyarakat. Hal ini menjadi
indikator penting dari proses pembangunan karakter bangsa.

4.Taraf pendidikan yang dimiliki suatu bangsa dapat memberikan gambaran bagaimana sebuah bangsa
itu berkarakter dan berprilaku.

Ide-ide pokok paragraf pada wacana (6) tersebut memperlihatkan adanya elemen inti dan non-inti. Ide
pokok paragraf 1 dapat dikategorikan sebagai pengantar atau pembuka, ide pokok pada paragraf 2 dan
3 berisi informasi penting atau inti, dan paragraf 4 berfungsi sebagai penguat atau penutup. Dari sini
Anda dapat melihat struktur wacana tersebut sebagai berikut.

Gambar.

(7) Lama sebelum seorang bayi mampu memahami makna setiap kata, ia telah terkesan oleh irama-
irama dan melodi-melodi, kualitas musikal, dan suara-suara di sekelilingnya. Pusat bahasa dan pusat
musik dalam otak manusia terpisah tetapi bersebelahan. Perkembangan masing-masing terjadi hampir
secara paralel. Mendengarkan musik, pada anak dapat merangsang keterampilan berbahasa dan praktik
berbahasanya.

Kita analisis paragraf/wacana (7) di atas menjadi kalimat-kalimat.

1. Lama sebelum seorang bayi mampu memahami makna setiap kata, ia telah terkesan oleh irama-irama
dan melodi-melodi, kualitas musikal, dan suara-suara di sekelilingnya.

2. Pusat bahasa dan pusat musik dalam otak manusia terpisah tetapi bersebelahan.

3. Perkembangan masing-masing terjadi hampir secara paralel.

4. Mendengarkan musik pada anak dapat merangsang keterampilan berbahasa dan praktik
berbahasanya.
Elemen inti terletak sebagai penutup, sedangkan kalimat 1 merupakan pengantar atau pembuka dan
menduduki elemen non-inti. Kalimat 2 dan 3 juga menduduki elemen non-inti yang berperan sebagai
penjelas. Jadi, struktur wacana di atas adalah sebagai berikut.

Gambar.

Demikian uraian tentang clemen inti dan non-inti serta struktur wacana dapat kita temukan dalam
sebuah wacana, baik wacana yang berupa sebuah maupun wacana yang dibentuk dari beberapa
paragraf. Untuk memperkuat pemahaman Anda, silakan berlatih dengan cara menganalisis wacana yang
Anda tentukan sendiri.

C. UNSUR-UNSUR PEMBANGUN WACANA

Sebuah wacana yang baik disusun dengan menggunakan alat pembangun wacana Untuk ini Yuwono
(2006) memberi istilah 'Pemarka Kohesi'. Alat utama pembangun wacana tentu saja kata dan untuk
membangun sebuah wacana, kata harus dipilih dan disusun secara efektif. Untuk dapat memilih atau
menukarkan kata yang berfungsi sebagai alat pembangun wacana, Anda harus memahami alat-alat
pembangun wacana, yaitu:

1. konjungsi atau kata penghubung,

2. kata ganti,

3. repetisi;

4. elipsis atau pelesapan.

Perhatikan penggunaan alat-alat tersebut pada contoh wacana-wacana berikut ini.

1. Penggunaan Konjungsi

(8a) Badu sakit dan Bidu meninggal.

(8b) Badu sakit karena Bidu meninggal.

(8c) Badu sakit ketika Bidu meninggal.

(8d) Badu sakit kemudian Bidu meninggal.

(8e) Badu sakit sebelum Bidu meninggal.

(8f) Badu sakit setelah Bidu meninggal.

2. Penggunaan Kata Ganti


(9a) Lala dan lili dua bersaudara. Mereka belajar di sekolah yang sama.

(9b) Baim seorang aktor cilik. Selain pandai ia sangat lucu.

(9c) Setiap hari Sabtu Anto pergi ke sanggar seni. Di sana ia melatih para remaja menari tarian
tradisional.

3. Penggunaan Repetisi (Pengulangan)

(10) Adikku Irdam senang membaca buku. Beragam buku dibacanya. Buku-buku yang sudah dibaca
disimpannya dengan rapi.

4. Penggunaan Elipsis (Pelesapan)

(11) Adik dan ayah berangkat ke tempat tugas masing-masing setelah sarapan pagi.

(12) Kak Andi praktik lapangan di bengkel otomotif, kak Mayang di laboratorium botani.

Kata mana yang dimaksud konjungsi pada wacana (8). kata ganti pada (9), kata yang diulang (10), yang
agak sulit mencari kata yang dilesapkan atau disembunyikan.

Pada wacana (11) terdapat kelompok kata (subjek) yang dilesapkan/ disembunyikan, yaitu 'adik dan
ayah'. Apabila tidak dilesapkan kalimat wacana tersebut berbunyi:

(11a) Adik dan ayah berangkat ke tempat tugas masing-masing setelah adik dan ayah sarapan pagi.

Pada wacana (12) terdapat pelesapan predikat, yaitu praktik lapangan. Apabila tidak dilesapkan kalimat
tersebut menjadi:

(12a) Kak Andi praktik lapangan di bengkel otomotif, kak Mayang praktik lapangan di laboratorium
botani."

Penerapan elipsis atau pelesapan dapat dilakukan pada kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih.
Salah satu fungsi (subjek, predikat, keterangan atau objek) pada kedua klausa tersebut mengandung
persamaan.
Demikian Saudara, uraian dan contoh-contoh wacana yang harus Anda kuasai. satu hal yang juga perlu
dipahami tentang istilah wacana di sini adalah wacana yang baik, wacana yang tidak baik/tidak utuh dan
tidak padu tidak dapat dikatakan sebagai wacana. Perhatikan sekali lagi perbedaan wacana dan bukan
wacana pada contoh berikut ini.

(13) Aku mempunyai pohon buah rambutan. Pohonnya tidak terlalu tinggi, aku tidak takut untuk
memanjatnya. Sekarang dia mulai belajar berbuah. Diawali dengan bermunculan bunga-bunga kecil,
kemudian muncul bakal buah berbentuk bulat-bulat kecil, berwarna hijau tua dan berbulu. Dua bulan
kemudian bulatan-bulatan itu mulai membesar dengan warna hijau muda. Beberapa minggu kemudian
buah rambutanku sudah berwarna kuning kemerahan. Tepat berusia enam bulan, sebagian besar buah
rambutanku di pohon berwarna merah segar.

(14) Saya suka dengan warna biru. Pada waktu cuaca cerah langit berwarna biru. Mobil yang
bertabrakan di Tol Cikampek itu berwarna biru. Besok saya dan teman-teman akan lomba jalan santai
dengan menggunakan seragam warna biru. Kata orang warna biru itu lambang cinta.

You might also like