You are on page 1of 12

MAKALAH MATA KULIAH FITOKIMIA

“SENYAWA FLAVONOID”

OLEH :

KELOMPOK 3
Adia Ayu Putri 191501192
Natasya Assyifa Nasution 211501080
Putrision Hutabarat 211501081
Albert Grace Kristian Zendrato 211501082
Natasha Olga Sidabutar 211501083
Nasywa Inayah Wafa 211501083
Putri Daffa Zulfianti 211501088
Adelia Syahfitri 211501091
Puja Melananda Situmorang 211501107
Nailah Salsabila 211501109
Novriska Maria Irianthy Sinaga 211501112

Dosen Pengampu :
Muhammad Fauzan Lubis S.Farm., M.Farm., Apt.

MATA KULIAH FITOKIMIA


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii


BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 2
2.1 Biosintesis Flavonoid ...................................................................................... 2
2.2 Fungsi Flavonoid............................................................................................. 3
2.2.1 Daun Sambiloto............................................................................................ 3
2.2.2 Daun Sirih .................................................................................................... 3
2.2.3 Daun Pepaya................................................................................................. 3
2.3 Manfaat Flavonoid .......................................................................................... 3
2.3.1 Daun Sambiloto............................................................................................ 3
2.3.2 Daun Sirih .................................................................................................... 3
2.3.3 Daun Pepaya................................................................................................. 4
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN ......................................................... 5
3.1 Isolasi Flavonoid ............................................................................................. 5
3.1.1 Daun Pepaya................................................................................................. 5
3.1.2 Daun Sirih .................................................................................................... 6
3.1.3 Daun Sambiloto............................................................................................ 6
3.2 Identifikasi Flavonoid ..................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Metabolit sekunder adalah senyawa kimia yang disintesis oleh tumbuhan,
dihasilkan dalam jumlah sedikit, pada kondisi tertentu dan tidak terlibat dalam
proses pertumbuhan. Peranan metabolit sekunder yaitu melindungi tumbuhan dari
organisme patogen dan stres lingkungan, sebagai zat pengatur tumbuh, menarik
pollinator (hewan penyerbuk) dan juga sebagai molekul sinyal dalam komunikasi
antar sel. Selain bermanfaat bagi tumbuhan, metabolit sekunder juga banyak
dimanfaatkan dalam bidang kesehatan dan industri. Flavonoid pada tanaman
meniran mempunyai bioaktivitas sebagai imunomodulator. Jenis metabolit sekundr
yang dihasilkan oleh tanaman bervariasi. Metabolisme sekunder dilakukan tanaman
dalam mempertahankan hidupnya dari serangan biotik dan abiotik disekitar
tumbuhnya.. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa metabolit sekunder tumbuhan
berasal dari golongan alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, steroid dan triterpenoid
(Ervianingsih dkk., 2022).
Flavonoid merupakan kelompok senyawa fenolik terbesar di alam.
Banyaknya senyawa flavonoid ini karena banyaknya jenis tingkat hidroksilasi,
alkoksilasi dan glikosilasi pada strukturnya. Flavonoid mempunyai kerangka dasar
karbon yang terdiri dari 15 atom karbon yang membentuk susunan C6-C3-C6.
Flavonoid sebagian besar terhimpun dalam vakuola sel tumbuhan walaupun tempat
sintesisnya ada di luar vakuola. Berdasarkan strukturnya, flavonoid dapat
dikelompokkan sebagai berikut kalkon ; flavon ; flavonol ; flavanon ; antosianin
dan isoflavon (Julianto, 2019).

Flavonoid diklasifikasikan sebagai flavon, flavanone, flavonol, katekin,


flavanol, kalkon dan antosianin. Pembagian kelompok flavonoid didasarkan pada
perbedaan struktur terutama pada substitusi karbon pada gugus aromatik sentral
dengan beragamnya aktivitas farmakologi yang ditimbulkan (Alfaridz,2018).

Flavonoid adalah golongan senyawa polifenol yang diketahui memiliki sifat


sebagai penangkap radikal bebas, penghambat enzim hidrolisis dan oksidatif, dan
bekerja sebagai antiinflamasi (Wahyusi dan Irmawati, 2020).

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biosintesis Flavonoid
Biosintesis flavonoid mempunyai dua kunci prekursor penting yaitu:
fenilalanin yang berasal dari jalur shikimat dan malonil CoA yang diperoleh dari
sitrat yang terdapat di dalam siklus asam trikarboksilat. Fenilalanin kemudian
dikonversi menjadi 4-kumaroil-CoA dikatalisis dengan beberapa enzim seperti PAL
(Fenilalanin ammonia liase), C4H (Sinamat 4-hidroksilase) dan 4CL (4-kumarat-
CoA ligase). Bahan utama atau prekursor pertama dari biosintesis semua anggota
flavonoid berupa naringenin khalkon, yang dibentuk dari kondensasi. Siklisasi
intermolekuler kemudian berlanjut dari tiga molekul malonil CoA dengan satu ester
asam hidroksisinamat CoA (HCA-CoA), pada umumnya 4-kumaroil CoA yang
dikatalisis oleh enzim CHS (khalkon sintase) (Nugroho dkk, 2019).

Gambar: Biosintesin Flavonoid


Biosintesis flavonoid dimulai dari pengubahan asam sinamat menjadi
sinamoil CoA, yang diikuti oleh kondensasi dengan 3 unit asetil CoA menghasilkan
suatu poliketida. Siklisasi dan dehidrasi poliketida membentuk senyawa flavonoid
golongan kalkon. Modifikasi lebih lanjut kerangka kalkon menghasilkan flavanon,
flavanonol, flavan, auron, dan isoflavonoid (Sahidin, 2012).
Salah satu tahap dalam biosintesis flavonoid ialah transformasi fenilalanin
menjadi asam sinamat dengan eliminasi amonia yang dikatalisis oleh enzim
fenilalanin amonia liase (PAL). Enzim sinamat 4-hidroksilase mengkatalisis

2
pembentukan asam p-koumarat, yang kemudian ditransformasi menjadi bentuk
aktifnya, yaitu p-koumaril CoA oleh enzim 4-koumarat-CoA liase (Lestario, 2017).

2.2 Fungsi Flavonoid


2.2.1 Daun Sambiloto
Daun sambiloto berfungsi sebagai antioksidan yang sangat kuat, anticancer,
antimikroba, antiinflamasi, antidiabetes, dan antiviral (Adiguna dkk., 2023).
2.2.2 Daun Sirih
Daun sirih memiliki fungsi sebagai antifungi, antibakteri, antioxidant,
antidiabetes and antikanker (Azahar dkk., 2020).
2.2.3 Daun Pepaya
Daun pepaya mampu berfungsi sebagai disinfektan, yang dikarenakan
memiliki aktivitas antimikroba (Thangaraj, 2020). Selain itu, daun pepaya juga
memiliki fungi sebagai antioksidan dan antiviral. Komponen flavonoid pada daun
pepaya mampu menghambat sekresi granul platet dimana berfungsi sebagai
pemodulasi agregasi platelet (Teh dkk., 2022).

2.3 Manfaat Flavonoid


2.3.1 Daun Sambiloto
Sambiloto adalah tumbuhan yang mempunyai berbagai macam manfaat.
Disamping sebagai antibakteri, daun sambiloto mempunyai berbagai aktivitas
farmakologi yaitu sebagai antiinflamasi, antipiretik, antioksidan, antiparasit,
hepatoprotektor, dan antidiabetes (Putri dan Listyalina., 2022).
2.3.2 Daun Sirih
Sirih merupakan tanaman asli Indonesia yang bersandar dan merambat pada
batang tumbuhan lain. Daun sirih bermanfaat untuk mengatasi masalah terkait
masalah pernapasan, membantu mengatasi masalah diabetes, memiliki sifat
antiseptik dan anti jamur, menurunkan tingkat kolestrol, meningkatkan kesehatan
pencernaan, meringankan sebelit, menangkal kanker, menjaga kesehatan mulut,
meredakan nyeri sendi dan rasa sakit, serta membantu mengatasi depresi (Saputro,
2021).

3
2.3.3 Daun Pepaya
Daun pepaya memiliki kandungan zat baik yang berlimpah, yang dapat
bermanfaat sebagai anti kanker, menghambat pertumbuhan bakteri, meningkatkan
imunitas tubuh, antimalaria, pencegahan demam berdarah, mengurangi nyeri haid,
membantu pencernaan, meningkatkan trombosit, dan mencegah penyakit emfisema
(Ayun dan Laily., 2015).

4
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Isolasi Flavonoid
3.1.1 Daun Pepaya
Proses ekstraksi dilakukan dengan cara serbuk simplisia daun pepaya jepang
(Cnidoscolus aconitifolius) yang sudah didapatkan dimasukkan dalam toples kaca
sebanyak 300 gram kemudian di ekstraksi dengan cara maserasi dengan pelarut
perbandingan etanol:akuades (80:20) 3000 ml kemudian didiamkan selama ± 48
jam. Pelarut perbandingan etanol:akuades (80:20) dibuat dengan mencampurkan
2400 ml etanol dan 600 ml akuades. Hasil maserat yang didapat disaring dan
diuapkan menggunakan rotary evaporator pada suhu 40oC dan dilanjutkan dengan
waterbath pada suhu 70oC untuk memperoleh ekstrak kental. Kemudian rendemen
ekstrak yang diperoleh dihitung. Ekstrak daun pepaya jepang (Cnidoscolus
aconitifolius) yang diperoleh disimpan dalam suhu refrigator yaitu 3-5oC (Fatimah
dkk., 2022).
Pada identifikasi dengan menggunakan kromatografi lapis tipis plat silika
GF245 disiapkan dengan ukuran 10 x 2 cm sebanyak 3 lembar sebagai fase diam,
diberikan batas atas dan bawah masing-masing 1 cm sehingga diperoleh jarak
pengembangan 8 cm. Kemudian plat silika dimasukan dalam oven dengan suhu
100oC selama 10 menit untuk pengaktifan. Eluen yang akan digunakan
dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu: kelompok flavonoid dengan eluen etil
asetat : n-heksan (7:3) dengan pembanding kuersetin. Selanjutnya, ekstrak dan
pembanding ditotolkan pada plat silika menggunakan pipa kapiler dan dimasukan
dalam chamber yang berisi eluen. Eluen dibiarkan bergerak sampai batas atas plat
silika. Setelah proses elusi selesai, plat silika dikeringkan dan kemudian diamati
dengan lampu UV 254 nm dan 365 nm. Bercak yang timbul ditandai dan hitung
nilai Rf (Fatimah dkk., 2022).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa jenis
flavonoid dalam ekstrak daun pepaya jepang adalah kuersetin. Hal ini di buktikan
denga kesesuaian nilai Rf yang didapat dengan pembanding yang digunakan yaitu
kuersetin (Fatimah dkk., 2022).

5
3.1.2 Daun sirih
Metode penyarian yang digunakan adalah maserasi. Simplisia daun
sebanyak 2000 gram dimasukkan dalam 14000 mL etanol dalam wadah stainless,
ditutup rapat dan didiamkan selama 24 jam sambil diadukaduk dan terlindung dari
cahaya. Setelah 24 jam disaring dengan hingga didapatkan ampas dan filtrat etanol,
kemudian dilakukan remaserasi sebanyak 2 kali yaitu ampas direndam lagi selama
24 jam dan diaduk sehingga didapatkan ampas dan filtrat etanol. Filtrat etanol yang
didapat dicampur dan dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator, sehingga
didapat ekstrak kental etanol daun sirih sebanyak 90 gram. (Ahwan, 2018).
Proses isolasi dilakukan dengan cara hasil ekstrak etanol dipartisi dengan
fraksi n-heksana dan hasil fraksi tersebut di Kromatografi vakum cair dengan eluen
bertingkat dari non polar sampai ke polar (Ahwan, 2018).
Isolat yang diiperoleh dilakukan uji kualitatif untuk melihat profil
kromatografi yang terjadi dengan perbedaan kepolaraan dan daya absorbsi antara
fase diam dan solute (zat terlarut). Fase gerak yang digunakan adalah Toluen: etil
asetat: asam formiat (93: 7: 0.05) dan fase diam silika gel 60 F254 (Ahwan, 2018).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa Isolat fraksi
non polar, semipolar dan polar mengandung senyawa komponen mayor yaitu
golongan flavonoid (Ahwan, 2018).
3.1.3 Sambiloto
Proses ekstraksi sambiloto dilakukan dengan cara sebanyak 500g simplisia
sambiloto ditimbang kemudian diekstraksi dengan metode dekokta, yaitu dengan
mendidihkan simplisia selama 30 menit.Waktu dihitung setelah suhu mencapai 90o
C. Filtrat hasil dekokta kemudian diuapkan menggunakan cawan porselen di atas
penangas air sehingga diperoleh ekstrak kental herba sambiloto (Rachmani dan
Suhesti, 2016).
Selanjutnya, dilakukan proses isolasi dengan metode fraksinasi. Ekstrak
kental herba sambiloto kemudian dipartisi berturut-turut dengan menggunakan
kloroform dan etil asetat. Ekstrak kental herba sambiloto yang masih berupa cairan,
ditambah kloroform kemudian digojog selama 15 menit. Setelah terbentuk dua
lapisan, lapisan kloroform (bagian bawah) dipisahkan. Partisi dengan kloroform
dilakukan berulang sampai lapisan kloroform berwarna jernih. Filtrat kloroform

6
kemudin dijadikan satu dan diuapkan hingga diperoleh fraksi kloroform. Partisi
dilanjutkan dengan pelarut etil asetat. Partisi dilakukan dengan cara yang sama
seperti partisi dengan menggunakan kloroform, maka akan diperoleh fraksi etil
asetat. Residu yang tidak larut dalam kloroform dan etil asetat, selanjutnya
diuapkan juga hingga diperoleh fraksi residu dekokta herba sambiloto. Ketiga fraksi
tersebut yaitu fraksi kloroform, fraksi etil asetat dan fraksi residu dekokta herba
sambiloto, ditimbang, dan dihitung rendemennya (Rachmani dan Suhesti, 2016).
Identifikasi kandungan kimia sambiloto dilakukan dengan menggunakan
metode kromatografi lapis tipis (KLT). Identifikasi dilakukan pada senyawa
golongan flavonoid. KLT dilakukan dengan menggunakan fase diam silika gel dan
selulosa. Fase gerak dipilih berdasarkan hasil kromatogram dengan pemisahan yang
terbaik (Rachmani dan Suhesti, 2016).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa
ekstrak air dan fraksi etil asetat menunjukkan adanya flavonoid, sedangkan fraksi
kloroform dan residu tidak menunjukkan adanya flavonoid. Sehingga, dapat
disimpulkan bahwa bahwa fraksi etil asetat sambiloto mengandung metabolit
sekunder golongan flavonoid (Rachmani dan Suhesti, 2016).

3.2 Identifikasi Flavonoid


Uji flavonoid dilakukan dengan cara menambahkan sampel yang telah
dihaluskan sebanyak 2 g dengan 5 mL etanol panas. Selanjutnya, campuran tersebut
disaring lalu filtratnya ditambahkan beberapa tetes HCl pekat lalu ditambahkan
logam Mg. Hasil positif diperoleh jika terbentuk warna cokelat/merah tua (Jati,
dkk., 2019).
Uji flavonoid dilakukan dengan 0,5gram ekstrak dan ditetesi dengan H2SO4
pekat. Hasil ditunjukkan dengan munculnya warna hijau kekuningan atau hijau
kehitaman (Rukmini, dkk., 2020).
Larutan uji (10 mg ekstrak dalam 20 ml etanol)+ 1 mL diuapkan hingga
kering. dibasahkan sisanya dengan aseton P. ditambahkan sedikit serbuk halus asam
borat P dan serbuk halus asam oksalat P, dipanaskan di atas tangas air dan hindari
pemanasan berlebihan. Eter P ditambahkan 10 mL. Larutan diamati di bawah sinar

7
UV 366 nm; berfluoresensi kuning intensif, menunjukkan adanya flavonoid
(Wardiatini, dkk., 2015)

8
DAFTAR PUSTAKA
Alfaridz, F. (2018). Review jurnal: Klasifikasi dan aktivitas farmakologi dari
senyawa aktif flavonoid. Farmaka, 16(3).
Adiguna, S.P., Panggabean, J.A.; Swasono, R.T.; Rahmawati, S.I.; Izzati, F.; Bayu,
A. dkk. 2023. Evaluations of Andrographolide-Rich Fractions of
Andrographis paniculata with Enhanced Potential Antioxidant, Anticancer,
Antihypertensive, and Anti-Inflammatory Activities. Plants. 12(1220): 2-14.
Ahwan. 2018. Identifikasi Dan Isolasi Isolat Non Polar, Semipolar Dan Non Polar
Dari Fraksi Heksana Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper Betle L.) Dengan
Metode TLC Scanner Dan GC-MS. Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa. Vol
1(2): 88-98.
Ayun, Q., dan Laily, A. N. Analisis Fitokimia Daun Pepaya (Carica papaya L.) Di
Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, Malang. Jurnal FKIP
UNS. 3(2) : 135.
Azahar, N.I., Mokhtar, N.M. dan Arifin, M.A. 2020. Piper betle: a review on its
bioactive compounds, pharmacological properties, and extraction process.
IOP Conf. Ser.: Mater. Sci. Eng. 991(012044): 1-13.
Ervianingsih, Mariane, Irene, La Jumadin, Hamsidar Hasan, Abdul Rahim, Prima
Nanda Fauziah, Nur Cholis Endriyatno, Chitra Astari, Rr Aline Gratika
Nugrahani, Elvina Triana Putri, and Marko Jeremia Kalalo.2022. Dasar
Ilmu Farmasi . Makasar: TOHAR MEDIA. Halaman 78.
Fatimah, A., Zukhruf, N., Kiromah, W., dan Rahayu, T. P. 2022. Cream Antioxidant
Papaya Leaf Extract (Cnidoscolus aconitifolius) With The Variation Of
Stearate Acid As Emulgator. Prosiding 16th Urecol: Seri Mahasiswa Student
Paper.Hal 122-130.
Jati, N. K., Prasetya, A. T., & Mursiti, S. (2019). Isolasi, identifikasi, dan uji
aktivitas antibakteri senyawa alkaloid pada daun pepaya. Indonesian Journal
of Mathematics and Natural Sciences. Vol 42(1):3.
Julianto, T.S. 2019. Fitokimia Tinjauan Metabolit Sekunder dan Skrining Fitokimia.
Yogyakarta : Universitas Islam Indonesia. Halaman 38,39.
Putri, N., Listyalina, L. 2022. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Sambiloto
(Andrographis paniculata) Terhadap Staphylococcus aureus. Berkala
Penelitian Teknologi Kulit. 21(2) : 3.
Rachmani, E. P. N. dan Suhesti, T. S. 2016. Aktivitas Antioksidan Ekstrak dan
Fraksi Herba Sambiloto (Andrographis paniculata). Media Pharmaceutica
Indonesiana. Vol 1(2): 101-105.
Rukmini, A., Utomo, D. H., & Laily, A. N. (2019, September). Skrining Fitokimia
Familia Piperaceae. In Prosiding Seminar Nasional Hayati. Vol. 7(1):29.
Saputro, E. M. T. 2021. Karakteristik Daun Sirih (Piper betle) Untuk Mengurangi
Keputihan Pada Wanita. Artikel Mini Riset Humaniora. Halaman 2.
Teh, B.P., Ahmad, N.B., Mohamad, S.B., Tan, T.Y.C., Mohd AbdRazak, M.R.B.,
Afzan, A.B. dkk. 2022. Carica papaya Leaf Juice for Dengue: A Scoping
Review. Nutrients. 14(1584): 22.
Thangaraj, P. 2020. Phytomedicine. Boca Raton: CRC Press. Halaman 25.
Wahyusi, KN, Astari, RZ, & Irmawati, ND (2020). Koefisien Perpindahan Massa
Ekstraksi Flavonoid Dari Buah Pare Dengan Pelarut Etanol. Jurnal Teknik
Kimia , 14 (2), 40-44.

9
Warditiani, N. K., Larasanty, L. P. F., Widjaja, I. N. K., Juniari, N. P. M., Nugroho,
A. E., & Pramono, S. (2015). Identifikasi kandungan kimia ekstrak
terpurifikasi herba sambiloto. Jurnal Farmasi Udayana. Vol 3(1): 23.

10

You might also like