Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Inklusi
Dosen Pengampu:
Fatik Luthfiana Anggraeni, M.Pd.
Disusun oleh:
1. Muhammad Suhendri Arifandi (202191260010)
2. Cicha Maylenia (202191260018)
3. Umiyanti (202191260040)
4. Dita Khoyrun Nisa’ (202191260048)
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AT-TAQWA BONDOWOS
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat-Nya yang telah memberikan limpahan rahmat,
hidayah, serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan
makalah ini dengan judul TUNARUNGU/TUNAGANDA secara tepat waktu.
Dalam penyusunan laporan hasil pembuatan media pembelajaran ini kami ucapkan
terimakasih sebanyak banyaknya pada semua pihak yang terlibat dalam proses penyusunan
makalah ini, terutama untuk Ibu Fatik Lutviana Anggraini, M.Pd. selaku dosen pengampu
mata kuliah Pendidikan Inklusi.
Terlepas dari segala hal tersebut, kami menyadari bahwa masih terdapat banyak
sekali kekurangan baik dari segi penyusunan laporan berupa susunan kalimat ataupun dari
sisi penggunaan diksi kata yang kurang tepat dan juga yang lain. Oleh karena itu kami
disini dengan senang hati menerima segala saran dan juga kritik yang membangun.
Akhir kata kami dengan segala kerendahan hati berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kami khususnya dan untuk semua pihak yang berkepentingan
pada umumnya.
Mahasiswa PGMI
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAAN.................................................................................................3
A. Pengertian Tunarungu dan tunaganda......................................................................3
B. Karakterisk anak tunarungu dan tunaganda.............................................................6
C. Proses membina kemandirian belajar anak-anak tunarungu dan tunaganda...........9
D. Bentuk dan Sistem Layanan Pendidikan Anak Tunaganda dan Tunarungu............11
BAB III PENUTUP...........................................................................................................13
A. Kesimpulan..............................................................................................................13
B. Saran .......................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbedaan pasti akan selalu ada dalam setiap kehidupan manusia. Manusia
dilahirkan dengan berbagai macam latar belakang. Perbedaan tersebut dapat dilihat
dari segi fisik ataupun dari segi kejiwaaan. Perbedaan fisik dapat kita lihat secara
langsung seperti warna kulit, tinggi badan, bentuk mata, bentuk hidung, bentu
rambut dan lain sebagainya. Sedangkan untuk mengetahui atau melihat perbedaan
kejiwaan manusia tidak dapat diketahui secara langsung, melainkan harus melalui
tes yang valid mengenai kondisi kejiwaaan seseorang.
Perbedaan tersebut juga dapat kita lihat seperti pada anak berkebutuhan
khusus. Anak berkebutuhan khusus dapat diartikan sebagai anak yang lambat atau
mengalami gangguan yang membuat mereka kesulitan belajar dan beraktifitas
layaknya anak normal pada umunya. Anak berkebutuhan khusus juga diartikan
sebagai anak yang mengalami gangguan fisik, bahasa dan bicara, intelegensi, emosi
dan sosial, sehingga membutuhkan Pembelajran yang khusus dan tidak sama
dengan anak normal yang lain agar kebutuhan belajar merke terpenuhi.
Kebutuhan khusus anak tunaganda, tunanetra dan tunarungu memiliki
karakteristik khusus, anak tunanetra menggunakan kemampuan perabaan dan
pendengaran sebagai saluran utama untuk belajar. (Asep AS Hidayat, Ate Suwandi,
2013). Anak tunarungu secara fungsional intelegensi dibawah anak normal walau
dari segi intelegensi secara potensial tidak berbeda dengan anak normal pada
umumnya, sehingga memerlukan waktu belajar lebih lama dalam proses belajarnya
terutama untuk mata Pelajaran yang diverbalisasikan (Haenudin, 2013). Anak
tunaganda dengan lebih dari satu jenis disabilitas memiliki karakteristik gabungan
sesuai dengan disabilitas yang dimiliki. Khusus untuk anak yang memiliki
tunaganda atau kondisi dimana dia mempunyai dua kelainan yaknit tunanetra dan
tunarungu memiliki kemampuan yang lebih terbatas lagi dalam belajar dan
berkomunikasi. Dengan demikian proses pembinaan pada anak tunaganda sangat
diperlukan. Baik dirumah maupun disekolah agar mereka juga memiliki
kemandirian dalam hidup.
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Tunarungu dan tunaganda?
2. Bagaimana karakterisk anak tunarungu dan tunaganda?
3. Bagaimana proses membina kemandirian belajar anak-anak tunarungu dan
tunaganda?
4. Bagaimana Bentuk dan Sistem Layanan Pendidikan Anak Tunaganda dan
Tunarungu?
C. Tujuan
1. Mengetahui Apa yang dimaksud Tunarungu dan tunaganda
2. Mengetahui Bagaimana karakterisk anak tunarungu dan tunaganda
3. Mengetahui Bagaimana proses membina kemandirian belajar anak-anak
tunaganda
4. Mengetahui Bagaimana Bentuk dan Sistem Layanan Pendidikan Anak
Tunaganda dan Tunarungu
5.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tunarungu dan tunaganda
1. Tunarungu
Tunarungu merupakan sebuah kondisi tidak mampuan anak dalam
mendapatkan informasi secara lisan, sehingga membutuhkan bimbingan dan
pelayanan khusus dalam belajarnya disekolah. Berdasarkan beberapa pengertian
diatas menunjukkan bahwa secara pedagogis tunarungu dapat diartikan sebagai
suatu kondisi tidak mampuan seseorang dalam mendapatkan informasi secara lisan,
sehingga membutuhkan bimbingan dan pelayanan khusus dalam belajarnya
disekolah (Suparno 2001:9).
Keadaan seperti ini yang membuat dunia pendidikan dapat membantu
bagaimana caranya agar anak tunarungu bisa belajar dan mendapatkan
pembelajaran yang pantas dan layaknya anak normal lainnya, sehingga penyandang
tunarungu memerlukan lembaga pendidikan yang dapat membantunya mengurangi
gejala – gejala kekurangannya.
Tunarungu adalah individu yang kehilangan seluruh atau sebagian daya
pendengarannya sehingga tidak atau kurang mampu berkomunikasi secara verbal
dan pelayanan pendidikan khusus. Individu tunarungu memiliki ciri – ciri sebagai
berikut (Direktorat pendidikan luar biasa Departemen Pendidikan Nasional, 2004):
a. Secara nyata tidak mampu mendengar
b. Terlambat perkembangan bahasanya
c. Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi
d. Kurang atau tidak tanggap bila diajak bicara
e. Ucapan kata tidak jelas
f. Kualitas suara aneh atau monoton
g. Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar
h. Banyak perhatian terhadap getaran
i. Keluar cairan “nanah” dari kedua telinga
Seseorang dikatakan tunarungu jika memenuhi minimal enam diantara
ciri – ciri tersebut. Secara medis tunarungu berarti kekurangan atau kehilangan
kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak
3
4
anak tunarungu sudah diberikan alat bantu dengar, tetap saja anak tunarungu
masih memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
2. Tunaganda
Menurut Johnston & Magrab, tunaganda adalah mereka yang
mempunyai kelainan perkembangan mencakup kelompok yang mempunyai
hambatan-hambatan perkembangan neurologis yang disebabkan oleh satu atau
dua kombinasi kelainan dalam kemampuan seperti intelegensi, gerak, bahasa,
atau hubungan pribadi di masyarakat. Walker berpendapat mengenai tunaganda
sebagai berikut :
1. Seseorang dengan dua hambatan yang masing-masing memerlukan layanan-
layanan pendidikan khusus.
2. Seseorang dengan hambatan-hambatan ganda yang memerlukan layanan
teknologi.
3. Seseorang dengan hambatan-hambatan yang memerlukan modifikasi
khusus.
Anak yang mengalami gangguan pendengaran dan berbicara atau yang
dikenal dengan istilah tunaganda merupakan anak dengan gangguan lebih dari
satu gangguan. Artinya anak tersebut mengalami gangguan majemuk dimana
terdapat dua gangguan dalam diri anak. Lebih lanjut (Mirnawati, 2019)
menjelaskan definisi anak tunaganda adalah anak yang mempunyai hambatan
dan kebutuhan belajar secara khusus yang disebabkan karena adanya gangguan
hambatan antara hambatan fisik, sensoris, sosial, emosi, intelektual, dan
sebagainya. Misalkan anak yang mengalami ganguan pendengaran dan
sekaligus hambatan penglihatan.
Anak dengan gangguan tersebut cukup ekstrem karena anak tidak dapat
melihat dan tidak dapat mendengar sama sekali. Anak dengan kelainan ini
dikenal dengan nama buta-tuli atau tunanetra dan tunarungu. Sedangkan
menurut kementrian pemberdayaan Perempuan dan perlindungan anak RI
(Winarsih et al., 2013) menjelaskan maksud dari anak tunaganda adalah yang
mempunyai dua bahkan lebih gangguan sehinga dibutuhkan pendampingan dan
bimbingan dalam pemberian layanan, pemberian pendidikan khusus dan alat
bantu belajar yang khusus.
6
7
prestasi anak normal karena dipengaruhi oleh kemampuan anak tunarungu dalam
mengerti Pelajaran yang diverbalkan. Namun untuk Pelajaran yang tidak
diverbalkan, anak tunarungu memiliki perkembangan yang sama cepatnya dengan
anak normal. Prestasi anak tunarungu yang rendah bukandisebabkan karena tingkat
intelegensinya rendah namun karena anak tunarungu tidak dapat memaksimalkan
intelegensinya yng diniliki. Aspek intelegensi yag bersumber pada verbal seringkali
rendah, namun aspek intelegensi yang bersumber pada [englihatandan motoruk
akan berkembang cepat.
b. Karakteristik dari segi bahasa dan bicara.
Kemampuan anak tunarungu dalam bahasa dan berbicara berbeda dengan
anak normal pada umumnya karena kemampuan tersebut sangat erat kaitannya
dengan kemampuan mendengar. Karena anak tunarungu tidak bisa mendengar
bahasa, maka anak tunarungu mengalami hambatan dalam berkomunikasi. Bahasa
merupakan alat dan sarana utama seseorang dalam berkomunikasi. Alat komunikasi
terdiri dari membaca, menulis, dan berbicara, sehingga anak tunarungu akan
tertinggal dalam tiga aspek penting ini. Anak tunarungu memerlukan penanganan
khusus dan berbahasa intensif yang dapat meningkatkan kemampuan berbahasanya.
Kemampuan berbicara anak tunarungu juga dipengaruhi oleh kemampuan
berbahasa yang dimiliki oleh anak tunarungu akan berkembang dengan sendirinya
namumn memerlukan Upaya terus menerus serta Latihan dan bimbingan secara
professional. Dengan cara yag demikian banyak dari mereka yang belum bisa
berbicara seperti anak normal baik dari segi suara, irama, dan tekana suara
terdengar monoton berbeda dengan anak normal.
c. Karakteristik dari segi emosi dan sosial
Ketunarunguan dapat menyebabkan keterasingan dengan lingkungan..
Keterasingan tersebut menimbulkan beberapa efek negative seperti: egonsentrisme
yang melebihi anak normal, mempunyai perasaan takut akan lingkungan yang lebih
luas, ketergantungan terhadap orang lain, perhatian mereka lebih sukar dialihkan,
umumnya memiliki sifat yang polos dan tanpa banyak masalah, dan lebih mudah
marah dan cepat tersinggung.
1) Egosentrisme yang melebihi anak normal
2) Mempunyai perasaan takut akan lingkungan yang lebih luas
10
A. Kesimpulan
Tunarungu adalah individu yang kehilangan seluruh atau sebagian daya
pendengarannya sehingga tidak atau kurang mampu berkomunikasi secara verbal
dan pelayanan pendidikan khusus. anak tunaganda adalah anak yang mempunyai
hambatan dan kebutuhan belajar secara khusus yang disebabkan karena adanya
gangguan hambatan antara hambatan fisik, sensoris, sosial, emosi, intelektual, dan
sebagainya. Misalkan gannguan pendengaran sekaligus penglihatan.
Tunarungu adalah istilah yang menunjuk pada kondisi ketidakfungsian
organ-organ pendengaran atau telinga seorang anak. Kondisi ini menyebabkan
mereka memiliki karakteristik yang khas, berbeda dari anak normal pada
umumnya. Baik secara fisik, emosional, intelektual dan kemandirian seorang anak.
Adapun karakteristik anak tunaganda yang paling menonjol adalah memiliki dua
bahkan lebih gangguan yang diderita oleh anak misalnya disabilitas penglihatan
dengan ganngguan spetruam autism, disabilitas penglihatan dengan disabilitas
pendengaran, don syndrome/disabilitas intelktual dengan disabilitas pendengaran,
dan lain-lain.
Dalam mengajarkan kemandirian anak penyandang tunarungu maupun
tunaganda sendiri selain komunikasi menjadi sangat penting dalam menyampaikan
pesan dan menjadi bagian dari proses pembelajaran.
Sejalan dengan perkembangan pendidikan anak tuna daksa yang di awali
dengan layanan anak-anak tunaganda dan tunarungu yang menderita sakit di rumah
sakit, maka bentuk layanan pendidikannya di sesuaikan dengan tempat-tempat anak
tunaganda dan tunarungu memperoleh pendidikan. Bhatt (1962) menyarankan lima
bentuk layanan pendidikan untuk anak tunaganda dan tunarungu, yaitu: (1) sekolah
dirumah sakit. (2) pengajaran dirumah, (3) sekolah khusus (sekolah luar biasa). (4)
kelas khusus, dan (5) sekolah koresponden.
14
15
B. Saran
Demikian makalah ini kami susun, semoga bermanfaat dan dapat
menambah pengetahuan para pembaca mengenai anak tunarungu dan tunaganda,
kelainan yang dimiliki bukan sebuah hambatan untuk mereka berkarya dan
mengembangkan dirinya, dan keistimewaan yang dimiliki mereka perlu kita
dukung dengan sebaik mungkin dan tidak mendeskriminasi.
Kami mohon maaf apabila terdapat banyak kekeliruan baik dari segi ejaan,
dalam penulisan kata maupun dari segi penyusunan yang kurang tepat, kurang jelas
atau kurang dimengerti. Kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kami semoga dapat
diterima dan kami ucapkan terimakasih sebesar-besarnya
DAFTAR PUSTAKA
Aiyuda, N. (2018). Kemandirian pada anak Tuna Ganda di Sekolah Dasar Luar Biasa
Hellen Keller Indonesia, Yogyakarta. Nathiqiyyah, 1(1).
Asep AS. Hidayat, Ate Suwandi (2013) Pendidikan Anak berkebutuhan Khusus Tunanetra
(1ed.). Jakarta: Luxima Metro Media.
Ferawati, Y. (2015). Pembelajaran tari kreasi Bungong jeumpa pada anak tunarungu Di
SLB Negeri Semarang. Jurnal Seni Tari, 4(1).
Haenuddin (2013). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusu Anak Tunarungu (1.ed). Jakarta:
Luxima Metro Media.
Kamil Nurhusni, Anthon Sope Yuanita (2023) Pendidikan Inklusi Untuk Anak
Berkebutuhan Khusus,terimalah mereka apa adanya.Bantul Jogjakarta: Jejak
Pustaka
Sutjihati. T. Soemantri. (2012). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Reflika Aditama
Steinberg, L. 1993. Adolescence. International Editon Third Edition. New York: McGraw-
Hill,Inc
Suparno. 2010. Pendidikan Inklusif untuk Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Khusus,
Vol.7. No.2. Nopember.
16