You are on page 1of 9

MAKALAH

ASWAJA

LIBERALISME DAN RADIKALISME BERAGAMA

Dosen Pengampu:

Drs. H. Anwar Sa’adullah, M.Pdi.

Oleh:

Kelompok 2

M. Alifian Zanuar 22201011136

Yahya Muhaimin 22201011138

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

2023
KATA PENGANTAR

Bismillah dan Alhamdulillah, puja dan puji syukur selalu terpanjatkan kepada Allah
SWT yang selalu memberikan dan melimpahkan karunia Nikmat dan Rahmat-Nya,
sehinngga kami selaku manusia yang lemah dapat menyelesaikan penulisan makalah ini
dengan baik semampu usaha yang telah kami usahakan sebaik mungkin. Sholawat dan Salam
selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW, dan keluarga
beliau, serta sahabat beliau seluruhnya.

Ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada beliau Bapak Dosen Anwar
Sa’adullah yang telah membimbing dan mengajarkan materi-materi pembelajaran kepada
kami sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik, dan ucapan terima kasih juga
kepada berbagai pihak yang telah membantu kami dalam penulisan makalah ini. Penulisan
makalah ini merupakan sebuah kewajiban tugas kelompok kepada kami yang telah
disampaikan oleh beliau Bapak Dosen Anwar Sa’adullah selaku dosen mata kuliah “Aswaja”.

Kami selaku penyusun makalah menyadari masih terdapat banyak kekurangan pada
penulisan makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari setiap pembaca yang kami hormati supaya makalah ini dapat bermanfaat dengan baik
dan sempurna. Kami juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
terkhusus bagi kami penyusun pribadi dan bagi para setiap pembacanya yang kami hormati.

Malang, 24 Oktober 2023

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1

1. Latar Belakang..........................................................................................................1
2. Rumusan Masalah.....................................................................................................1
3. Tujuan........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................2

1. Pengertian Liberalisme.............................................................................................2
2. Pengertian Radikalisme............................................................................................3
3. Liberalisme dan Radikalisme Dalam Padangan Aswaja.......................................4

BAB III PENUTUP...............................................................................................................5

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................6

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Liberal dan Radikal merupakan suatu paham yang berasal dari pemikiran manusia,
keduanya ini bukanlah aliran yang termasuk dalam Islam dan agama-agama lain, melainkan
adalah suatu faham yang dihasilkan dari pemikiran-pemikiran yang seringkali dikaitkan
dengan aliran umat beragama. Pemikiran Liberal sangat identik dengan sifat terlalu bebas,
sementara pemikiran Radikal identik dengan sifat terlalu ketat. Paham Liberal ini seringkali
disalahgunakan oleh kebanyakan masyarakat umum yang menganggap bahwa dalam
berkehidupan ini perlu kebebasan yang sepenuhnya dan sebebas-bebasnya, hal ini
bertolakbelakang dengan konteks beragama yang mana dalam agama terdapat batasan-
batasan dalam berkehidupan, yakni aturan dan ketentuan yang perlu dipatuhi. Begitu juga
paham Radikal, paham yang disalahgunakan masyarakat umum yang beranggapan bahwa
dalam mengikuti suatu aliran beragama itu haruslah sesuai dengan apa yang dianut oleh
mereka dan cenderung dengan ketat dalam aliran beragama, yang hal ini mengakibatkan para
pengikutnya mudah untuk menganggap orang lain sebagai musuh dan juga mudah
mengkafirkan pihak yang berbeda dengan mereka.

Di antara kedua kelompok paham tersebut, Ahlussunnah Wal Jama’ah berada pada posisi
tengah yang kental dengan sebutan kelompok moderasi. Moderat atau wasathiyah yang
merupakan karakter kebanyakan hukum syari’at. Tengah tersebut dalam arti antara
menyulitkan (tasydid) dan memudahkan (takhfif). Karena kebanyakan hukum syari’at itu
berkarakter moderat, tidak mudah secara mutlak dan juga tidak sulit secara mutlak.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Liberalisme dan bagaimana kaitannya dalam beragama?
2. Apa itu Radikalisme dan bagaimana kaitannya dalam beragama?
3. Bagaimana pandangan Aswaja dengan adanya Liberalisme dan Radikalisme?
C. Tujuan
1. Mengetahui tentang Liberalisme dan kaitannya dalam beragama.
2. Mengetahui tentang Radikalisme dan kaitannya dalam beragama.
3. Mengetahui pemikiran Liberalisme dan Radikalisme dalam pandangan Aswaja.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. LIBERALISME

Liberalisme, adalah sebuah istilah asing yang diambil dari bahasa Inggris, yang
berarti kebebasan. Kata ini kembali kepada kata “liberty” dalam bahasa Inggrisnya, atau
“liberte” menurut bahasa Perancis, yang bermakna bebas. Istilah ini datang dari Eropa.
Para peneliti, baik dari mereka ataupun dari selainnya berselisih dalam mendefinisikan
pemikiran ini. Namun seluruh definisi, kembali kepada pengertian kebebasan dalam
pandangan Barat. Liberalisme adalah madzhab pemikiran yang memperhatikan
kebebasan individu. Madzhab ini memandang, wajibnya menghormati kemerdekaan
individu, serta berkeyakinan bahwa tugas pokok pemerintah ialah menjaga dan
melindungi kebebasan rakyat, seperti kebebasan berfikir, kebebasan menyampaikan
pendapat, kebebasan kepemilikan pribadi, kebebasan individu, dan sejenisnya.

Asas Pemikiran Liberal Secara umum asas liberalisme ada tiga. Yaitu kebebasan,
individualisme, rasionalis (‘aqlani, mendewakan akal). Asas Pertama, Kebebasan : Yang
dimaksud dengan asas ini, ialah setiap individu bebas melakukan perbuatan. Negara tak
memiliki hak mengatur. Perbuatan itu hanya dibatasi oleh undang-undang yang dibuat
sendiri, dan tidak terikat dengan aturan agama. Dengan demikian, liberalisme merupakan
sisi lain dari sekulerisme, yaitu memisahkan dari agama dan membolehkan lepas dari
ketentuan agama. Sehingga asas ini memberikan kebebasan kepada manusia untuk
berbuat, berkata, berkeyakinan, dan berhukum sesukanya tanpa dibatasi oleh syari’at
Allah. Manusia menjadi tuhan untuk dirinya dan penyembah hawa nafsunya. Manusia
terbebas dari hukum, dan tidak diperintahkan mengikuti ajaran Ilahi. Asas Kedua,
Individualism (al-Fardiyah) : Dalam hal ini meliputi dua pengertian. Pertama, dalam
pengertian ananiyah (keakuan) dan cinta diri sendiri. Pengertian inilah yang menguasai
pemikiran masyarakat Eropa sejak masa kebangkitannya hingga abad ke-20 Masehi.
Kedua, dalam pengertian kemerdekaan pribadi. Ini merupakan pemahaman baru dalam
agama Liberal yang dikenal dengan pragmatisme. Asas Ketiga, yaitu rasionalisme
(aqlaniyyun, mendewakan akal). Dalam artian akal bebas dalam mengetahui dan
mencapai kemaslahatan dan kemanfaatan tanpa butuh kepada kekuatan diluarnya.

Dari penjelasan sebelumnya tersebut sudah jelas bahwa Liberal hanyalah bentuk lain
dari sekulerisme yang dibangun di atas sikap berpaling dari syari’at Allah Subhanahu wa

2
Ta’ala , kufur kepada ajaran dan petunjuk Allah dan rasulNya Shallallahu ‘alaihi wa
sallam serta menghalangi manusia dari jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Juga
memerangi orang-orang sholih dan memotivasi orang berbuat kemungkaran, kesesatan
pemikiran dan kebejatan moral manusia dibawah slogan kebebasan yang semu. Sebuah
kebebasan yang hakekatnya adalah mentaati dan menyembah hawa nafsu.

B. RADIKALISME

Radikalisme (dari bahasa Latin radix yang berarti “akar”) adalah istilah yang
digunakan pada akhir abad ke-18 untuk pendukung Gerakan Radikal. Dalam sejarah,
gerakan yang dimulai di Britania Raya ini meminta reformasi sistem pemilihan secara
radikal. Gerakan ini awalnya menyatakan dirinya sebagai partai kiri jauh yang menentang
partai kanan jauh. Dapat disimpulkan bahwa asal muasal tindakan radikal muncul dari
salah satu aliran politik bukan dari ajaran agama tertentu. Dengan kata lain dapat pula
dikatakan bahwa gerakan radikal tidak bersumber dari ajaran agama. Namun bisa saja
terjadi kesalah pahaman dalam agama menimbulkan gerakan radikal.

Dalam pengertian khusus, Radikalisme (historis), sebuah kelompok atau gerakan


politik yang kendur dengan tujuan mencapai kemerdekaan atau pembaruan electoral yang
mencakup mereka yang berusaha mencapai republikanisme, penghapusan gelar,
redistribusi hak milik dan kebebasan pers, dan dihubungkan dengan perkembangan
liberalisme. Dalam kenyataan sejarah pihak yang berkuasa atau pihak yang tidak mau
kekuatannya dilemahkan selalu menuduh pihak yang lemah sebagai kaum radikal.
Sedangkan sikap radikal mereka terhadap orang lain tidak dinilai sebagai tindakan
radikal.

Ada beberapa sebab yang membuat munculnya paham Radikalisme antara lain :

1. Penjajahan dan pencaplokan terhadap negara-negara Muslim, seperti Palestina, Iraq,


dan Afganistan.
2. Penindasan terhadap umat Islam di berbagai belahan dunia terutama di negara-negara
yang mayoritas penduduknya orang-orang kafir, mereka dikekang dan dibelenggu,
tidak bebas menjalankan ajaran agama mereka secara sempurna.
3. Kezhaliman dari sebagian penguasa terhadap aktivis-aktivis dakwah, yang
menimbulkan dendam yang berkepanjangan dalam diri sebagian mereka.

3
4. Kebodohan umat terhadap agama terutama masalah aqidah dan hukum-hukum jihad.
5. Jauh dari bimbingan Ulama dalam mempelajari dan memahami ajaran agama.
6. Kemungkaran merajalela di tengah masyarakat, baik dari segi akhlak maupun
pemikiran.
7. Ghuluw (ekstrim) dalam pemahaman dan pengamalan agama dari sebagian generasi
muda Islam.

C. PANDANGAN ASWAJA TERHADAP LIBERALISME DAN


RADIKALISME BERAGAMA

Dalam menyikapi kedua pemikiran tersebut, yakni liberalisme dan radikalisme, NU


sebagai jam'iyah yang mewarisi tradisi dan sikap dasar Ahlussunnah wal Jama'ah
memilih bahwa sikap sosio-kultural NU yang Sunni itu adalah At-Tawasuth (moderat),
At-Tasamuh (toleran), dan At-Tawazun (harmoni), sehingga NU dalam berbangsa dan
bernegara pun selalu berikhtiar mencari kemungkinan yang dapat menjamin keutuhan
dan kemaslahatan bersama, selama masih berada dalam bingkai yang dapat dibenarkan
oleh hukum agama (Islam).

Begitu juga pada saat orang-orang terjebak pada sikap radikal dan aksi-aksi yang
menggambarkan tindak-tindak kekerasan di tengah-tengah kehidupan masyarakat luas,
NU dengan jama'ah dan jam'iyahnya yang besar itu tetap solid mempertahankan
sikapnya yang jernih dan moderat, tidak gampang terpengaruh dengan hiruk-pikuknya
gelombang demonstrasi dan eforia reformasi, NU tetap berusaha dapat menemukan
solusi yang tepat untuk menjaga keutuhan bangsa dan kerukunan masyarakat, termasuk
kerukunan antar umat beragama, meskipun dipancing-pancing dengan gerakan-gerakan
yang menggunakan label Ahlussunnah wal Jamaah. Namun sikap lunak dan moderat NU
dapat terusik menjadi radikal dan keras apabila menghadapi masalah yang dinilai
mengancam atau membahayakan aqidah Islamiyah, dan sulit diajak kompromi dalam
masalah yang demikian.

4
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Liberalisme adalah pemikiran asing yang masuk ke dalam Islam. Pemikiran ini
menafikan adanya hubungan kehidupan dengan agama sama sekali. Pemikiran ini
menganggap agama sebagai rantai pengikat kebebasan hingga harus dibuang jauh-jauh.
Para perintis dan pemikir liberal yang menyusun pokok-pokok ajarannya membentuk
liberal berada diluar garis seluruh agama yang ada dan tidak seorangpun dari mereka
yang mengklaim adanya hubungan dengan satu agama tertentu walaupun yang
menyimpang.

Radikalisme memiliki multi sebab, mulai dari pemahaman yang parsial, salah
memahami ajaran Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tanpa merujuk kepada
pemahaman yang benar yang telah difahami oleh as-salaf ash-shalih termasuk juga
masalah politik berupa penindasan dan penjajahan menjadi pemicu tindakan radikal.
Semua sebab-sebab ini membuahkan hasil yang sangat berbahaya bagi kemajuan
peradaban manusia dan kesejahteraan mereka di dunia.

Karakter moderat Ahlussunnah wal Jama’ah merupakan karakter Islam murni, seperti
diajarkan Nabi Muhammad SAW. Sejarah membuktikan, umat Nabi Muhammad SAW
sejak kurun pertama hingga saat ini, selalu berada di garis moderat.

Dalam menyikapi persoalan, NU menggunakan metode pemikiran dengan lima cara,


yaitu: pemikiram moderat (fikrah tawassuthiyah), pemikiran toleran (fikrah tasamuhiyah),
pemikiran reformatif (fikrah islahiyah), pemikiran dinamis (fikrah tathawuriyah), dan
pemikiran metodologis (fikrah manhajiyah). Oleh karena itu sejak pendiriannya, NU
sebagai organisasi keagamaan terbesar di Indonesia, akan selalu konsisten dan komitmen
terhadap haluan Islam moderat, Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah An Nahdliyah.

5
DAFTAR PUSTAKA

Hasan, Muhammad Tholhah. 2004. Ahlussunnah Wal-Jama’ah Dalam Persepsi Dan


Tradisi NU. Jakarta: Lantabora Press.

https://almanhaj.or.id/3129-islam-dan-liberalisme.html

https://almanhaj.or.id/4120-radikalisme-sebab-dan-terapinya.html

You might also like