You are on page 1of 4

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan lanjutan yang dilakukan setelah pemeriksaan fisik pada
penderita. Spesimen yang diperoleh dari pasien akan mengalami berbagai macam pemeriksaan
mikroskopik, biokimia, mikrobiologi maupun imunofluoresensi. Pemeriksaan laboratorium saja
belum dapat digunakan untuk mengetahui sifat lesi ataupun menentukan diagnosis. Masih perlu lagi
dikumpulkan informasi dari bio data pasien, riwayat kesehatan umumnya, riwayat lesi yang
dikeluhkan, pemeriksaan klinis ekstra oral maupun intra oral. Suatu diagnosis yang tepat juga akan
dapat menghasilkan perawatan yang tepat. Untuk itu dilakukan pemeriksaan penunjang agar diagnosis
dapat ditentukan dengan yakin, sehingga tidak ada keraguan dalam memberikan perawatan. Untuk
lesi-lesi jaringan lunak mulut, pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan
radiologi, biopsi (eksisi dan insisi: scalpel, punch, needle, brush, aspirasi), pemeriksaan sitologi,
pemeriksaan mikrobiologi dan pemeriksaan darah

Dalam pemeriksaan penunjang dibutuhkan sampel yang representatif. Sampel yang representatif
adalah sampel yang sebisa mungkin mencerminkan dan menggambarkan komposisi dari suatu bagian
atau batch tertentu. Harus dipastikan bahwa sampel terambil jumlah yang cukup pada saat
pengambilan sampel dan dihindari segala bentuk kesalahan yang dapat menyebabkan sampel menjadi
bias. Sebaiknya sebelum dilakukan pengambilan sampel terlebih dahulu diperhitungkan
kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dengan bakteri pada sampel, seperti nasib sel setelah
dilakukan pengambilan sampel, kemungkinan sel menjadi mati atau malah bertambah sehingga hal ini
perlu diantisipasi.

Untuk menegakan diagnosis dalam pemeriksaan penunjang dapat menggunakan banyak cara,
beberapa diantaranya yang dilaksanakan dalam skillab ini adalah metode swab, metode scraping, dan
pemeriksaan saliva flow rate.

II. Tujuan

Teknik Swab

Tujuan teknik swab adalah membantu mendiagnosis lesi-lesi di rongga mulut yang tidak terdiagnosis
dengan pemeriksaan klinis.

Teknik Scraping

Tujuan teknik scraping adalah sebagai sitopatologi eksfoliatif mukosa oral yang membantu
mendiagnosis lesi-lesi di rongga mulut yang tidak terdiagnosis dengan pemeriksaan klinis saja dan
membutuhkan hasil yang cepat dan non-invasif dibanding biopsi bedah.

Pemeriksaan saliva flowrate

Tujuan pemeriksaan saliva flow rate adalah untuk mengetahui laju aliran saliva pasien termasuk
normal, rendah, atau hiposaliva untuk menegakan diagnosis dalam pemeriksaan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
I. Metode swab

Metode swab dilakukan menggunakan cotton bud steril pada sampel yang memiliki
permukaan luas dan pada umumnya sulit dipindahkan atau sesuatu pada benda tersebut. Caranya
dengan mengusapkan cotton bud memutar sehingga seluruh permukaan kapas dari cotton bud kontak
dengan permukaan sampel. Swab akan lebih baik jika cotton bud dicelupkan terlebih dahulu ke dalam
larutan atraktan semisal pepton water. Teknik ini dilakukan dengan cara mengulaskan swab stick atau
cotton bud secara perlahan pada mukosa bukal dengan gerakan searah sepanjang mukosa bukal dan
menekan sebanyak 5 kali hinga seluruh swab stick berkontak dengan mukosa bukal.

Gambar 2. Pengambilan spesimen dengan teknik swab

II. Metode scraping

Sitologi eksfoliatif atau scraping merupakan ilmu yang mempelajari sel secara mikroskopik,
baik sel normal maupun sel abnormal. Sel yang diperiksa didapat dengan mengorek epitel atau selaput
lendir permukaan tubuh, melakukan aspirasi cairan tubuh atau pelepasan spontan sel yang mengalami
deskuamasi. Teknik ini sederhana namun memiliki ketepatan diagnosis mencapai 80-90% dan hasil
tergantung pada pengetahuan,kemampuan, dan ketrampilan klinis dalam mendapatkan sampel yang
representatif.

Teknik scraping ini bertujuan untuk melihat keadaan sel terdeskuamasi baik yang normal
maupun yang mengalami perubahan patologis. Metode sitologi eksfoliatif dapat dilakukan di jaringan
lunak rongga mulut seperti mukosa bukal, labial, lidah, serta palatal dan gingival. Tujuan dari
sitopatologi eksfoliatif mukosa oral adalah membantu mendiagnosis lesi-lesi di rongga mulut yang
tidak terdiagnosis dengan pemeriksaan klinis saja dan membutuhkan hasil yang cepat dan non-invasif
dibanding biopsi bedah. Alat dan bahan yang diperlukan adalah spatel kayu atau sikat, kaca objek,
alkohol 70- 95% untuk fiksasi, dan pewarnaan Papanicolaou. Dilakukan pengambilan sel-sel dengan
cara mengerok/scraping atau menyikat/brushing mukosa oral untuk mengambil sel-sel yang masih
kontak dengan jaringan atau yang sudah terdeskuamasi. Keuntungan dari sitopatologi eksfoliatif pada
mukosa oral adalah memperoleh hasil pemeriksaan penunjang yang mudah, cepat, dan tidak
menimbulkan luka yang luas.
Gambar 2. Pengambilan spesimen dengan teknik scraping

III. Pemeriksaan saliva flow rate

Pemeriksaan saliva juga penting untuk menegakan diagnosis. Saliva berperan dalam proses
pencernaan makanan, pengaturan keseimbangan air, menjaga integritas gigi, aktivitas antibakterial
serta buffer dalam rongga mulut. Kecepatan aliran sekresi saliva berubah-ubah pada individu atau
bersifat kondisional sesuai dengan fungsi waktu. Pemeriksaan ini disebut dengan salivari flow rate.
Salivary flow rate merupakan suatu indikator untuk pengukuran SFR yang terstimulasi dan salivary
flow yang tidak terstimulasi . SFR terbagi menjadi 3 kelompok yaitu normosalivasi, SFR rendah, dan
hiposalivasi. Stimulus yang dapat memicu laju saliva dapat berupa stimulus mekanik dan kimiawi.

Metode pengambilan saliva dilakukan dengan cara:

1. Metode draining, yaitu dengan cara membiarkan saliva terus mengalir ke dalam tabung
gelas
2. Metode spitting, yaitu dengan cara saliva dikumpulkan terlebih dahulu dalam keadaan
mulut tertutup, setelah itu diludahkan ke dalam tabung gelas
3. Metode suction, yaitu dengan cara saliva disedot dengan menggunakan pipa suction yang
diletakan dibawah lidah
4. Metode swab, yaitu dengan cara menggunakan tiga buah cotton roll. 1 buah diletakan
dibawah lidah dan dua diletakan di vestibulum molar 2 atas. Setelah itu, dilakukan
penimbangan berat saliva.

Curah saliva Batas kritis Curah saliva


normal (ml/menit) abnormal
(ml/menit) (ml/menit)
Curah saliva >0,3-0,7 0,2-0,1 <0,1
istirahat ml/menit ml/menit ml/menit
(tanpa
stimulasi)
Curah saliva >1-2 0,5-1 <0,5
dengan ml/menit ml/menit ml/menit
stimulasi
Tabel 1. Curah saliva ml/menit
Gambar 3. Pengambilan sampel saliva flow rate

You might also like