Professional Documents
Culture Documents
2. Review makalah
Qawa’id al-Tafsir merupakan kata majemuk, terdiri dari kata Qawa’id dan kata al-Tafsir.
Qawa’id secara etimologis merupakan bentuk jamak dari kata qa’idah, atau kaidah dalam
bahasa Indonesia. Kata qa’idah secara semantik berarti asas, dasar, pedoman atau prinsip,
sedangkan Tafsir adalah keterangan atau penjelasan mengenai makna-makna al-Qur’an
sebagai wahyu Allah. Dari pengertian yang dikemukakan di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa Qawa’id al-Tafsir ialah dasar atau pedoman yang harus diketahui oleh
seorang mufassir dalam memberikan keterangan atau penjelasan mengenai makna-makna
yang terkandung di dalam al-Qur’an. Kaidah dasar penafsiran mencakup penafsiran al-
Qur’an dengan al-Qur’an, penafsiran al-Qur’an dengan hadis Nabi, penafsiran al-Qur’an
dengan pendapat sahabat, penafsiran al-Qur’an dengan pendapat Tabi’in.
Al-Qur’an itu berbahasa Arab, maka kaidah-kaidah kebahasaan akan dapat membantu
dengan penafsiran al-Qur’an. Dijelaskan beberapa kaidah yang berhubungan dengan
kaidah kebahasaan, namun dalam menafsirkan al-Qur’an dan tidak sevalid kaidah-kaidah
dasar penafsiran, karena kaidah tersebut menggunakan daya nalar yang akurasi
maknanya.
a. Kaidah Isim dan Fi’il
b. Kaidah Amr dan Nahy
c. Kaidah-kaidah Istifham
d. Kaidah Nakirah dan Ma’rifah
e. Kaidah-Kaidah Soal Jawab
f. Kaidah Dhamir, tadzkir dan Ta’nits
g. Kaidah Syarah dan Hadzf Jawab al-Syarth
Untuk memahami ayat-ayat al-Qur’an yang berbahasa Arab atau serumpun dengan
bahasa Arab, baik dari segi arti dan makna, maka diperlukan penafsiran. Dalam upaya
menafsirkan dan memahami ayatayat al-Qur’an dengan baik dan kompleks, maka
diperlukan maka syarat ilmu pengetahuan yaitu dengan mengetahui Qawaid al-Tafsir.
Hubungan Qawa’id al-Tafsir dengan bahasa Arab sangat erat, dimana qawa’id altafsir
harus didukung oleh kaidah-kaidah dasar dan kaidah-kaidah kebahasaan (bahasa Arab).
Kaidah-kaidah kebahasaan (bahasa Arab) itulah yang menjadi alat bantu untuk
memahami makna yang dimaksud dalam ayat-ayat al-Qur’an
Ilmu asbabun nuzul atau tafsirnya merupakan salah satu ilmu keislaman yang tertarik
untuk mengetahui alasan turunnya ayat-ayat Al-Qur'an dan isu-isu dan kejadian yang
berkaitan dengannya, serta waktu dan tempat turunnya wahyu. ayat, dengan tujuan untuk
mengetahui penafsiran dan pemahamannya secara benar, dan mengetahui hikmah dari
hukum-hukum Al-Qur'an; Oleh karena itu, ia dianggap sebagai salah satu cabang ilmu
tafsir al-Qur’an.
Manfaat mengetahui asbabun nuzul,
Para cendekiawan muslim menyebutkan beberapa manfaat dari ilmu ini, antara lain:
1. Membantu pembaca Al-Qur'an untuk memahaminya dengan benar dan selamat, karena
pengetahuan tentang sebab mewariskan pengetahuan tentang sebab sebab. Seseorang
berkata: Ayat itu tidak dapat ditafsirkan tanpa mengetahui kisahnya dan menjelaskan
turunnya.
2. Ini mempermudah menghafal Al-Qur'an dan membuktikan maknanya, karena
menghubungkan hukum dengan hadits-hadits ,dan waktu dan tempat, membantu
menstabilkan dan memfokuskan informasi.
3. Hal ini memungkinkan untuk mengetahui.
5. Review artikel
Bijak dalam Mengatur Waktu
Waktu sesungguhnya sangat berharga. Orang Jepang berkata, time is money, waktu
adalah uang. Sementara Sayyidina Ali bin Abi Thalib berkata, al-waqtu kasaif, waktu itu
seperti pedang. Jika kita tidak pandai menggunakannya, maka ia bisa menggorok leher
kita sendiri. Kegagalan dalam kehidupan seseorang biasanya bermula dalam kegagalan
mengatur waktu. Itu sebabnya, al-Qur’an mengingatkan kepada kita agar pandai dan
bijak menggunakan dan mengatur waktu.
Sayyidina Ali bin Ai Thalib pernah mengatakan, al-dun-ya tsalâtu ayyâm. Artinya, hidup
di dunia itu pada hakikatnya hanya tiga hari, yaitu:
Pertama, yaumun qad madlâ walaisa bi `âdin (hari kemarin, hari yang sudah berlalu dan
tidak mungkin kembali). Untuk itu, masa lalu yang sudah kita lalui, mestinya bisa
menjadi pembelajaran untuk introspeksi diri. Yang lalu memang biar berlalu. Demikian
kata syair sebuah lagu. Namun, kita harus segera sadar diri untuk menjadikan masa lalu
sebagai mauizhah nasihat. Jangan terlalu baper dengan masa lalu yang kelam, apalagi
sampai stress dan depresi. Segeralah, bangkit untuk segera berbenah diri untuk segera
move on dan bertindak secara lebih produktif.
Kedua, yaumun wa anta fîhâ, wa lâ tadrî anta bâqin am râhil (hari ini, yakni hari
sekarang di mana Anda tidak tahu, apakah Anda masih akan tetap hidup hari ini atau
akan segera “berangkat’, alias meninggal dunia). Untuk itu, hari ini adalah kesempatan
emas bagi kita untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, agar tidak ada penyesalan di
kemudian hari.
Ketiga, yaumul ghad wa `alaika minal amal (hari esok, hari yang akan datang dan kalian
harus punya cita-cita dan harapan mulia). Untuk itu, setiap kita harus punya cita-cita yang
luhur. Cita-cita dan harapan akan membuat seseorang hidupnya lebih optimis.
Sebaliknya, orang yang tidak memiliki optimisme, akan cenderung nglokro dalam
hidupnya, sehingga tidak mampu memaksimalkan potensipotensi dalam dirinya.