You are on page 1of 5

‫‪Nama‬‬ ‫‪: Hafidz Al Haq‬‬

‫‪NIM‬‬ ‫‪: 20105030142‬‬

‫‪Prodi‬‬ ‫‪: Ilmu Al Quran dan Tafsir‬‬

‫‪Tugas Ulumul Qur’an C‬‬

‫‪1. Terjemah Qaidah‬‬

‫‪.‬القاعدة لغةً‪ :‬األصل الذي يبنى عليه غيره‬


‫‪.‬اصطالحاً‪ :‬حك ٌم كلي يتعرف به على أحكام جزئياته‬
‫التفسير لغة‪ :‬الكشف والبيان‪ .‬واصطالحاً‪ :‬بيان معاني كالم هللا ‪ -‬تعالى ‪ .-‬وقواعد التفسير‪ :‬هي األحكام‪ ‬‬
‫‪.‬الكلية التي يتوصل بها إلى استنباط معاني القرآن الكريم‪ ،‬ومعرفة الراجح مما فيه خالف‬
‫‪:‬أهمية معرفة القواعد‬
‫قال شيخ اإلسالم ابن تيمية‪« :‬ال بد أن يكون مع اإلنسان أصول كلية تُ َر ٌّد إليها الجزئيات ليتكلم بعلم وعدل‪،‬‬
‫وإال فيبقى في كذب وجهل في الجزئيات‪ ،‬وظلم وجهل في الكليات‪ ،‬فيتولد ‪º‬ثم يعرف الجزئيات كيف وقعت‬
‫‪.‬فساد عظيم»(‪)1‬‬
‫وقال الزركشي‪« :‬أما بعد‪ ƒ:‬فإن ضبط األمور المنتشرة المتعددة في القوانين المتحدة‪ .‬هو أوعى لحفظها‪،‬‬
‫وأدعى لضبطها‪ ،‬وهي إحدى حكـم العدد التي وضـع ألجـلها‪ ،‬والحكيم إذا أراد التعليم ال بد أن يجمع بين‬
‫‪.‬بيانين‪ :‬إجمالي تتشوَّف إليه النفس‪ ،‬وتفصيلي تسكن إليه»(‪)2‬‬
‫والحاصل أن من عرف قواعد التفسير انفتح له من المعاني القرآنية ما يجل عن الوصف‪ ،‬وصار بيده آلة‪ ‬‬
‫‪.‬يتمكن بها من االستنباط والفهم مع ملكة ظاهرة تصيره ذا ذوق واختيار في األقوال المختلفة في التفسير(‪)3‬‬

‫‪Tasfir secara Bahasa adalah menyingkap dan menjelaskan.‬‬


‫‪Kaidah tafsir secara Bahasa adalah hukum yang meyeluruh yang sampai kepada‬‬
‫‪penggalian makna-makna Al-Qur’an dan pengetahuan makrifah yang di dalam nya‬‬
‫‪mengandung khilaf/perbedaan.‬‬
‫‪Penting nya mempelajari kaidah tafsir :‬‬
‫‪Imam Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa manusia harus memiliki ahkam kulliyah yang‬‬
‫‪mengantar mereka kepada hukum hukum juziyah supaya manusia dapat mengatakan‬‬
‫‪sebuah kebenaran dan keadilan, dan supaya manusia dapat menempatkan juziyyah sesuai‬‬
‫‪dengan tempatnya.‬‬
Bila mana seseorang mengetahui kaidah tafsir maka akan terbuka makna makna tentang
al Qur’an dan pemahaman pemahaman akan sifat Al Qur’an dan kaidah2 tafsir di tangan
seseorang yang mengetahui akan menjadi alat penggalian hukum pengetahuan dan
disertai dengan keahlian yang jelas yang menjadikan nya memilliki rasa dan pemilihan
dalam pendapat yang berbeda beda mengenai penafsiran Al-Qur’an.

2. Review makalah

QAWA’ID AL-TAFSIR HUBUNGANNYA DENGAN BAHASA ARAB

Qawa’id al-Tafsir merupakan kata majemuk, terdiri dari kata Qawa’id dan kata al-Tafsir.
Qawa’id secara etimologis merupakan bentuk jamak dari kata qa’idah, atau kaidah dalam
bahasa Indonesia. Kata qa’idah secara semantik berarti asas, dasar, pedoman atau prinsip,
sedangkan Tafsir adalah keterangan atau penjelasan mengenai makna-makna al-Qur’an
sebagai wahyu Allah. Dari pengertian yang dikemukakan di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa Qawa’id al-Tafsir ialah dasar atau pedoman yang harus diketahui oleh
seorang mufassir dalam memberikan keterangan atau penjelasan mengenai makna-makna
yang terkandung di dalam al-Qur’an. Kaidah dasar penafsiran mencakup penafsiran al-
Qur’an dengan al-Qur’an, penafsiran al-Qur’an dengan hadis Nabi, penafsiran al-Qur’an
dengan pendapat sahabat, penafsiran al-Qur’an dengan pendapat Tabi’in.
Al-Qur’an itu berbahasa Arab, maka kaidah-kaidah kebahasaan akan dapat membantu
dengan penafsiran al-Qur’an. Dijelaskan beberapa kaidah yang berhubungan dengan
kaidah kebahasaan, namun dalam menafsirkan al-Qur’an dan tidak sevalid kaidah-kaidah
dasar penafsiran, karena kaidah tersebut menggunakan daya nalar yang akurasi
maknanya.
a. Kaidah Isim dan Fi’il
b. Kaidah Amr dan Nahy
c. Kaidah-kaidah Istifham
d. Kaidah Nakirah dan Ma’rifah
e. Kaidah-Kaidah Soal Jawab
f. Kaidah Dhamir, tadzkir dan Ta’nits
g. Kaidah Syarah dan Hadzf Jawab al-Syarth
Untuk memahami ayat-ayat al-Qur’an yang berbahasa Arab atau serumpun dengan
bahasa Arab, baik dari segi arti dan makna, maka diperlukan penafsiran. Dalam upaya
menafsirkan dan memahami ayatayat al-Qur’an dengan baik dan kompleks, maka
diperlukan maka syarat ilmu pengetahuan yaitu dengan mengetahui Qawaid al-Tafsir.
Hubungan Qawa’id al-Tafsir dengan bahasa Arab sangat erat, dimana qawa’id altafsir
harus didukung oleh kaidah-kaidah dasar dan kaidah-kaidah kebahasaan (bahasa Arab).
Kaidah-kaidah kebahasaan (bahasa Arab) itulah yang menjadi alat bantu untuk
memahami makna yang dimaksud dalam ayat-ayat al-Qur’an

3. Terjemah asbabun nuzul

Ilmu asbabun nuzul atau tafsirnya merupakan salah satu ilmu keislaman yang tertarik
untuk mengetahui alasan turunnya ayat-ayat Al-Qur'an dan isu-isu dan kejadian yang
berkaitan dengannya, serta waktu dan tempat turunnya wahyu. ayat, dengan tujuan untuk
mengetahui penafsiran dan pemahamannya secara benar, dan mengetahui hikmah dari
hukum-hukum Al-Qur'an; Oleh karena itu, ia dianggap sebagai salah satu cabang ilmu
tafsir al-Qur’an.
Manfaat mengetahui asbabun nuzul,
Para cendekiawan muslim menyebutkan beberapa manfaat dari ilmu ini, antara lain:
1. Membantu pembaca Al-Qur'an untuk memahaminya dengan benar dan selamat, karena
pengetahuan tentang sebab mewariskan pengetahuan tentang sebab sebab. Seseorang
berkata: Ayat itu tidak dapat ditafsirkan tanpa mengetahui kisahnya dan menjelaskan
turunnya.
2. Ini mempermudah menghafal Al-Qur'an dan membuktikan maknanya, karena
menghubungkan hukum dengan hadits-hadits ,dan waktu dan tempat, membantu
menstabilkan dan memfokuskan informasi.
3. Hal ini memungkinkan untuk mengetahui.

4. Kana dan fi’il mudhori


ِ ‫ٰ َذلِكَ بَِأنَّهُ ْم كَانُوا يَ ْكفُرُونَ بِآيَا‬
a. ‫ت هَّللا ِ َويَ ْقتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِ َغي ِْر ْال َح ِّق‬
b. َ‫صوْ ا َوكَانُوا يَ ْعتَ ُدون‬ َ ِ‫ٰ َذل‬
َ ‫ك بِ َما َع‬
c. َ‫فَاهَّلل ُ يَحْ ُك ُم بَ ْينَهُ ْم يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة فِي َما كَانُوا فِي ِه يَ ْختَلِفُون‬
d. َ‫َواَل تُ ْسَألُونَ َع َّما كَانُوا يَ ْع َملُون‬
ِ ‫َأ ْينَ َما تَ ُكونُوا يَْأ‬
e. ‫ت بِ ُك ُم هَّللا ُ َج ِميعًا ۚ ِإ َّن هَّللا َ َعلَ ٰى ُك ِّل ش َْي ٍء قَ ِدي ٌر‬

5. Review artikel
Bijak dalam Mengatur Waktu

Waktu sesungguhnya sangat berharga. Orang Jepang berkata, time is money, waktu
adalah uang. Sementara Sayyidina Ali bin Abi Thalib berkata, al-waqtu kasaif, waktu itu
seperti pedang. Jika kita tidak pandai menggunakannya, maka ia bisa menggorok leher
kita sendiri. Kegagalan dalam kehidupan seseorang biasanya bermula dalam kegagalan
mengatur waktu. Itu sebabnya, al-Qur’an mengingatkan kepada kita agar pandai dan
bijak menggunakan dan mengatur waktu.

Sayyidina Ali bin Ai Thalib pernah mengatakan, al-dun-ya tsalâtu ayyâm. Artinya, hidup
di dunia itu pada hakikatnya hanya tiga hari, yaitu:
Pertama, yaumun qad madlâ walaisa bi `âdin (hari kemarin, hari yang sudah berlalu dan
tidak mungkin kembali). Untuk itu, masa lalu yang sudah kita lalui, mestinya bisa
menjadi pembelajaran untuk introspeksi diri. Yang lalu memang biar berlalu. Demikian
kata syair sebuah lagu. Namun, kita harus segera sadar diri untuk menjadikan masa lalu
sebagai mauizhah nasihat. Jangan terlalu baper dengan masa lalu yang kelam, apalagi
sampai stress dan depresi. Segeralah, bangkit untuk segera berbenah diri untuk segera
move on dan bertindak secara lebih produktif.
Kedua, yaumun wa anta fîhâ, wa lâ tadrî anta bâqin am râhil (hari ini, yakni hari
sekarang di mana Anda tidak tahu, apakah Anda masih akan tetap hidup hari ini atau
akan segera “berangkat’, alias meninggal dunia). Untuk itu, hari ini adalah kesempatan
emas bagi kita untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, agar tidak ada penyesalan di
kemudian hari.
Ketiga, yaumul ghad wa `alaika minal amal (hari esok, hari yang akan datang dan kalian
harus punya cita-cita dan harapan mulia). Untuk itu, setiap kita harus punya cita-cita yang
luhur. Cita-cita dan harapan akan membuat seseorang hidupnya lebih optimis.
Sebaliknya, orang yang tidak memiliki optimisme, akan cenderung nglokro dalam
hidupnya, sehingga tidak mampu memaksimalkan potensipotensi dalam dirinya.

You might also like