Professional Documents
Culture Documents
Laporan Uji Sensoris (Shofli)
Laporan Uji Sensoris (Shofli)
PENDAHULUAN
Praktikum uji sensoris merupakan praktikum yang bertujuan untuk melatih mahasiswa
dalam melakukan analisis yang berkaitan dengan sifat sensoris sebuah produk atau bahan
makanan. Pada praktikum ini terdapat dua aspek yang menjadi dasar dalam melakukan
praktikum. Aspek pertama adalah melatih mahasiswa sebagai panelis agar mampu
mengevaluasi sifat sensoris produk atau bahan makanan. Aspek kedua yaitu melatih mahasiswa
mengorganisir uji sensoris dengan unsur-unsur panelis, sampel bahan/produk serta fasilitas
pendukungnya. Dalam pelaksanaannya praktikum dibagi menjadi beberapa acara yang
semuanya berlangsung selama 13 hari.
Pada hari pertama, praktikan dikenalkan pada atribut tekstur pada makanan serta
bagaimana cara menilai atributnya. Sampel yang digunakan untuk pengenalan atribut tekstur
pada golongan II adalah sampel makanan semi basah yaitu cilok, wingko, geblek, dan gethuk.
Pengujian yang dilakukan pada acara ini adalah pengujian terbuka, dimulai dengan
mendiskusikan definisi dan cara penilaian atribut tekstur dan kemudian diterapkan ke sampel
yang sudah disediakan.
Pada hari hari kedua, praktikum yang dilakukan adalah pengenalan mengenai karakter
odor suatu bahan serta cara penilaiannya. Pada sesi pertama pengujian terhadap karakter odor
dilakukan secara terbuka sedangkan pada sesi kedua dilakukan pengujian tertutup.
Hari ketiga, kegiatan yang dilakukan adalah penentuan baseline dan variabilitas dari
panelis. Caranya adalah panelis menguji dua sampel dengan konsentrasi yang berbeda dan
kemudian diperkirakan intensitasnya dengan menuliskan pada skala tidak terstruktur.
Hari keempat dan kelima, praktikum yang dilakukan adalah seleksi panelis. Metode yang
digunakan dalam praktikum seleksi panelis adalah metode triangle test yaitu dengan
menyediakan 3 sampel dalam 1 set dengan 1 sampel yang memiliki konsentrasi berbeda dengan
2 sampel lain dan kemudian praktikan mencoba untuk menentukan sampel mana yang berbeda
dari 2 sampel lainnya tersebut. Total set yang dilakukan dalam praktikum seleksi panelis ini
adalah sebanyak 6 set. Pada hari pertama yang dilakukan kelompok 1 adalah simulasi ketika
praktikan berperan sebagai preparator yaitu bagaimana cara menyusun sampel secara acak,
menjelaskan cara pengujian kepada panelis, dan sebagainya. Pada hari kedua yang dilakukan
oleh kelompok 1 adalah berperan sebagai penelis yaitu bagaiman acara menguji sampel dan
sebagainya.
1
Kemudian pada hari keenam kegiatan yang dilakukan adalah diskusi terkait prkatiku
seleksi panelis pada hari keempat dan kelima.
Selanjutnya pada hari ketujuh dan kedelapan yaitu penentuan threshold absolut untuk
kemanisan sukrosa, yaitu penentuan batas konsentrasi terendah dari sebuah atribut yang dapat
dirasakan sensasinya oleh panelis. Cara pengujiannya adalah dengan meyediakan larutan gula
dengan konsentrasi yang telah ditentukan dan diletakkan secara acak, dan diuji dengan
membandingkan sampel dengan konrol. Pada hari pertama kelompok 1 berperan sebagai
preparator dan melakukan simulasi preparasi dan penataan sampel untuk panelis. Sedangkan
pada hari kedua, kelompok 1 berperan sebagai panelis.
Pada hari kesembilan yaitu pengujian hue dari sampel. Pengujian ini dilakuan untuk
menilai intensitas warna dari sebuah sampel. Pada praktikum pengujian ini dilakukan dengan
menggunakan larutan berwarna yang telah diatur konsentrasinya sehingga menghasilkan warna
yang berbeda. Setelah didaparkan hasil keseluruhan dari kelompok dilakukan perhitungan
dengan menggunakan metode ANOVA dan LSD untuk menentukan apakah terdapat beda
warna yang signifikan atau tidak.
Kemudian pada hari kesepuluh yaitu penyusunan profil tekstur secara tertutup dengan
menggunakan sampel makanan semi basah yaitu jenang kudus dan dodol garut. Atribut yang
dibandingkan adalah kelunakan, kekenyalan, kelengketan, dan kealotan yang kemudian
dituliskan pada skala tidak terstruktur. Setelah diketahui nilai keseluruhan dari kelompok
kemudian dilakukan perhitungan dengan untuk mengetahui apakah terdapat beda signifikan
antar atribut dari kedua sampel.
Pada hari kesebelas yaitu penyusunan profil flavor pada sampel kopi dengan atribut yang
diuji antara lain kemasinan, keasaman, kepahitan dan amplitudo dari sampel. Setelah diketahui
nilai keseluruhan dari kelompok kemudian dilakukan perhitungan dengan untuk mengetahui
apakah terdapat beda signifikan antar atribut dari kedua sampel.
Seluruh kegiatan pada praktikum tersebut bertujuan untuk melatih mahasiswa dalam
menerapkan dan melaksanakan uji sensoris baik untuk keperluan penelitan maupun keperluan
uji saat dilapangan pekerjaan nantinya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
a. Tujuan
Agar mahasiswa mampu menilai atribut tekstur pada sampel wingko, gethuk,
cilok, dan geblek.
b. Cara Kerja
3
c. Hasil dan Pembahasan
Terdapat beberapa atribut yang dapat dirasakan sensasinya ketika menilai atribut
tekstur suatu produk, antara lain kekerasan, kelunakan, kealotan, kekenyalan,
kegetasan, kerenyahan, kelengketan, kekompakan, dan gumminess. Berikut definisi
dan cara penilaian dari masing-masing atribut berdasarkan diskusi yang dilakukan saat
praktikum:
4
Kekenyalan yaitu laju kembalinya bentuk bahan setelah diberi gaya deformasi.
Semakin cepat bahan kembali ke bentuk semula maka semakin kenyal bahan
tersebut, begitu juga sebaliknya.
Kegetasan adalah gaya yang relatif besar yang dibutuhkan untuk mengecilkan
ukuran bahan, yang mana semakin besar gaya yang dibutuhkan maka bahan
tersebut semakin getas.
Kerenyahan adalah gaya yang relatif kecil yang dibutuhkan untuk mengecilkan
ukuran bahan, semakin kecil gaya yang dibutuhkan maka semakin renyah bahan
tersebut.
Kelengketan merupakan gaya yang dibutuhkan untuk melepas bahan dari
permukaan lain yang menempel dengan bahan dalam rongga mulut, semakin
besar gaya yang dibuthkan maka semakin lengket bahan tersebut dan sebaliknya.
Kekompakan, yaitu kerekatan suatu bahan antar penyusunnya, yang mana
semakin sulit lepas maka semakin kompak bahan tersebut.
Gummines adalah gaya yang dibutuhkan untuk mengubah bahan semi solid
hingga siap ditelan. Atribut ini khusus digunakan untuk bahan berpati.
Definisi dan cara penilaian penting untuk dipahami dan diingat agar tidak terjadi
kesalahan dalam mengidentifikasi masing-masing atribut yang muncul.
Dalam menilai atribut tekstur terdapat 3 fase/tahapan yang dilakukan yaitu tahap
inisiasi, mastikasi dan residu. Tahap inisiasi merupakan tahap awal dari penilaian
atribut tekstur. Pada tahap ini pertama sampel digigit dan dikunyah oleh panelis
sebanyak 5 kali. Pada tahap ini atribut yang dapat dirasakan oleh panelis antara lain
adalah kekerasan, kelunakan, kekenyalan, kegetasan, kerenyahan, dan viskositas.
Kemudian tahap mastikasi, yaitu tahap pengunyahan setelah fase inisiasi. Pada tahap
mastikasi sampel dikunyah dengan kecepatan 60 kali kunyahan permenit hingga
sampel (bolus) cukup halus untuk ditelan. Atribut yang dapat dirasakan pada tahap ini
adalah gumminess, kealotan, kelengketan, dan kekompakan. Selanjutnya adalah tahap
residu, yang mana pada tahap ini sampe yang sudah berupa bolus sudah ditelan dan
panelis mencoba merasakan sensasi yang tertinggal di dalam rongga mulut, namun
sensasi yang dirasakan tidak dinyatakan dengan intensitas melainkan ada atau
tidaknya sensasi tersebut karena memang sulit dinilai intensitasnya. Atribut/sensasi
yang dapat dirasakan pada tahap ini adalah kecepatan hancur/pecah, jenis/tipe
pecahan, absorbsi cairan, dan mouth-coating.
5
Dalam pembagiannya atribut dibagi menjadi dua jenis, atribut dominan dan
atribut kelompok. Atribut dominan adalah atribu yang paling kuat dirasakan dari
sebuah produk sedangkan atribut kelompok adalah semua atribut yang dirasakan oleh
panelis dari sebuah sampel.
Berdasarkan hasil yang didapat saat praktikum, pada sampel cilok atribut
kelompok yang dirasakan oleh panelis adalah kekenyalan, kekompakan, kelunakan,
kekerasan, gumminess, kelengketan, dan kealotan. Sedangkan atribut dominannya
adalah kekenyalan. Pada sampel wingko atribut kelompok yang dirasakan adalah
kelengketan, kelunakan, dan kekenyalan dengan atribut dominan kelengketan. Untuk
sampel geblek atribut kelompoknya antara lain adalah kealotan, kekenyalan,
kekerasan, kekompakan,dan kelunakan dengan atribut dominannya adalah kealotan.
Sedangkan pada sampel gethuk atribut kelompok yang dirasakan oleh panelis adalah
kelunakan, kekenyalan, kelengkatan, dan gumminess dengan atribut dominannya
adalah kelunakan.
d. Kesimpulan
Cilok
Atribut kelompok : kenyal, kompak, lunak, keras, gumminess, kelengketan, alot.
Atribut dominan : kenyal
Wingko
Atribut kelompok : lengket, lunak, kenyal
Atribut dominan : lengket
Geblek
Atribut kelompok : alot, kenyal, keras, kompak, lunak
Atribut dominan : alot
Gethuk
Atribut kelompok : lunak, kenyal, lengket, gumminess
Atribut dominan : lunak
6
2.1.1 Pengenalan Karakter Odor
a. Tujuan
b. Cara Kerja
7
c. Hasil dan Pembahasan
Penilaian karakter odor dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu secara ortonasal
dan retronasal. Ortonasal adalah sensasi odor yang timbul ketika membaui
menggunakan hidung sedangkan retronasal adalah sensasi odor yang timbul ketika
mengecap makanan yang mana senyawa volatil pada makanan menguap dan masuk
melalui rongga hidung dan diterima oleh reseptor. Pada praktikum ini pengujian
pengenalan karakter odor dilakukan secara ortonasal.
Suhu, dapat memengaruhi penguapan senyawa volatil dari bahan sehingga dapat
dihirup dan diindera oleh panelis.
Volatilitas bahan, terdapat beberapa komponen volatil bahan yang belum dapat
menguap secara optimal pada pengovenan dengan suhu 70oC.
Kesehatan panelis, memengaruhi sensitivitas dari indera penciuman panelis.
Lingkungan, keberadaan odor dari lingkungan dapat mengganggu indera
penciuman panelis.
Memori, jika panelis tidak pernah mengenali karakter odor tersebut maka
panelis tidak dapat menentukan.
d. Kesimpulan
8
Berdasarkan praktikum pengenalan karakter odor dapat diketahui bahwa panelis
sama sekali tidak mengenali karakter odor dari sampel yang digunakan.
a. Tujuan
b. Cara Kerja
9
c. Hasil dan Pembahasan
Pada beberapa sampel, karakter odor yang dirasakan oleh panelis dirasa mirip,
hal ini dikarenakan kemungkinan senyawa volatil yang terkandung pada sampel mirip
sehingga menyebabkan panelis bingung untuk menentukan sampel tersebut. Selain itu
memori panelis terhadap odor yang tidak terlalu luas menyebabkan panelis
kebingungan dalam menentukan karakter odor dari sampel tersebut.
d. Kesimpulan
2.2 Panelis
a. Tujuan
b. Cara Kerja
Pendahuluan
10
Preparasi sampel
Pencucian peralatan
Diskusi panelis
Penarikan kesimpulan
11
A (669) 1 7
B (397) 1 7
Kemudian hasil yang didapat pada skala tidak terstruktur tersebut diinterpolasi
untuk menemukan nilai base line sebenarnya antara skala 1 hingga 7. Berikut rumus
konversi untuk menentukan nilai base line sebenarnya.
𝑥𝑎
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐵𝑎𝑠𝑒 𝐿𝑖𝑛𝑒 = 1 + ( × 6)
𝑥𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Kode A Kode B
No. Nama (397) (669) Selisih
(larutan sukrosa 5%) (larutan sukrosa 7,5%)
1 Devi 2,54 4,24 1,7
2 Aransha 2,05 3,35 1,3
3 Dana 2,07 4,42 2,35
4 Gita 2,14 3,68 1,54
5 Fiega 1,57 3,76 2,19
6 Hasniah 2,78 4,54 1,76
7 Miftha 4,32 4,93 0,61
8 Adjeng 1,97 3,35 1,38
9 Bela 3,59 4,97 1,38
10 Hayu 2,13 3,83 1,7
11 Sulkhan 2,86 4,97 2,11
12 Romana 2,3 4,08 1,78
13 Jihan 2,92 3,97 1,05
14 Shofli 1,41 3,19 1,78
𝑥̅ 1,62
SD 0,46
12
Berikut persamaan untuk mencari rata-rata (𝑥̅ ) dan standar deviasi (SD).
Σ(𝑥𝐼 −𝑥̅ )2
𝑆𝐷 = √ 𝑛−1
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan base line panelis. Terdapat dua jenis
base line yaitu base line within subject dan base line between subject. Base line within
subject adalah kemampuan panelis dalam membedakan 2 sampel dengan konsentrasi
yang berbeda yang mana mencerminkan kemampuan membedakan sampel pada
masing-masing panelis. Sedangkan untuk base line between subject adalah
kemampuan membedakan 2 sampel antara satu panelis dengan panelis yang lain, yang
mencerminkan perbandingan sensitivitas antar panelis.
Jika dilihat dari hasil penentuan base line pada panelis Shofli, pada pengujian
sampel 397 (larutan sukrosa 5%), panelis Shofli adalah yang paling tidak sensitif
diantara panelis yang lain dengan nilai 1,41. Sedangkan pada pengujian sampel 669
(larutan sukrosa 7,5%), panelis Shofli adalah yang paling tidak sensitif diantara
panelis lain dengan nilai 3,19. Sehingga selisih dari kedua nilai adalah 1,78.
Secara keseluruhan nilai rata-rata base line dari kelompok 1 adalah 1,62 ± 0,46.
Standar deviasi yang bernilai 0,46 menunjukkan variabilitas dari rata-rata base line
yang menunjukkan bahwa data rata-rata base line pada kelompok 1 memiliki
kemungkinan error yang cukup besar. Variabilitas dapat diterima ketika standar
deviasi bernilai ˂ 0,2. Semakin kecil nilai variabilitas menunjukkan bahwa
kemampuan membedakan yang dimiliki antar panelis dalam satu kelompok hampir
sama.
d. Kesimpulan
a. Tujuan
Agar mahasiswa mampu memilih panelis sesuai yang diperlukan dengan metode
Triangle Sequential Test.
b. Cara Kerja
13
Sebagai preparator
14
Sebagai panelis
Ulangan
Nama Panelis
2 4 6
Hana 1 2 3
Budi 2 4 6
Ema 2 4 6
Deni 2 4 6
Nisa 2 4 6
Alvia 2 4 6
Dora 2 4 6
Ara 2 3 5
Festy 2 4 6
Hidro 2 3 5
15
Haidar 2 2 4
Agatha 2 3 5
Gigih 1 3 4
Asefin 1 3 4
Berikut persamaan yang digunakan untuk menentukan batas atas dan batas
bawah grafik seleksi panelis.
Keterangan :
α = 0,05
β = 0,1
P0 = 45%
P1 = 70%
n = 0 dan 19
α merupakan nilai probabilitas untuk menerima panelis yang tidak mampu yang
bernilai 0,05. Semakin kecil nilainya maka semakin ketat seleksinya. Sedangkan β
merupakan probabilitas untuk menolak panelis yang mampu yaitu 0,1 yang mana
semakin kecil nilai β semakin ketat seleksinya. Kemudian nilai P0 merupakan batas
maksimum kemampuan yang tidak diterima 45% jawaban benar. Semakin besar nilai
P0 maka seleksi panelis semakin katat. Sedangkan nilai P1 merupakan batas minimum
kemampuan yang dapat diterima 70% jawaban benar yang mana semakin besar nilai
P1 maka semakin ketat seleksi panelisnya. Parameter nilai α, β, P0, dan P1 ditentukan
sendiri oleh pihak yang menyeleksi disesuaikan dengan jumlah kebutuhan dan tingkat
keketatan seleksi.
16
8,8412 dan 13,7475. Kemudian jika L0, L1 dan data dari hasil tabulasi diplotkan ke
dalam grafik maka diperoleh hasil sebagai berikut.
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
-1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
-2
-3
Ulangan
Penelis dikatakan lolos seleksi ketika jumlah jawaban benar dari panelis lebih
tinggi dari garis batas atas (L1) dan tidak perlu mengikuti rangkaian seleksi panelis
selanjutnya. Sedangkan untuk jawaban jumlah panelis yang berada diantara garis L1
dan L0 artinya panelis butuh latihan lebih lanjut. Kemudian untuk panelis yang
memiliki jumlah jawaban benar dibawah garis batas bawah (L0) maka panelis
dinyatakan tidak lolos seleksi.
Jika dilihat dari grafik seleksi panelis diketahui bahwa tidak ada panelis yang
lolos seleksi panelis karena hasil pengujian panelis semuanya berada diatas L0 namun
dibawah L1, sehingga panelis masih membutuhkan latihan lebih lanjut. Penyebab
mengapa tidak ada panelis yang lolos dari seleksi panelis adalah karena seleksi panelis
hanya dilakukan pengulangan sebanyak 6 set yang mana seharusnya untuk melakukan
seleksi panelis yang sesungguhnya dibutuhkan 19 kali pengulangan.
Dalam seleksi panelis uji yang digunakan adalah triangle test dengan metode
counter balance agar sampel seimbang dan merata serta untuk meminimalkan error.
Kode pada sampel merupakan kode acak yang terdiri dari 3 digit angka yang menacu
pada pustaka sensory evaluation oleh Mailguard, agar tidak ada kode yang terulang.
17
Cara pengambilan kode dari tabel adalah dengan menggambil secara urut dari kode
awal dan arah pengambilan kode yang sudah disepakati oleh penguji.
d. Kesimpulan
Dengan α = 0,05; β = 0,1; P0 = 45%; P1 = 70% dengan 6 set ulangan, tidak ada
panelis yang lolos karena hasil pada semua panelis berada di atas L0 tetapi di bawah
L1 sehingga para panelis tersebut membutuhkan pelatihan. Panelis tidak ada yang
lolos karena set pengulangan dari yang telah dilakukan hanya 6 ulangan dari 19
ulangan yang seharusnya.
a. Tujuan
18
b. Cara Kerja
Sebagai preparator
Tabulasi data
19
Sebagai panelis
20
Membuat grafik
Konsentrasi (%)
(Kode Sampel)
Nama
0 0,05 0,15 0,25 0,35 0,45 0,55 0,65 0,75 0,85 0,95
(335) (662) (875) (282) (617) (274) (635) (379) (287) (791) (334)
Asefin
Budi
Gigih
21
Nisa
Festy
Dora
Alvia
Hana
Haidar
Ara
Denny
Ema
Agatha
Hidro
Ʃ () Kel. 3 0 0 5 5 9 7 9 11 11 14 11
Ʃ () Kel. 4 2 3 5 6 10 9 11 13 13 13 13
Ʃ () Kel. 1 2 2 4 7 9 10 13 13 11 14 14
Ʃ () Kel. 2 1 2 5 7 9 9 10 11 11 11 12
Ʃ () Total 5 7 19 25 37 35 43 48 46 52 50
Ʃ () % 9,43 13,21 35,85 47,17 69,81 66,04 81,13 90,57 86,79 98,11 94,34
𝑥% × 100
𝑀=
𝐵𝑀𝑠𝑢𝑘𝑟𝑜𝑠𝑎 (342) × 0,1
Berdasarkan hasil konversi satuan konsentrasi larutan dari persen (%) menjadi
molar (M) didapatkan hasil konversinya adalah sebagai berikut.
% × 10-3 M % × 10-3 M
0 0 0,55 16,08
0,05 1,46 0,65 19,01
0,15 4,36 0,75 21,93
22
0,25 7,31 0,85 24,85
0,35 10,23 0,95 27,78
0,45 13,16
Setelah diketahui konsentrasi dalam molar dan jumlah respon positif dalam
persen dari tabulasi kemudian data tersebut diplot sehingga didapatkan grafik
sebagai berikut.
Grafik Threshold
120
Persen Jumlah Respon Positif (%)
100
80
60
40
20
0
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03
Konsentrasi (x 10^-3 M)
Pada acara penentuan threshold metode yang digunakan adalah pair comparison
yaitu dengan membandingkan ada tidaknya perbedaan antara kontrol dengan sampel.
Jika sampel dirasa tidak berbeda dibandingkan kontrol maka panelis harus
23
memberikan tanda silang () pada borang, sedangkan jika dirasa berbeda maka panelis
harus memberikan tanda centang () pada borang.
Pada grafik dapat diketahui bahwa konsentrasi dari larutan sukrosa ketika 50%
jumlah panelis yang memberikan respon positif adalah pada konsentrasi 7,7 x 10-3 M.
Nilai ini menunjukkan absolute threshold dari kelompok panelis. Sedangkan konsentra
dari larutan sukrosa ketika 75% jumlah panelis yang memberikan respon positif adalah
pada konsentrasi 14,9 x 10-3 M yang menunjukkan difference threshold dari kelompok
panelis tersebut.
Menurut literatur, nilai absolute threshold dari larutan sukrosa adalah 0,017 M.
Namun berdasarkan pengujian diketahui bahwa absolute threshold dari kelompok
panelis tersebut adalah 0,007 M. Perbedaan hasil ini kemungkinan karena orang
Indonesia terbiasa dengan sensasi manis sehingga lebih sensitif untuk dapat merasakan
sensasi manis.
Konsentrasi (%)
(Kode Sampel)
Nama
0 0,05 0,15 0,25 0,35 0,45 0,55 0,65 0,75 0,85 0,95
(335) (662) (875) (282) (617) (274) (635) (379) (287) (791) (334)
Shofli
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa absolute threshold larutan sukrosa
untuk panelis Shofli adalah 0,45% atau 13,16 x 10-3 M.
d. Kesimpulan
a. Tujuan
24
b. Cara Kerja
Tabulasi data
Perhitungan ANOVA
25
Perhitungan ANOVA
Penghitungan jumlah, rata-rata, dan standar
deviasi masing-masing sampel dalam 1
kelompok panelis
Pencarian Ftabel
Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan
26
c. Hasil dan Pembahasan
27
5 375-245 2 3,06 0,5 0,526 Nilai tabel > selisih x̅
6 511-245 2 3,06 0,71 0,525 Nilai tabel < selisih x̅
√∑𝑛
𝑖−1(𝑥𝑖 −𝑥̅ )
2
𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝐷𝑒𝑣𝑖𝑎𝑠𝑖 = 𝑛−1
𝐽𝐾 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛
⁄(𝑘−1)
𝐹 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝐽𝐾 𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟
⁄(𝑛
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 −𝑘)
𝐽𝐾 𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟
⁄(𝑛
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 −𝑘)
𝑆𝐸 = √ 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑙𝑖𝑠
d. Kesimpulan
28
ANOVA
F hitung (20,9228 ) > F tabel (2,78), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima yang
artinya terdapat perbedaan signifikan antara intensitas warna sampel.
Post Hoc
Intensitas hue sampel 569 dan 379 berbeda nyata karena selisih rata-rata (1,79)
lebih besar daripada nilai tabel x SE (0,5673)
Intensitas hue sampel 569 dan 511 berbeda nyata karena selisih rata-rata (0,58)
lebih besar daripada nilai tabel x SE (0,529)
Intensitas hue sampel 569 dan 245 tidak berbeda nyata karena selisih rata-rata
(0,29) lebih kecil daripada nilai tabel x SE (0,5518)
Intensitas hue sampel 375 dan 511 berbeda nyata karena selisih rata-rata (1,21)
lebih besar daripada nilai tabel x SE (0,5518)
Intensitas hue sampel 375 dan 245 tidak berbeda nyata karena selisih rata-rata
(0,5) lebih kecil daripada nilai tabel x SE (0,526)
Intensitas hue sampel 511 dan 245 berbeda nyata karena selisih rata-rata (0,71)
lebih besar daripada nilai tabel x SE (0,526)
a. Tujuan
Menyusun profil tekstur pada sampel jenang Kudus “Mubarok” dan dodol
Garut “Winda” dengan spiderweb.
29
b. Cara Kerja
Penentuan H0 dan H1
30
c. Hasil dan Pembahasan
Terdapat beberapa atribut tekstur yang dinilai untuk menyusun profil tekstur dari
sampel jenang Kudus “Mubarok” dan dodol Garut “Winda” antara lain adalah
kelunakan, kekenyalan, kelengketan, kealotan.
Kekenyalan yaitu laju kembalinya bentuk bahan setelah diberi gaya deformasi.
Semakin cepat bahan kembali ke bentuk semula maka semakin kenyal bahan tersebut,
begitu juga sebaliknya. Untuk menguji atribut kekenyalan adalah dengan merasakan
laju kembalinya bentuk sampel ke bentuk semula saat diberi gaya.
Berikut hasil penilaian atribut pada skala tidak terstruktur yang dilakukan oleh
panelis Shofli.
a. Kelunakan
A 1 7
B 1 7
b. Kekenyalan
A 1 7
B 1 7
31
c. Kelengketan
A 1 7
B 1 7
d. Kealotan
A 1 7
B 1 7
Kemudian hasil yang didapat pada skala tidak terstruktur tersebut diinterpolasi
untuk menemukan nilai base line sebenarnya antara skala 1 hingga 7. Berikut rumus
interpolasi untuk menentukan nilai base line sebenarnya.
𝑥𝑎
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑆𝑒𝑠𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎 = 1 + ( × 6)
𝑥𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
32
STDEV 1,18 1,37 1,35 1,19 1,68 1,10 1,07 1,02
S2 1,38 1,87 1,81 1,41 2,81 1,21 1,15 1,05
𝑥 + ... + 𝑥𝑛
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 𝑛
∑(𝑥−𝑥̅ )2
𝑀𝑒𝑛𝑐𝑎𝑟𝑖 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝑖 = 𝑛−1
Kelunakan
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
Kealotan 0.00 Kekenyalan
Kelengketan
Berdasarkan spiderweb dapat dilihat bahwa atribut yang paling dominan dari
kedua sampel adalah kelunakan dan memiliki pada kedua sampel atribut kelunakan
33
memiliki intensitas yang mirip. Sedangkan untuk atribut kekenyalan dan kelengketan,
jenang kudus dirasa lebih kenyal. Untuk atribut yang paling tidak dominan adalah
kealotan dan memiliki intensitas yang hampir sama pada kedua sampel.
d. Kesimpulan
Untuk atribut kelunakan thitung (0,08) < ttabel (2,064) sehingga H0 diterima yang
artinya intensitas atribut sampel A & B tidak berbeda signifikan.
Untuk atribut kelunakan thitung (0,84) < ttabel (2,064) sehingga H0 diterima yang
artinya intensitas atribut sampel A & B tidak berbeda signifikan.
Untuk atribut kelunakan thitung (1,31) < ttabel (2,064) sehingga H0 diterima yang
artinya intensitas atribut sampel A & B tidak berbeda signifikan.
Untuk atribut kelunakan thitung (0,39) < ttabel (2,064) sehingga H0 diterima yang
artinya intensitas atribut sampel A & B tidak berbeda signifikan.
a. Tujuan
34
b. Cara Kerja
Penentuan H0 dan H1
35
c. Hasil dan Pembahasan
Terdapat beberapa atribut flavor yang dinilai untuk menyusun profil flavor dari
sampel kopi antara lain adalah kemanisan, keasaman, kepahitan, dan amplitudo.
Berikut hasil penilaian atribut flavor pada skala tidak terstruktur yang dilakukan
oleh panelis Shofli.
a. Kemanisan
A 1 7
B 1 7
b. Keasaman
A 1 7
B 1 7
c. Kepahitan
A 1 7
B 1 7
d. Amplitudo
A 1 7
B 1 7
Kemudian hasil yang didapat pada skala tidak terstruktur tersebut diinterpolasi
untuk menemukan nilai base line sebenarnya antara skala 1 hingga 7. Berikut rumus
interpolasi untuk menentukan nilai base line sebenarnya.
𝑥𝑎
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑆𝑒𝑠𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎 = 1 + ( × 6)
𝑥𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
36
Romana 4,69 3,03 3,03 4,78 2,56 5,34 5,15 3,12
Mardev 5,52 3,22 1,74 2,48 1,74 3,31 3,40 5,71
Dana 2,57 3,12 3,00 4,32 3,86 4,32 7,12 2,57
Hayu 3,77 2,85 3,31 3,12 3,03 3,59 4,60 2,94
Aransha 3,22 2,20 1,55 1,46 2,48 2,66 2,48 3,22
Miftha 5,62 4,69 1,83 2,38 2,38 3,40 4,69 5,52
Sulkhan 2,94 2,20 1,65 2,94 1,74 3,77 3,95 2,94
Hasniah 4,88 2,48 2,38 1,55 2,66 3,95 4,97 3,12
Adjeng 2,20 1,46 1,74 2,38 2,11 4,88 5,52 2,94
Jihan 4,60 3,30 2,66 3,22 3,30 5,61 3,03 4,78
Gita 2,85 1,46 1,92 2,57 1,37 5,62 3,40 2,38
Bela 5,80 4,69 1,65 2,29 1,92 5,34 6,45 4,78
Rata2 (x̅) 3,92 2,83 2,14 2,75 2,50 4,37 4,47 3,75
STDEV 1,32 1,02 0,65 0,96 0,74 0,99 1,37 1,17
S2 1,75 1,05 0,43 0,91 0,55 0,99 1,88 1,37
𝑥 + ... + 𝑥𝑛
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 𝑛
∑(𝑥−𝑥̅ )2
𝑀𝑒𝑛𝑐𝑎𝑟𝑖 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝑖 = 𝑛−1
37
Untuk mempermudah penerjemahan atribut dari sebuah sampel/produk dapat
digunakan penyajian data berupa spiderweb. Berikut spiderweb dari atribut flavor
sampel kopi
Kemanisan
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
Amplitudo 0.00 Keasaman
Kepahitan
Berdasarkan spiderweb dapat dilihat bahwa atribut yang paling dominan dari
sampel kopi A (881) adalah amplitudo dan kemanisan jika dibandingkan dengan
sampel B (246). Sedangkan untuk sampel B (246) atribut flavor yang yang dominan
adalah atribut kepahitan.
d. Kesimpulan
Untuk atribut kemanisan thitung (2,3487) > ttabel (2,064) sehingga H0 ditolak dan
H1 diterima yang artinya intensitas atribut kemanisan sampel A & B berbeda
signifikan.
Untuk atribut keasaman thitung (1,8655) < ttabel (2,064) sehingga H0 diterima yang
artinya intensitas atribut keasaman sampel A & B tidak berbeda signifikan.
Untuk atribut kepahitan thitung (5,0987) > ttabel (2,064) sehingga H0 ditolak dan
H1 diterima yang artinya intensitas atribut kepahitan sampel A & B berbeda
signifikan.
Untuk atribut amplitudo thitung (1,0325) < ttabel (2,064) sehingga H0 diterima yang
artinya intensitas atribut amplitudo sampel A & B tidak berbeda signifikan.
38
39