You are on page 1of 50

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur atas ke hadirat Tuhan Yang

Maha Esa, akhirnya makalah dengan judul “EKSISTENSI KOTA

BOGOR DI INDONESIA” dapat diselesaikan. Pembuatan makalah ini

dimaksudkan sebagai bahan ajuan tugas mata kuliah Perangkat

Lunak Aplikasi. Oleh karena itu, makalah ini akan menjelaskan

tentang kondisi kota Bogor yang menjadi eksistensi dari kota

tersebut.

Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa

makalah ini jauh dari kesempurnaan baik dalam bentuk format

penulisan, kelengkapan isi, dan lainnya. Untuk itu dengan senang

hati kami akan menerima segala saran, kritik dari para pembaca

guna memperbaiki makalah ini di kemudian hari.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak

yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini. Semoga

makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi orang lain.

Palopo, 05 April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..................................................................................2
BAB II............................................................................................................3
PEMBAHASAN.............................................................................................3
2.1 Sejarah Kota Bogor...............................................................................3
2.2 Etnis Masyarakat Kota Bogor..............................................................7
2.3 Gambaran Umum Kota Bogor.............................................................9
2.3.1. Kondisi Geografis Kota Bogor...................................................9
2.3.2. Kependudukan dan Ketenagakerjaan Kota Bogor.................13
2.4 Bangunan Kota Bogor.........................................................................15
2.4.1. Bangunan Pemerintahan............................................................15
2.4.1.1. Societeit (Balaikota Bogor).......................................15
2.4.1.2. Lembaga Pemasyarakatan Paledang.........................16
2.4.2. Bangunan Pendidikan................................................................17
2.4.2.1. Kampus IPB.................................................................18
2.4.2.2. Perpustakaan Pusat.....................................................19
2.4.3. Bangunan Keagamaan...............................................................20
2.4.3.1. Masjid An-Nur Tauhid (Masjid Empang)..................20
2.4.3.2. Gereja Katedhral..........................................................21
2.4.4. Bangunan Penelitian..................................................................23
2.4.4.1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan..........................................................................23
2.4.4.2. Balai Besar Industri Agro..........................................24
2.4.4.3. Badan Penelitian Biotek dan Perkebunan...............25

ii
2.4.4.4. Badan Penelitian Perikanan Air Tawar....................26
2.4.4.5. Herbarium Bogoriensis (Museum Etnobotani Bogor)
.......................................................................................27
2.5 Pemerintahan di Kota Bogor.............................................................28
BAB III.........................................................................................................31
PENUTUP...................................................................................................31
3.1 Kesimpulan............................................................................................31
3.2 Saran.....................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................33
DAFTAR RIWAYAT HIDUP........................................................................34

iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Etnis Cina yang ada di bogor..............................................8
Tabel 2.2 Rata-rata Suhu Udara, Kelembaban, Tekanan Udara,
Kecepatan Angin, Curah Hujan Tahun 2017......................9
Tabel 2.3 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Bogor Tahun
2017.........................................................................................11
Tabel 2.4 Penduduk Kota Bogor Menurut Kecamatan dan Jenis
Kelamin Tahun 2017.............................................................13
Tabel 2.5 Distribusi dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan
di Kota Bogor Tahun 2017.................................................14
Tabel 2.6 Jumlah Angkatan Kerja di Kota Bogor Tahun 2017........15
Tabel 2.7 Jumlah Anggota Fraksi Menurut Jenis Kelamin di Kota
Bogor Tahun 2017................................................................29
Tabel 2.8 Banyaknya Kelurahan, Rukun Warga(RW), dan Rukun
Tetangga(RT) Tahun 2017...................................................30

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Administrasi Wilayah Kota Bogor............................12


Gambar 2.2 Balaikota Tampak Depan...................................................16
Gambar 2.3 Lembaga Pemasyarakatan Paledang................................17
Gambar 2.4 Kampus IPB.........................................................................18
Gambar 2.5 Perpustakaan Pusat............................................................19
Gambar 2.6 Masjid Empang Bogor........................................................20
Gambar 2.7 Gereja Katedhral..................................................................22
Gambar 2.8 Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
.............................................................................................23
Gambar 2.9 Balai Besar Industri Agro..................................................24
Gambar 2.10 Balai Penelitian Biotek dan Perkebunan.......................25
Gambar 2.11 Balai Penelitian Perikanan Air Tawar............................27
Gambar 2.12 Herbarium Bogoriensis (Museum Etnobotani Bogor)....27

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya, suku

bangsa serta kekayaan alam. Semua itu karena Indonesia memiliki

banyak pulau yang dihuni oleh warga negara. Diantara banyak

pulau di Indonesia, terdapat lima pulau terbesar yaitu pulau

Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua; serta dalam

suatu pulau terbagi menjadi beberapa provinsi. Adapun di pulau

Jawa terdiri dari 6 provinsi dan diantaranya terdapat Provinsi Jawa

Barat. Provinsi Jawa Barat sendiri terdiri dari 18 kabupaten dan 9

kota. Diantara 9 kota yang ada di Provinsi Jawa Barat, Kota

Bogor merupakan salah satunya (Wikipedia.org).

Kota adalah daerah dibawah provinsi yang dihuni oleh

sekelompok masyarakat yang bertempat tinggal di daerah tersebut

dan dipimpin oleh walikota dan wakil walikota. Kumpulan dari

manusia dan bangunan yang meliputi daerah yang luas dan dalam

skala besar menurut zamannya, serta memiliki aktivitas beragam

didalamnya pada umumnya merupakan kota.(Queen, 1939 dalam

Fadila, 2012.). Di dalam kota terdapat begitu banyak hal yang

menjadi karakteristik dari kota tersebut, seperti jumlah penduduk,

sejarah, maupun tempat wisata.

Kota Bogor merupakan kota dengan curah hujan yang sangat

tinggi sehingga kota ini dijuluki dengan nama Kota Hujan. Kota

Bogor terdiri dari 6 kecamatan yang terbagi lagi menjadi 68

1
kelurahan dengan luas kota yaitu 118,50 km2 (Wikipedia.org). Selain

letak geografis, terdapat berbagai hal yang merupakan ciri khas dan

eksistensi dari kota Bogor seperti jumlah penduduk, perguruan

tinggi, objek wisata dan lainnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja yang menjadi eksistensi dari Kota Bogor?

2. Bagaimana kondisi dari hal yang menjadi eksistensi dari

kota bogor?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui hal yang menjadi eksistensi dari Kota Bogor.

2. Mengetahui kondisi dari hal yang menjadi eksistensi dari

Kota Bogor.

1.4 Manfaat Penulisan

Bagi Penulis:

1. Sebagai bahan ajuan untuk memperoleh nilai dari dosen

pengampu mata kuliah perangkat lunak aplikasi.

Bagi Orang lain:


1. Sebagai sarana dalam memperoleh informasi mengenai Kota

Bogor

2. Sebagai sarana penunjang referensi dalam membuat karya

ilmiah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Kota Bogor


Sejarah Kota Bogor sebelum datangnya bangsa Eropa di

Indonesia dimulai ketika pada zaman prasejarah yang ditandai

dengan ditemukannya hasil kebudayaan megalitik pada zaman

megalitikum yaitu zaman batu. Hasil kebudayaan yang ditemukan

pada masa megalitik di Bogor diantaranya arca megalitik gunung

kapur Ciampea yang kini terletak di Museum Situs Pasir Angin,

Leuwiliang Bogor dan beberapa arca lain terletak di situs Kampung

Muara, dan di Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Fadilla, 2012).

Masa berikutnya yaitu pada masa Hindu Budha, pada awal

abad ke-5 Masehi telah berkembang pusat Kerajaan Tarumanegara

dengan rajanya Purnawarman dan merupakan kerajaan awal di

Nusantara. Hal ini didasarkan pada sumber tertulis yang ditulis oleh

penulis Cina yaitu Fa-Hsien. Seorang pendeta Cina yang pada

tahun 414 masehi pernah singgah disuatu daerah yang diperkirakan

adalah Kerajaan Tarumanegara. Adapun bukti yang menunjukkan

eksistensi dari kerajaan Tarumanegara yaitu Peninggalan prasejarah

berupa prasasti. Prasasti tersebut diantaranya adalah Prasasti

Ciaruteun yang kini terletak di Ciampea Bogor, Prasasti Pasir

Koleangkak dibagian Barat Kota Bogor, dan Prasasti Kebon Kopi

dikampung Muara Hilir, Cibungbulang, Bogor. Selain prasasti-prasasti

tersebut yang kini termasuk kedalam wilayah Kota Bogor terdapat

juga Prasasti Tugu yang menyebutkan mengenai keberadaan

3
Kerajaan Tarumanegara yang kini terletak di Jakarta (Aris Munandar,

2011; Sumadio, 1993 dalam Fadila, 2012).

Sejarah Kota Bogor sebelum datangnya orang Eropa terutama

adalah masa-masa ketika Kerajaan Pakuan Pajajaran berdiri yaitu

sekitar tahun 1482- 1579. Keberadaan Kerajaan Pakuan Pajajaran

dibuktikan dengan ditemukannya prasasti Batu Tulis sekitar tahun

1533 M dan Prasasti Kebon Kopi II yang berangka tahun 932 M.

Selain kedua prasasti tersebut terdapat sumber lainnya yaitu

naskah-naskah kuno yaitu Carita Parahyangan (Aris Munandar, 2011

dalam Fadila, 2012).

Dengan demikian, kota Bogor sebelum datangnya bangsa Eropa

di Indonesia belum disebut kota Bogor melainkan berbentuk

kerajaan yang dibangun di area kota Bogor dengan bukti berupa

peninggalan kerajaan yang ditemukan di aera tersebut.

Nama Pakuan sendiri dapat diketahui dari naskah-naskah kuno.

Ada yang membahas mengenai Pakuan saja dan ada pula yang

mencoba mengaitkan dengan Pakuan Pajajaran. Pada naskah Carita:

Wayang Guru pada (1750) menerangkan bahwa nama Pakuan dan

Pajajaran itu muncul karena pada lokasi tersebut banyak terdapat

pohon pakujajar. Sedangkan tulisan lain berjudul “De Batoe

Toelis te Buitenzorg” yang ditulis K. F Holle (1869) menerangkan

bahwa di Bogor terdapat kampung bernama Cipaku begitu juga

dengan sungainya selain itu ditemukan juga pohon paku haji

(Danasasmita, 1983 dalam Fadila, 2012).

4
Holle menduga Pakuan Pajajaran berarti pohon paku yang

berjajar. Sedangkan R. Ng. Poerbatjaraka (1921) dalam tulisannya

yang berjudul “De Batoe-Toelis bij Buitenzorg” menyebutkan bahwa

kata pakuan berasal dari Bahasa Jawa Kuno “pakwwan” yang

kemudian dalam Batu tulis dieja menjadi “pakwan” yang dalam lidah

orang Sunda akan diucapkan sebagai “Pakuan” yang memiliki arti

kemah atau istana. Jadi, Pakuan Pajajaran menurut Poerbatjaraka

adalah istana yang berjajar. Tulisan lain yang membahas mengenai

penamaan Pajajaran ditulis H. Ten Dam menyimpulkan bahwa

Pakuan Pajajaran berarti Pakuan di Pajajaran. Hal ini pun diperkuat

oleh naskah Carita Parahiyangan sehingga istilah Pakuan dirujuk

pada nama ibukota dan Pajajaran unruk nama Negara

(Danasasmita, 1983 dalam Fadila, 2012).

Setelah kerajaan Pajajaran berakhir sekitar tahun 1579, kota

Bogor ditemukan lagi oleh bangsa eropa yakni para pasukan VOC

(Verenigde Oost Indische Compagnie) dan saat itu kerajaan

Pajajaran sudah menjadi puing yang ditutupi oleh hutan lebat yang

merupakan awal mula sejarah kota Bogor setelah bangsa Eropa

masuk ke Indonesia (Fadila, 2012).

Pada awalnya, orang Eropa menamakan kota Bogor sebagai

kota Buitenzorg. Kemudian dibentuk divisi administrasi

pemerintahan, pusat- pusat pelayanan umum didirikan, sarana dan

fasilitas-fasilitas hidup disediakan serta aktivitas perekonomian yang

meningkat (Muhsin Z, 1995 dalam Fadila, 2012).

5
Terdapat beberapa pandangan mengenai awal penamaan kota

Buitenzorg yang kini bernama Bogor. Pendapat pertama mengenai

asal usul nama Kota Bogor adalah pengucapan yang salah oleh

orang Sunda dari kata “Buitenzorg” yaitu nama resmi Bogor pada

masa pemerintahan Belanda. Pendapat kedua yaitu berasal dari

kata baghar atau baqar yang berarti sapi dikarenakan adanya

patung sapi di dalam Kebun Raya. Pendapat ketiga yaitu

mengatakan bahwa nama Bogor berasal dari kata bokor yaitu

sejenis bakul logam tanpa alasan yang jelas. Pendapat keempat

menyatakan bahwa nama Bogor itu asli karena kata Bogor berarti

tunggul kawung. Pendapat keempat apabila diperbandingkan dengan

kata Bogor di daerah Jawa Tengah dan Bali, kata bogor memiliki

hubungan arti dengan pohon kawung atau enau atau aren.

Sehingga, apabila dikaitakan dengan penamaan Bogor yang berarti

kawung pendapat ini bisa diterima. (Danasasmita, 1983 dalam

Fadila, 2012).

Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, pemerintahan di

Kota Bogor menjadi lemah karena pemerintahan dipusatkan pada

tingkat keresidenan yang berkedudukan di Kota Bogor, pada masa

ini nama-nama lembaga pemerintahan  berubah namanya yaitu:

Keresidenan menjadi Syoeoe, Kabupaten/Regenschaps menjadi ken,

Kota/Staads Gemeente menjadi Si, Kewedanaan menjadi/Distrik

menjadi Gun, Kecamatan/Under Districk menjadi Soe dan desa

menjadi Koe.

6
Pada masa setelah kemerdekaan, tepatnya setelah pengakuan

kedaulatan RI, Pemerintahan di Kota Bogor berubah nama menjadi

Kota Besar Bogor yang dibentuk berdasarkan Udang-undang Nomor

16 Tahun 1950.

Selanjutnya pada tahun 1957, nama pemerintahan berubah

menjadi Kota Praja Bogor, sesuai dengan Undang-undang Nomor. 1

Tahun 1957, kemudian dengan Undang-undang Nomor 18 tahun

1965 dan Undang-undang No. 5 Tahun 1974 berubah kembali

menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Bogor.

Setelah diberlakukanya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999,

Kotamadya Daerah Tingkat II Bogor dirubah menjadi Kota Bogor.

2.2 Etnis Masyarakat Kota Bogor

Terdapat beberapa etnis di kota Bogor seiring berkembangnya

zaman. Adapun etnis yang terdapat di kota Bogor yaitu etnis India,

Sunda, Melayu, Jawa, Cina, dan Belanda. Kegiatan perdagangan

diperkirakan ada kaitannya dengan kedatangan etnis India di kota

Bogor. Orang-orang India mengumpulkan barang dagangan seperti

gading gajah, cula badak dan kulit penyu. Selain etnis India,

terdapat juga etnis Sunda. Etnis Sunda taat memeluk Agama Islam

yang telah dipelajari sejak datangnya Sunan Gunung Jati yang

menyebarkan agama Islam di Jawa Barat. Berkaitan dengan taatnya

etnis Sunda terhadap Islam di Kota Bogor banyak ditemukan

pesantren (Winarno, 1990 dalam Fadila 2012).

7
Etnis Cina di Bogor menetap di daerah Ciampea, Rumpin

yang menjadi etnis Cina tertua di Bogor. Adapun sebaran etnis

Cina di kota Bogor dapat dilihat pada tabel berikut.

Keluarga Daerah Pemukiman


Tjioe Sawangan
Tan Depok, Parung
Lie Semplak
Thio/TJio Cibinong
Thung Ciampea
Soong Ciampea
Oen Ciluar

Tabel 2.1 Etnis Cina yang ada di bogor


(Sumber: Winarno,1990 dalam Fadila, 2012)

Adapun etnis Melayu yang tinggal di Bogor terdapat di

daerah Kecamatan Kedung Halang, Semplak, Parung, Sawangan,

Gunung Sindur, Depok, Cimanggis, dan Cibinong. Sedangkan etnis

Jawa ada sejak Sultan Agung mengirimkan pasukan-pasukannya ke

Bogor pada tahun 1629 untuk mengusir VOC dari Pulau Jawa,

sehingga banyak prajurit Mataram yang tiba di Bogor dan memilih

untuk menetap hingga sekarang. Diantaranya di daerah Cibedug,

Ciawi, dan Ciomas.(Winarno, 1990 dalam Fadila, 2012).

8
2.3 Gambaran Umum Kota Bogor

2.3.1. Kondisi Geografis Kota Bogor

Berdasarkan geografis, Kota Bogor berada di antara 106’ 48’

BT dan 6’ 26’ LS, dan berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten

Bogor serta lokasinya sangat dekat dengan Ibukota Negara yaitu

kota Jakarta, serta menjadi potensi yang strategis bagi

perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dan jasa, pusat kegiatan

nasional untuk industri, perdagangan, transportasi, komunikasi, dan

pariwisata.

Kota Bogor memiliki rata-rata ketinggian minimum 190 m dan

maksimum 330 m dari permukaan laut dan memiliki kondisi iklim di

Kota Bogor suhu rata-rata tiap bulan 27,3°C dengan suhu terendah

22,2°C dengan suhu tertinggi 33,0°C. Kelembaban udara 82 %,

Curah hujan rata-rata setiap bulan sekitar 345 mm dengan curah

hujan terbesar pada bulan Februari 2017.

Uraian Rata-Rata Maksimum Minimum

Suhu (°C) 26,0 31,7 22,9


Kelembaban (%) 82 92 64
Tekanan Udara (mb) 989,5 990,8 983,6
Kecepatan Angin (Knot) 4,3 4,7 3,8
Curah Hujan (mm3) 3.937,2 619,4 130,4

Tabel 2.2 Rata-rata Suhu Udara, Kelembaban, Tekanan Udara,


Kecepatan Angin, Curah Hujan Tahun 2017
(Sumber: bappeda.kotabogor.go.id)

9
Wilayah Kota Bogor memiliki beberapa sungai yang permukaan

airnya berada dibawah permukaan dataran yaitu: Sungai Ciliwung,

Cisadane, Cipakancilan, Cidepit, Ciparigi, dan Cibalok. Selain sungai

di Kota Bogor juga terdapat beberapa gunung yaitu Gunung Salak

dan Gunung Gede. Adanya dua gunung di Kota Bogor membuat

Bogor kaya akan hujan orografis. Angin laut dari Laut Jawa yang

membawa banyak uap air masuk ke pedalaman dan naik secara

mendadak di wilayah Kota Bogor kemudian uap air langsung

terkondensasi dan menjadi penyebab terjadinya hujan. Sehingga

hampir setiap hari Kota Bogor hujan, 70% dalam setahun Kota

Bogor akan hujan sehingga dari hal ini Kota Bogor kemudian

memiliki julukan “Kota Hujan”. Selain itu, Kota Bogor memiliki jenis

tanah yang hampir disuruh wilayahnya terdapat tanah latosol coklat

kemerahan. Kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm dan tekstur

tanah halus serta bersifat agak peka terhadap erosi. Keunikan iklim

yang dimiliki Kota Bogor ini kemudian dimanfaatkan oleh para

kolonial Belanda untuk dijadikan pusat penelitian botani, pertanian,

dan kehutanan yang masih berlangsung hingga saat ini (Fadila,

2012).

Luas Wilayah Kota Bogor sebesar 11.850 Ha terdiri dari 6

kecamatan dan 68 kelurahan. Luas wilayah masing-masing

kecamatan, yaitu: Kecamatan Bogor Selatan (30,81 km2), Kecamatan

Bogor Timur (10,15 km2), Kecamatan Bogor Utara (17,72 km2),

Kecamatan Bogor Tengah (8,13 km2), Kecamatan Bogor Barat

(32.85 km2) dan Kecamatan Tanah Sareal (18,84 km2).

10
Kecamatan Luas Area (km2) Persentase

Bogor Selatan 30,81 26,00


Bogor Timur 10,15 8,57
Bogor Utara 17,72 14,95
Bogor Tengah 8,13 6,86
Bogor Barat 32,85 27,72
Tanah Sareal 18,84 15,90
Jumlah 118,50 100,00

Tabel 2.3 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Bogor Tahun


2017
(Sumber: bappeda.kotabogor.go.id)

Sedangkan Secara Administratif kota Bogor terdiri dari 6

wilayah kecamatan, 31 kelurahan dan 37 desa (lima diantaranya

termasuk desa tertinggal yaitu Desa Pamoyanan, Genteng,

Balungbangjaya, Mekarwangi dan Sindangrasa), 210 dusun, 623 RW,

2.712 RT dan dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Bogor sebagai

berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kec. Kemang, Bojong

Gede, dan Kec. Sukaraja Kabupaten Bogor.

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kec. Sukaraja dan Kec.

Ciawi, Kabupaten Bogor.

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kec. Darmaga dan Kec.

Ciomas, Kabupaten Bogor.

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kec. Cijeruk dan Kec.

Caringin, Kabupaten Bogor.

11
Gambar 2.1 Peta Administrasi Wilayah Kota Bogor
(Sumber: petatematikindo.wordpress.com, 2013)

12
2.3.2. Kependudukan dan Ketenagakerjaan Kota Bogor

Penduduk Kota Bogor diperkirakan sebanyak 1.081.009 jiwa

pada tahun 2017. Terdiri atas laki-laki sebanyak 548.196 jiwa dan

perempuan sebanyak 532.813 jiwa, sehingga angka sex ratio di

Kota Bogor sebesar 102,89 yang artinya terdapat 103 penduduk

laki-laki dalam setiap 100 penduduk perempuan. Jika ditanjau

menurut kecamatan, Kecamatan Bogor Selatan memiliki sex ratio

tertinggi, yaitu 104,68; sedangkan yang terendah Kecamatan Bogor

Tengah yaitu 101,73. Seluruh kecamatan memiliki angka sex ratio

lebih dari 100, yang artinya jumlah penduduk laki-laki masih lebih

mendominasi. Penduduk terbanyak berada di Kecamatan Bogor Barat

yang dihuni sebanyak 239.860 jiwa, diikuti Kecamatan Tanah Sareal.

Sedangkan kecamatan populasi terkecil adalah Kecamatan Bogor

Tengah yang memiliki 104.853 penduduk.

Rasio Jenis
Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah
Kelamin
Bogor Selatan 103,114 98,504 201,618 104.68
Bogor Timur 53,471 52,558 106,029 101.74
Bogor Utara 99,339 96,712 196,051 102.72
Bogor Tengah 52,877 51,976 104,853 101.73
Bogor Barat 121,537 118,323 239,860 102.72
Tanah Sareal 117,858 114,740 232,598 102.72
Jumlah 548,196 532,813 1,081,009 102.89

Tabel 2.4 Penduduk Kota Bogor Menurut Kecamatan dan Jenis


Kelamin Tahun 2017
(Sumber: bappeda.kotabogor.go.id)

13
Luas Kota Bogor secara keseluruhan mencapai 118,5 km2.

Sebagian besar wilayah Kota Bogor juga memiliki kepadatan

penduduk yang tinggi. Dari 6 kecamatan, kecamatan dengan

kepadatan penduduk teringgi adalah Kecamatan Bogor Tengah yaitu

sebesar 12.897 dan kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk

terendah adalah Kecamatan Bogor Selatan yaitu 6.544 penduduk

per km2.

Persentase Kepadatan Penduduk


Kecamatan
Penduduk Per Km2
Bogor Selatan 18,65 6,544
Bogor Timur 9,81 10,446
Bogor Utara 18,14 11,064
Bogor Tengah 9,70 12,897
Bogor Barat 22,19 7,302
Tanah Sareal 21,52 12,346
Jumlah 100.00 9,122

Tabel 2.5 Distribusi dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan


di Kota Bogor Tahun 2017
(Sumber: bappeda.kotabogor.go.id)

Penduduk di usia kerja didefinisikan sebagai penduduk yang

berumur 15 tahun atau lebih. Di Kota Bogor sendiri, Penduduk

Kota Bogor berusia 15 tahun atau lebih pada tahun 2017 mencapai

811.118 orang. Jumlah angkatan kerja sebanyak 495.824 orang,

dimana 448.386 orang diantaranya bekerja di berbagai sektor usaha

yang menjadi penggerak perekonomian di Kota Bogor, sedangkan

sisanya 47.438 orang.

14
Angkatan Kerja Jumlah (Orang)

Bekerja 448.386
Pernah bekerja 18.467
Tidak Pernah Bekerja 28.971
Jumlah 495.824

Tabel 2.6 Jumlah Angkatan Kerja di Kota Bogor Tahun 2017


(Sumber: bappeda.kotabogor.go.id)

2.4 Bangunan Kota Bogor

Terdapat banyak bangunan yang menjadi karakteristik dan

eksistensi kota Bogor di Indonesia, yaitu:

2.4.

1.

2.

2.1.

2.2.

2.3.

2.4.
2.4.1. Bangunan Pemerintahan

Bangunan pemerintahan adalah bangunan-bangunan yang

berkegiatan pada administrasi kepemerintahan diantaranya adalah

gedung dewan perwakilan, balai kota, penjara, kantor polisi, stasiun

pemadam kebakaran, kantor pos dan bangunan pemerintahan

15
lainnya. (Fadila, 2012). Adapun bangunan pemerintahan yang ada di

kota Bogor yaitu:

1.

2.

2.1.

2.2.

2.3.

2.4.

2.4.1.

2.4.1.1. Societeit (Balaikota Bogor)


Bangunan ini terletak di Jalan Ir. H. Juanda No. 10,

Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat. Berada

di garis koordinat 06° 35' 724" LS dan 106° 47' 628" dengan

tinggi 858 m diatas permukaan laut. Bangunan ini didirikan pada

tahun 1868 bernama Societeit. Gedung utama Balaikota ini

berdenah persegi menghadap arah jalan Ir. H. Djuanda dan

memiliki halaman yang cukup luas. Bagian muka gedung utama

beratap segitiga yang dihiasi dengan ukiran kayu, memiliki pilar-

pilar ramping, pada bagian kaki diberi batu alam. Balaikota ini

berfungsi sebagai kantor pemerintahan dari pertama kali dibuat

hingga saat ini. (Fadila, 2012).

16
Gambar 2.2 Balaikota Tampak Depan
(Sumber: Fadila, 2012)

1.

2.

2.1.

2.2.

2.3.

2.4.

2.4.1.

2.4.1.1.
2.4.1.2. Lembaga Pemasyarakatan Paledang

Bangunan pemasyarakatan Paledang merupakan penjara yang

terletak di Jalan Paledang No. 2, Kelurahan Paledang, Kecamatan

Bogor Tengah, Kota Bogor dengan status kepemilikan di bawah

Negara serta memiliki luas 459,95 m² di dalam lahan seluas 8.185

m².. Lembaga Pemasyarakatan didirikan pada tahun 1906, semula

bernama rumah penjara namun pada tahun 1964 dengan berlakunya

17
sistem pemasyarakatan yang diprakarsai Dr. Saharjo selaku Menteri

Kehakiman (KEPMEN Nomor: M.01.PR.07.03 tahun 1985) tentang

Organisasi dan Tata Kerja bangunan ini berubah nama menjadi

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A di Bogor (Iskandar, 2007

dalam Fadila, 2012).

Gambar 2.3 Lembaga Pemasyarakatan Paledang


(Sumber: Fadila, 2012)

18
1.

2.

2.1.

2.2.

2.3.

2.4.

2.4.1.

2.4.2. Bangunan Pendidikan

Bangunan pendidikan adalah bangunan yang berfungsi sebagai

tempat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Bangunan pendidikan

diantaranya adalah sekolah, universitas, perpustakaan, bangunan

yang berkaitan dengan pendidikan seperti asrama, selain itu terdapat

juga bangunan yang bersifat kepenelitian (Fadila, 2012).

19
1.

2.

2.1.

2.2.

2.3.

2.4.

2.4.1.

2.4.2.

2.4.2.1. Kampus IPB

Bangunan pendidikan ini terletak di Jalan Pajajaran, Kelurahan

Baranang Siang, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, dengan

status kepemilikan dipegang oleh Depdiknas (Departemen Pendidikan

Nasional) yang kini telah berubah menjadi Depdikbud (Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan). IPB secara resmi berdiri pada tanggal

1 September 1963. Institut ini merupakan kelanjutan dari Fakultas

Pertanian dan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Indonesia

yang didirikan pada masa Hindia Belanda. Bangunan bertingkat dua

ini berbahan berupa beton, kayu, dan bata. Atap bangunan terbuat

dari genting dengan dinding terbuat dari bata dengan lantai

bangunan terbuat dari tegel dan berskoor ujung atap terbuat dari

baja. Kampus IPB Pajajaran berdenah persegi dan memiliki luas

bangunan 500 m² (Fadila, 2012).

20
Gambar 2.4 Kampus IPB
(Sumber: Fadila, 2012)

1.

2.

2.1.

2.2.

2.3.

2.4.

2.4.1.

2.4.2.

2.4.2.1.

2.4.2.2. Perpustakaan Pusat

21
Gambar 2.5 Perpustakaan Pusat
(Sumber : Fadila, 2012)

Bangunan perpustakaan ini terletak di Jalan Ir. H. Juanda No.

20, Kelurahan Pabaton, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor.

Dibangun atas inisiatif Hasskarl yang telah menyediakan 25 buku

pada tahun 1842. Perpustakaan ini kemudian di perbesar pada

tahun 1846 dan diisi oleh koleksi Hasskarl sendiri. Kemudian tahun

1868 hingga 1880 perpustakaan diambil alih oleh Scheffer yg

memiliki ketertarikan atas perpustakaan ini. Pada tahun 1887, Treub

seorang Direktur Perkebunan kemudian mengeluarkan cetak katalog

tersusun sistematis pertama ketika Treub menemukan 4000 buku

yang tidak terkatalogisasi. Pada tahun 1978 bangunan ini berubah

nama menjadi Perpustakaan Pusat (Archipel Drukkerij En T

Boekhuis Buitenzorg, Java, 1948 dalam Fadila, 2012). Tampilan

depan gedung ini dipenuhi dengan jendela-jendela berbentuk persegi

disetiap lantainya. Bangunan berlantai 7 ini berdenah persegi

dengan luas bangunan 1043.65 m² di lahan seluas 1601 m²

(Fadila, 2012).

22
2.4.3. Bangunan Keagamaan

Bangunan keagamaan adalah bangunan yang berfungsi sebagai

tempat berlangsungnya kegiatan peribadatan, diantaranya adalah

tempat ibadah, situs seremonial, gereja sekolah, dan bangunan-

bangunan yang berhubungan dengan keagamaan seperti biara

(Fadila, 2012). Adapun bangunan keagamaan yang ada di kota

Bogor, yaitu:

1.

2.

2.1.

2.2.

2.3.

2.4.

2.4.1.

2.4.2.

2.4.3.

2.4.3.1. Masjid An-Nur Tauhid (Masjid Empang)

23
Gambar 2.6 Masjid Empang Bogor
(Sumber: Fadila, 2012)

Bangunan Masjid ini didirikan pada tahun 1815, terletak di

Jalan Empang, Kelurahan Empang, Kecamatan Bogor Selatan, Kota

Bogor. Dari awal didirikan hingga kini Masjid Empang masih

berfungsi sebagai bangunan peribadatan. Di depan Masjid Empang

terdapat alun-alun yang pada tahun 1535-1543 membentang dari

parit empang sampai ke tepi Cisadane. Bangunan masjid ini

berdenah persegi empat dengan menghadap ke alun-alun, memiliki

dua menara di bagian kanan dan kiri bangunan, menara bagian kiri

lebih rendah dari menara yang ada dibagian kanan, ditengah

menara terdapat kubah masjid, masjid ini beratapkan genteng dan

di gerbang masjid terdapat hiasan kaligrafi. Masjid ini memiliki luas

1.285 m² diareal seluas 5.509 m² (Fadila, 2012).

24
1.

2.

2.1.

2.2.

2.3.

2.4.

2.4.1.

2.4.2.

2.4.3.

2.4.3.1.

2.4.3.2. Gereja Katedhral

Bangunan peribadatan ini terletak di Jalan Kapten Muslihat

No.22, Kelurahan Pabaton, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor.

Pada tahun 1886 di atas lahan yang dibeli MGR. A. C. Claessens

dibuka sebuah panti asuhan yang diberi nama Vincentius. Di lahan

itu pula dalam tahun 1896 keponakan A.C. Claessens, yaitu

pendeta MYD Claessens mendirikan sebuah gereja untuk umat

Katolik. Umat yang beribadat di gereja itu terus bertambah sehingga

diperlukan gereja yang lebih besar.

Pada tahun 1905 didirikan sebuah katedral seperti yang terlihat

sekarang, sedangkan gereja lama digunakan untuk pertemuan.

Bangunan ini berdenah persegi panjang dengan bagian kiri depan

gereja terdapat menara. Pintu gerja berbentuk setengah lingkaran

dan terdapat motif geometrik pada daun pintunya. Jendela gereja

berbentuk persegi panjang dan tinggi dengan berbagai hiasan dalam

25
kacanya. Pada bagian atas atap gereja terdapat tanda salib.

Bangunan bertingkat dua ini memiliki bahan dasar bangunan berupa

beton dengan atap bangunan berupa genting sedangkan dindingnya

terbuat dari bata. Bagian lantai bangunan dibuat dengan bahan

tegel (Fadila, 2012).

Gambar 2.7 Gereja Katedhral


(Sumber: Fadila, 2012)

26
1.

2.

2.1.

2.2.

2.3.

2.4.

2.4.1.

2.4.2.

2.4.3.

2.4.4. Bangunan Penelitian

Bangunan Penelitian adalah tempat para ilmuwan meneliti

sesuatu.

27
1.

2.

2.1.

2.2.

2.3.

2.4.

2.4.1.

2.4.2.

2.4.3.

2.4.4.

2.4.4.1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman


Pangan
Lembaga ini awalnya bernama Cultuurtuin Tjikeumeuh yang

didirikan pada tahun 1876 dengan tugas melakukan penelitian

tanaman pangan. Bangunan ini terletak di Jalan Merdeka No. 99,

Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Meskipun

penelitian tanaman pangan sudah dimulai sejak berdirinya Kebun

Raya Bogor. Balai ini pada awalnya dibagi menjadi 4 balai khusus

yaitu Balai Tanah, Balai Penyelidikkan Teknik Pertanian, Balai

Penyelidikkan Hama Penyakit, dan Balai Penyelidikkan Botani

(Winarno, 1990 dalam Fadila, 2012).

28
Gambar 2.8 Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
(Sumber: Fadila, 2012)

1.

2.

2.1.

2.2.

2.3.

2.4.

2.4.1.

2.4.2.

2.4.3.

2.4.4.

2.4.4.1.

29
1.

2.

2.1.

2.2.

2.3.

2.4.

2.4.1.

2.4.2.

2.4.3.

2.4.4.

2.4.4.1.

Bangunan ini kepemilikkannya berada di bawah Departemen

Pertanian. Bangunan bertingkat satu ini memiliki bahan bangunan

berupa beton dengan atap berupa genting dan dinding terbuat dari

bata dengan lantai terbuat dari tegel. Dilihat dari tampak depan,

bangunan ini memiliki atap bertumpuk, dan memiliki jendela yang

masih asli berbentuk persegi panjang yang terbuat dari kayu. Juga

terdapat bagian bangunan yang berbentuk seperti menara dibagian

tengah bangunan dan jendela-jendela diatas setiap sisi atap.

Bangunan ini memiliki luas 4623 m² (Fadila, 2012).

30
1.

2.

2.1.

2.2.

2.3.

2.4.

2.4.1.

2.4.2.

2.4.3.

2.4.4.

2.4.4.1.

2.4.4.2. Balai Besar Industri Agro

Gambar 2.9 Balai Besar Industri Agro


(Sumber: Fadila, 2012)

Balai Penelitian ini didirikan pada tahun 1890 dengan kegiatan

melayani penelitian tanaman tropik dan memeriksa serta menguji

31
bahan barang-barang pemerintah khususnya di bidang pertanian dan

perdagangan. Bangunan ini beralamat di Jalan Ir. H. Djuanda No.

11, Kelurahan Pabaton, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Dari

awal dibangun balai ini telah beberapa kali berganti nama. Balai ini

bertugas meneliti di bidang kimia dan teknologi hasil pertanian,

pengujian dan pengawasan mutu barang-barang impor atau ekspor

dan perdagangan, dan pengembangan proses desain dan produk,

metode analisa, dan pengembangan profesi serta keahlian.

Bangunan ini berdenah persegi panjang dengan atap berbentuk

segitiga. Jendela bangunan masih asli berbentuk persegi panjang

yang terbuat dari kayu. Pada bagian pintu masuk terdapat hiasan

ukiran. Balai ini memiliki luas 1210 m² (Fadila, 2012).

32
1.

2.

2.1.

2.2.

2.3.

2.4.

2.4.1.

2.4.2.

2.4.3.

2.4.4.

2.4.4.1.

2.4.4.2.

2.4.4.3. Badan Penelitian Biotek dan Perkebunan

Gambar 2.10 Balai Penelitian Biotek dan Perkebunan

33
(Sumber: Fadila, 2012)

Bangunan penelitian ini terletak di Jalan Taman Kencana No.

1, Kelurahan Babakan, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor

dibawah kepemilikan Negara. Balai Penelitian Pekebunan Bogor

merupakan lembaga penelitian perkebunan. Peletakan batu pertama

dilakukan pada tanggal 17 Juni 1926 dan diresmikan oleh Jean

Bernard. Namun, terdapat perbedaan mengenai kapan dibangunnya

bangunan ini, karena terdapat sumber lain yang menyebutkan

bahwa balai penelitian ini dibangun pada tahun 1933. Denah

bangunan berbentuk huruf U dan terdiri dari beberapa ruang. Atap

beratap berbahan genting dan berbentuk segitiga dengan dindingnya

dihiasi dengan batu alam. Bangunan ini memiliki jendela- jendela

tinggi berbentuk persegi yang terbuat dari kayu. Luas tempat

penelitian ini yaitu 1.600 m² dilahan seluas 29.473 m² (Fadila,

2012).

2.4.4.4. Badan Penelitian Perikanan Air Tawar


Lembaga ini didirikan pada tahun 1927 dan dari awal dibangun

seringkali nama lembaga ini berganti-ganti. Bangunan ini beralamat

di Jl. Sempur No. 1, Kelurahan Sempur, Kecamatan Bogor Tengah,

Kota Bogor. Badan yang berkedudukan di Bogor ini adalah badan

penelitian dan pengembangan perikanan perairan umum. Bangunan

ini masih memiliki fungsi yang sama ketika dibangun. Memiliki atap

yang terbuat dari genting dan berbentuk segitiga. Dinding terbuat

34
dari bata dan dihiasi dengan batu alam dan lantai yang terbuat

dari tegel.

Gambar 2.11 Balai Penelitian Perikanan Air Tawar


(Sumber: Fadila, 2012)

35
1.

2.

2.1.

2.2.

2.3.

2.4.

2.4.1.

2.4.2.

2.4.3.

2.4.4.

2.4.4.1.

2.4.4.2.

2.4.4.3.

2.4.4.4.

2.4.4.5. Herbarium Bogoriensis (Museum Etnobotani


Bogor)

36
Gambar 2.12 Herbarium Bogoriensis (Museum Etnobotani Bogor)
(Sumber: Fadila, 2012)
Bangunan Herbarium Bogoriense yang kini juga menjadi

Museum Etnobatani terletak di Jalan Ir. H. Djuanda No. 22 – 24,

Kelurahan Paledang, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor.

Pada tahun 1817 ketika didirikannya Kebun Raya Bogor

bangunan Herbarium baru mulai melakukan kegiatan. Namun, baru

pada tahun 1844 bangunan Herbarium dapat digunakan dengan

baik. Diperkirakan Herbarium Bogoriens memiliki jumah koleksi

sekitar 500.000, sedangkan publikasi yang dihasilkan dari institusi

yang sudah tua dan sangat besar ini berkisar antara ratusan

tulisan. Bangunan dengan 4 lantai ini memiliki luas 1463 m² dan

berdenah persegi. Dari tampak depan tiap lantai bangunan terdapat

jendela-jendela berbentuk persegi panjang dan atap bangunan datar.

2.5 Pemerintahan di Kota Bogor

Dalam urusan pemerintahan terdapat berbagai pihak yang

termasuk di dalamnya salah satunya yaitu Pegawai Negeri Sipil.

Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah setiap warga negara Republik

Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat

oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam jabatan

negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

37
Adapun Jumlah Pegawai Negeri Sipil daerah di Kota Bogor

pada tahun 2017 sebanyak 7.392 orang yang terdiri dari Golongan

I 237 orang, Golongan II 1.628 orang, Golongan III 3.333 orang

dan Golongan IV 2.194 orang.

Selain PNS, lembaga-lembaga penting pemerintahan yaitu

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Walikota, Camat,

Lurah, ketua RW, ketua RT dan lainnya. Adapun Jumlah anggota

DPR Provinsi Jawa Barat menurut Partai Politik pada tahun 2016,

Laki-laki sebanyak 38 orang sedangkan Perempuan 7 orang.

Dengan komposisi tiga terbesar adalah fraksi Partai Demokrasi

Perjuangan sebanyak 8 orang, fraksi Partai Golongan Karya 6

orang dan fraksi partai Gerindra dan fraksi Partai Demokrat masing–

masing sebanyak 6 dan 5 orang. Sedangkan jumlah anggota fraksi

Partai Politik DPRD Provinsi sebanyak 45 orang. Demikian pula di

kota Bogor terdapat sebanyak 6 kecamatan, 68 kelurahan, 790 RW,

dan 3.653 RT pada Tahun 2017.

Partai Laki-Laki Perempuan Jumlah


Partai Demokrasi Indonesia
5 3 8
(PDIP)
Golongan Karya 6 0 6
Gerindra 5 1 6
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 5 0 5
Partai Persatuan Pembangunan 4 1 5
Demokrat 3 2 5
Hati Nurani Rakyat 3 1 4
Amanat Bintang Restorasi Bangsa 6 0 6

38
Jumlah 37 8 45

Tabel 2.7 Jumlah Anggota Fraksi Menurut Jenis Kelamin di Kota


Bogor Tahun 2017
(Sumber: bappeda.kotabogor.go.id)

Kecamatan Kelurahan RW RT

Bogor Selatan 16 183 801


Bogor Timur 6 67 361
Bogor Utara 8 108 554
Bogor Tengah 11 99 435
Bogor Barat 16 197 819
Tanah Sareal 11 136 683
Jumlah 68 790 3.653

Tabel 2.8 Banyaknya Kelurahan, Rukun Warga(RW), dan Rukun


Tetangga(RT) Tahun 2017
(Sumber: bappeda.kotabogor.go.id)

39
BAB III

PENUTUP

1.

2.

3.

3.3

3.4
3.1 Kesimpulan

Dari Pembahasan pada Bab sebelumnya, kesimpulan yang diperoleh

yaitu:

 Eksistensi dari kota Bogor yaitu dapat ditinjau dari kondisi

geografis, kependudukan dan ketenagakerjaan, bangunan-bangunan

serta pemerintahannya.

 Secara geografis, Kota Bogor berada di antara 106’ 48’ BT dan

6’ 26’ LS, dan berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten

Bogor serta lokasinya sangat dekat dengan Ibukota Negara yaitu

kota Jakarta serta memiliki rata-rata ketinggian minimum 190 m

dan maksimum 330 m dari permukaan laut dan memiliki kondisi

iklim di Kota Bogor suhu rata-rata tiap bulan 27,3°C dengan

suhu terendah 22,2°C dengan suhu tertinggi 33,0°C. Selain itu,

40
masyarakat kota bogor beretnis India, Sunda, Melayu, Jawa,

Cina, dan Belanda. Adapun Jumlah Penduduk Kota Bogor

diperkirakan sebanyak 1.081.009 jiwa pada tahun 2017 serta

Jumlah angkatan kerja sebanyak 495.824 orang, dimana 448.386

orang diantaranya bekerja di berbagai sektor usaha yang

menjadi penggerak perekonomian di Kota Bogor.

3.2 Saran

 Eksistensi dari kota Bogor dapat ditinjau dari berbagai hal


tidak hanya yang ada pada makalah. Oleh karena itu
penulis berharap agar pembaca tidak terpaku dengan
informasi mengenai kota Bogor pada makalah ini.

41
DAFTAR PUSTAKA

Bogor, B. P. (2018). Kota Bogor Dalam Angka 2018. Bogor: BPS

Kota Bogor.

Fadila, R. D. (2012). Perkembangan Tata Kota Bogor Dari Abad

Ke-18 Hingga Abad Ke-21. Depok: Universitas Indonesia.

Sumber Web:

www.kotabogor.go.id diakses pada tanggal 06 April 2019

www.bogorkota.bps.go.id diakses pada tanggal 06 April 2019

www.jabarprov.go.id diakses pada tanggal 07 April 2019

www.petatematikindo.wordpress.com diakses pada tanggal 07 April

2019

42
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. DATA PRIBADI
Nama : TAHLIL
Tempat Tanggal Lahir : Palopo, 30 Juli 2000
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : Jalan.Khm.Razak, Kel.Dangerakko,
Kec.Wara, Kota Palopo
Status : Mahasiswa
NIM : 1804411097
No.Hp : 082346457989
Hobby : Membaca

B. DATA PENDIDIKAN
SD : SDN 11 Dangerakko
SMP/Mts : MTsN Model Palopo
SMA : SMAN 5 Palopo
Perguruan Tinggi : Universitas Cokroaminoto Palopo

C. PRESTASI YANG PERNAH DICAPAI


 Juara 3 Olimpiade Sains Nasional Kimia Tingkat Kota Palopo
Tahun 2017

43
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-

benarnya dan dapat dipertanggungjawabkan.

Palopo, 06 April 2019

TAHLIL

44

You might also like