You are on page 1of 19

MAKALAH STEROID

ISOLASI ANALISIS OBAT TUMBUHAN

DOSEN PENGAMPU :

apt. MAMIK PONCORAHAYU, S.Si., M.Si.

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 8 :

1. CHRISTINA ANGELICA STEPHANI SIANTURI (27216722A)


2. FADLY A.K. UMBU EDA (27216723A)
3. CHANDRA TRY HARYANSYAH KARAENG (27216726A)
4. DICKI PETERSON KALINGGORU (27216729A)
5. ISNAINI NUR FATQWA (27216743A)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan karunianya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema dari makalah ini
adalah "Steroid".

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen mata kuliah Isolasi dan Analisis Tumbuhan Obat telah memberikan tugas terhadap kami.
Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang turut membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Kami jauh dari sempurna Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran
yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi saya pada
khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Surakarta, 27 November 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………...i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………1
1.1 LATAR BELAKANG………………………………………………………...2
1.2 RUMUSAN MASALAH……………………………………………………..3
1.3 TUJUAN……………………………………………………………………...3
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………….4
2.1 SIFAT FISIKO KIMIA……………………………………………………….4
2.2 KLASIFIKASI STEROID…………………………………………………....7
2.3 SUMBER STEROID………………………………………………………....9
2.4 ISOLASI DAN PREPARASI SAMPEL………………………………….….10
2.5 ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF…………………………...12
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………….…14
3.1 KESIMPULAN………………………………………………………….…...14
3.2 SARAN………………………………………………………………….…...15
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tumbuhan merupakan sumber berbagai jenis senyawa kimia mulai dari struktur dan
sifatnya yang sederhana sampai yang rumit sekalipun. Berbagai jenis senyawa kimia yang
terkandung dalam tumbuhan akan bernilai ekonomis dengan adanya khasiat dan manfaat yang
dimilikinya. Upaya pencarian tumbuhan yang berkhasiat telah lama dilakukan baik untuk
mencari senyawa barn ataupun menambah keanekaragaman senyawa yang telah ada. Hasil
pencarian tersebut dilanjutkan dengan upaya pengenalan zat kemudian diidentifikasi khasiatnya
dan dijadikan sebagai bahan obat modern maupun ekstrak untuk fitofarmaka.
Indonesia terkenal dengan khasanah tanaman obatnya. Namun demikian, penelitian
sekaligus pengembangan tanaman obat Indonesia dirasakan belum maksimal. Padahal, dunia
barat kini diliputi semangat kembali ke alam, salah satunya mencari upaya pengobatan melalui
bahan-bahan yang tersebar di alam.
Telah berabad-abad lamanya masyarakat menggunakan obat tradisional yang didasarkan
pada pengalaman yang diwariskan secara turun-temurun dan mendapat perhatian serius oleh
pemerintah untuk dikembangkan dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat.
Salah satu komponen kimia yang terdapat dalam tumbuhan adalah steroid.
Senyawa-senyawa steroid adalah turunan skualena, suatu triterpena; juga karoten dan retinol.
Steroid merupakan senyawa yang memiliki kerangka dasar triterpena asiklik. Ciri umum steroid
ialah sistem empat cincin yang tergabung. Cincin A, B dan C beranggotakan enam atom karbon,
dan cincin D beranggotakan lima. Steroid, semuanya diturunkan dari struktur inti empat-cincin
lebur yang sama, memiliki peran biologis yang bervariasi seperti hormon dan molekul
pensinyalan. Steroid 18-karbon (C18) meliputi keluarga estrogen, sementara steroid C19 terdiri
dari androgen seperti testosteron dan androsteron. Subkelas C21 meliputi progestagen, juga
glukokortikoid dan mineralokortikoid. Sekosteroid, terdiri dari bermacam ragam bentuk vitamin
D, dikarakterisasi oleh perpecahan cincin B dari struktur inti. Contoh lain dari lemak sterol
adalah asam empedu dan konjugat-konjugatnya, yang pada mamalia merupakan turunan
kolesterol yang dioksidasi dan disintesis di dalam hati. Pada tumbuhan, senyawa yang setara
adalah fitosterol, seperti beta-Sitosterol, stigmasterol, dan brasikasterol; senyawa terakhir ini
juga digunakan sebagai bagi pertumbuhan alga. Sterol dominan di dalam membran sel fungi
adalah ergosterol.

Steroid adalah senyawa organic bahan alam yang dihasilkan oleh organisme melalui
metabolit sekunder, senyawa ini banyak ditemukan pada jaringan hewan dan tumbuhan. Asal
usul biogenetic dari steroid mengikuti reaksi-reaksi pokok yang sama, dengan demikian maka
golongan senyawa ini memiliki kerangka dasar yang sama.

Senyawa-senyawa turunan steroid memiliki fungsi yang sangat penting dalam


kelangsungan hidup organisme. Berbagai jenis hormone, asam empedu dan berbagai macam
senyawa anabolic adalah turunan steroid. Keragaman turunan steroid dihasilkan melalui
transformasi struktur dan gugus fungsi steroid berdasarkan reaksi-reaksi sekunder mengikuti
keteraturan biogenetic.

Steroid terdiri atas beberapa kelompok senyawa dan pengelompokan ini didasarkan pada
efek fisiologis yang diberikan oleh masing-masing senyawa. Kelompok-kelompok itu adalah
sterol, asam- asam empedu, hormon seks, hormon adrenokortikoid, aglikon kardiak dan
sapogenin. Ditinjau dari segi struktur molekul, perbedaan antara berbagai kelompok steroid ini
ditentukan oleh jenis substituen R1 , R2 dan R3 yang terikat pada kerangka dasar karbon.
sedangkan perbedaan antara senyawa yang satu dengan yang lain pada suatu kelompok tertentu
ditentukan oleh panjang rantai karbon R 1, gugus fungsi yang terdapat pada substituen R 1, R 2,
dan R 3, jumlah serta posisi gugus fungsi oksigen dan ikatan rangkap dan konfigurasi dari
pusat-pusat asimetris pada kerangka dasar karbon tersebut.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa sifat fisika kimia dari senyawa steroid?
2. Apa klasifikasi dari senyawa steroid?
3. Dimana sumber yang menghasilkan senyawa steroid?
4. Bagaimana isolasi dan preparasi sampel pada senyawa steroid?
5. Bagaimana analisis kualitatif dan kuantitatif pada senyawa steroid?

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui sifat fisika kimia dari senyawa steroid
2. Mengetahui klasifikasi senyawa steroid
3. Mengetahui sumber yang menghasilkan senyawa steroid
4. Mengetahui isolasi dan preparasi sampel pada senyawa steroid
5. Mengetahui analisis kualitatif dan kuantitatif senyawa steroid
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 SIFAT FISIKO KIMIA
Sifat-sifat steroid, seperti senyawa organik lainnya, pada dasarnya harus dipandang
sebagai reaksi-reaksi dari gugus fungsi yang dikandungnya. Misalnya, gugus 3β - hidroksil
menunjukkan semua sifat dari alkohol sekunder, tak ubahnya seperti yang ditunjukkan oleh
2-propanol. Gugus hidroksil ini dapat diesterifikasi untuk menghasilkan suatu ester atau
dioksidasi dengan berbagai oksidator yang menghasilkan suatu keton.

Akan tetapi, oleh karena bentuk geometri dari molekul steroid, sifat gugus 3β-hidroksil sedikit
berbeda dengan sifat dari gugus-gugus hidroksil yang terikat pada posisi lain. Begitu pula,
karena faktor geometri molekul, gugus 3 β - hiroksil memperlihatkan sifat yang sifat yang
sedikit berbeda dengan 3α - hidoksil. Misalnya gugus 3β - hidroksil lebih sukar mengalami
dehidrasi dibandingkan dengan gugus 3α – hidroksil, walaupun prinsip dari reaksi yang terjadi
adalah sama. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai struktur dari steroid, jika dikuasa dengan
baik, dapat memberikan petunjuk tentang sifat-sifat serta jenis reaksi yang dapat dilakukannya.
Beberapa contoh reaksi steroid yang dipengaruhi oleh faktor stereokimia molekul akan diuraikan
dibawah ini.

a. Pengaruh Konformasi Terhadap Kestabila

Pada sikloheksan monosiklik kesetimbangan konformasi mudah dicapai, dimana


substituen yang besar ukurannya akan mengambil kedudukan ekuatorial. Pada turunan
sikloheksan berikut, kesetimbangan mudah dicapai dimana substituen R yang ukurannya lebih
besar daripada hidrogen akan mengambil kedudukan ekuatorial daripada aksial.

Pada kedudukan aksial, substituen R mengalami antaraksi tolak menolak dengan dua
atom hidrogen aksial, yang masing-masing terikat pada atom karbon nomor tiga dari atom
karbon dimana gugus R terikat. Antaraksi ini, yang disebut antaraksi -1,3 menimbulkan
tegangan pada molekul. Tegangan ini sebagian besar dapat dihilangkan jika konformasi molekul
berbah sehingga gugus R mengambil kedudukan ekuatorial. Oleh karena itu dalam
kesetimbangan antara kedua konformasi diatas, konformasi dimana gugus R ekuatorial adalah
lebih stabil dan seluruh molekul yang akan berada dalam konformasi ini. Perubahan konformasi
seperti pada contoh diatas tidak dapat terjadi dengan leluasa pada steroid, karena molekul steroid
adalah k ompak. Hal ini terlihat dari contoh sebagai berikut. Misalnya , 5 – α kolestan 3 ol (
epikolestanol) , dimana kolestnaol merupakan 90% dari campuran. Apabila epimerisasi yang
sama dilakukan terhadap epikolestanol, akan diperoleh campuran epimer dengan perbandingan
jumlah yang sama pula.

Apabila konfigurasi dari kedua epimer diatas diperlihatkan degan seksama, akan terlihat
bahwa gugus hidroksil pada kolestanol adalah ekuatorial, sedangkan pada epikolestanol adalah
aksial. Dalam kedudukan aksial ini,gugs idroksil dalam molekul epikolestanol mengalami
antaraksi -1,3,m dengan dua atom hidrogen aksial yang terikat pada C-1 dan C-5. Antaraksi ini
tidak ditemukan pada kolestanol. Oleh karena itu, kestabilan dari kolestanol lebih besar daripada
epikolestanol, sehingga kolestanol ditemukan dalam perbandingan yang lebih besar didalam
campuran kesetimbangan epimerisasi. Keterangan yang sama dapat diberikan pula bagi
kesetimbangan epimerisasi antara 5 β-kolestan -3 β -ol (koprostanol) dan 5 β -kolestan - 3 α-ol
(epikolestanol). Dalam campuran kesetimbangan epimerisasi ini, epikolestanol lebih stabil dan
dengan demikian berada dalam perbandingan jumlah yang lebih besar (90%).

b. Pengaruh Konformasi Terhadap Esterifikasi

Hampir semua steroid alam mengandung gugus fungsi oksigen, misaklnya gugus
hidroksil pada atom karbon C-3. Olehkarena itu, reaksi pada posisi- posisi yang mengandung
gugs fungsi ini penting artinya dalam ilmu kimia steroid. Salah satu diantara reaksi itu ialah
esterifikasi yang akan diuraikan dibawah ini. Berbagai reaaksi esterifikasi, yang lazim dikenal,
dapat pula digunakan dalam steroid. Umumnya, reaksi ini adalah pengubahan alkohol menjadi
ester asetat (asetilasi) dengan anhidrat asetat dan piridin, menjadi ester benzoat (benzoilasi)
dengan benzoil klorida dan piridin., menjadi ester toluen-p-sulfonat (tosilasi) dengan toluen
p-sulfonil klorida dan piridin, atau menjadi eseter katilat dengan mengggunakan etil kloroformat.
Kereaktifan suatu gugus hidroksil terhadap reaksi esterifikasi ditentukan oleh orientasi gugus itu,
aksial atau ekuatorial. Tanpa kecuali, gugus hidroksil yang ekuatorial lebih mudah diesterifikasi
daripada gugus hidroksil yang aksial, yang terikat pada posisi yang sama. Laju esterifikasi gugus
hidroksil yang terdapat pada posisi yang berlainan seringkali berbeda pula. Perbedaan laju
esterifikasi ini disebabkan oleh halangan ruang (faktor sterik) yang menghalangi terjadinya
serangan pada gugus hidroksil itu. Faktor sterik dalam reaksi esterifikasi menjadi lebih jelas jika
mekanisme reaksi diperhatikan sebagai berikut. Esterifikasi alkohol, misalnya oleh anhidrida
asetat dan piridin, berlangsung melalui pembentukan suatu senyawa kompleks transisi itu
memerlukan suatu persyaratan ruang yang selanjutnya menentukan kereaktifan gugus hodroksil
pada esterifikasi.

2.2 KLASIFIKASI STEROID


Steroid terdiri atas beberapa kelompok senyawa yang pengelompolannya didasarkan pada
efek fisiologis yang dapat ditimbulkan. Ditinjau dari segi struktur, perbedaan antara berbagai
kelompok ini ditentukan oleh jenis subtituen R1, R2, dan R3 yang terikat pada kerangka dasar
sedangkan perbedaan antara senyawa yang satu dengan senyawa lain dari satu kelompok
ditentukan oleh panjangnya rantai karbon subtituen, gugus fungsi yang terdapat pada subtituen,
jumlah dan posisi gugus fungsi oksigen dan ikatan rangkap pada kerangka dasar serta
konfigurasi pusat asimetris pada kerangka dasar. Kelompok-kelompok tersebut adalah sebagai
berikut.
1. Sterol Lemak
Sterol adalah bentuk khusus dari steroid dengan rumus bangun diturunkan dari
kolestana dilengkapi gugus hidroksil pada atom C-3, banyak ditemukan pada tanaman,
hewan dan fungi. Semua steroid dibuat di dalam sel dengan bahan baku berupa lemak
sterol, baik berupa lanosterol pada hewan atau fungsi, maupun berupa sikloartenol pada
tumbuhan. Kedua jenis lemak sterol di atas terbuat dari siklisasi squalena dari triterpena.
Kolesterol adalah jenis lain lemak sterol yang umum dijumpai. Lemak sterol juga dikenal
sebagai alkohol steroid, sebuah subkelompok steroid dengan gugus hidroksil pada posisi
ketiga dari cincin-A. Lemak sterol bersifat amfipatik yang terbentuk dari
acetyl-coenzyme A melalui jalur HMGCoA reductase.
Sebenarnya nama sterol dipakai khusus untuk steroid yang memiliki gugus
hidroksi, tetapi karena praktis semua steroid tumbuhan berupa alkohol dengan gugus
hidroksi pada posisi C-3, maka semuanya disebut sterol. Selain dalam bentuk bebasnya,
sterol juga sering dijumpai sebagai glikosida atau sebagian ester dengan asam lemak.
Glikosida sterol sering disebut sterolin.
Lemak sterol nabati disebut fitosterol dan yang hewani disebut zoosterol. Jenis
zoosterol yang penting antara lain adalah kolesterol dan hormon steroid. Sedangkan pada
fitosterol dikenal campesterol, sitosterol, dan stigmasterol. Ergosterol adalah lemak sterol
yang ditemukan pada membran sel fungi yang berfungsi layaknya kolesterol pada hewan.
2. Asam Empedu
Asam empedu adalah asam steroid yang diproduksi oleh hati dan disimpan di
dalam empedu. Asam empedu biasa ditemukan dalam bentuk asam kolik dengan
kombinasi dengan glisin dan taurin. Asam empedu utama (primer) yang terbentuk dihati
adalah asam kolat dan asam kenodeoksikolat. Di kolon, bakteri mengubah asam kolat
menjadi asam deoksikolat dan asan kenodeoksikolat menjadi asam litokolat. Karena
terbentuk akibat kerja bakteri, asam deoksikolat dan asam litokolat disebut sebagai asam
empedu sekunder.
3. Hormon Kelamin
Hormon kelamin dihasilkan oleh gonad dan adrenal yang diperlukan untuk
konsepsi, maturasi embrionik, dan perkembangan ciri-ciri khas seks primer dan sekunder
pada pubertas. Hormon kelamin pada umumnya merupakan turunan steroid, molekulnya
bersifat planar dan tidak lentur. Kerangka dasarnya adalah
cyclopentanoperhydrophenanthrene yang bersifat kaku. Hormon kelamin dibagi dalam
empat kelompok yaitu Hormon androgen (testosteron dan dihidrotestosteron), Hormon
estrogen (estradiol, estron, dan estriol), Hormon progestin (progesteron) dan Obat
kontrasepsi
4. Hormon Adrenokortikoid
Hormon adrenokortikoid merupakan hormon steroid yang disintesis dari
kolesterol dan diproduksi oleh kelenjar adrenalis bagian korteks. Pengeluaran hormon
dipengaruhi oleh adreno cortico tropin hormon (ACTH) yang berasal dari kelenjar
pituitari anterior. Beberapa fungsi fisiologisnya berhubungan dengan kardiovaskuler dari
darah, sistem saraf pusat, otot polos dan stress. Hormon adrenokortikoid terbagi menjadi
2, yaitu:
a. Mineralokortikoid
Aktivitas mineralokortikoid mempengaruhi elektrolit (mineral) cairan
ekstrasel, terutana natriun dan kalium. Pada manusia, terutama adalah aldosteron.
b. Glukokortikoid
Glukokortikoid dapat meningkatkan glukosa darah, serta efek tambahan
pada metabolisme protein dan lemak seperti pada metabolisme karbohidrat. Yang
termasuk dalam hormon glukokortikoid adalah kortisol atau hidrokortisol.

2.3 SUMBER STEROID


1. Pepaya (Carica papaya)
Salah satu tumbuhan yang ditemukan mengandung senyawa steroid adalah
tumbuhan pepaya (Carica papaya L.), yang mengandung senyawa steroid golongan sterol
(campesterol) yaitu ergost-5-en-3b-ol. Daun pepaya (Carica papaya L.), digunakan
sebagai obat penyakit beri-beri, malaria, kejang perut, penurun panas dan penambah
nafsu makan.
2. Kulit batang Bakau Merah (Rhizophora stylosa)
Senyawa steroid yang terkandung dalam kulit batang Bakau Merah (Rhizophora
stylosa) merupakan campuran senyawa steroid yaitu, campesterol (ergost-5-en-3-ol)
dengan rumus molekul C28H48O, stigmasterol (stigmast-5,22-dien-3-ol) dengan rumus
molekul C29H50O. Tumbuhan tersebut biasanya dimanfaatkan masyarakat sebagai
tanaman pelindung pantai dari abrasi air laut, bahan bangunan serta kayu bakar..
3. Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa)
Senyawa steroid yang terdapat dalam buah mahkota dewa adalah
stigmast5-en-3β-ol (β-sitosterol).
4. Kulit Batang buah Maja
Senyawa steroid yang terdapat dalam buah maja adalah stigmasterol.
2.4 Isolasi dan preparasi sampel
Isolasi dan Identifikasi Senyawa Steroid dari Kulit Batang Tumbuhan Maja (Aegle
marmelos (L.) Correa) Tumbuhan Algae marmelos (L.) Correa merupakan salah satu jenis
tumbuhan obat yang terdapat di hutan hujan tropis Indonesia. Tumbuhan ini memiliki beberapa
nama daerah seperti maja, gelepung, maja gedang, maja lumut, maja pahit, maja paek, dan maos.
Algae marmelos berupa pohon dengan batang lurus, sampai 300 m di atas permukaan laut,
dahannya banyak duri. Durinya ada di dalam ketiak daun dengan panjang 2-3 cm. Bagian dari
tumbuhan ini banyak digunakan sebagai obat tradisional. Daun tumbuhan Algae marmelos
menghasilkan essensial oil yang mempunyai aktivitas antifungal (obat anti jamur). Berbagai
hasil penelitian mengenai kandungan kimia pada tumbuhan ini telah dilaporkan. Konstituen
utama dari ekstrak daun diidentifikasi sebagai tannin, skimmianin, essensial oil, sterol,
triterpenoid, dan flavonoid.
Hasil uji fitokimia yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dalam kulit batang Algae
marmelos mengandung senyawa golongan steroid. Bahan yang digunakan yaitu: pelarut organik
(n-heksana, metanol, kloroform), silika gel GF 254 (untuk KLT), silika gel 60 (35-70 mesh)
(untuk Kromatografi kolom), perealsi Liebermann-Burchard (untuk uji steroid). Alat yang
digunakan yaitu: seperangkat alat destilasi sederhana, neraca elektronik balance Chyo model
MP-300, pengisat gasing hampa R 114 Buchi dilengkapi dengan sistem vacum Buchi B 169,
sumber UV Iric Seisakusho tipe L5-D1, oven mermer model 600, spektrofotometer inframerah,
dan spektrofotometer NMR1H.
Serbuk kering kulit batang Algae marmelos diekstraksi dengan cara maserasi
menggunakan pelarut metanol. Ekstrak metanol dipekatkan kemudian difraksinasi menggunakan
n-heksana lalu diuji steroid. Uji fitokimia dengan menggunakan pereaksi Liebermann-Burchard
memberikan warna hijau, menunjukkan bahwa isolat tersebut positif steroid. Ekstrak n-heksana
merupakan fraksi yang positif steroid kemudian dipisahkan dengan cara kromatografi kolom
menggunakan fase diam silika gel dan dielusi (proses mengekstrasi zat yang umumnya padat dari
campuran zat dengan menggunakan zat cair) secara isokratik (komposisi fase gerak tetap)
menggunakan eluen (pelarut) n-heksana-kloroform (70:30). Semua fraksi dianalisis
menggunakan KLT. Fraksi yang sama digabung berdasarkan pola noda yang sama dan diuji
steroid. Fraksi yang positif steroid (vial 15-22) menghasilkan kristal. Rekristalisasi dengan
menggunakan metanol sampai diperoleh steroid yang murni. Uji kemurnian dilakukan dengan
menggunakan KLT. Penentuan struktur molekul isolat murni dilakuakn dengan menggunakan
spektofotometer inframerah dan spektrifotometer NMR-1H Dari keseluruhan data spektrum
yang diperoleh, senyawa hasil isolasi adalah senyawa steroid golongan sterol, yaitu stigmasterol.
Hal ini berdasarkan spektrum NMR-1H yang mirip dengan spektrum database stigmasterol.
Struktur
stigmasterol adalah sebagai berikut:
2.5 Analisis kualitatif dan kuantitatif (instrumen yang digunakan dan kelebihan dan
kekurangan)
Analisis kualitatif dan kuantitatif berdasarkan jurnal UJI FITOKIMIA KUALITATIF
DAN KUANTITATIF EKSTRAK KULIT BUAH RAMBAI (Baccaurea Motleyana)
KONSENTRASI 100%. Analisis kualitatif dan kuantitatif ini dilakukan untuk mengidentifikasi
dan menentukan kadar senyawa bioaktif yang terkandung pada genus Baccaurea. Hasil dari
analisis kualitatif ekstrak kulit buah rambai (Baccaurea motleyana) adalah identifikasi metabolit
sekunder pada ekstrak ekstrak kulit buah rambai (Baccaurea motleyana), sedangkan pada uji
kuanitatif akan didapatkan kadar tertinggi dari senyawa bioaktif yang terkandung.
Uji kandungan steroid dilakukan dengan menambahkan pereaksi Lieberman-Buchard
(CH3COOH glasial + H2SO4 pekat). Warna hijau atau biru menunjukkan hasil positif steroid.
Uji analisis kadar steroid dilakukan dengan memasukkan sebanyak 1 ml ekstrak sampel ke dalam
labu takar 10 ml, lalu asam sulfat 4N sebanyak 2 ml dan besi (III) klorida sebanyak 2 ml, serta
larutan kalium heksasianoferrat (III) sebanyak 0,5 ml ditambahkan dalam larutan. Campuran
selanjutnya dipanaskan menggunakan waterbath (suhu 70°C) selama 30 menit dengan sesekali
diaduk. Absorbansi diukur pada panjang gelombang 780 nm. Berdasarkan hasil yang terdapat
dalam jurnal steroid merupakan kandungan senyawa paling sedikit yang terdapat pada ekstrak
kulit buah rambai yaitu steroid dengan kadar total 28,71 mg/ml.
Analisis kuantitatif fitokimia ekstrak kulit buah rambai dilakukan dengan metode
gravimetri dan spektrofotometri UV-Vis. Penggunaan spektrofotometri UV-Vis mengharuskan
senyawa dalam analisa untuk memiliki gugus kromofon, dan ikatan rangkap terkonjugasi dengan
panjang gelombang 185 nm yang terletak pada daerah ultraviolet atau visible. Selain itu, metode
gravimetri juga memerlukan proses pengerjaannya lama. Waktu yang dibutuhkan selama proses
pengendapan dan pengeringan endapan sangat lama. Pengukuran kadarnya hanya dapat
digunakan untuk komponen yang besar, sedangkan untuk jumlah sampel yang sangat kecil tidak
valid.
Metode gravimetri memiliki kelebihan dimana penyusun yang dicari dapat diketahui
pengotornya jika ada dan bila diperlukan dapat dilakukan pembetulan (koreksi). Kelebihan dari
metode ini yaitu metode cukup sederhana, dapat digunakan untuk menetapkan kuantitas zat yang
sangat kecil, hasil yang diperoleh cukup cepat dan akurat, dimana angka yang terbaca langsung
dicatat oleh detektor dan tercetak dalam bentuk angka digital ataupun grafik yang sudah
diregresikan . Adapun kekurangan dari metode ini yaitu absorbsi dipengaruhi oleh pH larutan,
suhu, adanya zat pengganggu, dan kebersihan kuvet; pemakaian hanya pada gugus fungsional
yang mengandung electron valensi dengan energi eksitasi rendah; sinar yang dipakai harus
monokromatis.
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

1. Sifat Fisiko-Kimia Steroid:

a. Sifat-sifat steroid dipengaruhi oleh gugus fungsi yang ada dalam strukturnya.
b. Geometri molekul steroid memengaruhi sifat gugus hidroksil pada posisi tertentu,
misalnya, gugus 3β-hidroksil lebih sulit mengalami dehidrasi dibandingkan dengan gugus
3α-hidroksil.
c. Konformasi molekul steroid memiliki dampak pada kestabilan dan reaktivitasnya dalam
berbagai reaksi, seperti esterifikasi.

2. Pengaruh Konformasi Terhadap Kestabilan:

a. Konformasi molekul sangat memengaruhi kestabilan, seperti dalam contoh epimerisasi


antara kolestanol dan epikolestanol.
b. Gugus hidroksil ekuatorial cenderung lebih stabil daripada gugus hidroksil aksial dalam
molekul steroid.

3. Pengaruh Konformasi Terhadap Esterifikasi:

a. Esterifikasi pada steroid melibatkan gugus hidroksil, dan orientasi aksial atau ekuatorial
dari gugus tersebut memengaruhi reaktivitasnya.
b. Gugus hidroksil ekuatorial lebih mudah diesterifikasi daripada gugus hidroksil aksial
pada posisi yang sama.

4. Klasifikasi Steroid:

a. Steroid dapat dikelompokkan berdasarkan efek fisiologisnya, seperti sterol lemak, asam
empedu, hormon kelamin, dan hormon adrenokortikoid.

5. Sumber Steroid:

a. Beberapa tumbuhan seperti pepaya, kulit batang bakau merah, buah mahkota dewa, dan
buah maja mengandung senyawa steroid.
b. Isolasi dan preparasi sampel dari kulit batang maja dapat dilakukan untuk mendapatkan
senyawa steroid, seperti stigmasterol.

6. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif:

a. Uji fitokimia memberikan informasi tentang senyawa-senyawa aktif yang terkandung


dalam tumbuhan, seperti steroid.
b. Metode analisis kuantitatif, seperti spektrofotometri UV-Vis, dapat digunakan untuk
menentukan kadar senyawa steroid dalam ekstrak tumbuhan.

3.2 SARAN
Kami berharap dengan makalah yang kami kerja dapat membantu dan memberikan
informasi kepada pembaca terkait dengan steroid, dan apabila masi ada kekurangan dari materi
yang kami sampaikan mohon dimaafkan.
DAFTAR PUSTAKA
Mukharromah, R.R. dan Suyatno. 2014. Senyawa Metabolit Sekunder dari Ekstrak
Diklorometana Kulit Batang Bakau Merah (Rhizophora stylosa). Journal of Chemistry.
3(3).
Saleh, Chairul. 2009. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Steroid dari Kulit Batang Tumbuhan Maja
(Aegle marmelos (L.) Correa). Jurnal Kimia Mulawarman. 7(1)
Slamet, M. Dan Rahayu, A. 2013. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Steroid dari Buah Mahkota
Dewa (Phaleria macrocarpa). Digital Rposotory UNILA.

You might also like