Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
2023
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah
senantiasa melimpahkan Rahmat serta hidayah-Nya kepada kami semua sehingga kami
dapat menyelesaikan tuga makalah mata kuliah Kewarganegaraan yang berjudul Otonomi
Daerah tanpa halangan suatu apapun. Tidak lupa, sholawat serta salam kita haturkan
kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Saw. Yang kita nanti – nantikan syafaatnya dihari
akhir nanti.
Tujuan penulis menyusun makalah ini adalah guna memenuhi tugas dari mata
kuliah Kewarganegaraan yang diampu Bapak Abdul Syukur M.Si. semoga dengan
terselesainya makalah ini bisa bermanfaat dan menjadi tambahan pengetahuan bagi kita
semua.
Pada makalah ini penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari
kata sempurna dan juga kesalahan yang penulis yakini masih diluar batas kemampuan
penulis. Maka dari itu penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang
membangun dari pembaca dan juga penulis berharap semoga tulisan ini bisa menambah
pengetahuan dan memberi manfaat bagi semua pihak.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................4
A. Latar Belakang............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.......................................................................................4
C. Tujuan..........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................5
A. Kesimpulan...............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................14
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penerapan desentralisasi dan otonomi daerah di Indonesia diyakini akan mampu
mendekatkan pelayanan masyarakat, meningkatkan kesejahteraan rakyat dan memupuk
demokrasi lokal. Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika, terdiri dari ribuan pulau, ratusan
kultur dan subkultur yang menyebar di seluruh nusantara. Berdasarkan pada variasi lokalitas
yang sangat beragam itu maka sangat tepat untuk menerapkan otonomi daerah. Hal ini akan
memberi peluang seluas luasnya bagi tiap daerah untuk berkembang sesuai potensi alam dan
sumber daya manusia yang ada di masing masing daerah dan kemudian akan menciptakan
suasana kompetisi antar daerah dalam mewujudkan kesejahteraan bagi rakyatnya.
Suasana kompetisi dan persaingan antar daerah di masa lalu hampir tidak dikenal karena
semua kebijakan fiskal, adminsitratif dan politis diatur dari pusat, Jakarta. Hampir tidak ada
ruang bagi eksekutif di daerah untuk menentukan kebijakan sendiri. Bupati atau walikota
yang telah dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di daerah akan dapat
ditolak oleh otoritas pusat jika tidak sesuai dengan kepentingan politik elite penguasa di
Jakarta. Jadi, eksekutif dan legislatif daerah pada masa itu hanya jari jari kekuasaan pusat
yang berada di daerah. Harapan normatif yang dilekaktkan kepada DPRD sebagai wakil
rakyat kandas dilumat sistim yang memang dirancang untuk melestarikan status quo
autoritarian di bawah rejim Orde Baru, anggota dan badan legislatif dikooptasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Otonomi Daerah?
2. Apa Konsep Dasar Otonomi Daerah?
3. Apa Tujuan Otonomi Daerah?
4. Apa Perkembangan Otonomi Daerah di Indonesia?
5. Apa Dampak Positive Negatif?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Otonomi Daerah
2. Mengetahui Konsep Dasar Otonomi Daerah
3. Mengetahui Tujuan Otonomi Daerah
4. Mengetahui Perkembangan Otonomi Daerah di Indonesia
5. Mengetahui Dampak Positive Negatif
4
BAB II
PEMABAHASAN
a. Ajaran otonomi formil (formele huishoundingsleer), dalam rumah tangga formil ini
tidaklah secara apriori ditetapkan apa yang termasuk rumah tangga daerah otonom.
hakikatnya adalah:1
1. Hak mengurus rumah tangga sendiri bagi suatu daerah otonom. Hak tersebut
bersumber dari wewenang pangkal dan urusan-urusan pemerintah (pusat) yang
diserahkan kepada daerah. Istilah sendiri dalam mengatur dan mengurus rumah tangga
merupakan inti ke otonomian suatu daerah; penetapan kebijaksanaan sendiri, pelaksanaan
sendiri, serta pembiayaan dan pertanggungjawaban daerah sendiri, maka hak itu
dikembalikan kepada pihak yang memberi, dan berubah kembali menjadi urusan
pemerintah (pusat).
2. Dalam kebebasan menjalankan hak mengurus dan mengatur rumah tangga sendiri,
daerah tidak dapat menjalankan hak dan wewenang otonominya itu di luar batas-batas
wilayah daerahnya
3. Daerah tidak boleh mencampuri hak mengatur dan mengurus rumah tangga daerah
lain sesuai dengan wewenang pangkal dan urusan yang diserahkan kepadanya;
Otonomi tidak membawahi otonomi daerah lain, hak mengatur dan mengurus rumah
tangga sendiri tidak merupakan subordinasi hak mengatur dan mengurus rumah tangga
daerah lain. Dengan demikian suatu daerah otonom adalah daerah yang self goverment,
self sufficiency, self authority, dan self regulation maupun horisontal karena daerah
otonom memiliki actual independence. Indikator suatu daerah menjadi otonom setelah
melaksanakan kebijakan otonomi daerah meliputi makna daerah itu telah secara nyata
menjadi satuan masyarakat hukum, satuan unit ekonomi publik, satuan unit sosial
budaya, satuan unit lingkungan hidup (lebensraum) dan menjadi satuan subsistem politik
nasional.2
Tujuan pemberian otonomi kepada daerah adalah untuk memungkinkan daerah yang
bersangkutan mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, untuk meningkatkan
daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah dalam rangka pelayanan terhadap
masyarakat dan pelaksanaan pembangunan. Dengan mengacu pada ide yang hakiki dalam
konsep otonomi daerah, tujuan
pemberian otonomi kepada daerah setidak-tidaknya akan meliputi 4 aspek sebagai
berikut.3
1. Dari Segi politik adalah untuk mengikutsertakan, menyalurkan inspirasi masyarakat,
baik untuk kepentingan daerah sendiri, maupun untuk mendukung politik dan
3
I Nyoman S. Op. Hal. 55.
7
kebijaksanaan nasional dalam rangka pembangunan dalam proses demokrasi di lapisan
bawah.
2. Dari segi menejemen pemerintahan, adalah untuk meningkatkan daya guna dan hasil
guna penyelenggaraan pemerintahan, terutama dalam memberikan pelayanan terhadap
masyarakat dengan memperluas jenis-jenis pelayanan dalam berbagai bidang kebutuhan
masyarakat. Dari segi kemasyarakatan, untuk meningkatkan pastisipasi serta
menumbuhkan kemandirian masyarakat, sehingga masyarakat makin mandiri, dan tidak
terlalu banyak bergantung pada pemberian pemerintah serta memiliki daya saing yang
kuat dalam proses penumbuhannya. Dari segi ekonomi pembangunan, adalah untuk
melancarkan pelaksanaan program pembangunan guna tercapainya kesejahteraan rakyat
yang makin meningkat dengan demikian, inti pelaksanaan otonomi daerah adalah
terdapatnya keleluasaan pemerintah daerah (discretionary power) untuk
menyelenggarakan pemerintah sendiri atas dasar prakarsa, kreativitas dan peranserta aktif
masyarakat dalam rangka mengembangkan dan memajukan daerah. Memberikan otonomi
daerah tidak hanya berarti melaksanakan demokrasi di lapisan bawah, tetapi juga
mendorong otoaktivitas untuk melaksanakan sendiri apa yang dianggap penting bagi
lingkungan sendiri.
Tujuan utama dari kebijakan desentralisasi adalah, di satu pihak, membebaskan
pemerintah pusat dari beban-beban yang tidak perlu dalam menangani urusan domestik,
sehingga ia berkesempatan mempelajari, memahami, merespon berbagai kecenderungan
global dan mengambil manfaat dari padanya. Pada saat yang sama, pemerintah pusat
diharapkan lebih mampu berkonsentrasi pada perumusan kebijakan makro nasional yang
bersifat strategis. Di lain pihak, dengan desentralisasikewenangan pemerintah ke daerah,
maka daerah akan mengalami proses pemberdayaan yang signifikan. Kemampuan
prakarsa dan kreativitas mereka akan terpacu, sehingga kapabilitas dalam mengatasi
berbagai masalah domestik akan semakin kuat. Desentralisasi merupakan simbol dari
adanya ’trust’ dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Ini akan dengan
sendirinya mengembalikan harga diri pemerintah dan masyarakat daerah. Kalau dalam
sistem yang sentralistik mereka tidak bisa berbuat banyak dalam mengatasi berbagai
masalah, akibat dari tiada atau kurangnya kewenangan yang mereka miliki, dalam sistem
otonomi ini mereka ditantang untuk secara kreatif menemukan solusi-solusi atas berbagai
masalah yang dihadapi.4
4
Hanif Nurcholis, et al, 2008. Perencanaan Partisipatif Pemerintah Daerah, PT. Grasindo, Jakarta, hal. 18.
8
Undang-undang yang pertama kali dikeluarkan di Indonesia untuk mengatur tentang
pemerintahan daerah dan otononi daerah adalah UU No 1 tahun 1945 tentang Kedudukan
Komite Nasional Daerah. Maksud dikeluarkannya UU ini menurut Bayu Suryaningrat
adalah sebagai berikut: dibuatnya UU ini mempunyal program menyusun pemerintahan
pusat dan pemerintahan daerah yang demokratis. Program ini mempunyai latar belakang
politis berhadapan dengan propaganda pemerintahan Belanda yang menyatakan bahwa
pemerintahan Indonesia adalah pemerintahan fasis. Oleh sebab itu UU ini disertai dengan
membentuk unit kenegaraan di beberapa daerah disertai dengan Dewan Perwakilan
Rakyat yang dipropagandakan sebagai tindakan konstruktif dalam rangka pelaksanaan
demokratis di Indonesia.
b. Undang-undang Nomor 22 tahun 1948
Pembentukan UU Nomor 22 tahun 1948 dimaksudkan untuk meletakkan dasar
pembentukan pemerintahan daerah yang sistematis dengan suatu pemerintahan daerah
yang demokratis. Ditegaskan dalam UU ini bahwa tujuan dikeluarkannya adalah untuk
memenuhi harapan rakyat dalam bentuk pemerintahan yang kolegial berdasarkan
kedaulatan rakyat dan demokratis. Pasal 1 UU 22 tahun 1948 menyatakan bahwa, daerah-
daerah yang dapat mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri dapat dibedakan dalam
dua jenis yaitu daerah otonomi biasa dan daearah istimewa. Tiap-tiap jenis daerah itu
dibedakan dalam tiga tingkatan yakni: Provinsi, Kabupaten/Kota Besar dan Desa/Kota
Kecil. UU ini juga mengatur tentang sistem otonomi daerah yang diatur dalam Pasal 23
yakni:
1) DPRD mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri
2) Hal-hal yang masuk urusan rumah tangga tersebut ditetapkan dalam UU
pembentukan bagi tiap-tiap daerah.
c. Undang-undang Nomor 1 tahun 1957
UU No 1 tahun 1957 tentang Pokok-pokok Pemerintahan daerah, dikeluarkan pada
saat Negara Indonesia berdasarkan UUD Sementara Tahun 1950. Sistem otonomi yang
dianut adalah otonomi Riil dapat diketahui dalam Pasal 31 sebagai berikut:
1) DPRD mengatur dan mengurus segala urusan rumah tangga daerah, kecuali urusan
yang oleh UU ini diserahka kepada penguasa lain.
2) Dengan tidak mengurangi ketentuan tersebut diatas, dalam peraturan
pembentukan ditetapkan urusan-urusan tertentu.
3) Dengan peraturan pemerintah tiap-tiap waktu, dengan memperhatikan
kesanggupan dan kemampuan dari masing-masing daerah atas usul dari DPRD
yang bersangkutan dan sepanjang mengenai Daerah Tingkat II dan III setelah
9
minta pertimbangan dari DPRD setingkat atasnya urusan tersebut dapat ditambah
urusan-urusan lain.5
Dampak negatif dari otonomi daerah adalah adanya kesempatan bagi oknum-oknum
di pemerintah daerah untuk melakukan tindakan yang dapat merugikan Negara dan rakyat
seperti korupsi, kolusi dan nepotisme. Selain itu terkadang ada kebijakan-kebijakan daerah
yang tidak sesuai dengan konstitusi negara yang dapat menimbulkan pertentangan antar
daerah satu dengan daerah tetangganya, atau bahkan daerah dengan negara, seperti contoh
pelaksanaan Undang-undang Anti Pornografi di tingkat daerah. Hal tersebut dikarenakan
dengan sistem otonomi daerah maka pemerintah pusat akan lebih susah mengawasi
jalannya pemerintahan di daerah, selain itu karena memang dengan sistem.otonomi daerah
membuat peranan pemeritah pusat tidak begitu berarti.
Otonomi daerah juga menimbulkan persaingan antar daerah yang terkadang dapat
memicu perpecahan. Contohnya jika suatu daerah sedang mengadakan promosi pariwisata,
maka daerah lain akan ikut melakukan hal yang sama seakan timbul persaingan bisnis antar
daerah. Selain itu otonomi daerah membuat kesenjangan ekonomi yang terlampau jauh antar
daerah. Daerah yang kaya akan semakin gencar melakukan pembangunan sedangkan daerah
pendapatannya kurang akan tetap begitu-begitu saja tanpa ada pembangunan. Hal ini sudah
sangat mengkhawatirkan karena ini sudah melanggar pancasila sila kelima, yaitu “Keadilan
Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
BAB III
PENUTUP
7
Tersono, 2011, Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi Islam, Batik Press, Bandung,. hal.191.
11
A. Kesimpulan
Daerah tidak boleh mencampuri hak mengatur dan mengurus rumah tangga daerah lain
sesuai dengan wewenang pangkal dan urusan yang diserahkan kepadanya; Otonomi tidak
membawahi otonomi daerah lain, hak mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri tidak
merupakan subordinasi hak mengatur dan mengurus rumah tangga daerah lain.
Tujuan Otonomi Daerah pemberian otonomi kepada daerah adalah untuk memungkinkan
daerah yang bersangkutan mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, untuk
meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah dalam rangka pelayanan
terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan.Dengan mengacu pada ide yang hakiki
dalam konsep otonomi daerah, tujuan pemberian otonomi kepada daerah setidaktidaknya dalam
4 aspek yaitu Politik, Menejemen Pemerintahan, Kemasyarakatan, Ekonomi Pembangunan
DAFTAR PUSTAKA
Hanif Nurcholis, et al, 2008. Perencanaan Partisipatif Pemerintah Daerah, PT. Grasindo, Jakarta.
Tersono, 2011, Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi Islam, Batik Press Bandung,
12
Taliziduhu Ndraha, 2003.Kybernology (Ilmu Pemerintah Baru), Rineka Cipta, Jakarta
Sri Kusriyah, Politik Hukum Desentralisasi Dan Otonomi Daerah Semarang:UNISSULA PRESS, 2019,
13