You are on page 1of 8

MODEL PROBLEM BASED LEARNING MENINGKATKAN KETERAMPILAN

SENAM IRAMA PADA PEMBELAJARAN PENJASORKES

Tono Sugihartono
Program Studi Pendidikan Jasmani FKIP Universitas Bengkulu
sugiartono@unib.ac.id

Abstract. The study aimed to determine the effect of applying Problem Based Learning
(PBL) Learning Model to Poco-Poco rhythmic gymnastic learning outcomes in sports, in
learning Physical Education, Sports and Health (PJOK) in 79 Public Elementary Schools
in Bengkulu City. The research method and procedure used a Classroom Action Research
(CAR) collaborative classroom action research among lecturers in Gymnastic Learning
courses, with PJOK 79 elementary school teachers. The results showed that the
application of learning models to Problem Base Learning in Poco-rhythmic gymnastic
learning poco sports are able to provide strong stimuli to learn to move independently,
and solve problems in groups effectively so that mastery of the Poco-poco sports
movement skills can achieve 87% completeness. The application of the Problem Base
Learning learning model can increase the effective time of students in PJOK learning
with indicators Giat moves, practices and is active during the gymnastics learning
process, increasing the effective time from the first cycle 21.11% to 61.11% in the second
cycle during 70 minutes learning . The application of the Problem Base Learning can
increase student motivation in participating in learning, which is characterized by
increased student attention and effective time to actively move; and reduced free time and
rest. According to the data that students are free from the learning context only 4.12%.

Keywords: Learning Model, Problem Based Learning (PBL), Rhythmic Gymnastics


Poco-poco olahraga.

Abstrak. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan Model


Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil pembelajaran senam irama
poco-poco olahraga, pada pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
(PJOK) di SD Negeri 79 Kota Bengkulu. Metode dan prosedur penelitian menggunakan
rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berkolaborasi (collaborative classroom
action research) antara dosen pengampu mata kuliah Pembelajaran Senam, dengan guru
PJOK SD Negeri 79. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penerapan model
pembelajaran Problem Base Learning dalam pembelajaran senam irama Poco-poco
olahraga mampu memberikan rangsangan yang kuat untuk belajar gerak secara mandiri,
dan memecahkan masalah dalam kelompok secara efektif sehingga penguasaan
keterampilan gerakan Poco-poco olahraga dapat mencapai ketuntasan mencapai 87%.
Penerapan model pembelajaran Problem Base Learning dapat meningkatkan waktu
efektif siswa dalam pembelajaran PJOK dengan indikator giat bergerak, berlatih dan aktif
selama proses pembelajaran senam, peningkatan waktu efektif tersebut dari siklus
pertama 21,11% menjadi 61,11% pada siklus kedua selama pembelajaran 70 menit.
Penerapan model pembelajaran Problem Base Learning dapat meningkatkan motivasi
mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran, yang ditandai dengan meningkatnya perhatian
mahasiswa dan waktu efektif giat bergerak; serta berkurangnya waktu bebas dan istirahat.
Sesuai data bahwa siswa terbebas dari konteks pembelajaran hanya 4,12 %.

Kata Kunci: Model Pembelajaran, Problem Based Learning (PBL), Senam Irama Poco-
poco Olahraga.

15
PENDAHULUAN memiliki keluasan materi yang menunjang
Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, tercapainya tujuan terwujudnya manusia
Olahraga dan Kesehatan (PJOK) di seutuhnya, sehat jasmani dan rohani serta
Sekolah Dasar merupakan salah satu mata dapat mencapai derajat kebugaran yang
pelajaran yang memiliki karakteristik tinggi (Depdiknas, 2004). Cabang olahraga
pengembangan gerak yang sifatnya yang turut serta mewujudkan tujuan
individualistik, aktivitas gerak yang tersebut yaitu melalui materi cabang
membutuhkan dan menuntut kemampuan olahraga senam. Selain materi tersebut
keluasan gerak yang komplek, tidak merupakan bagian yang tak terpisahkan
sekedar aktivitas gerak lokomotor, non dalam PJOK, senam irama atau senam
lokomotor atau gerak manipulatif tapi kebugaran jasmani merupakan aktivitas
koordinasi gerak tersebut menyatu dalam wajib yang harus dilaksanakan di sekolah-
kesatuan gerak yang utuh (Mahendra sekolah secara massal minimal satu kali
2002:1). Materi senam irama atau senam seminggu, sebagai bagian dari pembinaan
ritmik dapat dikembangkan secara sekolah dalam mengembangkan kebugaran
dinamik dan progresisive sesuai dengan jasmani siswanya.
tuntutan dan perkembangannya. Beberapa situasi dan kondisi sebagai
Pengembangan senam ritmik yang kendala atau hambatan proses
dinamik menuntut upaya yang kreatif, pembelajaran senam yang telah
sehingga dapat menarik minat pelakunya dikemukakan di atas, perlu adanya
(termasuk siswa) dan memilih kegiatan langkah-langkah dalam rangka
tersebut untuk aktivitas olahraga. Salah mengeksplorasi proses pembelajaran agar
satu ciri aktivitas senam yang memenuhi lebih efektif dan efisien serta hasil
ketentuan tersebut adalah aktivitas aerobik. pembelajaran juga meningkat. Dalam hal
Menurut Jackie Sorensen (1998) dalam lain setelah mahasiswa menyelesaikan
Aslandi (2009) aktivitas aerobik adalah masa studinya, diharapkan mahasiswa
aktivitas yang mampu merangsang mampu menyajikan pembelajaran pada
efisiensi pemasukan oksigen ke dalam siswanya secara baik dengan strategi yang
jaringan tubuh sehingga kinerja jantung tepat, mampu membelajarkan siswa
dan paru lebih baik. dengan aktif, inovatif, kreatif, efisien dan
Beberapa alasan senam aerobik menyenangkan (Paikem). Salah satu
Poco-poco Olahraga dapat diintegrasikan langkah agar terjadi pembelajaran yang
ke dalam materi pembelajaran Pendidikan paikem, guru hendaknya beralih
Jasmani Olahraga dan kesehatan (PJOK) pandangan dari mengajar sebagai sumber
adalah 1) merupakan kreasi dari gerakan- otoritas menuju pada perannya sebagai
gerakan Tarian Poco-Poco sebagai budaya fasilitator dan mediator yang kreatif,
luhur bangsa Indonesia yang harus sehingga dapat mengembangkan
dipelihara dan pertahankan. 2) Materi kemampuan berpikir siswa (Widi, 2007:2).
gerakannya dikembangkan mengenalkan Hal ini sesuai dengan pandangan
gerakan-gerakan cabang olahraga, seperti Mosston & Asworth, 1994 dalam (Irwandi,
Silat, Bulutangkis, Atletik, Sepak Bola, 2009: 55) bahwa guru harus selalu
Renang, Bola voli, Bola Basket, Angkat menempuh pendekatan baru, dengan
Besi, dan Tinju. Hal tersebut untuk menerapkan serta memanfaatkan
mempertegas bahwa Pembelajaran PJOK bermacam-macam keterampilan mengajar,
16
metode dan gaya mengajar yang dapat penyelidikan. Trianto, (2007: 26) belajar
berinteraksi secara efektif dengan berdasarkan masalah adalah interaksi
lingkungan belajar yang khusus, unik dan antara stimulus dengan respons,
khas. pembelajaran Problem Based merupakan hubungan antara dua arah
Learning (PBL) ini dapat meningkatkan belajar dan lingkungan. Lingkungan
kemampuan siswa dalam proses memberi masukan kepada siswa berupa
pembelajaran. bantuan dan masalah, sedangkan sistem
Membelajarkan siswa untuk gerakan saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan
sejenis senam irama seperti SKJ, atau itu secara efektif sehingga masalah yang
Senam irama lainnya seperti poco-poco dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis
olahraga yang cukup kompleks, biasanya serta dicari pemecahannya dengan baik.
tiap siswa memerlukan waktu yang Pengalaman siswa yang diperoleh dari
berbeda-beda dalam menguasai lingkungan akan menjadikan bahan dan
gerakannya, hal tersebut disebabkan materi guna memperoleh pengertian serta
karena jumlah gerakannya relatif banyak, bisa dijadikan pedoman dan tujuan
dan juga harus dipadukan serta disesuaikan belajarnya.
dengan iringan irama musik pengiringnya, Trianto (2007: 91) PBL merupakan
maka untuk anak-anak tertentu khususnya suatu pendekatan pembelajaran dimana
siswa laki-laki bahkan menjadi masalah siswa mengerjakan permasalahan yang
sendiri sehingga siswa menjadi putus-asa otentik dengan maksud untuk menyusun
untuk mempelajarinya sampai tuntas. Oleh pengetahuan mereka sendiri,
karena itu Problem Base Learning mengembangkan ketermapilan berpikir
diharapkan akan menjadi salah satu solusi tingkat lebih tinggi, mengembangkan
bagi guru dalam memecahkan masalah kemandirian dan percaya diri. Sanjaya
membelajarkan senam irama Poco-poco (2006: 8) PBL dapat diartikan sebagai
olahraga di sekolah dasar. rangkaian aktivitas pembelajaran yang
Model Problem Based Learning (PBL) menekankan kepada proses penyelesaian
Pembelajaran Problem Based masalah yang dihadapi secara ilmiah.
Learning (PBL) adalah Suatu model Beberapa kriteria pemilihan bahan
pembelajaran yang melibatkan siswa untuk pelajaran dalam pembelajaran berbasis
memecahkan suatu masalah melalui masalah yakni: (a) Harus isu-isu yang
tahapan-tahapan metode ilmiah sehingga mengandung konflik; (b) Bersifat familiar
siswa dapat mempelajari pengetahuan bagi siswa;(c) Berhubungan dengan
yang berhubungan dengan masalah kepentingan orang banyak; (d)
tersebut dan sekaligus memiliki Mendukung tujuan atau kompetensi yang
keterampilan untuk memecahkan masalah harus dimiliki oleh siswa sesuai
(Ngalimun, 2012: 89). PBL telah dikenal kurikulum; (e) Sesuai dengan minat siswa.
sejak zaman John Dewey, yang sekarang Karakteristik Problem Based Learning
ini mulai diangkat sebab ditinjau secara (PBL)
umum pembelajaran berdasarkan masalah Teori belajar yang paling melandasi
terdiri dari menyajikan kepada siswa pembelajaran berbasis masalah adalah
situasi masalah yang otentik dan bermakna teori belajar penemuan (discovery
yang dapat memberikan kemudahan learning) yang dikembangkan oleh Jerome
kepada mereka untuk melakukan Bruner pada tahun 1996 yang menyatakan
17
bahwa pengetahuan yang diperoleh masing-masing untuk mengembangkan
melalui belajar penemuan memiliki pengertian dan keterampilan dalam
beberapa kelebihan, yaitu: (a) Pengetahuan menerapkan konsep-konsep gerak dan
yang diserap akan bertahan lebih lama dari tidak terpaku pada penguasaan
pada yang diperoleh dengan cara lain; (b) keterampilan formal yang ada dalam salah
Hasil belajar penemuan akan memiliki satu disiplin senam. Salah satu bagian dari
efek transfer yang lebih baik artinya pengembangan senam pendidikan di
konsep-konsep yang telah dimiliki akan sekolah adalah senam irama atau senam
lebih mudah diterapkan pada situasi-situasi ritmik yang telah berkembang menjadi
baru; (c) Belajar penemuan akan bagian sarana untuk menyalurkan aktivitas
meningkatkan daya nalar siswa dan gerak, baik di sekolah maupun di
kemampuan untuk berfikir lepas Menurut masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut
Dahar dalam Trianto (2009:31) Ngalimun Senam merupakan suatu latihan tentang
(2012:90) problem based learning (PBL) gerak tubuh yang diciptakan dan disusun
memiliki karakteristik-karakteristik secara beraturan dalam rangka membina
sebagai berikut : (1) Belajar dimulai pertumbuhan dan pembentukan tubuh serta
dengan suatu masalah, (2) Memastikan perkembangan pribadi secara harmonis
bahwa masalah yang diberikan (Sahara, 2008). Senam irama yang
berhubungan dengan dunia nyata siswa berkembang sejak tahun 1970 dikenal
/mahasiswa, (3) Mengorganisasikan dengan Senam Pagi Indonesia (SPI)
pelajaran diseputar masalah, bukan merupakan senam yang diwajibkan oleh
diseputar disiplin ilmu, (4) Memberikan pemerintah untuk dilakukan di sekolah-
tanggung jawab yang besar kepada sekolah bahkan dilakukan secara massal
pembelajar dalam membentuk dan dimasyarakat. Istilah kemudian berubah
menjelaskan secara langsung proses menjadi Senam Kesegaran Jasmani ( SKJ)
belajar mereka sendiri, (5) Menggunakan sejak tahun 1982, sampai saat ini SKJ
kelompok kecil, dan (6) menentukan terus dirancang dengan struktur gerakan-
pembelajar untuk mendemonstrasikan apa gerakan yang sesuai dan up-to date untuk
yang telah mereka pelajari dalam bentuk meningkatkan atau menjaga kebugaran
suatu produk atau kenerja. Berdasarkan jasmani pelakunya, khususnya para siswa.
uraian tersebut tampak jelas bahwa Maka untuk terakhir kalinya pemerintah
pembelajaran dengan model PBL dimulai melalui Kementerian Pemuda dan
oleh adanya masalah (dapat dimunculkan Olahraga (Kemenpora) telah menciptakan
oleh siswa atau guru), kemudian siswa Senam Aerobik Poco-poco Olahraga 2016.
memperdalam pengetahuannya tentang apa Karakteristik Senam Poco-Poco
yang mereka telah ketahui dan apa yang Olahraga
mereka perlu ketahui untuk memecahkan Senam Aerobik Poco-Poco Olahraga
masalah tersebut. Siswa dapat memilih merupakan salah satu pengembangan
masalah yang dianggap menarik untuk senam irama atau senam ritmik yang dapat
dipecahkan sehingga mereka terdorong di akses oleh siswa maupun masyarakat.
berperan aktif dalam belajar. Senam irama merupakan gerakan senam
Hakekat Pembelajaran Senam Irama ataupun gerakan bebas yang diirigi dengan
(Mahendra, 2002:21). Idealnya Anak musik atau nyanyian sesuai dengan irama
belajar senam sesuai dengan tingkatannya yang mengikutinya. Adapun unsur-unsur
18
yang terdapat dalam senam irama meliputi: 2001; Elliot, 1993; dan Borgg dan Biklen,
keluwesan, kesinambungan gerakan, dan 1992 dalam Arikunto, 2002).
ketepatan irama. Rangkaian senam irama
dapat dilakukan dengan cara berjalan, HASIL DAN PEMBAHASAN
berlari, melompat, loncat, serta ayunan, Proses dan temuan pra penelitian
dan putaran tangan. (Sahara, 2007). Data awal diperoleh bahwa sebagian besar
Struktur gerakan Senam Aerobik siswa belum mampu melakukan gerakan
Poco-Poco Olahraga 2016 dipengaruhi Poco-poco Olahraga. temuannya bahwa
oleh pembentukan gerak senam irama siswa belum mengenal dan tidak terampil
yang ideal seperti dikemukakakn oleh gerakan pembuka (opening), siswa tidak
Sahara (2007) bahwa beberapa unsur yang menguasai 9 gerakan Poco-poco Olahraga
perlu dipertimbangkan dalam menyusun dan gerakan penutup (Clossing).
senam irama yaitu a) struktur dasar Tabel 1. Hasil Penilaian Keterampilan
gerakan, b) Irama gerakan, c) Hubungan Senam Poco-poco Olahraga (pra siklus).
gerakan, d) luas gerakan, e) kecepatan, f) Pra Siklus
Kriteria
kelancaran gerakan, g) ketepatan dan h) Kelas VIa Kelas VIb
kekonstanan gerakan. SB 0 0,0 0 0,0
B 0 0,0 0 0,0
METODE PENELITIAN C 0,0 0 0,0
Metode penelitian ini menggunakan K 2 6,5 0 0,0
penelitian terapan (Applied Research), KS 29 93,5 33 100,0
salah satu penelitian ini menggunakan Jumlah 31 100% 33 100%
pendekatan Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research). Penelitian Pelaksanaan Tindakan perbaikan
Tindakan Kelas ( PTK) ini salah satu pembelajaran.
alternatif penelitian terapan untuk Siklus Pertama
meningkatkan dan memperbaiki Kinerja Tindakan pembelajaran penerapan
pembelajaran di kelas atau lapangan (Carr Problem base Learning dengan tema
& Kemmis 1991, dalam Wardani, 2007). mengatasi masalah kesulitan belajar,
Prosedur penelitian yang digunakan dalam motivasi belajar, dengan bantuan alat
memecahkan permasalahan penelitian ini peraga atau media gambar Poco-poco
menggunakan rancangan Penelitian Olahraga disajikan dalam bentuk
Tindakan Kelas (PTK) berkolaborasi kelompok-kelompok belajar/latihan, tiap
(collaborative classroom action research) kelompok terdiri 6-7 orang. Dampak dari
dengan guru PJOK serta mahasiswa Prodi belum oftimalnya pembelajaran sebagai
Penjas . Adapun pelaksanaannya terdiri respon yang muncul pada pembelajaran
tiga langkah yaitu: (1) Perumusan problem base learning siklus 1
masalah, (2) Perbaikan yang terdiri atas mempelajari gerakan 1-3 PPO
beberapa siklus yang meliputi (a) mempengaruhi hasil penilaian
Perencanaan (planning), (b) Pelaksanaan/ keterampilan. Diakhir pertemuan kedua,
tindakan (action), (c) Pengamatan guru melakukan penilaian, bahwa diiawal
(observation & evaluation), (d) Refleksi pembelajaran hampir seluruh siswa kelas
(reflexion), dan (3) pemantapan (Beker, VI.a tidak menguasai gerakan tersebut
sebesar 93,5%., bahkan kelas VI.b 100%
19
tidak menguasai gerakan, Tetapi pada gerakan 4-6, yang datanya ditampilkan
siklus pertama setelah penerapan Probelm pada tabel 3 berikut:
Base Learning dengan pemberian masalah
media gambar poco-Poco Olahraga, yang Tabel 3. Penilaian Senam Poco-Poco
bermasalah pada kelas VI.b ternyata hanya Olahraga
tersisa 12,1%, sementara sedang pada Siklus 2
Kriteria
kelas VI.a 38,7% , artinya ada perbedaan KelasVIa KelasVIa
cukup menonjol dalam penyelesaian SB 2 6,5 8 24,2
masalah pembelajaran yang lebih baik B 9 29,0 12 36,4
pada kelas VI.b dibandingkan dengan hasil C 8 25,8 12 36,4
belajar siswa kelas VI.a, seperti pada tabel K 8 25,8 1 3,0
2 dibawah ini. KS 4 12,9 0 0,0
Tabel 2. Penilaian Senam Poco-Poco Jumlah 31 100 33 100
Olahraga
Siklus Pertama Peningkatan keterampilan secara
Kriteria Kelas utuh belum secara menyeluruh akan tetapi
Kls VIa
VIb kemajuan siswa dalam mengatasi kesulitan
SB 0 0,0 3 9,1 melakukan gerakan tersebut mengalami
B 2 6,5 4 12,1 peningkatan. Peningkatan tersebut
C 4 12,9 12 36,4 diperlihat berdasarkan tabel 2 di atas,
K 11 35,5 10 30,3 bahwa, Untuk kelas dengan tindakan
KS 12 38,7 4 12,1 pembelajaran dengan PBL (kelas IV.b)
Jumlah 31 100 33 100,0 penguasaan gerakan 4-6 Poco-Poco
Olahraga, diawal siklus ke-2 pembelajaran
Siklus kedua siswa yang belum menguasai gerakan
Tindakan pembelajaran siklus kedua, sebesar 38,71%, tetapi pada siklus kedua
pertemuan pertama dilaksanakan setelah penerapan rekondisi Probelm Base
Penerapan Problem base Learning dengan Learning dengan pemberian masalah
tema mengatasi masalah kesulitan belajar, melalui lembar kegiatan peserta didik
motivasi belajar, dengan bantuan alat (LKPD) dengan bantuan media gambar 4-
peraga atau media gambar Poco-poco 6 poco-Poco Olahraga, siswa yang belum
Olahraga gerakan 4-6 (4. Gerakan Bola terampil 0,0 %, dengan tingkat
Basket, 5. gerakan Renang dan 6. gerakan keberhasilan baik dan baik sekali telah
Bulutangkis). disajikan dalam bentuk mencapai tingkat ketuntasan lebih dari
kelompok-kelompok belajar/latihan, tiap 85%. Sedangkan kelompok kelas yang
kelompok terdiri 6-7 orang. tidak menerapkan PBL tingkat penguasaan
Hasil dan dampak Pembelajaran dengan tingkat ketuntasan 60,03.
pada siklus ke 2 dengan penerapan Berkaitan dengan variabel penelitian
pembelajaran problem base learning penerapan model Problem base Learning
mempelajari gerakan 4-6 PPO dalam pembelajaran senam terhadap
memberikan dampak terhadap penguasaan variabel penelitian lainnya, yaitu 1)
keterampilan siswa. Dimana hasil Peningkatan aktvitas siswa belajar dengan
penilaian Senam Poco-Poco Olahraga Problem Base Learning, 2) Peningkatan
kemampuan keterampilan Poco-poco
20
olahraga bahwa dalam pembelajaran merangsang siswa untuk berlatih lebih
model PBL, peserta didik dituntut untuk lama dan efisien. Siswa aktif latihan
membangun keyakinan diri sehingga akan sehingga tidak banyak waktu untuk
tercipta rasa ingin tahu yang tinggi, jujur, istirahat atau tidak banyak bebas selama
teliti, dan berusaha keras agar masalah pembelajaran. Keterlibatan siswa dalam
yang dihadapi dapat diselesaikan. Peserta pembelajaran merupakan indikator
didik juga dibiasakan agar dapat efektivitas keberhasilan proses
menyampaikan ide atau gagasannya secara pembelajaran penerapan model PBL, hal
terbuka dengan difasilitasi oleh guru. ini sesuai dengan hukum “law of exercise”
Mereka juga dilatih untuk mampu Thorndike dan Gredler (1991) terjemahan
membuat keputusan, berani berspekulasi Munandir dalam Ilham Abdullah (2007,
serta mampu merefleksikan keefektifan 245) bahwa belajar memerlukan adanya
proses pemecahan masalah. Hasil ini latihan-latihan, dimana individu yang aktif
sesuai dengan penelitian yang dilakukan menunjukkan keingintahuannya dan
Wiratmaja dkk. (2014), pada pembelajaran meningkatkan keterampilan (skill). Dan
dengan model PBL siswa yang lebih menurut teori kognitif bahwa belajar
banyak berperan sehingga akan menunjukkan adanya jiwa aktif, proses
membangun keyakinan diri, menggugah mengolah informasi dan terjadi
rasa ingin tahu, tekun dan berusaha keras transformasi.
dalam memecahkan. Hal ini juga didukung
hasil penelitian Af’idah dkk. (2013) bahwa SIMPULAN DAN SARAN
penerapan model PBL dapat Simpulan
mengembangkan afektif peserta didik Penerapan model pembelajaran Problem
hingga mencapai 79,25%. Base Learning dalam pembelajaran senam
Pembelajaran senam irama materi irama sebagai upaya peningkatan
Poco-poco olahraga dengan penerapan kemampuan dan keterampilan senam
model Problem base Learning selama Poco-poco olahraga dapat disimpulkan
penelitian yang diobservasi dengan beberapa hal sebagai berikut;
menggunakan instrumen Academic a. Penerapan model pembelajaran
Learning-time Physical Education/ALT- Problem Base Learning dalam
PE (Siedentop, dalam soemosasmito, pembelajaran senam pada materi Poco-
1997) dengan instrumennya “Alat Bantu poco olahraga dengan pendekatan
Observasi Proses Belajar Mahasiswa penelitian tindakan kelas (PTK) pada
(ABOPBM) Ternyata hasil proses siswa kelas IV SD Negeri 79 yang
pembelajaran dengan menggunakan model dilakukan dalam 2 siklus dapat
PBL, diperoleh data hasil observasi meningkat, dengan indiktor
pembelajaran bahwa waktu efektif siswa keterampilan gerakan Poco-poco
berlatih selama 61.11% dari waktu olahraga dengan predikat tuntas
pembelajaran 70 menit, dan siswa sempat mencapai 87%
bebas di luar aktivitas pembelajaran b. Penerapan model pembelajaran
semakin sedikit yaitu 4,2%, waktu Problem Base Learning dapat
menunggu giliran mahasiswa untuk meningkatkan waktu efektif siswa
bergerak atau berlatih terjadi penurunan. dalam pembelajaran PJOK, dengan
Artinya dengan penerapan model PBL indikator Giat bergerak, berlatih dan
21
aktif selama proses pembelajaran Ngalimun, (2012), Strategi dan Model
senam. Peningkatan waktu efektif Pembelajaran. Aswaja Pressindo.
tersebut dari siklus pertama 21,11% Yogyakarta
menjadi 61,11% pada siklus ke2 selama Sahara, S., (2008). Senam Dasar. Jakarta:
pembelajaran 70 menit. Universitas Terbuka Press.
c. meningkatnya perhatian mahasiswa dan Trianto. (2009). Mendesain Model
waktu efektif giat bergerak; serta Pembelajaran Inovatif-Progresif.
berkurangnya waktu bebas dan Kencana Prenada Media Group.
istirahat. Sesuai data bahwa siswa Jakarta.
terbebas dari konteks pembelajaran Wardani, I.G.K., (2002). Penelitian
hanya 4,12 %. Tindakan Kelas. Universitas Terbuka
Bagi Guru PJOK yang mengalami Jakarta
kesulitan dalam membelajarkan siswa Widi, E.W., (2007). Model Pembelajaran
pada materi Senam Irama dianjurkan Inkuiri Terbimbing Untuk
untuk menerapkan model pembelajaran Meningkatkan Pemahaman Konsep,
Problem Base Learning sebagai salah Kemampuan Berpikir Kritis, Dan
satu alternatif dalam pemilihan model Sikap Ilmiah. Jurnal Ilmiah PGSD. 5
pembelajaran yang efektif, sebagai (9): 1-9.
upaya meningkatkan proses Wiratmaja, C.G.A., Sadia, W., & Suastra,
pembelajaran yang aktif dan inovatif I.W. (2014). Pengaruh Model
dalam meningkatkan keterampilan Pembelajaran Berbasis Masalah
siswa. Terhadap Self-Efficacy dan Emotional
Intelligency Siswa SMA. E-jurnal
DAFTAR PUSTAKA Program Pascasarjana Universitas
Af’idah, A.R., Erman, & Budiyanto, M. Pendidikan Ganesha Program Studi
2013. Penerapan Model Pembelajaran IPA, (Online), Vol. 4, (http://www.
Berdasarkan Masalah Pada pasca.undiksha.ac.id., diakses 11
Pembelajaran IPA Terpadu Tema Februari 2016).
Korosi Besi Untuk Siswa Kelas VII
SMP Negeri 1 Bungah Gresik. Jurnal
Pendidikan Sains e-Pensa, 1(1):66-70.
Arikunto, S., Suhardjono, &Supardi.
(2007). Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Bumi Aksara.
Hopkins, D. (1993). A Teacher’s Guide to
Classroom Research. Philadelphia:
Open University Press.
Irwandi. (2009). Strategi Pembelajaran
Biologi Berbasis Kontekstual.
Universitas Muhammadiyah Bengkulu
Press. Bengkulu.
Mahendra, A., (2008). Pendekatan Pola
Gerak Dominan, Pembelajaran
Senam di Sekolah Dasar. Depdiknas.
22

You might also like