You are on page 1of 4

‫الفصل األول في األولياء‬

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bahtsul Kutub

Dosen Pengampu: Masyhari, Lc., M.H.I

Disusun Oleh:

Ati Latifah

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM CIREBON (IAIC)

Tahun Ajaran 2023/2024

JL. Tuparev No. 111 Kedawung Cirebon Jawa Barat


‫‪A. TEKS KITAB‬‬

‫)‪Materi ke-3 (Hukum Perwalian Nikah + Jumlah Fi’liyyah‬‬

‫الفصل األول في األولياء‬

‫ٔانُظش ف‪ ٙ‬األٔن‪ٛ‬اء ف‪ ٙ‬يٕاضع أستعح‪ :‬األٔل‪ :‬ف‪ ٙ‬اشرشاط انٕال‪ٚ‬ح ف‪ ٙ‬صحح انُكاذ‪ .‬انًٕضع انثاَ‪ :ٙ‬ف‪ ٙ‬صفح انٕن‪.ٙ‬‬
‫انثانس‪ :‬ف‪ ٙ‬أصُاف األٔن‪ٛ‬اء ٔذشذ‪ٛ‬ثٓى ف‪ ٙ‬انٕال‪ٚ‬ح‪ٔ ،‬يا ‪ٚ‬رعهك تزنك‪ .‬انشاتع‪ :‬ف‪ ٙ‬عضم األٔن‪ٛ‬اء يٍ ‪ٚ‬هَٕٓى‪ٔ ،‬حكى االخرالف‬
‫انٕالع ت‪ ٍٛ‬انٕن‪ٔ ٙ‬انًٕنٗ عه‪.ّٛ‬‬

‫(انًٕضع األٔل) اخرهف انعهًاء ْم انٕال‪ٚ‬ح ششط يٍ ششٔط صحح انُكاذ أو ن‪ٛ‬غد تششط؟‪ .1‬فزْة يانك إنٗ أَّ ال ‪ٚ‬كٌٕ‬
‫َكاذ إال تٕن‪ٔ ،ٙ‬أَٓا ششط ف‪ ٙ‬انصحح ف‪ ٙ‬سٔا‪ٚ‬ح أشٓة عُّ‪ٔ ،‬تّ لال انشافع‪ٙ‬؛ ‪ٔ .2‬لال أتٕ حُ‪ٛ‬فح ٔصفش ٔانشعث‪ٙ‬‬
‫ٔانضْش٘‪ :‬إرا عمذخ انًشأج َكاحٓا تغ‪ٛ‬ش ٔن‪ٔ ٙ‬كاٌ كفؤا خاص؛ ‪ٔ .3‬فشق دأد ت‪ ٍٛ‬انثكش ٔانث‪ٛ‬ة فمال تاشرشاط انٕن‪ ٙ‬ف‪ٙ‬‬
‫انثكش ٔعذو اشرشاطّ ف‪ ٙ‬انث‪ٛ‬ة‪ٚٔ .4 .‬رخشج عهٗ سٔا‪ٚ‬ح اتٍ انماعى عٍ يانك ف‪ ٙ‬انٕال‪ٚ‬ح لٕل ساتع أٌ اشرشاطٓا عُح ال‬
‫فشض‪ٔ ،‬رنك أَّ سٔ٘ عُّ أَّ كاٌ ‪ٚ‬شٖ انً‪ٛ‬شاز ت‪ ٍٛ‬انضٔخ‪ ٍٛ‬تغ‪ٛ‬ش ٔن‪ٔ ،ٙ‬أَّ ‪ٚ‬دٕص نهًشأج غ‪ٛ‬ش انشش‪ٚ‬فح أٌ ذغرخهف‬
‫سخال يٍ انُاط عهٗ إَكاحٓا‪ٔ ،‬كاٌ ‪ٚ‬غرحة أٌ ذمذو انث‪ٛ‬ة ٔن‪ٓٛ‬ا ن‪ٛ‬عمذ عه‪ٓٛ‬ا‪ ،‬فكأَّ عُذِ يٍ ششٔط انرًاو ال يٍ ششٔط‬
‫انصحح‪ ،‬تخالف عثاسج انثغذاد‪ ٍٛٚ‬يٍ أصحاب يانك‪ ،‬أعُ‪ ٙ‬أَٓى ‪ٚ‬مٕنٌٕ إَٓا يٍ ششٔط انصحح ال يٍ ششٔط انرًاو‪ٔ .‬عثة‬
‫اخرالفٓى أَّ نى ذأخ آ‪ٚ‬ح ٔال عُح ْ‪ ٙ‬ظاْشج ف‪ ٙ‬اشرشاط انٕال‪ٚ‬ح ف‪ ٙ‬انُكاذ فضال عٍ أٌ ‪ٚ‬كٌٕ ف‪ ٙ‬رنك َص‪ ،‬تم ا‪ٜٚ‬اخ‬
‫ٔانغٍُ انر‪ ٙ‬خ شخ انعادج تاالحرداج تٓا عُذ يٍ ‪ٚ‬شرشطٓا ْ‪ ٙ‬كهٓا يحرًهح‪ٔ ،‬كزنك ا‪ٜٚ‬اخ ٔانغٍُ انر‪ٚ ٙ‬حرح تٓا يٍ‬
‫‪ٚ‬شرشط إعماطٓا ْ‪ ٙ‬أ‪ٚ‬ضا يحرًهح ف‪ ٙ‬رنك‪ٔ ،‬األحاد‪ٚ‬س يع كَٕٓا يحرًهح ف‪ ٙ‬أنفاظٓا يخرهف ف‪ ٙ‬صحرٓا إال حذ‪ٚ‬س اتٍ‬
‫‪ .‬عثاط ٔإٌ كاٌ انًغمظ نٓا ن‪ٛ‬ظ عه‪ ّٛ‬دن‪ٛ‬م‪ ،‬ألٌ األصم تشاءج انزيح‬
B. KOSA KATA

‫اء‬ٛ‫األٔن‬

‫هَٕٓى‬ٚ ٍ‫اء ي‬ٛ‫عضم األٔن‬

‫إرا عمذخ‬

‫كفؤا خاص‬

‫انثكش‬

‫ة‬ٛ‫ٔانث‬

‫انًغمظ‬

‫تشاءج انزيح‬

C. TERJEMAHAN

Bab pertama yaitu tentang perwalian (wali nikah).

Pembahasan kali ini tentang perwalian/wali nikah dalam beberapa point itu ada 4.

1. Syarat-syarat perwalian dalam sahnya pernikahan.


2. Kriteria/karakteristik wali.
3. Pembagian wali dan segala yang berkaitan dengan itu.
4. Menolaknya para wali. (menolak untuk menikahkan anaknya)

Dan hukum perbedaan pendapat yang terjadi antara wali dan orang yang di bawah
perwaliannya. Bagian pertama yaitu tentang syarat perwalian dalam sahnya pernikahan para
ulama berbeda pendapat, apakah perwalian adalah syarat dari sahnya nikah? Ataukah bukan
termasuk syarat?

Maka Imam Malik berpendapat bahwasannya:” Tidak ada suatu pernikahan kecuali
dengan adanya wali”. Dan adapun syarat perwalian adalah sahnya pernikahan menurut
riwayat Imam Asyhab „Anhu.

Dan Imam Syafi‟I mempunyai pendapat yang sama. Beliau berkata: “ Nikah tanpa wali
adalah tidak sah pernikahannya, dan perwalian nikah adalah bagian dari syarat sahnya
pernikahan”.

Imam Abu Hanifah, Imam Zufar, Imam Sya‟bi, dan Imam Zuhri berkata: “Jika
perempuan mengakadkan pernikahannya tanpa adanya wali, sementara pernikahan itu sekufu
(seimbang dengan agamanya, hartanya, rupanya) meskipun tanpa wali maka dianggap boleh.
Sementara Imam Daud membedakan antara perempuan yang masih gadis dan perempuan
yang sudah janda dan berkata: “Mensyaratkan adanya wali bagi seorang gadis, dan tanpa
adanya wali bagi janda.”
Dan dikecualikan dari riwayat Ibnu Qasim terkait masalah wali: “Bahwasannya
persyaratan perwalian itu hukumnya sunnah bukan kewajiban.” Bahwasannya hal itu
diriwayatkan darinya “Dia berpendapat adanya perwarisan antara suami istri tanpa seorang
wali.” Bahwasannya seorang suami istri meskipun tanpa wali itu dapat mewarisi satu sama
lain. Dan sesungguhnya boleh bagi perempuan selain perempuan yang syarifah untuk
mewakilkan/membayar dari seorang pria untuk menikahkan dia. Dan dia menganggap sunnah
seorang janda untuk menghadirkan wali untuk mengakadkan dirinya. Seakan-akan adanya
wali menurut Malik termasuk syarat penyempurnaan pernikahan, tapi bukan syarat sahnya
pernikahan.

Berbeda pendapat dari ulama Baghdad dari murid-murid imam Malik, maksudku,
bahwasannya mereka berkata sesunguhnya perwalian adalah syarat sahnya pernikahan bukan
hanya syarat kesempurnaan saja. Dan sebab perbedaan pendapat antara mereka bahwasannya
tidak ada satu ayat pun dan satu hadits pun yang secara nyata dalam syarat perwalian dalam
pernikahan. Terlebih itu adalah berupa Nash yang secara nyata. Akan tetapi adanya beberapa
ayat dan sunnah Nabi yang berlaku biasanya dipakai untuk dalil bagi orang yang
mengsyaratkannya yaitu semuanya karena itu adalah Muhtamal.

Dan begitu juga ayat-ayat dan sunnah-sunnah yang dipakai untuk berhujjah oleh orang,
mensyaratkan dan menggugurkan persyaratan wali dalam pernikahan dia juga Muhtamal
dalam hal itu. Sementara hadits meskipun memiliki banyak potensi pemahaman dalam
lafadz-lafadznya, tetap berselisih tentang keabsahan hadits tersebut, kecuali hadits yang
diriwayatkan oleh sahabat Ibnu Abbas, meskipun yang menggugurkan adanya wali tidak
memiliki dalil. Karena hukum asal itu terbebasnya tanggungan.

D. PEMBAHASAN

Pembahasan tentang para wali ada 4 pendapat:

1. Tidak sah pernikahan tanpa wali.


2. Perempuan nikah tanpa wali itu sah, tanpa terkecuali baik itu perempuan gadis/janda.
3. Perempuan yang sudah janda ketika menikah tanpa wali tetap sah, sementara
perempuan yang masih gadis menikah tanpa wali tidak sah.
4. Perwalian itu adalah syarat pernikahan tapi sifatnya hanya sunnah. Ada dan tanpa
adanya wali pernikahan tetap sah.

You might also like