Professional Documents
Culture Documents
Bahstul Kutub - Bab3
Bahstul Kutub - Bab3
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bahtsul Kutub
Disusun Oleh:
Ati Latifah
ٔانُظش ف ٙاألٔنٛاء ف ٙيٕاضع أستعح :األٔل :ف ٙاشرشاط انٕالٚح ف ٙصحح انُكاذ .انًٕضع انثاَ :ٙف ٙصفح انٕن.ٙ
انثانس :ف ٙأصُاف األٔنٛاء ٔذشذٛثٓى ف ٙانٕالٚحٔ ،يا ٚرعهك تزنك .انشاتع :ف ٙعضم األٔنٛاء يٍ ٚهَٕٓىٔ ،حكى االخرالف
انٕالع ت ٍٛانٕنٔ ٙانًٕنٗ عه.ّٛ
(انًٕضع األٔل) اخرهف انعهًاء ْم انٕالٚح ششط يٍ ششٔط صحح انُكاذ أو نٛغد تششط؟ .1فزْة يانك إنٗ أَّ ال ٚكٌٕ
َكاذ إال تٕنٔ ،ٙأَٓا ششط ف ٙانصحح ف ٙسٔاٚح أشٓة عُّٔ ،تّ لال انشافعٙ؛ ٔ .2لال أتٕ حُٛفح ٔصفش ٔانشعثٙ
ٔانضْش٘ :إرا عمذخ انًشأج َكاحٓا تغٛش ٔنٔ ٙكاٌ كفؤا خاص؛ ٔ .3فشق دأد ت ٍٛانثكش ٔانثٛة فمال تاشرشاط انٕن ٙفٙ
انثكش ٔعذو اشرشاطّ ف ٙانثٛةٚٔ .4 .رخشج عهٗ سٔاٚح اتٍ انماعى عٍ يانك ف ٙانٕالٚح لٕل ساتع أٌ اشرشاطٓا عُح ال
فشضٔ ،رنك أَّ سٔ٘ عُّ أَّ كاٌ ٚشٖ انًٛشاز ت ٍٛانضٔخ ٍٛتغٛش ٔنٔ ،ٙأَّ ٚدٕص نهًشأج غٛش انششٚفح أٌ ذغرخهف
سخال يٍ انُاط عهٗ إَكاحٓأ ،كاٌ ٚغرحة أٌ ذمذو انثٛة ٔنٓٛا نٛعمذ عهٓٛا ،فكأَّ عُذِ يٍ ششٔط انرًاو ال يٍ ششٔط
انصحح ،تخالف عثاسج انثغذاد ٍٛٚيٍ أصحاب يانك ،أعُ ٙأَٓى ٚمٕنٌٕ إَٓا يٍ ششٔط انصحح ال يٍ ششٔط انرًاؤ .عثة
اخرالفٓى أَّ نى ذأخ آٚح ٔال عُح ْ ٙظاْشج ف ٙاشرشاط انٕالٚح ف ٙانُكاذ فضال عٍ أٌ ٚكٌٕ ف ٙرنك َص ،تم اٜٚاخ
ٔانغٍُ انر ٙخ شخ انعادج تاالحرداج تٓا عُذ يٍ ٚشرشطٓا ْ ٙكهٓا يحرًهحٔ ،كزنك اٜٚاخ ٔانغٍُ انرٚ ٙحرح تٓا يٍ
ٚشرشط إعماطٓا ْ ٙأٚضا يحرًهح ف ٙرنكٔ ،األحادٚس يع كَٕٓا يحرًهح ف ٙأنفاظٓا يخرهف ف ٙصحرٓا إال حذٚس اتٍ
.عثاط ٔإٌ كاٌ انًغمظ نٓا نٛظ عه ّٛدنٛم ،ألٌ األصم تشاءج انزيح
B. KOSA KATA
اءٛاألٔن
إرا عمذخ
كفؤا خاص
انثكش
ةٛٔانث
انًغمظ
تشاءج انزيح
C. TERJEMAHAN
Pembahasan kali ini tentang perwalian/wali nikah dalam beberapa point itu ada 4.
Dan hukum perbedaan pendapat yang terjadi antara wali dan orang yang di bawah
perwaliannya. Bagian pertama yaitu tentang syarat perwalian dalam sahnya pernikahan para
ulama berbeda pendapat, apakah perwalian adalah syarat dari sahnya nikah? Ataukah bukan
termasuk syarat?
Maka Imam Malik berpendapat bahwasannya:” Tidak ada suatu pernikahan kecuali
dengan adanya wali”. Dan adapun syarat perwalian adalah sahnya pernikahan menurut
riwayat Imam Asyhab „Anhu.
Dan Imam Syafi‟I mempunyai pendapat yang sama. Beliau berkata: “ Nikah tanpa wali
adalah tidak sah pernikahannya, dan perwalian nikah adalah bagian dari syarat sahnya
pernikahan”.
Imam Abu Hanifah, Imam Zufar, Imam Sya‟bi, dan Imam Zuhri berkata: “Jika
perempuan mengakadkan pernikahannya tanpa adanya wali, sementara pernikahan itu sekufu
(seimbang dengan agamanya, hartanya, rupanya) meskipun tanpa wali maka dianggap boleh.
Sementara Imam Daud membedakan antara perempuan yang masih gadis dan perempuan
yang sudah janda dan berkata: “Mensyaratkan adanya wali bagi seorang gadis, dan tanpa
adanya wali bagi janda.”
Dan dikecualikan dari riwayat Ibnu Qasim terkait masalah wali: “Bahwasannya
persyaratan perwalian itu hukumnya sunnah bukan kewajiban.” Bahwasannya hal itu
diriwayatkan darinya “Dia berpendapat adanya perwarisan antara suami istri tanpa seorang
wali.” Bahwasannya seorang suami istri meskipun tanpa wali itu dapat mewarisi satu sama
lain. Dan sesungguhnya boleh bagi perempuan selain perempuan yang syarifah untuk
mewakilkan/membayar dari seorang pria untuk menikahkan dia. Dan dia menganggap sunnah
seorang janda untuk menghadirkan wali untuk mengakadkan dirinya. Seakan-akan adanya
wali menurut Malik termasuk syarat penyempurnaan pernikahan, tapi bukan syarat sahnya
pernikahan.
Berbeda pendapat dari ulama Baghdad dari murid-murid imam Malik, maksudku,
bahwasannya mereka berkata sesunguhnya perwalian adalah syarat sahnya pernikahan bukan
hanya syarat kesempurnaan saja. Dan sebab perbedaan pendapat antara mereka bahwasannya
tidak ada satu ayat pun dan satu hadits pun yang secara nyata dalam syarat perwalian dalam
pernikahan. Terlebih itu adalah berupa Nash yang secara nyata. Akan tetapi adanya beberapa
ayat dan sunnah Nabi yang berlaku biasanya dipakai untuk dalil bagi orang yang
mengsyaratkannya yaitu semuanya karena itu adalah Muhtamal.
Dan begitu juga ayat-ayat dan sunnah-sunnah yang dipakai untuk berhujjah oleh orang,
mensyaratkan dan menggugurkan persyaratan wali dalam pernikahan dia juga Muhtamal
dalam hal itu. Sementara hadits meskipun memiliki banyak potensi pemahaman dalam
lafadz-lafadznya, tetap berselisih tentang keabsahan hadits tersebut, kecuali hadits yang
diriwayatkan oleh sahabat Ibnu Abbas, meskipun yang menggugurkan adanya wali tidak
memiliki dalil. Karena hukum asal itu terbebasnya tanggungan.
D. PEMBAHASAN